Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PRE-EKLAMSI DAN EKLAMSI

Disusun Oleh :
1. Gema Bayurizka Romadhoni
2. Santa Clarita Siregar

1. PENGERTIAN
1. Pre-eklampsia
A. Definisi
Pre-eklampsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan
yang ditandai dengan terjadinya hipertensi, edema dan proteinuria tetapi
tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan
berumur 20 minggu (obgynacea, 2009).
Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi,
proteinuria dan edema timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya
terjadi dalam triwulan ke 3 pada kehamilan, tetapi dapat terjadi
sebelumnya ,misalnya pada moa hidatidosa (Prawirohardjo, 2005).
Pre-eklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil,
bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi,
proteinuria dan edema yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai
koma, ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskular atau
hipertensi sebelumnya (Muchtar, 1998).
Pre-eklampsia adalah peningkatan tekanan darah yang baru timbul
setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan
berat badan ibu yang cepat akibat tubuh membengkak dan pada
pemeriksaan laboratorium dijumpai protein di dalam urin (proteinuria).
B. Etiologi
Apa yang menjadi penyebab pre-eklampsia dan eklampsia sampai
sekarang belum diketahui. Tetapi pre-eklampsia dan eklampsia hampir
secara eksklusif merupakan penyakit pada kehamilan pertama (nullipara).
Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrim, yaitu
pada remaja belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35
tahun.
Pre-eklampsia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut:
1. Pre-eklampsia ringan
- Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada
posisi berbaring terlentang atau kenaikan diastolik 15 mmHg
atau lebih atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara
pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan
dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam
- Edema umum, kaki, jari tangan dan muka atau kenaikan berat 1
kg atau lebih per minggu
- Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau per liter ; kwalitatif 1 + atau 2
+ pada urin kateter atau midstream
2. Pre-eklampsia berat
- Bila salah satu diantara gejala atau tanda ditemukan pada ibu
hamil, sudah dapat digolongkan pre-eklampsia berat
- Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
- Proteinuria lebih dari 3 g/liter
- Oliguria yaitu jumlah urin < 400 cc/24 jam
- Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, nyeri
kepala, dan rasa nyeri pada epigastrium
- Terdapat edema paru dan sianosis
- Enzim hati meningkat dan disertai ikterus
- Perdarahan pada retina
- Trombosit <100.000/mm
Faktor risiko terjadinya pre-eklampsia dan eklampsia:
- Kehamilan pertama
- Riwayat keluarga dengan pre-eklampsia atau eklampsia
- Pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya
- Ibu hamil dengan usai kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun
- Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit
ginjal, migraine, dan tekanan darah tinggi)
- Kehamilan kembar
C. Manifestasi klinisi
Pada pre-eklampsia ringan, gejalan subjektif belum dijumpai. Pada
pre-eklampsia berat gejalanya sudah dapat dijumpai seperti:
1. Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala
yang diikuti dengan peningkatan tekanan darah yang abnormal.
Sakit kepala tersebut terus menerus dan tidak berkurang dengan
pemberian aspirin atau obat sakit kepala lain
2. Gangguan penglihatan pasien akan melihat kilatan-kilatan
cahaya, pandangan kabur, dan terkadang bisa terjadi kebutaan
sementara
3. Iritabel ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan
suara berisik atau gangguan lainnya
4. Nyeri perut pada bagian ulu hati (bagian epigastrium) yang
kadang disertai mual dan muntah
5. Gangguan pernafasan sampai sianosis
6. Terjadi gangguan kesadaran
7. Dengan pengeluaran proteinuria keadaan semakin berat karena
terjadi gangguan fungsi ginjal
Kelanjutan pre-eklampsia berat menjadi eklampsia dengan
tambahan gejala kejang dan/atau koma. Selama kejang diikuti kenaikan
suhu mencapai 40°C, frekuensi nadi bertambah cepat, dan tekanan darah
meningkat. (dr. Ida Ayu)
D. Patofisiologi
Vasokontriksi merupakan dasar patogenesis pre-eklampasia.
Vasokontriksi menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan
menimbulkan hipertensi. Adanya vasokontriksi juga akan menimbulkan
hipoksia pada endotel setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel,
kebocoran arteriol disertai perdarahan mikro pada tempat endotel. Selain
itu Hubel (1989) mengatakan bahwa adanya vasokontriksi arteri spinalis
akan menyebabkan terjadinya penurunan perfusi uteroplasenter yang
selanjutnya akan menimbukan maladaptasi plasenta. Hipoksia/anoksia
jaringan merupakan sumber reaksi hiperoksidase lemak, sedangkan proses
hiperokidase itu sendiri memerlukan peningkatan konsumsi oksigen,
sehingga dengan demikian akan mengganggu metabolisme di dalam sel
peroksidase lemak adalah hasil proses oksidase lemak tak jenuh yang
menghasikan hiperoksidase lemak jenuh. Peroksidase lemak merupakan
radikal bebas. Apabila keseimbangan antara peroksidase terganggu,
dimana peroksidase dan oksidan lebih dominan, maka akant timbul
keadaan yang disebut stress oksidatif.
Pada PE-E serum anti oksidan kadarnya menurun dan plasenta
menjadi sumber terjadinya proksidase lemak. Sedangkan pada wanita
hamil normal, serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan
sulfhidril yang berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase
lemak beredar dalam aliran darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase
lemak ini akan sampai ke semua komponen sel yang dilewati termasuk
sel-sel endotel yang akan mengakibatkan rusaknya sel-sel endote tersebut.
Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan mengakibatkan antara lain : adhesi
dan agregasi trombosit, gangguan permeabilitas apisan endotel terhadap
plasma, terlepasnya enzim lisosom, tromboksan dan serotonin sebagai
akibat rusaknya trombosit, produksi prostasiklin terhenti, terganggunya
keseimbangan prostasiklin dan tromboksan, terjadi hipoksia plasenta
akibatn konsumsi oksigen oleh peroksidase lemak.
E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan darah lengkap denngan hapusan darah
- Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14gr%)
- Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)
- Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3)
2. Urinalisis
- Ditemukan protein dalam urine
3. Pemeriksaan fungsi hati
- Bilirubin meningkat (N=<1 mg/dl)
- LDH (laktat dehidrogenase) meningkat
- Aspartat aminomtransferase (AST) > 60 ul
- Serum Gutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N=
15-45 u/ml)
- Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat
(N=<31 u/l)
- Total protein serum menurun (N= 6,7-8,7 g/dl)
4. Tes kimia darah
- Asam urat meningkat (N= 2,4-2,7 mg/dl)
5. Radiologi
- Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra utrus. Pernafasan
intauterus lambat, aktivitas janin lambat dan volume cairan
ketuban sedikit
- Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin bayi lemah
F. Penatalaksanaan
Tujuan utama penanganan pre-eklampsia adalah mencegah
terjadinya eklampsia, melahirkan bayi tanpa asfiksia dengan skor APGAR
baik dan mencegah mortalitas maternal dan perinatal.
a. Pre-eklampsia ringan
Istirahat ditempat tidur merupakan terapi utama dalam
penangananpe-eklampsia ringan. Istirahat dengan berbering pada
sisi tubuh menyebabkan aliran darah ke plasenta dan aliran darah
ke ginjal meningkat, tekanan vena pada ekstremitas bawah
menurun dan reabsorpsi cairan bertambah. Selain itu dengan
istirahat di tempat tidur mengurangi kebutuhan volume darah yang
beredar dan juga dapat menurunkan tekanan darah. Apabila pre-
eklampsia tersebut tidak membaik dengan penanganan konservatif,
dalam hal ini kehamilan harus diterminasi jika mengancam nyawa
maternal.
b. Pre-eklampsia berat
Pada pasien pre-eklampsia berat segera garus diberi obat sedatif
kuat untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12-24
jam bahaya aku sudah diatasi, tindakan terbaik adalah
menghentikan kehamilan. Sebagai pengobatan mencegah
timbulnya kejang, dapat diberikan larutan magnesium sulfat
(MgSO4) 20% dengan dosis 4 gram secara intravena loading dose
dalam 4-5 menit. Kemudian dilanjutkan dengan MgSO4 40%
sebanyak 12 gram dalam 500 ccc ringer laktat (RL) atau sekitar 14
tetes/menit. Tambahan magnesium sulfat hanya dapat diberikan
jika diuresis pasien baik, refleks patella positif dan frekuensi
pernafasan lebih dari 16 kali/menit. Obat ini memiliki efek
menenangkan, menurunkan tekanan darah dan meningkatkan
diuresis. Selain magnesium sulfat, pasien dengan pre-eklampsia
dapat juga diberikan klorpromazin dengan dosis 50 mg secara
intamuskular ataupun diazepam 20 mg secara intramuskular.
2. Eklampsia
A. Definisi
Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan
atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul
akibat kelainan saraf) dan/atau koma dimana sebelumnya sudah
menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia.
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam
persalinan atau masa nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan
timbul akibat kelainan neurologik) dan/atau koma dimana sebelumnya
sudah menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia (Erlina, 2008).
Eklampsia adalah penyakit akut dengan kejang dan koma pada
wanita hamil dan wanita dalam masa nifas disertai dengan hipertensi,
edema dan proteinuria (Sulaeman, 1984).
Eklampsia berasal dari bahasa Yunani dan berarti “halilinta”. Kata
tersebut dipakai karena seolah-olah gejala-gejala eklampsia timbul dengan
tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda-tanda lain (Hanifa dalam
Prawirohardjo, 2005).
Menurut saat terjadinya eklampsia, eklampsia dapat dibagi ke
dalam 3 istilah yaitu :
1) Eklampsia antepartum : eklampsia yang terjadi sebelum persalinan
2) Eklampsia intrapartum : eklampsia sewaktu persalinan
3) Eklamlpsia postpartum : eklampsia setelah persalinan
Eklampsia kebanyakan terjadi pada antepartum. Jika terjadi pada
postpartum maka timbul dalam 24 jam setelah partus. Dalam kehamilan
eklampsia terjadi pada triwulan terakhir dan makin besar kemungkinan
saat cukup bulan (Sulaeman, 1984).
Eklampsia lebih sering terjadi pada : kehamilan kembar,
hydramnion, Mola hydatidosa eklampsia dapat terjadi sebelum bulan ke 6
(Sulaeman, 1984).
B. Gejala dan tanda
Pada umumnya kejangan didahului oleh makin memburuknya pre-
eklampsia dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal,
gangguan penglihatan, mual, nyeri di epigastrium dan hiperrefleksia. Bila
keadaan ini tidak dikenal dan tidak diobati, akan timbul kejang terutama
pada persalinan bahaya ini besar. Konvulsi eklampsia dibagi dalam 4
tingkat, yaitu:
a) Tingkat awal atau aura. Keadaan ini berlangsung kira-kira 30 detik.
Mata terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian pula
tangannya dan kepala diputar ke kanan atau ke kiri
b) Kemudian timbul tingkat kejang tonik yang berlangsung kurang
lebih 30 detik. Dalam tingkat ini seluruh oto menjadi kaku,
wajahnya kelihatan kaku, tangan menggenggam dan kaki
membengkok ke dalam. Pernafasan berhenti, muka mulai menjadi
sianotik, lidah dapat tergigit
c) Stadium kemudian disusul oleh tingkat kejang klonik yang
berlangsung antara 1-2 menit. Spasmus tonik menghilang. Semua
otot berkontraksi dan menutup dan berulang-ulang dalam tempo
yang cepat. Mulut membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit
lagi. Bola mata menonjol. Dari mulut keluar ludah yang berbusa,
muka menunjukkan kongesti dan sianosis. Penderita menjadi tak
sadar. Kejang klonik ini dapat demikian hebatnya, sehingga
penderita penderita dapat terjatuh dari tempat tidurnya. Akhirnya,
kejangan terhenti dan penderita menarik nafas secara mendengkur.
d) Sekarang masuk tingkat koma. Lamanya ketidak sadaran tidak
selalu sama. Secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi,
akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum ini timbul serangan
baru yang berulang, sehingga ia tetap dalam koma.
e) Selama serangan tekanan darah mennggi, nadi cepat, dan suhu
meningkat sampai 40˚C. Sehingga akibat serangan dapat terjadi
komplikasi-komplikasi seperti : lidah tergigit, sehingga terjadi
perlukaan dan fraktura, gangguan pernafasan, solusio plasenta dan
perdarahan otak (Hanifa dalam Prawirohardjo, 2005)
C. Komplikasi
Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin. Usaha
utama ialah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre-eklampsia
dan eklampsia. Komplikasi yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi
pada pre-eklampsi berat dan eklampsi
a. Solusio plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang
menderita hipertensi akut dan lebih sering pada pre-eklampsi
b. Hipofibrinogenemia. Pada pre-eklampsi berat Zuspan (1978)
menemukan 23% hipofibrinogenemia, maka dari itu penulis
menganjurkan pemeriksaan kadar fibrinogen secara berkala
c. Hemolisis. Penderita dengan pre-eklampsi berat kadanag-kadang
menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus.
Belum diketahui dengan pasti apakah ini merupakan kerusakan sel-
sel hati atau destruksi sel darah merah. Mekrosis periportal hati
yang sering ditemukan pada autopsy penderita eklampsi dapat
menerangkan ikterus tersebut
d. Perdarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama
kematian maternal penderita eklampsi
e. Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara yang
berlangsung sampai seminggu dapat terjadi. Perdarahan sampai
seminggu dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada
retina ; hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia
serebri
f. Edema paru-paru. Zuspan (1978) menemukan hanya satu penderita
dari 69 kasus eklampsi, hal ini disebabkan karena parah jantung
g. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada pre-eklampsi dan
eklampsi merupakan akibat vasopasmus arteriol umum. Kelainan
ini diduga khas untuk eklampsi tetapi ternyata juga ditemukan pada
penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan
pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya
h. Sindroma HELLP. Yaitu hameolysis, elevated libver enzyms, dan
low platelet
i. Kelainan ginjal. Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu
pembengkakan sitoplasma sel endotel tubulus ginjal tanpa kelainan
struktur lainnya. Kelainan lainnya yang dapat timbul ialah anuria
sampai gagal ginjal
j. Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh
akibat kejang-kejang aspirasi dan DIC (disseminated intravascular
coagulation)
k. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterina (Hanifa
dalam Prawirohardjo, 2005)
D. Pencegahan eklampsia
Pada umumnya timbulnya eklampsi dapat dicegah atau
frekuensinya dikurangi. Usaha-usaha untuk menurunkan frekuensi
eklampsi terdiri atas: meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal
dan mengusahakan agar semua wanita hamil memeriksa diri sejak hamil
muda; mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda pre-eklampsi dan
mengobatinya segera apabila ditemukan; mengakhiri kehamilan sedapat-
dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas apabila dirawat tanda-tanda
pre-eklampsi tidak juga dapat hilang (Hanifa dalam Prawirohardjo, 2005)
E. Penatalaksanaan
Tujuan utama penanganan eklampsia adalah menstabilisasi fungsi
vital penderita dengan terapi suportif Airway, Breathiing, Circulation
(ABC), mengendalikan kejang, mengendalikan tekanan darah khususnya
jika terjadi krisis hipertensi sehingga penderita mampu melahirkan janin
dengan selamat pada kondisi optimal. Pengendalian kejang dapat diterapi
dengan pemberian magnesium sulfat pada dosis muatan (loading dose) 4-6
gram IV diikuti 1,5-2 g/jam dalam 100 ml infus rumatan IV. Hal ini
dilakukan untuk mencapai efek terapeutik 4,8-8,4 mg/dl sehingga kadar
magnesium serum dapat dipertahankan dari efek toksik.

1. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan pre eklampsia adalah :
a. Data subyektif :
 Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau >
35 tahun
 Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema,
pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
 Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia,
vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM
 Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau
eklamsia sebelumnya
 Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok
maupun selingan
 Psikososial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi
resikonya.

b. Data Obyektif :
 Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
 Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
 Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal
distress
 Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat
pemberian SM ( jika refleks + )

a) Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali
dengan interval 6 jam
b) Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar
hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric
acid biasanya > 7 mg/100 ml
c) Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
d) Tingkat kesadaran ; Gangguan perfusi jaringan serebral penurunan GCS
sebagai tanda adanya kelainan pada otak
e) USG ; untuk mengetahui keadaan janin

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan / kegagalan regulasi berhubungan dengan
kehilangan protein plasma penurunan tekanan osmotic
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan terjadinya vasospasme
arterional
3. Potensial Injury pada janin berhubungan dengan tidak adekuatnya
perfusi darah ke plasma
4. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : Kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan tidak adekuatnya intake makanan yang
dimanifestasikan dengan mual dan anoreksia
5. Kecemasan tingkat sedang : takut kegagalan kehamilan berhubung
dengan kurangnya pengetahuan

3. INTERVENSI

No. Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional


1. Kekurangan volume Tujuan : volume cairan dapat 1. Penambahan BB bermakna
cairan / kegagalan kembali seimbang dan regulasi dan tiba-tiba menunjukan
regulasi berhubungan cairan normal. Rencana tindakan : retensi cairan
dengan kehilangan 1. Timbang BB klien 2. Adanya edema pitting pada
2. Bedakan edema kehamilan dan wajah, tangan, kaki, area sacral
protein plasma
patologis dan fasiologis. Pantau atau dinding abdomen, edema
penurunan tekanan dan derajat pitting yang tidak hilang selama 12
osmotic. 3. Perhatikan perubahan kadar Ht jam tirah baring adalah
atau Hb bermakna.
4. Kaji ulang masukan diet dari 3. Mengidentifikasi derajat
protein dan kalori. Berikan hemokonsentrasi yang
informasi sesuai kebutuhan disebabkan oleh perpindahan
5. Pantau masukan dan cairan
pengeluaran urine, perhatikan 4. Ketidakadekuatan protein atau
warna urine dan ukur berat jenis kalori meningkatkan resiko
sesuai indikasi pembentukan edema
6. Kolaborasi dalam memberikan
5. Pengeluaran urine adalah
cairan yang baik secara oral
indicator sensitive dari
atau parenteral melalui infuse
sirkulasi volume darah
sesuai indikasi
6. Penggantian cairan
memperbaiki hypovolemia
yang harus diberikan hati hati
untuk mencegah kelebihan
beban

2. Gangguan perfusi Tujuan : Meningkatkan perfusi 1. Dengan memonitor intake


jaringan berhubungan jaringan. Rencana tindakan: dan output maka akan dapt
dengan terjadinya 1. Monitor intake dan outout diketahui tingkat toleransi/
vasospasme arterional setiap hari fungsi tubuh
2. Kontrol tetesan infus MgSO4 2. Cairan MgSO4 berguna
3. Monitor oedema yang untuk mengurangi
tampak vasospasme, dengan
4. Anjuran klien untuk istirahat menurunnya vasospasme
atau tidur dengan posisi akan membantu
berbaring pada salah satu sisi meningkatkan perfusi ginjal,
tubuhnya mobilisasi cairan
5. Kontrol Vital Sign secara ekstravaskuler dan diuresis
Berkala sehingga oedema dapat
dikurangi.
3. Dengan memonitor oedema
yang tampak dapat
diketahui keadaan oedema
merupakan indicator
keadaan cairan tubuh.
4. Dengan istirahat tidur
dengan posisi berbaring
pada salah satu sisi
tubuhnyaakan
memaksimalkan aliran
darah dan meningkatkan
dieresis
5. dengan mengontrol vital
sign dapat diketahui
keadaan umum klien dan
dapat menentukan tindakan
selanjutnya.
3. Potensial Injury pada Tujuan : Injury tidak terjadi pada 1. Dengan mengistirahatkan
janin berhubungan janin. Rencana tindakan: klien diharapkan
dengan tidak metabolisme tubuh
1. Istirahatkan klien
adekuatnya perfusi menurun dan peredaran
darah ke plasma 2. Anjurkan klien tidur miring darah keplasenta menjadi
kekiri adekuat sehingga kebutuhsn
oksigen untuk janin dapat
3. Monitor tekanan darah klien
dipenuhi
4. Monitor bunyi Jantung klien
2. Dengan tidur miring kekiri
diharapkan vena cava
dibagian kanan tidak
tertekan oleh uterus yang
membesar sehingga aliran
darah ke palasenta menjadi
lancar.
3. Dengan memonitor
tekanan darah klien dapat
diketahui keadaan aliran
darah ke p;asenta seperti
tekanan darah tinggi, aliran
darah ke plasenta
berkurang sehingga suplay
oksigen ke janin berkurang
4. Dengan memonitor bunyi
jantung janin dapat
diketahui keadaan jantung
janin lemah atau menurun
menandakan suplay
oksigen keplasenta
berkurang sehingga dapat
direncanakan tindakan
sebelumnya.
4. Gangguan pemenuhan Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien 1. Dengan mengkaji asupan
kebutuhan nutrisi : terpenuhi. Rencana tindakan : makanan terhadapklien dapat
Kurang dari kebutuhan diketahui jumlah makanan
berhubungan dengan 1. Kaji asupan makanan yang
yang dikonsumsi hingga
tidak adekuatnya intake dikonsumsi klien terhadap
dapat ditetapkan intervensi
makanan yang kebutuhan klien
selanjutnya
dimanifestasikan
2. Anjurkan klien
dengan mual dan 2. Makanan yang tinggi kalori
anoreksia mengkonsumsi makanan
dibutukhan untuk sumber
tinggi kalori tinggi protein
energi.Sedangkan makanan
3. Hindari makanan yang yang tinggi protein berfungsi
merangsang seperti lemak. untuk mengganti sel-sel yang
telah rusak.
4. Ciptakan suasana yang
menyenangkan waktu makan. 3. Makanan yang merangsang
dapat menimbulkan
5. Berikan makanan hangat
peningkatan peristaltic, dan
sedikit tapi sering.
dengan meningkatnya
6. Dorong klien untuk peristaltic usus dan lambung
menghabiskan makanannya akan menyebabkan nafsu
makan berkurang.
4. suasana yang menyenangkan
waktu makan. dengan
suasana yang menyenangkan
waktu makan. Diharapkan
klien akan bermotivasi untuk
menghabiskan diitnya.
5. Dengan porsi makanan yang
sedikit tapi sering dapat
menghindari kebosanan klien
dan dapat mengurangi
rangsangan muntah sehingga
makanan yang tersedia dapat
terkonsumsi.
6. Dengan dorongan yang
diberikan, klien akan
termotivasi untuk
menghabiskan diitnya.
5. Kecemasan tingkat Tujuan: Kecemasan klien dapat 1. Dengan membina hubungan
sedang : takut teratasi. Rencana tindakan: yang menyenangkan dan
kegagalan kehamilan saling percaya diharapkan
1. Bina hubungan yang
berhubung dengan akan menimbulkan rasa
kurangnya menyenangkan dan saling
percaya percaya klien terhadap
pengetahuan. perawat sehingga akan
2. Berikan perhatian pada klien terbentuk suatu komunikasi
dan tunjukan sikap yang yang lancar dan ini akan
bersahabat mempermudah dalam
pencapaian tujuan.
3. Kontrol vital sign
2. Klien merasa diperhatikan
4. Jelaskan pada klien tentang
dan mempunyai teman yang
penyebab penyakitnya, hal-
akan membantu sehingga
hal yang dapat memperburuk
menimbulkan rasa percaya
keadaan penyakitnya,
terhadap perawat yang dapat
Prosedur perawatan dan
mengurangi kecemasan
pengobatan serta hal-hal yang
klien.
harus dipatuhi klien selama
mengalami perawatan 3. Dengan mengontrol vital
sign akan diketahui
5. Motivasi klien agar mau
perubahan vital yang dapat
mengekspresikan perasaannya
menjadi gambaran tingkat
secara verbal.
kecemasan klien klien
sehingga dapat ditetapkan
intervensi selanjutnya.
4. Penjelasan yang ringkas dan
jelas mengenai penyakitnya,
penyebab penyakit dan
prosedur pengobatan,
memberikan pengertian pada
klien sehingga persepsi yang
keliru dan membingungkan
dapat dihindari dengan
demikian kecemasan klien
dapat berkurang.
5. Dengan mengekspresikan
perasaan diharapkan klien
merasa sedikit lega telah
mengungkapkan masalahnya
sehingga akan mengurangi
kecemasan klien.

4. IMPLEMENTASI

Diagnosa Implementasi Evaluasi


Kekurangan volume 1) Menimbang BB klien 1. BB Klien bertambah
cairan / kegagalan 2) Membedakan edema 2. Kaki Klien edema
regulasi berhubungan kehamilan patologis dan
fisiologis. 3. Ht=40-48 ,Hb=12-16 gr/dl
dengan kehilangan
3) Memperhatikan perubahan
protein plasma 4. Protein tercukupi dan kalori
kadar Ht atau Hb
penurunan tekanan 4) Mengkaji ulang masukan diit tercukupi
osmotic dari protein dan kalori. 5. Warana Urin Kuning
5) Memantau masukan dan Jernih,Bau khas
pengeluaran urine, perhatikan 6. Kebutuhan cairan tubuh
warna urine dan ukur berat terpenuhi
jenis sesuai indikasi.
6) Mengkolaborasikan dalam
memberikan cairan baik
secara oral atau parenteral
melalui infuse sesuai andikasi.

Gangguan perfusi 1) Monitor intake dan output 1. Intak dan out put harus sama
jaringan berhubungan setiap hari 2. 20 tetes/menit
dengan terjadinya 2) Kontrol tetesan infus MgSO4 3. Edema tampak pada kaki
vasospasme arterional 3) Monitor oedema yang tampak
4. Klien tampak rilek
4) Menganjurkan klien untuk
istirahat atau tidur dengan 5. TTv harus dalam batas
posisi berbaring pada salah normal
satu sisi tubuhnya
5) Mengontrol Vital Sign secara
Berkala
Potensial Injury pada 1) Mengistirahatkan klien 1. Klien tampak rileks
janin berhubungan 2) Menganjurkan klien tidur 2. Posisi Klien tidur kekiri
dengan tidak miring kekiri 3. Tekanan Darah klien dalam
adekuatnya perfusi 3) Memonitor tekanan darah
rentang normal
darah ke plasma klien
4) Memonitor bunyi Jantung 4. Terdengar suara Jantung
klien berirama dan teratur

Gangguan pemenuhan 1) Mengkaji asupan makanan 1. Asupan makananya baik


kebutuhan nutrisi : yang dikonsumsi klien 2. Asupan kalori dan protein
Kurang dari kebutuhan 2) Menganjurkan klien terpenuhi
berhubungan dengan
mengkonsumsi makanan 3. Klien menjauhi makanan
tidak adekuatnya intake
makanan yang tinggi kalori tinggi protein yang merangsang lambung
dimanifestasikan 3) Menganjurkan klien dan peristaltik usus
dengan mual dan menghindari makanan yang 4. Tercipta suasana yang
anoreksia merangsang seperti lemak tenang
4) Ciptakan suasana yang 5. Klien makan sering dan
menyenangkan waktu makan tidak bosan dengan menu
5) Berikan makanan hangat makanan yang dihidangkan
sedikit tapi sering 6. Klien menghabiskan porsi
6) Dorong klien untuk yang disediakan
menghabiskan makanannya 7.

Kecemasan tingkat 1)Membina hubungan yang 1. Klien percaya kepada


sedang : takut menyenangkan dan saling perawat tentang skep yang
kegagalan kehamilan percaya diberikan kepadanya
berhubung dengan 2)Memberikan perhatian pada
2. Klien merasa diperhatikan
kurangnya pengetahuan klien dan tunjukan sikap yang
bersahabat oleh perawat sehingga rasa
3)Mengontrol vital sign cemasnya dapat berkurang
4)Jelaskan pada klien tentang 3. Vital sign masih dalam
penyebab penyakitnya, hal-hal batas normal
yang dapat memperburuk 4. Klien merasa sedikit lega
keadaan penyakitnya karena telah mengungkapkan
5)Memotivasi klien agar mau
perasaannya
mengekspresikan perasaannya
secara verbal
DAFTAR PUSTAKA
Feryanto, F. &. (2011). Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Penerbit Salemba
Medika.
Kusuma, A. H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan
Diagnosa Nanda, Nic, Noc Dalam Berbagai Kasus. Jogjakarta:
Mediaction Publisher.
Yulianti, A. Y. (2010). Asuhan Kebidanan 4 (Patologi). Jakarta: Penerbit Trans
Info Media.
Doenges,Marilynn E,Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Pasien.Edisi 3,Jakarta:EGC;1999
__________,Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.Edisi 3,Jakarta:FKUI;2001
A,R,ROSDIANA,kamus keperawatan,Jakarta:Paramedia;_________

Anda mungkin juga menyukai