Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN

TINGKAT MOTIVASI UNTUK SEMBUH


PADA PENYALAHGUNA NAPZA DI
LAPAS NARKOTIKA KELAS II A
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:
RINDIANI
201310201017

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2017
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
TINGKAT MOTIVASI UNTUK SEMBUH
PADA PENYALAHGUNA NAPZA DI
LAPAS NARKOTIKA KELAS II A
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan


pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Disusun oleh:
RINDIANI
201310201017

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2017
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
TINGKAT MOTIVASI UNTUK SEMBUH
PADA PENYALAHGUNA NAPZA DI
LAPAS NARKOTIKA KELAS II A
YOGYAKARTA

Rindiani, Deasti Nurmaguphita


Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Email: rindiani.mini@yahoo.co.id

Abstract: The Research aims to investigate the correlation between family support
and the recovery motivation level of drug abusers in Class II A Detention Centre of
Yogyakarta. The study used quantitative research with correlational design study and
cross sectional time approach. The population in the study were of all drug abusers
with the status of inmates amounted to 193. The sampling technique was non
probability sampling that is sampling quota were 130 respondents. The hypothesis
testing used kendall tau technique. There were 71.5 % family support in high
category and 90.8% motivation level to recover of the drug abusers was in high
category. The value of significance was p=0,000 so P<0.05. There is a correlation
between family support and the recovery motivation level of drugs abusers in Class
II A Detention Centre of Yogyakarta. It is suggested to the family to keep giving
support in order to achieve optimal cure.

Keywords: Drugs, Family Support, Motivation Levels to Recover

Intisari: Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan


tingkat motivasi untuk sembuh pada penyalahguna NAPZA di Lapas Narkotika
Kelas II A Yogyakarta. penelitian kuantitatif dengan study correlational design dan
pendekatan waktu cross sectional. Populasi dalam penelitian semua penyalahguna
NAPZA yang berstatus narapidana berjumlah 193. Tehnik pengambilan sampel
menggunakan non probability sampling yaitu kuota sampling berjumlah 130
responden dengan pengujian hipotesis menggunakan tehnik kendall tau.Terdapat
71,5% dukungan keluarga dalam katagoti tinggi dan 90,8% tingkat motivasi untuk
sembuh penyalahguna NAPZA dalam katagori tinggi. Nilai signifikansi adalah
p=0,000 sehingga p<0,05. Ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat
motivasi untuk sembuh pada penyalahguna NAPZA di Lapas Narkotika Kelas II A
Yogyakarta. Saran bagi keluarga untuk tetap memberi dukungan yang dibutuhkan
klien agar bisa mencapai kesembuhan yang optimal.

Kata Kunci: NAPZA, Dukungan Keluarga, Tingkat Motivasi Untuk Sembuh


PENDAHULUAN diperkirakan antara 167 s/d 315 Juta
orang (3,6-6,9 % dari penduduk
Penyalahgunaan Narkotika, berumur 15-64 tahun) menggunakan
Psikotropika, dan Zat adiktif lain narkoba sekali dalam satu tahun.
(NAPZA) adalah penggunaan NAPZA Berdasarkan data terakhir tahun 2015
yang bersifat patologis paling sedikit Pengguna NAPZA di Indonesia telah
telah berlangsung satu bulan. Keadaan mencapai 5,8 juta jiwa yang tersebar
ini dikenal juga sebagai gangguan jiwa diseluruh Indonesia. Data pada Badan
yaitu ganggan mental dimana Narkotika Nasional (BNN) wilayah
penyalahguna menunjukan prilaku Yogyakarta prevalensi penyalahguna
maladaptif hingga gangguan dalam Narkoba berdasarkan banyaknya
menjalani kehidupan. Penyalahguna pengguna di tahun 2014 Yogyakarta
NAPZA dulunya berasal dari ekonomi menempati terbanyak kelima dengan
kelas atas, namun saat ini merambah jumlah penyalahguna sebanyak 62.028
pada ekonomi kelas bawah. NAPZA Jiwa, hal ini menunjukan angka
mencangkup hampir seluruh lapisan pengguna NAPZA di Yogyakarta telah
umur dimulai dari remaja, dewasa dan memprihatinkan dan membutuhkan
lansia (Sumiati, 2009). Penyalahguna penanganan dari berbagai bidang
NAPZA beberapa tahun terakhir untuk menurunkan angka pengguna
mengalami peningkatan, dan telah NAPZA (BNN, 2014).
menjadi masalah nasional (Puspandari, Pemerintah telah serius dalam
Sunarsih, & Widyatama, 2008). menangani masalah Penyalahgunaan
Faktor-faktor seseorang akhirnya NAPZA tersebut dengan
menjadi penyalahguna NAPZA dapat diterbitkannya diterbitkannya undang-
disebabkan banyak hal dan umumnya undang No. 35 tahun 2009 tentang
karena mekanisme koping individu, Narkotika, dan UU NO. 36 tahun 2009
intelegensia atau pengetahuan, usia, tentang kesehatan yang memayungi
dorongan kenikmatan dan rasa ingin bagaimana tindakan pada
tahu. Faktor keluarga yaitu keluarga penyalahguna narkotika dan zat
dengan riwayat menggunakan adiktif. PP No.25 tahun 2011 tentang
narkoba, keluarga dengan konflik atau pelaksanaan wajib lapor pecandu
broken home, keluarga dengan orang narkotika. Hal ini membuktikan
tua yang memiliki pola asuh otoriter, dukungan serta upaya pemerintah
perfeksionis, neurisis. Faktor teman terhadap upaya penyalahgunaan
sebaya (peer group) pada remaja Narkoba sudah sangat kuat (BNN,
faktor ini juga sangat dominan 2015). Salah satu bukti nyata
ditemukan pada remaja. Faktor keseriusan pemerintah dalam
berikutnya yaitu lingkungan dan menangani masalah penyalahgunaan
mudahnya dalam memperoleh NAPZA adalah mendirikan fasilitas
NAPZA (Fitria, Sriati, & Hernawaty, rehabilitasi dan Lapas khusus
2013). narkotika yang berkonsep rehabilitasi
Laporan tahunan United Nations pada penyalahguna NAPZA disetiap
Office on drug and Crime (UNODC) daerah Lama waktu rehabilitasi
Tahun 2013 menyebutkan bahwa ditentukan oleh kuatnya kemauan
klien atau motivasi untuk sembuh atau motivasi klien agar berhasil dalam
berhenti dari ketergantungan NAPZA rehabilitasi dan terus hidup sehat
(Yosep, 2007). setelah rehabilitasi adalah dukungan
Motivasi adalah suatu perubahan dari keluarga yang dapat
energi dari dalam diri seseorang yang meningkatkan motivasi dan
ditandai dengan timbulnya perasaan mempertahankan motivasi untuk
dan reaksi yang mengarahkan tingkah sembuh dari klien (Lubis, 2012).
laku untuk mencapai tujuan Dukungan keluarga adalah suatu
(Primanda, 2015). Kesembuhan adalah prilaku yang dianggap mendukung
pulih dan menjadi sehat kembali. karena memiliki sifat yang menghibur
Motivasi sembuh pada penyalahguna dan menguatkan atau prilaku yang
NAPZA dapat diartikan suatu prilaku mengarahkan keyakinan individu
seseorang yang didorong untuk bahwa ia dincintai dan dihargai.
terlepas dari suatu ketergantungan Keluarga meiliki peranan penting
terhadap NAPZA (Rimanan & dalam upaya peningkatan kesehatan
Raharjo 2015). Penyalahguna NAPZA dan pengurangan resiko penyakit
yang memiliki motivasi sembuh yang dalam masyarakat mengingat keluarga
tinggi dapat dilihat dari proses adalah satuan terkecil dalam
Rehabilitasi dimana keinginan dan masyarakat. Peran keluarga sangat
usaha untuk mencapai kesembuhan penting dalam setiap aspek
yang optimal, selalu menjaga keperawatan dalam meningkatkan
kesehatannya dengan tidak memakai status kesehatan anggota keluarganya
Napza kembali. Hal- hal lain yang dimana setiap manusia harus dikaji
mempengaruhi motivasi sembuh secara komperhensif (Dion, 2013).
adalah faktor internal berupa fisik, Dukungan keluarga menjadi
mekanisme koping individu, dan peningkatan semangat dan harga diri
kematangan usia sedangan faktor serta menjadi sumber cinta kasih dan
eksternal dukungan sosial, dukungan mampu mengubah mekanisme koping
teman sebaya dan dukungan keluarga yang buruk, serta diharapkan keluarga
(Primanda, 2015). mampu menjalankan fungsi dasarnya
Rehabilitasi yang telah dijalani beruapa cinta kasih, rasa aman, rasa
tidak menjaminm bahwa dimiliki dan rasa diharapkan (Nasir,
penyalahguna NAPZA tidak akan 2011).
menggunakan NAPZA kembali. Studi pendahuluan yang
Penelitian yang dilakukan di Deli dilakukan pada Lapas Narkotika Kelas
Serdang tahun 2012 didapatkan 62,38 II A Yogyakarta didapatkan total
% mantan penyalahguna napza jumlah klien yang berada dilapas
menjadi pecandu berulang setelah adalah 215 klien, dimana terbagi
dinyatakan sembuh. Maka perlu dikaji menjadi 193 merupakan narapidana
lebih lanjut mengenai komponen dan 22 tahanan. Dengan rentan usia
penting dalam mempertahankan mulai dari remaja hingga dewasa.
motivasi dan salah satu faktor yang Berdasarkan wawancara dengan
paling kuat adalah dukungan keluarga. petugas lapas, lapas narkotika rutin
komponen penting dalam menjaga melakukan rehabilitasi medis berupa
detoksifikasi tiap tahunnya yang instrumen dukungan keluarga dalam
bekerja sama langsung dengan BNN rentan 0,387-0,714 (r tabel: 0,361)
dan dibagi menjadi 3 periode tiap dengan reliabilitas 0,725 dan hasil uji
tahunnya. Kemudian lebih lanjut validitas tingkat motivasi untuk
didapatkan data untuk rehabilitasi sembuh dalam rentan 0,400-0,801
sosial dan spiritual pihak lapas telah dengan reliabilitas 0,746.
menyediakan wadah sosialisasi dan
belajar keagamaan dengan Populasi dalam penelitian ini
memberikan hadiah berupa remisi atau adalah penyalahguna NAPZA di
potongan masa tahanan pada Lapas Narkotika Kelas II A
penyalahguna NAPZA yang Yogyakarta yang terdiri dari 215
berkelakukan baik, kunjungan penyalahguna dengan pembagian 193
keluarga di Lapas telah terprogram merupakan narapidana dan 22
secara rutin. merupakan tahanan. Berdasarkan
Hasil wawancara dengan 5 orang peraturan dari pihak Lapas Narkotika
penghuni lapas didapatkan bahwa 3 maka peneliti hanya boleh mengambil
orang penghuni lapas memiliki responden yang berstatus narapidana
dukungan keluarga yang baik dan sehingga total populasi dikatakan 193
sangat ingin untuk sembuh. Dan 2 populasi. Tehnik pengambilan sampel
lainnya memiliki dukungan keluarga menggunakan quota sampling tehnik
yang kurang dan terlihat tidak terlalu dimana populasi yang diambil
antusias dalam menjalankan program memiliki ciri-ciri tertentu hingga
sosialisasi dilapas. Rendahnya jumlah kuota terpenuhi. Setelah
motivasi ini diakui karena merasa dilakukan perhitungan dengan jumlah
adanya penolakan yang didapat ketika populasi maka didapatkan data bahwa
talah menjadi penyalahguna NAPZA. sampel yang dibutuhkan 130
Dari hasil wawancara ini peneliti responden dan peneliti melakukan
bertujuan meneliti Hubungan penelitian dengan jumlah tersebut.
Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Pengambilan data pada
Motivasi Untuk Sembuh Pada penelitian ini dilakuakn selama 9 hari
Penyalahguna NAPZA di Lapas dimulai pada tanggal 30 maret hingga
Narkotika Kelas II A Yogyakarta. 8 april denga rentan pukul 09.00-11.00
siangsesuai dengan peraturan dari
METODE PENELITIAN
pihak Lapas Narkotika tersebut.
Jenis penelitian yang digunakan Pengambilan data dilakukan dengan
adalah kuantitatif dengan desain cara membagi kuesioner kepada 5
deskriptif korelatif. Penelitian ini orang narapidana pada satu sesinya
menggunakan pendakatan waktu cross menjelaskan cara pengisian kuesioner
sectional. Uji validitas dan reliabilitas dan melakukan wawancara singkat
di Lapas Narkotika Kelas II A pada responden tersebut untuk
Yogyakarta sebanyak 30 narapidana memvalidasi. Metode analisis data
yang dilakukan pada tanggal 27 maret yang digunakan setelah pengambilan
2017 dengan hasil uji validitas
data dan pengolahan data mengunakan Narkotika ini memiliki daya tampung
kendalls tau. 474 warga yang terbagi menjadi 5
paviliun.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Univariat
Gambaran Umum
Karakteristik responden
Lembaga Permasyarakatan
(Lapas) Narkotika Kelas II A Karakteristik responden dalam
Yogyakarta dibentuk atas Keputusan penelitian ini berdasarkan usia, jenis
Mentri Hukum dan Hak Asasi kelamin, status pernikahan,
Manusia Nomor: M.04-PR.07.03 pendidikan, pekerjaan, lama waktu
Tahun 2007, Tanggal 23 Februari menggunakan NAPZA dengan hasil
2007 dengan klasifikasi/kelas IIA, sebagai berikut :
adalah salah satu Unit Pelaksana
Teknis di bidang permasyarakatan Tabel 1 Distribusi frekuensi
termasuk dalam wilayah kerja kantor karakteristik responden
wilayah Dapartemen Hukum dan berdasarkan jenis
HAM Daerah Istimewa Yogyakarta, kelamin, umur, status
berlokasi di jalan Kaliurang Km. 17 pernikahan, pendidikan,
Kelurahan Pakembinangun, pekerjaan, dan lama
Kecamatan Pakem, Sleman, waktu menggunakan
Yogyakarta, berdiri diatas tanah sultan NAPZA
(Sultan Ground) seluas 18.879 m2. No Karakteristik Frekuensi Presentase
(%)
Lapas narkotika khusus 1 Jenis Kelamin
melaksanakan pembinaan terhadap Laki-laki 130 100
narapidana kasus Narkotika dan Jumlah 130 100
Psikotropika, soft opening 2 Umur
dilaksanakan pada tanggal 3 Januari 18-25 tahun 58 44.6
26-35 tahun 54 41.5
2008 ditandai dengan tanda tangan 36-45 tahun 12 9.2
pada prasasti peresmian gedung lapas 46-55 tahun 6 4.6
narkotika oleh kepala kantor wilayah Jumlah 130 100
Dapartemen Hukum dan HAM D.I 3 Status
Yogyakarta. Lapas narkotika adalah Lajang 59 45.4
Menikah 61 46.9
institusi baru sehingga petugas dan Duda 10 7.7
sarana/prasarana harus dipersiapkan Jumlah 130 100
terlebih dahulu untuk mencapai 4 Pendidikan
standar. Pembukaan dalam hal Tidak
penerimaan warga binaan pertama kali Bersekolah 3 2.3
SD 11 8.5
dilaksanakan tanggal 2 Juni 2008 SMP 19 14.6
secara terbatas hanya 32 orang binaan SMA/SMK 85 65.4
dari Lapas dan rutan dalam wilayah D3 5 3.8
Yogyakarta hingga kini per maret S1 7 5.4
2017 narapidana berjumlah 215. Lapas Jumlah 130 100
5 Pekerjaan No Dukungan Frekuensi Presentase
Tidak bekerja 15 11.5 Keluarga (f) (%)
Mahasiswa 8 6.2 1 Rendah 10 7.7
Olahragawan 1 0.8 2 Sedang 27 20.8
Polri 1 0.8 3 Tinggi 93 71.5
Swasta 68 52.3
Jumlah
Wiraswasta 37 28.5 130 100
Jumlah 130 100 Sumber:Data Primer Diolah 2017
6 Lama
menggunakan Berdasarkan tabel 2 diketahui
(NAPZA) bahwa sebagian besar (71,5%)
1-5 tahun 82 63.1 responden pada penelitian ini
5-10 tahun 25 19.2
mendapatkan dukungan keluarga yang
>10 tahun 23 17.7
Jumlah 130 100 tinggi atau sejumlah 93 responden.
Sumber: Data primer diolah 2017 Sebanyak (20,8%) responden
mendapat dukungan keluarga sedang
Berdasarkan tabel 1 dapat atau sejumlah 27 responden dan
diketahui bahwa mayoritas responden (7,7%) responden mendapat dukungan
berdasarkan jenis kelamin adalah keluarga rendah atau sejumlah 10
Laki-laki dengan jumlah 130 orang.
responden dengan persentase (100%).
berdasarkan umur didapatkan data Distribusi frekuensi tingkat
umur 18-25 tahun sebanyak 58 orang motivasi untuk sembuh
(44,6%). berdasarkan status responden
Tabel 3 Distribusi frekuensi tingkat
berstatus status menikah sebanyak 61
motivasi untuk sembuh
orang (46.9%). berdasakan pendidikan
pada penyalahguna
terakhir pendidikan SMA/SMK
NAPZA dilapas Narkotika
sebanyak 85 orang (65,4%).
Kelas II A Yogyakarta
berdasarkan pekerjaan responden
swasta sebanyak 68 orang (52,3%). No Tingkat Frekuensi Presentase
berdasarkan lama waktu menggunakan motivasi (f) (%)
sembuh
NAPZA didapatkan data responden
1 Rendah 12 9.2
yang menggunakan NAPZA 1-5 tahun
2 Tinggi 118 90.8
sebanyak 82 orang (63,1%).
Jumlah 130 100
Distribusi frekuensi dukungan Sumber: Data primer diolah 2017
keluarga
Berdasarkan tabel 3 diketahui
Tabel 2 Distribusi frekuensi sebagian besar 118 responden (90,8%)
dukungan keluarga pada responden pada penelitian ini memiliki
penyalahguna NAPZA motivasi tinggi untuk sembuh.
dilapas Narkotika Kelas II Sebanyak 12 responden (9,2%).
A Yogyakarta responden memiliki motivasi rendah.
Analisis bivariat Tabel 5 Distribusi silang dukungan
keluarga dengan tingkat
Tabel 4 hubungan dukungan
keluarga dengan tingkat motivasi untuk sembuh
motivasi untuk sembuh pada penyalahguna NAPZA
pada penyalahguna dilapas Narkotika Kelas II
NAPZA di Lapas A Yogyakarta
Narkotika Kelas II A
Yogyakarta Dukungan Tingkat motivasi
keluarga untuk sembuh Jumlah
Tinggi Rendah f %
Variabel Tingkat motivasi untuk sembuh f % f %
Dukungan Koefisien korelasi Signifikan Tinggi 92 70.8 1 0.8 93 71.5
keluarga kendall tau (p value) Sedang 26 20.0 1 0.8 27 20.8
0.544 0.000 Rendah 0 0.0 10 7.7 10 7.7
Sumber: data primer diolah 2017 Total 118 90.8 12 9.2 130 100
Sumber: data primer 2017
Berdasarkan tabel 4.4 Hasil
analisis data dengan menggunakan uji Berdasarkan tabel 5 sebagian
statistik Kendall tau menunjukan besar responden memiliki motivasi
adanya hubungan antara 2 variabel tinggi (70,8%) yaitu sebanyak 92
yang diteliti yaitu koifisien korelasi orang dan memiliki dukungan
antara dukungan keluarga dengan keluarga tinggi.
tingkat motivasi untuk sembuh
Hubungan dukungan keluarga
dengan nilai signifikansi (p-value)
dengan tingkat motivasi untuk
sebesar 0,000. Nilai signifikansi (p-
value) koefisien korelasi dibandingkan sembuh pada penyalahguna
dengan niali a=0,05, maka p-value NAPZA di Lapas Narkotika Kelas
hasil analisis diatas berarti lebih kecil II A Yogyakarta
(<) 0,05 sehingga dapat disimpulkan Hasil dari penelitian ini
ada hubungan yang signifikan antara menunjukan bahwa (71,5%)
dukungan keluarga dengan tingkat responden mendapatkan dukungan
motivasi untuk sembuh pada keluarga tinggi atau sejumlah 93
penyalahguna NAPZA di Lapas responden. Hal ini
Narkotika Kelas II Yogyakarta. mengidikasikanbahwa penyalahguna
Koifisien korelasi pada penelitian ini NAPZA di Lapas Narkotika Kelas II
yaitu 0,544 atau dapat dikatakan A Yogyakarta masih merasakan
bahwa tingkat keeratan hubungan perhatian dan penghargaan sehingga
antara dukungan keluanga dengan memicu keinginan untuk memperbaiki
tingkat motivasi untuk sembuh klien diri. Hal ini sesuai dengan peneliian
dikatakan sedang. dari Widiastuti (2007) yang
menemukan bahwa dukungan
keluarga pada mayoritas penyalahguna
NAPZA tinggi.
Penelitian yang dilakukan untuk sembuh pada penyalahguna
menemukan bahwa penyalahguna NAPZA di Lapas Narkotika Kelas II
NAPZA mendapatkan seluruh bentuk A Yogyakarta sangat tinggi. Hal Inilah
dukungan keluarga seperti dukungan yang mengindikasikan bahwa
informasi, dukungan penilaian, penyalahguna NAPZA di Lapas
dukungan instrumental, dan dukungan Narkotika memiliki keinginan atau
emosional. Hasil ini sependapat semangat klien dalam menjalankan
dengan penelitian BNN (2012) bahwa aktifitas saat berada dilapas baik itu
pecandu Narkoba umumnya mendapat rehabilitasi maupun aktifitas lainnya
seluruh dukungan keluarga berupa untuk kembali pulih dan sehat dari
dukungan informasional, dukungan masalah penyalahgunaan NAPZA.
instrumental, dukungan emosional dan Penelitian ini mendukung penelitian
dukungan penilaian. Bentuk dukungan sebelumnya Primanda (2015) yang
dan sumber (orang yang mereka menyatakan bahwa penyalahguna
harapkan) pada masing-masing NAPZA di Rehabilitasi BNN Tanah
pecandu narkoba berbeda-beda. Merah Samarinda memiliki motivasi
Beberapa dari mereka tidak jarang tinggi untuk kembali pulih dan
mengabaikan terhadap dukungan berhenti dari ketergantungan NAPZA.
tersebut atau sebaliknya.
Mantan penyalahguna NAPZA
Fungsi dukungan keluarga ini harus mendapatkan dukungan dan
sendiri pada penyalahguna NAPZA perhatian penuh saat menjalani masa-
sebagai fungsi afektif atau pemberi masa untuk kembali pulih dikarenakan
dukungan emosional, penyalahguna ini sangat baik untuk mempertahankan
NAPZA tidak produktif lagi keluarga motivasi yang telah ada. Penelitian
menjadi pemberi dukungan ekonomi yang menyatakan bahwa
dan perawatan kesehatan dimana penyalahguna NAPZA memiliki
keluarga diharapkan menjadi orang kecendrungan karakteristik yang
yang sangat berpengaruh dalam segala berbeda dengan orang-orang pada
aspek-aspek baik kesehatan, umumnya secara kognitif, behavioral,
mengambil keputusan maupun hal-hal sosial, emosional dan interpersonal.
lain dalam kehidupannya. Hasil Hal ini disebabkan oleh efek dari
penelitian ini telah sesuai dengan teori NAPZA yang bersifat merusak fungsi
fungsi dukungan keluarga menurut fisiologis tubuh ini menyebabkan
Friedman yaitu fungsi afektif, usaha penyalahguna NAPZA untuk
sosialisasi, dan ekonomi (Friedman lepas dari ketergantungan merupakan
dalam Sudiharto, 2007). usaha yang terus menerus dimana
penyalahguna mungkin saja
Penelitian ini menemukan mengalami Relaps dan menjadi
bahwa sebagian besar (90,8%) pecandu berulang jika tidak dapat
responden pada penelitian ini memiliki mempertahankan motivasi (Isnaeni,
motivasi tinggi untuk sembuh atau Hariyono, & Utami, 2011).
sejumlah 118 responden. Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat motivasi
Penelitian ini menemukan SIMPULAN DAN SARAN
bahwa mayoritas responden penelitian
menyatakan bahwa dukungan keluarga Simpulan
akan terasa sangat berarti pada kondisi Berdasarkan hasil penelitian dan
terpuruk yaitu stres. Responden pembahasan dapat disimpulkan
penyalahguna NAPZA di Lapas bahwa, Dukungan keluarga pada
Narkotika menyatakan bahwa mereka penyalahguna NAPZA di Lapas
merasa bersalah dan dukungan Narkotika Kelas II A Yogyakarta
keluarga meningkatkan keinginan sebagian besar atau 71,5% dalam
untuk kembali sehat. Hasil penelitian katagori tinggi. Tingkat motivasi
ini sependapat dengan penelitian untuk sembuh pada penyalahguna
Primanda (2015) menyatakan NAPZA di Lapas Narkotika Kelas II
kurangnya dukungan keluarga untuk A Yogyakarta sebagian besar 90,8%
proses kesembuhannya atau dalam katagori tinggi. Ada hubungan
lingkungan yang justru antara dukungan keluarga dengan
merendahkannya atau tidak tingkat motivasi untuk sembuh pada
menghargai usaha-usaha untuk penyalahguna NAPZA di Lapas
sembuh yang dilakukan mereka akan Narkotika Kelas II A Yogyakarta
menambah stres dan sulit untuk (p=0,000).
mengendalikan perasaan sehingga
individu akan rentan untuk kembali Saran
menggunakan NAPZA.
Bagi responden disarankan
Penelitian Habibi, Basri & untuk mempertahankan sikap dan
Rahmadani (2016) yang meneliti semangat untuk melupakan masa lalu
mengenai faktor-faktor yang dan keinginan untuk menjadi lebih
berhubungan dengan kekambuhan baik. Bagi keluarga yang memiliki
pengguna Narkoba pada pasien anggota keluarga yang menggunakan
rehabilitasi di Balai Rehabilitasi NAPZA diharapkan dapat selalu
Badan Narkotika Nasional Baddoka memberikan dukungan keluarga yang
Makassar tahun 2015 didapatkan dapat meningkat motivasi
faktor yang paling berpengaruh yang penyalahguna NAPZA. Bagi Lapas
membuat penyalahguna NAPZA Narkotika diharapkan dapatkan
relaps atau menjadi pecandu berulang menginovasi dan mempertahankan
adalah faktor dukungan keluarga program yang dapat memicu motivasi
dibandingkan faktor sosial ekonomi, sembuh pada narapidana. Bagi peneliti
jenis NAPZA yang digunakan dan selanjutnya diharapkan dapat meneliti
teman sebaya. Hal ini menunjukan faktor-faktor lain yang dapat
bahwa untuk mempertahankan mempengaruhi motivasi untuk sembuh
kesembuhan perlunya dukungan pada klien penyalahguna NAPZA.
keluarga yang bersifat terus-menerus
tidak hanya selama proses menuju
kesembuhan namun juga setelah
sembuh untuk mempertahankannya.
DAFTAR PUSTAKA badan narkotika nasional
baddoka makasar tahun 2015.
BNN. (2014). Laporan Akhir survei public health sience journal.
nasional perkembangan 8(1). 1-11.
penyalahguna Narkoba tahun
anggaran 2014. Yogyakarta: Isnaeni, Yulia; Hariyono, Widodo;
bnn-diy.com. Utami, Isti Ken. (2011).
Hubungan antara dukungan
BNN. (2015). Buku saku bahaya keluarga dengan keinginan
penyalahgunaan narkoba dan untuk sembuh pada
menghindar bahaya penyalahguna NAPZA di lapas
HIV/AIDS. Yogyakarta: BNN wirogunan kota Yogyakarta.
dan Dinas Kesehatan DIY. Jurnal kesehatan masyrakat
volume nomor 2 halaman 162-
BNN. (2014). Gambaran
232
penyalahguna NAPZA Tahun
2011-2014. Yogyakarta: BNN. Lubis, S.N. (2012). Hubungan faktor
internal dan faktor eksternal
BNN . (2012). Ringkasan Eksekutif,
dengan kekambuhan kembali
survei nasional perkembangan
pasien penyalahguna NAPZA
penyalahgunaan dan
di Kabupaten Deli Serdang.
peredaran gelap narkoba pada
Thesis. Dipublikasikan
kelompok pelajar, mahasiswa,
Fakultas Kesehatan
dan Masyrakat diindonesia
Masyarakat: Universitas
tahun 2011. Jakarta: BNN.
Sumatera Utara.
Dion, Y & Betan,Y. (2013). Asuhan repository.usu.ac.id/handle/123
Keperawatan Keluarga konsep 456789/38090. Diakses tanggal
dan praktik. Jakarta: Nuha 17 November 2016.
Medika. Nasir, A., & Muhith, A. (2011).
Fitria, N., Sriati, A., & Hernawaty, T. Dasar-Dasar Keperawatan
(2013). laporan pendahuluan Jiwa. Jakarta: Salemba
tentang masalah psikososial. Medika.
Jakarta: Salemba Medika. Primanda, W. (2015). Hubungan
Friedman, M., Bowden, V. R., & dukungan sosial dengan
Jones, E. (2010). Buku Ajar motivasi untuk sembuh pada
pengguna NAPZA di
Keperawatan Keluarga.
rehabilitasi BNN Tanah Merah
Jakarta: Penerbit Buku
Samarinda Kalimantan Timur.
Kedokteran: ECG.
E-journal psikologi. 3(3). 589-
Habibi. Basri, S. & Rahmadhani, F. 595.
(2016). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan
kekambuhan pengguna
narkoba pada pasien
rehabilitasi di balai rehabilitasi
Puspandari, R. Sunarsih, I. & Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa.
Widyatama, R. (2008). Bandung: Reflika Aditama.
Kontribusi testimoni dalam
Meningkatkan efektifitas
pendidikan kesehatan tentang
NAPZA di Kabupaten Sleman.
Berita Kedokteran Masyrakat.
24(3). 130-138.
Putra, B.S. (2011). Hubungan dukungan
sosial dengan motivasi untuk
sembuh pada pengguna
NAPZA di Rehabilitasi
Madani Mental Health Care.
Skripsi. Dipublikasikan
Fakultas Psikologi: Universitas
Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
http://respiratory.uinjkt.ac.id/ds
pace/bitstream/123456789/411
0/1/BAYU%SUKOCO%20PU
TRA-FPS.PDF. Diakses
tanggal 20 November 2016
Rimanan, B. & Raharjo, W. (2015). Studi
Kualitatif Motivasi Untuk
Sembuh Pada Narapidana
Napza Di Lembaga
Permasyarakatan Kelas II A
Pekalongan. Skripsi.
Dipublikasikan STIKES
Muhammadiyah Pekajangan
Pekalongan. http://www.e-
skripsi.stikesmuhpkj.ac.id/e-
skripsi/index.php?p=fstream&f
id=1075&bid=1137. Diakses
tanggal 10 Desember 2016.
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, Dan
R&D. Bandung: Alfebeta.
Sumiati, D. (2009). Asuhan Keperawatan
pada klien penyalahgunaan
dan ketergantungan NAPZA.
Jakarta: Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai