BANDUNG
SK. MENKUMHAM RI LIFESAVING
NOMOR : No. 01.LIFESAVING.02
C- Dokumen
2031.HT.01.02.TH.200 STANDAR No. Revisi 0
7 OPERASIONAL
Jl. Raya Laswi No.554, PROSEDURTanggal 1 Februari 2019
Ciparay, Telp. terbit
(022)5952729 Halaman 1/33
:
KLINIK EL-SHADDAI Dr. Gunawan
Ditandatangani oleh:
UTAMA Pimpinan
PENGERTIAN BATASAN/DEFINISI
Pasien Gawat Darurat : adalah pasien yang tiba-tiba berada dalam
keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya
atau anggota badanya (akan menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya (Asma bronkialis, Infark Miokardial Akut,
Keracunan)
Pasien Gawat Tidak Darurat : adalah pasien yang berada dalam
keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat (kanker
stadium lanjut)
Pasien Darurat Tidak Gawat : adalah pasien akibat musibah yang
datang tiba-tiba, tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota
badannya (luka sayat dangkal, fraktura lengan tanpa komplikasi)
Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat : adalah pasien tidak berada
dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya dan tidak memerlukan tindakan
darurat (batuk, flu, pegal linu)
Obat dan alat lifesaving diindikasikan untuk mempertahankan
nyawa penderita terutama untuk penderita yang datang dalam
keadaan gawat darurat atau pasien-pasien yang diluar kriteria gawat
darurat tetapi saat berobat mengalami keadaan gawat darurat
KEBIJAKAN
PADA ANAK-ANAK
Sebagai terapi henti jantung pada RJP
Rute IV untuk dosis I dengan 0,01 mg/kg BB (0,1 ml/kg BB
untuk pengenceran 1 : 10.000)
Rute IV dosis lanjut : 0,1 mg/kg BB (0,1 ml/kg BB untuk
pengenceran 1 : 1000) diulang tiap 3 - 5 menit selama jantung
belum berdenyut
Rute ETT : 0,1 mg/kg BB (0,1 ml/kg BB untuk pengenceran 1 :
1000) diulang tiap 3 - 5 menit hingga infus terpasang, untuk
selanjutnya berikan adrenalin melalui rute IV
Sebagai terapi pada bradikardia
ADRENALIN
Farmakologis
stimulan 1 reseptor di jantung meningkatkan denyut jantung
dan kontraksi otot jantung
stimulan reseptor di otot pembuluh darah sehingga
menyebabkan vasodilatasi khusus di otot lurik dari otot polos
bronkus menyebabkan bronkodilatasi
stimulan reseptor pada otot polos pembuluh darah otot
yang menyebabkan vasokonstriksi pada dosis yang tinggi
INDIKASI
pengaruh inotropik sehingga meningkatkan denyut jantung,
stroke volume dari Cardiac Output/Curah jantung pada
keadaan output yang rendah
manajemen terhadap syok anafilaktik
henti jantung, PEA (Pulseless Electrical Activitty)
udema saluran napas bagian atas dengan obstruksi
DOSIS
dosis adrenalin drip : 1 - 10 gr/menit bisa sampai 30
gram/menit bila diperlukan
untuk cardiac arrest atau PEA : dosis 1 mg/IV dapat diulang 3 -
5 menit kemudian
bila tidak berhasil dapat diberikan dengan cara :
intermediate : adrenalin 2 - 5 mg/IV/push, diulang tiap 3 - 5
menit
escalating : adrenalin 1 mg 3 mg 5 mg/IV/push
high :adrenalin 0,1 mg/kg BB/IV/push, diulang tiap 3 - 5
menit
anak syok anafilaktik : dosis 0,3 cc adrenalin (1 : 1000)/SC
DIAZEPAM (VALIUM)
FARMAKOLOGIS : induksi kerja GABA (Gamma Amino Butyric Acid)
INDIKASI
sedasi
alkohol withdrawal
status epileptikus
spasmeotot pada jari dengan trauma medulla spinalis
DOSIS
IV : mula-m,ua 2 - 20 mg (diencerkandengan NaCl 0,9 %)
pelan-pelan
Oral : 20 mg diulang tiap 8 jam
EFEK SAMPING : depresi pernapasan, hipotensi
DOBUTAMIN (DOBUTREX)
FARMAKOLOGIS
termasuk golongan katekolamin
stimulan 1 reseptor di jantung, meningkatkan denyut jantung
dan kontraksi otot jantung
stimulan 2 reseptor di otot polos pembuluh darah sehingga
menyebabkan vasodilatasi (khusus di otot lurik) dari otot polos
bronkus menyebabkan bronkodilatasi
stimulan reseptor pada otot polos pembuluh darah otot yang
menyebabkan vasokonstriksi pada dosis yang tinggi
INDIKASI
pengaruh inotropik support sehingga meningkatkan denyut
jantung, stroke volume dari Cardiac Output/Curah jantung
pada keadaan output yang rendah
PERINGATAN
hindarkan pemberian dobutamin apabila tekanan darah
sistolik < 100mm Hg dan terdapat tanda-tanda syok
dapat menimbulkan taki-aritmia, perubahan tekanan darah, pusing
kepala dan mual
DOSIS : 2,5 - 30 gr/kg BB/menit
EFEK SAMPING : sinus takikardia, supra ventrikuler aritmia dan
ventrikuler aritmia, nekrosis jaringan bila terjadi ekstravasasi
cairan ke jaringan (bocor infus line)
Pada syok kardiogenik
dosis : 2 - 20 gram/kg BB/menit, dilarutkan dalam dextrose 5
%, cairan RL atau NaCl 0,45 %
dosis anak : 5 - 10 gram/kg BB/menit
DOPAMIN
*0 FARMAKOLOGIS
*1 termasuk golongan katekolamin
*2 stimulan 1 reseptor di jantung, meningkatkan denyut jantung
dan kontraksi otot jantung
*3 pada dosis rendah (renal dose) efeknya predominan yaitu
stimulasi terhadap reseptor dopaminergik di ginjal dan
pembuluh darah mesenterium di ginjal sehingga
meningkatkan Renal Blood Flow, Glomerual Filtration Rate dan
ekskresi natrium
*4 pada dosis tinggi : stimulasi 1 reseptor vasokonstriksi
*5 INDIKASI
*6 Low dose infusion (2 - 5 gram/kg BB/menit) mencegah
penruunan fungsi ginjal pada pasien dengan Low Cardiac
Output
*7 Inotropic support (5 - 20 gram/kg BB/menit), meningkatkan
denyut jantung, stroke volume dan cardiac output
*8 EFEK SAMPING : dosis > 5 gram/kg BB/menit menyebabkan sinus
takikardia, supraventrikuler aritmia dan ventrikuler aritmia serta
nekrosis jaringan
*9 PERINGATAN :
*10 dopamin boleh diberikan pada penderita hipovolemia asal
telah mendapat cairan pengganti
*11 dopamin harus digunakan dengan hati-hati pada penderita
syok kardiogenik akibat gagal jantung kongestif
*12 dopamin dapat menimbulkan taki-aritmia dan vasokonstriksi
berlebihan
*13 dopamin tidak boleh digabung dengan Sodium Bikarbonat
*14 Pada syok kardiogenik
*15 dosis : 2 - 10 gram/kg BB/menit, dilarutakn dalam dextrose 5
%, cairan RL atau NaCl 0,9 %
*16 dosis anak :
*17 seringkali dimulai dengan 5 - 10 gram/kg BB/menit
*18 dosis umum : 2 - 20 gram/kg BB/menit
*19 apabiladiperlukan dosis > gram/kg BB/menit,
pertimbangkan untuk menggunakan obat golongan
adrenergik alternatif lain (mis. : epinefrin)
*20 Kasus lain (mis. Tekanan darah sistolik < 70 - 100 mm Hg dengan
tanda-tanda syok)
*21 dosis dewasa 2 - 20 gram/kg BB/menit dilarutkan dalam
dextrose 5 %, cairan RL atau NaCl 0,45 %
*22 Sebagai obat pengganti (second drug) untuk bradikardia yang
simtomatik setelah pemberian atropin
MORPHINE
*23 FARMAKOLOGIS
*24 efek opioid pada otak dan medulla spinalis menyebabkan
1. analgesik
2. sedasi
3. perubahan suasana hati
4. depresi pernapasan
5. mual dan muntah
6. menurunkan kontraksi saluran cerna
7. vasodilatator dan vasodilatasi
*25 INDIKASI
*26 analgesik pada post operasi/post trauma, nyeri dada dan
ansietas berkaitan dengan AMI (Acute Myocardial Infarction)
atau iskemia kardial
*27 sedatif
*28 menekan refleks napas spontan pada pasien dengan
penggunaan ventilator mode IPPV
*29 udema pulmonal akut (Syarat : tekanan darah harus adekuat)
*30 PERINGATAN
*31 morfin harus diberikan pelan-pelan dan dititrasikan
*32 dapat menekan refleks pernapasan sehingga harus berhati-
hati pada penderita udema pulmonal akut
*33 menimbulkan hipotensi terutama pada penderita dengan
hipovolemia
*34 DOSIS
*35 IV bolus : 2,5 - 10 mg (pelan-pelan 1 - 2 menit) dan dapat
diulang tiap 2 jam bila dibutuhkan
*36 IV drip : 0,5 - 2 mg/jam, bisa dinaikkan sampai 10 mg/jam
*37 EFEK SAMPING : mual, muntah, depresi pernapasan, hipotensi,
konstipasi dan withdrawal effect
*38 ANTIDOTUM : Naloxone 0,4 - 2,0 mg/IV tiap 2 menit
*39 Pada AMI dengan nyeri dada atau gelisah
*40 dosis : dimulai dengan 1 - 3 mg/IV/pelan-pelan ( > 1 - 5 menit)
*41 frekuensi : boleh diulang atau disesuaikan dengan kondisi
penderita setiap 5 - 30 menit
*42 Pada udema paru akut
*43 dosis : dimulai dengan 1 - 3 mg/IV/pelan-pelan ( > 1 - 5 menit)
*44 frekuensi : boleh diulang atau disesuaikan dengan kondisi
penderita setiap 5 - 30 menit
LIDOKAIN
*66 INDIKASI
*67 terapi bolus untuk cardiac arrest akibat VF/VT yang tidak
memberikan efek terhaap defibrilasi maupun pemberian
epinefrin
*68 VT-stabil dengan nadi teraba, QRS kompleks lebar dan PSVT
dengan kompleks QRS lebar
*69 PERINGATAN
*70 lidokain tidak direkomendasikan sebagai terapi profilaktik pada
kasus AMI
*71 pada kasus gangguan faal hati dan disfungsi ventrikel kiri
maka dosis lidokain harus dikurangi
*72 INDIKASI
*73 Pada Cardiac Arrest karena VF atau Pulseless VT
*74 Dosis awal : 1 - 1,5 mg/kg BB/IV bolus
*75 untuk kasus refrakter : boleh diulangi 1 - 1,5 mg/kg BB/IV
3 - 5 menit kemudian sampai dosis total maksimum
mencapai 3 mg/kg BB
*76 maksimal dosis 3 mg/kg BB
*77 Dosis pemeliharaan : 2 - 4 mg/menit (30 - 50 gram/kg
BB./menit)
AMINOFILIN
*114 Sebagai bronkodilatator pada terapi status asmatikus/asma
dalam serangan
*115 Dosis :
*116 maksimal dosis
*117 Dosis pemeliharaan :
*118 Pada pengobatan udema paru akut
*119 Dosis beban : 5 mg/kg BB/IV dihabiskan dalam waktu >
30 - 45 menit, jangan melebihi 500 mg
*120 dilanjutkan dengan per infus (0,5 - 0,7 mg/kg BB/jam)
SODIUM BIKARBONAT
*121 Pada keadaan metabolik asidosis
*122 Dosis : 1 mEq/kg BB, dilarutkan dalam 20 - 50 cc NaCl 0,9
% atau RL
*123 harus habis dalam 1 - 2 jam tergantung keadaan
*124 Saat RJP sebagai buffer pada Cardiac Arrest
*125 Dosis : 1 mEq/kg BB bolus harus habisdalam 15 menit
*126 frekuensi : boleh diulang setelah 10 menit, dengan dosis
½ dosis semula
*127 Pada keracunan jengkol
*128 dosis : 1 mEq/kg Bb, dilarutkan dalam 100 - 200 cc NaCl
0,0 % atau Rl
*129 harus habis dalam 1 - 2 jam
LASIX
*130 Sebagai terapi tambahan pada udem paru akut
*131 Dosis : 0,5 - 1 mg/kg BB diberikan dalam > 1 - 2 menit
*132 bila tidak ada respons, dosis dinaikkan menjadi 2 mg/kg
BB/IV/pelan-pelan
CALCIUM CHLORIDA
*133 Pada keadaan hiperkalemia dan sebagai antidotum keracunan
obat golongan Calcium Antagonist
*134 Dosis : 5 - 10 ml/IV
*135 Pencegahan pada penggunaan Calcium Antagonist untuk
mencegah hipotensi
*136 Dosis : 2 ml/IV
*137 1 mEq/kg BB bolus harus habisdalam 15 menit
KALMETASON
*138 Pada keadaan asma dalam serangan
*139 Dosis : diberikan 1 ampul (5 mg) atau 2 ampul (10 mg)
secara intravena
*140 Untuk keadaan Status Asmatikus
*141 Dosis : diberikan 2 ampul (10 mg) secara intravena
*142 Pada reaksi alergi karena obat
*143 Keadaan berat : diberikan 10 mg/IV
*144 Keadaan ringan : diberikan 5 mg/IV
*145 Pada syok anafilaktik
*146 dosis : 5 mg/IV
SULFAS ATROPIN
*147 INDIKASI
*148 sebagai obat pilihan pertama bagi kasus bradikardia
simtomatik
*149 sebagai obat pilihan kedua (setelah pemberian adrenalin)
pada penderita asistol atau Bradycardic Pulseless Electrical
Activity
*150 PERINGATAN
*151 berikan dengan hati-hati pada kasus Iskemia miokardium
dan keadaan hipoksia
*152 sulfas atropin meningkatkan kebutuhan oksigen
miokardium (myocardial oxygen demand)
*153 hindarkan pemberian sulfas atropin pada penderita
hipotermia
jarang memberikan efek yang efektif padakasus AV blok infranodal
dan AV blok-baru derajat 3 dengan QRS kompleks yang lebar
*154 INDIKASI
*155 Pada kasus Asistol atau PEA (Pulseless Electrical Activity)
*156 1 mg/IV/push
*157 Sulfas atropin dapat diulang setiap 3 - 5 menit hingga
mencapai dosis maksimum 0,03 - 0,04 mg/kg BB
*158 Pada keadaan bradikardia
*159 Dosis : 0,5 - 1 mg/IV (tidak melebihi dosis 0,03 - 0,04
mg/kg BB)
*160 pada keadaan klinis berat berikan dosis tinggi (0,04
mg/kg BB) dengan interval pendek (3 menit sekali)
*161 frekuensi : diulang setiap 3 - 5 menit sampai bradikardia
teratasi
*162 Pada bronkospasme (sebagai bronkodilator)
*163 Dosis : 1 ml (0,25 mg/ml) dalam 3 ml NaCl 0,9 %
*164 frekuensi : setiap 6 jam
*165 Pada kasus keracunan organofosfat (sebagai tindakan
terapi)
*166 Dosis : 2 ml/IV
*167 frekuensi : diulang setiap 3 - 5 menit sampai pupil
midriassi (± 10 mm)
*168 Pada anak :
*169 0,02 mg/kg BB
*170 dosis tunggal minimum : 0,1 mg
*171 dosis anak maksimum child single dose : 0,5 mg
*172 dosis total anak maksimum child total dose : 1 mg
AMIODARON
*173 Mekanisme kerja
*174 Bekerja pada Na+, K+ dan Ca channel,
*175 Efek kerjanya setara dengan obat dan blocker
*176 INDIKASI
*177 Merupakan obat anti aritmia atrial dan aritmia ventrikel
*178 DOSIS
*179 Pada VF / VT tanpa nadi
*180 Diberikan bolus 300 mg dilarutkan dalam 20 – 30 ml
*181 Dapat diulang dengan dosis 150 mg dengan selang
waktu pemberian 3 – 5 menit sampai dosis maksimal
mencapai 2,2 gram dalam waktu 24 jam (dosis kumulatif)
*182 Pada Takikardia Stabil
*183 Diberikan 150 mg dalam waktu 10 menit
*184 Dapat diulang dengan dosis yang sama (150 mg) setiap
10 menit
*185 Dosis maksimal mencapai 2,2 gram dalam waktu 24 jam
(dosis kumulatif)
*186 Dapat diberikan secara drip dengan dosis 0,5 mg/menit
ADENOSIN
*187 Mekanisme kerja
*188 Merupakan nukleosida purin endogen yang memperlambat
konduksi di AV Node, memutus jalur AV Nodal, jalur Re Entry
dan dapat mengatasi PSVT
*189 Masa kerjanya pendek ( < 5 detik), oleh sebab itu harus
diberikan secara cepat ( dalam waktu 1 – 3 detik di push )
kemudian diikuti cairan pendorong sebanyak 20 ml ( di flush )
*190 INDIKASI
*191 Untuk konversi PSVT menjadi ritme sinus
*192 DOSIS
*193 Dosis awal 6 mg
Jika tidak ada respons selama 1 – 2 menit setelah pemberian,
diberikan ulangan sebanyak 12 mg dengan cara yang sama
1. PETUNJUK TEKNIS DEFIBFILATOR
*194 oleskan krim EKG pada paddle defibrilator sampai rata
*195 lakukan langkah-langkah sebagai berikut :
*196 putar power on dan tentukan energi yang akan diberikan. Pilih
dan tekan modul yang harus diberikan, “Synchronize” atau
“Asynchronize”
*197 isi energi dengan cara menekan tombol charge di alat
defibrilator atau penolong yang memegang paddle dapat
menekan tombol yang ada pada paddle untuk mulai melakukan
charge
*198 tekan tombol charge sampai tampil nilai energi pada monitor
sesuai dengan yang dibutuhkan
*199 letakkan paddle sternum pada sternum ICS 2-3 kanan pasien
dan paddle apex pada apeks kordis yaitu ICS 4-5 kiri pasien,
tekan sampai antara padle dan kulit pasien tidak ada celah.
*200 perawat/dokter yang akan melakukan defibrilasi memberikan
aba-aba bahwa defibrilasi akan dilakukan dengan mengatakan
“dc siap”
*201 berikan energi yang sudah ditentukan dengan cara menekan
tombol di ujung depan paddle dengan jari telunjuk bersamaan
baik paddle sternum maupun paddle apex
*202 bila energi akan diberikan lagi, perhatikan apakah krim EKG
perlu ditambah dan lakukan langkah semula
*203 Catatan : bila akan melakukan defibrilasi, pasien harus dalam
keadaan tidur, dan bila masih sadar dapat diberikan suntikan
valium 5-10 mg/IV (bila memungkinkan)
2. PETUNJUK TEKNIS PEMASANGAN NON INVASIVE PACING
*204 putar monitor on
*205 tempelkan elektroda EKG
*206 sambungkan modul invasiv pacing ke defibrilator
*207 tempelkan electrode pacing non invasive defibrilator pada
lokasi dengan petunjuk pada gambar yang ada pada elektrode
*208 tekan pacer on
*209 tentukan frekuensi pacing (misalnya 70x/menit)
*210 tekan start
*211 naikkan output sampai terdapat stimulasi yang efektif
*212 jika pasien akan mendapat defibrilasi, maka putar tombol “1”
Select Energy
*213 Energi sampai dengan nilai yang dibutuhkan
*214 tekan charge maka energi akan diberikan
3. PETUNJUK TEKNIS PEMASANGAN VENTILATOR
*215 Setting Sirkuit Ventilator “Drager Evita I”
*216 pasangkan water trap pada sirkuit inspirasi dan sirkuit ekspirasi
*217 bagian distal sirkuit inspirasi sambungkan ke “Y” piece, bagian
proksimal dihubungkan dengan humidifier kemudian pasangkan
sensor temperatur pada “Y” piece
*218 sirkuit ekspirasi bagian distal disambungkan ke “Y” piece,
bagian proksimall sambungkan ke ventilator (ekspirasi)
*219 sirkuit terpendek dihubungkan dari mesin ventilator ke
humidifier
*220 setelah “setting” selesai, lakukan test dengan menggunakan
paru-paru buatan untuk memastikan apakah ventilator berfungsi
baik
*221 Langkah-langkah
isi humidifier dengan akuades steril s/d batas maksimal
*0 hubungkan ventilator dan humidifier dengan sumber listrik,
kemudian nyalakan mesin dengan cara menekan tombol on
*1 tekan power on dan nyalakan humidifier
*2 hubungkan ventilator dengan sumber oksigen dan udara tekan
*3 pilih modus ventilator sesuai dengan instruksi dokter dan sesuai
kebutuhan pasien atau berdasarkan hasil BGA
*4 tentukan TV (Tidal Volume) = 10 - 15 cc/kg BB pasien
*5 tentukan RR (10 - 15 x/menit)
*6 tentukan FiO2 sesuai dengan kebuituhan pasien atau berdasarkan
hasil BGA, saturasi oksigen dan kebutuhan pasien
*7 Paska resusitrasi, pemberian O2 100 % maksimal selama 1 jam
*8 tentukan I : E sesuai dengan kebutuhan pasien atau berdasarkan
hasil BGA
*9 set P max (20 - 30 mBar)
*10 PEEP : ditentukan oleh kondisi pasien, bila udema paru, PEEP
dimulai dari -5 mBar, pada pasien bukan dengan udema
pulmonal, PEEP dimulai dari 0 - 5 mBar. PEEP dapat dinaikkan
bertahap maksimal s/d -15 mBar
*11 ventilator Drager Evita I hanya dapat dipakai oleh pasien
dewasa/anak dengan BB minimal 10 kg
*12 setting upper dan lower limit alarm : minute volume pada display
ventilator 20 % diatas dan dibawah MV yang dibutuhkan pasien
4. PETUNJUK TEKNIS PEMAKAIAN LARINGOSKOP
*222 pemilihan daun/blade laringoskop disesuaikan dengan panjang
rongga mulut dan kondisi penderita serta penderitanya tua atau
muda
*223 pada umumnya dipergunakan blade bengkok namun anak kecil
lebih disukai untuk menggunakan blade lurus
*224 pasangkan blade pada gagang laringoskop dan perhatikan
apakah lampu menyala
*225 posisi kepala penderita sedikit ekstensi, kepala diganjal bantal
atau seprei tipis
*226 pegang tangkai laringoskop dengan tangan kiri dan masukkan
blade ke dalam mulut penderita dari sisi kanan dan teruskan sampai
masuk ke dalam mulut
1 Spuit 1 cc 5 buah
2 Spuit 3 cc 5 buah
3 Spuit 5 cc 5 buah
4 Spuit 10 cc 5 buah
5 Spuit 20 cc 2 buah
6 Spuit 30 cc 2 buah
7 Spuit 50 cc 2 buah
8 Needle no. 25 10 buah
9 Needle no. 23 5 buah
10 Needle no. 19 5 buah
11 Wing needle no. 25/23 2/2 buah
12 Extension tube 1 buah
13 Abbocath 14/16/18/20/22/24 5 buah
14 Spuit astrup/BGA/Freza Pak II 2 buah
15 Three way/stop cock
16 Papan resusitasi + tiang infus 1 buah
17 O 2 central + selang O 2 1 buah
18 O 2 kecil/transport 1 buah
19 Suction central 1 buah
20 Ventilator 1 buah
21 Tensimeter 1 buah
22 Lampu pemeriksaan 1 buah
1 Stetoskop 1 buah
2 Laringoskop dewasa/anak-anak 1 buah
3 Magil forseps + klem udara
4 Tuba orotrakeal
5 Spuit 20 cc
6 Gunting plester/plester
7 Air viva/ambu bag + masker dewasa/anak-anak
8 Bengkok 1 buah
9 Kapas alkohol/betadin cair, betadin zalf/alkohol 70%
10 Xylocain spray 1 buah
11 Mandrain ETT 1 buah
12 Monitor ECG + defibrilator + elektroda
13 Krim ECG 1 buah
ADRENALIN
FARMAKOLOGIS
stimulan 1 reseptor di jantung, meningkatkan denyut jantung dan kontraksi otot
jantung
stimulan 2 reseptor di otot polos pembuluh darah sehingga menyebabkan
vasodilatasi (khusus di otot lurik) dari otot polos bronkus menyebabkan
bronkodilatasi
stimulan reseptor pada otot polos pembuluh darah otot yang menyebabkan
vasokonstriksi pada dosis yang tinggi
INDIKASI
pengaruh inotropik sehingga meningkatkan denyut jantung, stroke volume dari
Cardiac Output/Curah jantung pada keadaan output yang rendah
manajemen terhadap syok anafilaktik
henti jantung, PEA (Pulseless Electrical Activitty)
udema saluran napas bagian atas dengan obstruksi
DOSIS
dosis drip : 1 - 10 gr/menit bisa sampai 30 gram/menit bila diperlukan
untuk cardiac arrest atau PEA : dosis 1 mg/IV dapat diulang tiap 3 - 5 menit
bila tidak berhasil dapat diberikan dengan cara :
intermediate : adrenalin 2 - 5 mg/IV/push, diulang tiap 3 - 5 menit
escalating : adrenalin 1 mg 3 mg 5 mg/IV/push
high :adrenalin 0,1 mg/kg BB/IV/push, diulang tiap 3 - 5 menit
anak syok anafilaktik : dosis 0,3 cc adrenalin (1 : 1000)/SC
PADA ANAK-ANAK
Sebagai terapi henti jantung pada RJP
Rute IV untuk dosis I dengan 0,01 mg/kg BB (0,1 ml/kg BB untuk pengenceran 1 :
10.000)
Rute IV dosis lanjut : 0,1 mg/kg BB (0,1 ml/kg BB untuk pengenceran 1 : 1000)
diulang tiap 3 - 5 menit selama jantung belum berdenyut
Rute ETT : 0,1 mg/kg BB (0,1 ml/kg BB untuk pengenceran 1 : 1000) diulang tiap
3 - 5 menit hingga infus terpasang, untuk selanjutnya berikan adrenalin melalui
rute IV
Sebagai terapi pada bradikardia
Rute IV : 0,01 mg/kg BB (0,1 ml/kg BB untuk pengenceran 1 : 10.000)
DIAZEPAM (VALIUM)
FARMAKOLOGIS
induksi kerja GABA (Gamma Amino Butyric Acid)
INDIKASI
sedasi
alkohol withdrawal
status epileptikus
spasmeotot pada jari dengan trauma medulla spinalis
DOSIS
IV : mula-mula 2 - 20 mg (diencerkan dengan NaCl 0,9 %) pelan-pelan
Oral : 20 mg diulang tiap 8 jam
EFEK SAMPING : depresi pernapasan, hipotensi
DOBUTAMIN (DOBUTREX)
FARMAKOLOGIS
termasuk golongan katekolamin
stimulan 1 reseptor di jantung, meningkatkan denyut jantung
dan kontraksi otot jantung
stimulan 2 reseptor di otot polos pembuluh darah sehingga
menyebabkan vasodilatasi (khusus di otot lurik) dari otot polos
bronkus menyebabkan bronkodilatasi
stimulan reseptor pada otot polos pembuluh darah otot yang
menyebabkan vasokonstriksi pada dosis yang tinggi
INDIKASI
pengaruh inotropik support sehingga meningkatkan denyut
jantung, stroke volume dari Cardiac Output/Curah jantung pada
keadaan output yang rendah
PERINGATAN
hindarkan pemberian dobutamin apabila tekanan darah sistolik
< 100mm Hg dan terdapat tanda-tanda syok
dapat menimbulkan taki-aritmia, perubahan tekanan darah,
pusing kepala dan mual
DOSIS
2,5 - 30 gr/kg BB/menit
EFEK SAMPING : sinus takikardia, supra ventrikuler aritmia dan
ventrikuler aritmia, nekrosis jaringan bila terjadi ekstravasasi
cairan ke jaringan (bocor infus line)
Pada syok kardiogenik
dosis dewasa : 2 - 20 gram/kg BB/menit, dilarutkan dalam
dextrose 5 %, cairan RL atau NaCl 0,45 %
dosis anak : 5 - 10 gram/kg BB/menit
DOPAMIN
FARMAKOLOGIS
termasuk golongan katekolamin
stimulan 1 reseptor di jantung, meningkatkan denyut jantung
dan kontraksi otot jantung
pada dosis rendah (renal dose) efeknya predominan yaitu
stimulasi terhadap reseptor dopaminergik di ginjal dan
pembuluh darah mesenterium di ginjal sehingga meningkatkan
Renal Blood Flow, Glomerual Filtration Rate dan ekskresi
natrium
pada dosis tinggi : stimulasi 1 reseptor vasokonstriksi
INDIKASI
Low dose infusion (2 - 5 gram/kg BB/menit) mencegah
penruunan fungsi ginjal pada pasien dengan Low Cardiac
Output
Inotropic support (5 - 20 gram/kg BB/menit), meningkatkan
denyut jantung, stroke volume dan cardiac output
EFEK SAMPING : dosis > 5 gram/kg BB/menit menyebabkan sinus
takikardia, supraventrikuler aritmia dan ventrikuler aritmia serta
nekrosis jaringan
PERINGATAN :
dopamin boleh diberikan pada penderita hipovolemia asal telah
mendapat cairan pengganti
dopamin harus digunakan dengan hati-hati pada penderita syok
kardiogenik akibat gagal jantung kongestif
dopamin dapat menimbulkan taki-aritmia dan vasokonstriksi
berlebihan
dopamin tidak boleh digabung dengan Sodium Bikarbonat
Sebagai obat pengganti (second drug) untuk bradikardia yang
simtomatik setelah pemberian atropin
Pada syok kardiogenik
dosis : 2 - 10 gram/kg BB/menit, dilarutakn dalam dextrose 5
%, cairan RL atau NaCl 0,9 %
dosis anak :
seringkali dimulai dengan 5 - 10 gram/kg BB/menit,
dosis umum : 2 - 20 gram/kg BB/menit
apabila diperlukan dosis > 20 gram/kg BB/menit,
pertimbangkan untuk menggunakan obat golongan
adrenergik alternatif lain (mis : epinefrin)
MORPHINE
FARMAKOLOGIS
efek opioid pada otak dan medulla spinalis menyebabkan
1. analgesik
2. sedasi
3. perubahan suasana hati
4. depresi pernapasan
5. mual dan muntah
6. menurunkan kontraksi saluran cerna
7. vasodilatator dan vasodilatasi
INDIKASI
analgesik pada post operasi/post trauma, nyeri dada dan
ansietas berkaitan dengan AMI (Acute Myocardial Infarction)
atau iskemia kardial
sedatif
menekan refleks napas spontan pada pasien dengan
penggunaan ventilator mode IPPV
udema pulmonal akut (Syarat : tekanan darah harus adekuat)
PERINGATAN
morfin harus diberikan pelan-pelan dan dititrasikan
dapat menekan refleks pernapasan sehingga harus berhati-hati
pada penderita udema pulmonal akut
menimbulkan hipotensi terutama pada penderita dengan
hipovolemia
DOSIS
IV bolus : 2,5 - 10 mg (pelan-pelan 1 - 2 menit) dan dapat
diulang tiap 2 jam bila dibutuhkan
IV drip : 0,5 - 2 mg/jam, bisa dinaikkan sampai 10 mg/jam
EFEK SAMPING : mual, muntah, depresi pernapasan, hipotensi,
konstipasi dan withdrawal effect
ANTIDOTUM : Naloxone 0,4 - 2,0 mg/IV tiap 2 menit
Pada AMI dengan nyeri dada atau gelisah
dosis : dimulai dengan 1 - 3 mg/IV/pelan-pelan ( > 1 - 5 menit)
frekuensi : boleh diulang atau disesuaikan dengan kondisi
penderita setiap 5 - 30 menit
Pada udema paru akut
dosis : dimulai dengan 1 - 3 mg/IV/pelan-pelan ( > 1 - 5 menit)
frekuensi : boleh diulang atau disesuaikan dengan kondisi
penderita setiap 5 - 30 menit
VERAPAMIL (ISOPTIN)
FARMAKOLOGIS
termasuk golongan Calcium Channel Antagonist
dilatasi arteriola koroner dan sistemik
INDIKASI
supraventrikuler takikardia
kontrol ventricular rate pada atrial fibrillation
anti angina pektoris pada pasien dengan Ischaemic Heart
Disease
PERINGATAN
jangan gunakan obat ini bagi penderita takikardia dengan
kompleks QRS lebar tanpa sebab jelas
hindarkan pemberian obat ini bagi penderita Sindroma Wolff-
Parkinson-White dan penderita AV blok derajat 2 atau derajat 3
yang belum dipasang pace maker
gunakan dengan amat hati-hati pada penderita yang sedang
mendapat terapi beta bloker oral
DOSIS
IV bolus : 5 - 10 mg diencerkan jadi 10 cc dengan NaCl 0,09
%/dalam 1-2 menit, dosis diberikan dengan kenaikan 1 mg
sangat didapat respon
IV drip : 2 - 5 mg/jam
EFEK SAMPING : bradikardia/asistol, hipotensi, eksaserbasigagal
jantung, konstipasi
Hati-hati, jangan diberikan bersama-sama dengan obat -blocker
ISOPRENALIN (ISUPREL)
FARMAKOLOGIS
termasuk golongan katekolamin
stimulan 1 reseptor di jantung, meningkatkan denyut jantung
dan kontraksi otot jantung
stimulan 2 reseptor di otot polos pembuluh darah sehingga
menyebabkan vasodilatasi (khusus di otot lurik) dari otot polos
bronkus menyebabkan bronkodilatasi
mulai bekerja setelah 30 detik setelah pemberian IV, efek
maksimal tercapai setelah 2 -5 menit
INDIKASI
bradi-aritmia berat
torsade des pointes arrhythmias
inotropic support terhadap jantung
menurunkan pulmonary vascular ressistance pada jaringan
dengan gagal jantung kanan berat
DOSIS
0,5 - 10 gr/kg BB/menit
EFEK SAMPING : takikardia, aritmia, hipotensi, iskemik miokardium
Sebagai bronkodilatator
dosis : 0,3 cc (1 : 200) dalam 3 ml NaCl 0,9 %/IV
frekuensi : tiap 4 jam, atau 4 kali sehari
Sebagai kontrol sementara pada pasien dengan bradikardia
dosis : per infus 2 - 10 gram/menit ditittrasi sampai didapat
denyut jantung yang adekuat
Untuk Torsade de pointes yang refrakter setelah pemberian MgSO 4
dosis : 2 - 10 gram/menit per infus ditittrasi sampai didapat
supresi VT
LIGNOCAINE (XYLOCARD)
FARMAKOLOGIS
sebagai anestesi lokal dan anti aritmia kelas I B
duration of action tercapai dalam 45 - 90 detik setelah
pemberian intravena dan efekny a dipertahankan dalam 10 -
20 menit
INDIKASI
terapi untuk sustained ventrricular tachycardia
terapi untuk ventricular fibrillation
DOSIS
IV bolus : 1 -2 mg/kg BB (biasanya 50 - 100 mg) selama 10 - 20
detik, dapat diulang dengan dosis 0,5 - 1 mg/kg BB
IV drip : jam pertama 3 mg/menit, kemudian 2 mg/menit
EFEK SAMPING :
efek CNS : drowsiness, agitasi, numbness, gangguan bicara,
dryness, twitching otot, konvulsi
dosis sedang : efek inotropik negatif
bradikardia dan AV blok
LIDOKAIN
INDIKASI
terapi bolus untuk cardiac arrest akibat VF/VT yang tidak
memberikan efek terhaap defibrilasi maupun pemberian
epinefrin
VT-stabil dengan nadi teraba, QRS kompleks lebar dan PSVT
dengan kompleks QRS lebar
PERINGATAN
lidokain tidak direkomendasikan sebagai terapi profilaktik pada
kasus AMI
pada kasus gangguan faal hati dan disfungsi ventrikel kiri maka
dosis lidokain harus dikurangi
INDIKASI
Pada Cardiac Arrest karena VF atau Pulseless VT
Dosis awal : 1 - 1,5 mg/kg BB/IV bolus
untuk kasus refrakter : boleh diulangi 1 - 1,5 mg/kg BB/IV 3 -
5 menit kemudian sampai dosis total maksimum mencapai 3
mg/kg BB
maksimal dosis 3 mg/kg BB
Dosis pemeliharaan : 2 - 4 mg/menit (30 - 50 gram/kg
BB./menit)
Untuk VT yang stabil, wide complex PSVT, wide complex
Tachycardia of Uncertain Type
Dosis : 1 - 1,5 mg/kg BB/IV cepat
frekuensi : diulang setiap 5 - 10 menit ldengan dosis
maksimal 3 mg/kg BB
Dosis pemeliharaan : 2 - 4 mg/menit
Pada anak-anak/bayi
dosis bolus : 1 mg/kg BB/IV push
drip : 20 - 50 gram/kg BB/menit (1 - 2,5 ml/kg BB/jam)
SULFAS ATROPIN
INDIKASI
sebagai obat pilihan pertama bagi kasus bradikardia simtomatik
sebagai obat pilihan kedua (setelah pemberian adrenalin) pada
penderita asistol atau Bradycardic Pulseless Electrical Activity
PERINGATAN
berikan dengan hati-hati pada kasus Iskemia miokardium dan
keadaan hipoksia
sulfas atropin meningkatkan kebutuhan oksigen miokardium
(myocardial oxygen demand)
hindarkan pemberian sulfas atropin pada penderita hipotermia
jarang memberikan efek yang efektif padakasus AV blok
infranodal dan AV blok-baru derajat 3 dengan QRS kompleks
yang lebar
INDIKASI
Pada kasus Asistol atau PEA (Pulseless Electrical Activity)
1 mg/IV/push
Sulfas atropin dapat diulang setiap 3 - 5 menit hingga
mencapai dosis maksimum 0,03 - 0,04 mg/kg BB
Pada keadaan bradikardia
Dosis : 0,5 - 1 mg/IV (tidak melebihi dosis 0,03 - 0,04 mg/kg
BB)
pada keadaan klinis berat berikan dosis tinggi (0,04 mg/kg
BB) dengan interval pendek (3 menit sekali)
frekuensi : diulang setiap 3 - 5 menit sampai bradikardia
teratasi
Pada bronkospasme (sebagai bronkodilator)
Dosis : 1 ml (0,25 mg/ml) dalam 3 ml NaCl 0,9 %
frekuensi : setiap 6 jam
Pada kasus keracunan organofosfat (sebagai tindakan terapi)
Dosis : 2 ml/IV
frekuensi : diulang setiap 3 - 5 menit sampai pupil midriassi
(± 10 mm)
Pada anak :
0,02 mg/kg BB
dosis tunggal minimum : 0,1 mg
dosis anak maksimum child single dose : 0,5 mg
dosis total anak maksimum child total dose : 1 mg
MAGNESIUM (MgSO4)
FARMAKOLOGIS
Magnesium penting sebagai kofaktor pada sistim energi tubuh
diperlukan untuk eksitabilitas neuron normal dari kontraksi
jantung agar konduksi jantungnya berjalan normal
mekansime magnesium pad aktivitasanti aritmia belum
diketahui
INDIKASI
atrial taki-aritmia (termasuk atrial flutter) terutama atrial
fibrillation
ventricular arrthythmia, khususnya VES, VT dan VF yang
refrakter
terapi pengganti pada hipomagnesemia simtomatik
pasien obstetrik untuk pencegahan dan pengobatan kejang
pada pre eklampsia dan eklampsia
DOSIS
untuk terapi anti aritmia : 0,15 Mmol/kg (rata-rata 10 Mmol
untuk BB 70 kg)/IV/pelan-pelan lebih dari 5 menit dilanjutkan
infusion drip 0,1 Mmol/kg BB/hari
EFEK SAMPING : berupa tanda-tanda overdosis magnesium
1. reflex tendon hilang
2. kelemahan otot,l hipoventilasi dan henti napas
3. hipotensi’
4. bradikardia, AV blok, pelebaran QRS complex dan henti jantung
Pada henti jantung karena torsade de pointes atau
hipomagnesemia
dosis : 1 - 2 gram, dilarutkan dalam 10 cc dextrose 5 %/IV
diberikan dalam > 1 - 2 menit
Pada ventrikel fibrilasi yang refrakter
dosis : 1 - 2 gram, dilarutkan dalam 10 cc dextrose 5 %/IV
diberikan dalam > 1 - 2 menit
Pada torsade de pointes
dosis beban : 1 - 2 gram dalam 50 - 100 cc dextrose 5 %
diberikan dalam 5 - 60 menit
dosis pemeliharaan : 1 - 4 gram/jam
DIGOXIN
FARMAKOLOGIS
meningkatkan efektifitas perioderefrakter dari AV node dan
menruunkan ventricular rate/respon pada atrial fibrillation
meningkatkan kontraksi jantung
meningkatkan tonus vagus dan menurunkan tonus simpatis
pada jantung
INDIKASI
atrial flutter/agtrial fibvrillasi dengan ventricular rate yang
cepat
gagal jantung
DOSIS
IV bolus pada dewasa : 1 - 1,5 mg (sebelumnya tidak mendapat
terapi digoxin) dan dapat diulang 3 - 4 kali sehari
Dosis pemeliharaan : 62,5 - 125 mg/hari padapasien dengan
fungsi ginjal normal
EFEK SAMPING : nausea , vomiitus dan nyeri abdomen,drowsiness,
bingung, gangguan fugnsi penglihatan, aritmia, termasuk
junctional bradicardia, VES dan AV blok derajat 2 dan 3
Hati-hati pada
1. hipokalemia, harus dikoreksi dulu sebelum pemberian digoxin
2. kecepatan pemberian jangan melebihi 25 mg/menit
3. dosis pemeliharaan harus dikurangi pada pasien dengan
penurunan fungsi ginjal
AMINOFILIN
CALCIUM CHLORIDA
KALMETASON
Mekanisme kerja
Bekerja pada Na+, K+ dan Ca channel,
Efek kerjanya setara dengan obat dan blocker
INDIKASI
Merupakan obat anti aritmia atrial dan aritmia ventrikel
DOSIS
Pada VF / VT tanpa nadi
Diberikan bolus 300 mg dilarutkan dalam 20 – 30 ml
Dapat diulang dengan dosis 150 mg dengan selang waktu
pemberian 3 – 5 menit sampai dosis maksimal mencapai 2,2
gram dalam waktu 24 jam (dosis kumulatif)
Pada Takikardia Stabil
Diberikan 150 mg dalam waktu 10 menit
Dapat diulang dengan dosis yang sama (150 mg) setiap 10
menit
Dosis maksimal mencapai 2,2 gram dalam waktu 24 jam
(dosis kumulatif)
Dapat diberikan secara drip dengan dosis 0,5 mg/menit
ADENOSIN
Mekanisme kerja
Merupakan nukleosida purin endogen yang memperlambat
konduksi di AV Node, memutus jalur AV Nodal, jalur Re Entry
dan dapat mengatasi PSVT
Masa kerjanya pendek ( < 5 detik), oleh sebab itu harus
diberikan secara cepat ( dalam waktu 1 – 3 detik di push )
kemudian diikuti cairan pendorong sebanyak 20 ml ( di flush )
INDIKASI
Untuk konversi PSVT menjadi ritme sinus
DOSIS
Dosis awal 6 mg
Jika tidak ada respons selama 1 – 2 menit setelah pemberian,
diberikan ulangan sebanyak 12 mg dengan cara yang sama