Anda di halaman 1dari 22

UAS MATA KULIAH AKK

RENSTRA ANALISA PERMASALAHAN


PENYAKIT MENULAR DI PUSKESMAS MAEK TAHUN 2017

Oleh :

FERI ANTONI
NIM. 1713201078

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


STIKES FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini telah berhasil


meningkatkan derajat kesehatan secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai berbagai
masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya berbagai masalah kesehatan dan kurang
memuaskannya kinerja pembangunan kesehatan.
Puskesmas Maek, adalah puskesmas pemerintah, yang didirikan dengan tujuan
terselenggaranya pelayanan kesehatan perorangan, pelayanan kesehatan masyarakat dan
pelayanan penunjang yang professional, prima, bermutu dan terjamin sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi, dapat memenuhi kebutuhan dan harapan
masyarakat/pelanggan dengan pelayanan kesehatan termasuk penyakit menular.
Surveilans epidemiologi merupakan kegiatan pengamatan terhadap penyakit atau
masalah kesehatan pada suatu wilayah, yang kegiatannya meliputi: pengumpulan, penyajian,
analisis data kesakitan dan kematian penyakit menular dan tidak menular. Oleh sebab itu,
adanya penyebab terjadinya wabah dan bencana yang menjadi masalah kesehatan saat ini
terutama di Indonesia, diperlukan kegiatan surveilans epidemiologi.
Penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah adalah Kusta, Diare, DBD, TB paru,
Pneumonia, Campak, Polio, Difteri, Pertusis, Rabies, Malaria, Meningitis, HIV/AIDS,
Kolera, Penyakit Antraks, Hepatitis, Demam Kuning Cikungunya, Leptospirosis, Pes,
Filariasis, Batuk rejan, Influenza, Tetanus.
Dalam hal ini, salah satu masalah kesehatan yang terjadi di Indonesia masih merupakan
kejadian yang sering terjadi terutama di Puskesmas maek.
BAB II

A. GAMBARAN UMUM PUSKESMAS MAEK

1. Penanggung Jawab
Nama : Puskesmas Maek
Kepala Puskesmas : Ns.Kristina Yuherni, S.Kep
NIP : 19830815 200901 2 003
Alamat : Jorong Ronah, Nagari Maek kec.Bukik barisan Kabupaten
lima puluh kota.

2. Kondisi Geografis
Puskesmas Maek merupakan salah satu Puskesmas diwilayah Kabupaten Lima
Puluh Kota yang terletak di Nagari Maek Kecamatan Bukik Barisan. Status lahan
bangunan Puskesmas Maek adalah merupakan Hibah dari Sdr Amasri suku Domo
dengan ukuran 40 x 50 = 2000 m2 yang terletak di jorong Aur duri Maek. Sarana jalan
menuju wilayah kerja Puskesmas Maek dari pusat Kabupaten terdiri dari aspal lebih
kurang ± 70 Km sedangkan dari Kecamatan kewilayah puskesmas Maek ± 25 Km.
Wilayahnya terletak pada 6o – 11o Lintang Utara serta berada pada ketinggian 400 s/d
500 meter dari permukaan laut. Dengan suhu rata-rata 30oc. Luas Nagari Maek 12206
Km2, dengan batas-batas sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatas dengan tanah Noerja
b. Sebelah Selatan berbatas dengan tanah D. Dt. Bandaro
c. Sebelah Barat berbatas dengan tanah Iyar
d. Sebelah Timur berbatas dengan tanah Syafnir/Ratnawilis

3. Topografi
Bentuk permukaan Nagari Maek merupakan daerah perbukitan dan dataran
yang bervariasi tingkat kemiringannya. Secara umum kemiringan wilayah Nagari Maek
dibagi atas kemiringan 8-15%, kemiringan 15-30%, kemiringan 30-45% dan
kemiringan >45% dengan ketinggian 617 diatas permukaan laut.
Mengenai kondisi topografi pada nagari Maek dapt dilihat pada tabel berikut.
No Kemiringan Kondisi Luas %
(Ha)
1 8-15% Landai 2.117,1 32

2 15-30% Agak 859,95 13


Curam
3 30-45% Curam 2579,45 39

4 >45 Sangat 1058,20 16


Curam
Jumlah 6615 100

Daerah ini mempunyai type A (Achmidt Ferguson), dengan curah hujan 3870
mm/tahun. Jumlah bulan basah 10 bulan/tahun dan 2 bulan kering pertahun, daerah ini
mempunyai awal musim hujan pada bulan Agustus.
Keadaan iklim pada Nagari Maek beriklim tropis, dimana suhu udara pada
kawasaan ini berkisar antara 32oc dengan curah hujan 14,93 mm/hari.

4. Kondisi Demografi
Jumlah Penduduk wilayah kerja Puskesmas Maek : 9.564 Jiwa yang terdiri dari
laki – laki 4.669 jiwa dan perempuan 4.895 Jiwa. Semuanya terhimpun dalam 2.434
Kepala Keluarga. Pekerjaan yang digeluti oleh penduduk Maek adalah petani/peternak
(25,7 %), pedagang (1%), PNS (0,9%), pegawai swasta (0,5%), Tukang (2,3%), tenaga
kesehatan (0,2%), Pensiunan (0,5%) , sisanya adalah Pelajar/mahasiswa serta tidak
bekerja.

5. Keadaan Sosial
Keadaan kultur dan budaya masyarakat maek pada umumnya memiliki
karakteristik yang sama dengan wilayah administrasi lainnya, tatanan kehidupan
masyarakatnya. Masyarakat Nagari Maek menganut sistem kekerabatan berdasarkan
hubungan Matrilinier. Yakni hubungan kekerabatan dari pihak ibu. Masyarakat daerah
ini hampir seluruhnya pemeluk agama Islam kecuali beberapa pendatang. Masyarakat
disini bisa dikatakan dengan pemeluk agama yang fanatik yang memegang erat aturan-
aturan yang ditetapkan oleh Islam dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Walaupun adat-istiadat masyarakatnya masih kental, masyarakat di Nagari ini selalu
bersikap ramah dan terbuka. Pada kegiatan-kegiatan ini para anak nagari selalu
diberikan bimbingan serta kegiatan yang sifatnya positif agar budaya asli nagari tidak
akan terlupakan dan terhapuskan akibat dari budaya luar.

6. Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi masyarakat Maek pada umumnya bergantung pada hasil
pertanian. Yakni dari hasil gambir, padi, coklat, pinang, karet dan hasil-hasil pertanian
lainnya namun dalam skala yang kecil yang hanya digunakan untuk konsumsi rumah
tangga saja.
Kondisi perekonomian masyarakat juga berangsur membaik dengan adanya
bantuan permodalan dari lembaga-lembaga keungan yang ada di nagari.

7. Organisasi Puskesmas
Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Organisasi
Puskesmas disusun oleh Dinas Kesehatan Kabupaten berdasarkan kategori, upaya
kesehatan dan beban kerja Puskesmas. Organisasi Puskesmas terdiri atas :
a. Kepala Puskesmas
b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
c. Koordinator Pelayanan Peorangan
d. Koordinator Pelayanan Kesehatan Masyarakat

8. Jumlah Ketenagaan Kesehatan Puskesmas Maek


Status
No. Tenaga Jumlah
PNS/PTT PHL Sukarela

1 Dokter Umum 1 orang 1 orang

2 Dokter Gigi 1 orang 1 orang

3 S.1 Kesehatan Masyarakat 1 orang 1 orang

4 S.1 Keperawatan 2 orang 2 orang


5 D.IV Kebidanan 1 orang 1 orang

6 D.III Kes Ling 1 orang 1 orang

7 D.III Keperawatan 4 orang 2 orang 2 orang

8 D.III Kebidanan 16 orang 8 orang 8 orang

9 Asisten Apoteker 1 orang 1 orang

10 Analis 1 orang 1 orang

11 SPK 1 orang 1 orang

12 Rekam Medik 1 orang 1 orang

13 Sopir 1 orang 1 orang

14 Satpam 1 orang

15 Cleaning Service 1 orang

9. Lingkup Pelayanan Puskesmas Maek


Puskesmas Maek melaksanakan 6 (enam) program pokok puskesmas sebagaimana
berikut:
a. Pelayanan Promosi Kesehatan
b. Pelayanan Pemberantasan Penyakit Menular
c. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
d. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
e. Pelayanan Kesehatan Gizi Masyarakat
f. Pelayanan Pengobatan
Selain 6 (enam) program pokok diatas, Puskesmas Maek melaksanakan pelayanan
inovasi, diantaranya adalah :
a. Perkesmas
b. Lansia
c. UKS Berjenjang
d. UKGS
e. UKGMD
f. Jiwa
Fasilitas Yang Tersedia
No Fasilitas Keadaan

1 Unit Gawat Darurat Baik

2 Rawat Inap Baik

3 Ruangan PONED Baik

4 Poliklinik Umum Baik

5 Laboratorium Baik

6 Gudang Obat Baik

7 Klinik Konsultasi Gizi Baik

8 Klinik Konsultasi Sanitasi Baik

9 Rekam Medik Baik

10 Kamar Mandi/MCK Baik

11 Gudang Baik

12 Ambulance Baik

13 Rumah Dinas Dokter, Perawat Baik

14 Poskesri Jorong Sopan Tanah Baik

15 Poskesri Jorong Sopan Gadang Baik

16 Pustu Nenan Baik

17 Polindes Jorong Ampang Gadang II Baik


B. PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR (P2M)
1. Pengertian
P2M yaitu salah satu program untuk mengurangi atau memberantas penyakit
menular harus diadakan pada tingkat nasional dan mengikutsertakan tidak saja
semua petugas puskesmas tetapi juga seluruh anggota masyarakat.
Tujuan :
1. Menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin.
2. Mengurangi berbagai faktor risiko lingkungan masyarakat yang memudahkan
terjadinya penyebaran penyakit menular di suatu tempat.
3. Memberikan proteksi khusus kepada kelompok masyarakat tertentu agar
terhindar dari penularan penyakit.
Sasaran :
1. Ibu hamil, balita, dan anak-anak sekolah (untuk kegiatan imunisasi)
2. Lingkungan pemukiman masyarakat
3. Kelompok-kelompok tertentu masyarakat yang berisiko tinggi

2. Upaya Pencegahan Penyakit


a. Deskripsi
Surveilans epidemiologi merupakan kegiatan pengamatan terhadap penyakit atau
masalah kesehatan pada suatu wilayah, yang kegiatannya meliputi: pengumpulan,
penyajian, analisis data kesakitan dan kematian penyakit menular dan tidak
menular. Oleh sebab itu, adanya penyebab terjadinya wabah dan bencana yang
menjadi masalah kesehatan saat ini terutama di Indonesia, diperlukan kegiatan
surveilans epidemiologi.

Wabah merupakan peningkatan kejadian kesakitan/kematian, yang meluas secara


cepat baik dalam jumlah kasus maupun luas daerah penyakit, dan dapat
menimbulkan bencana. Sedangkan kejadian luar biasa (KLB) adalah salah satu
status yang diterapkan di Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa
merebaknya suatu wabah penyakit, suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika
terdapat:
1) Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal.
2) Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan
dengan periode sebelumnya.
3) Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat
atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun
sebelumnya.

b. Kegiatan Upaya Pencegahan Penyakit


Tabel 2.1
Kegiatan Upaya Pencegahan Penyakit Dalam Dan Diluar Gedung Puskesmas

Kriteria Kegiatan Didalam Gedung Kegiatan Diluar Gedung


Kompetensi Pelatihan pengelola rantai
tenaga vaksin
Upaya 1. Pengamatan perkembangan 1. Penyelidikan epidemiologi
pencegahan penyakit (data kesakitan dan bila terjadi KLB
penyakit menular kematian), baik menular 2. Melakukan pelacakan dan
dan tidak menular maupun penyakit tidak menentukan daerah focus
menular menurut penyakit potensi KLB
karakteristik epidemiologi (Kusta, Diare, DBD, TB
(waktu, tempat, dan orang) paru, Pneumonia, Campak,
dalam rangka kewaspadaan Polio, Difteri, Pertusis,
dini serta respon KLB. Rabies, Malaria, Meningitis,
2. Membuat pemetaan, daerah HIV/AIDS, Kolera, Penyakit
rawan bencana, rawan PD31 Antraks, Hepatitis, Demam
dengan indikator cakupan Kuning Cikungunya,
imunisasi (kurang dari target Leptospirosis, Pes, Filariasis,
yang ditentukan). Dengan Batuk rejan, Influenza,
disertai dengan faktor Tetanus) dengan membuat
penyebabnya. pemetaan
3. Melakukan screening TT 3. Melakukan pencarian kasus
WUS atau memberikan penderita secara aktif
imunisasi (pelacakan kasus, kunjungan
4. Pelayanan konseling rumah, pelacakan kontak)
5. Membuat pencatatan dan 4. Melakukan pemantauan bila
pelaporan kegiatan terdapat KLB dan keracunan
6. Membuat pemetaan daerah makanan
rawan bencana dan alur 5. Pelayanan imunisasi di
evakuasi Posyandu, Poskesdes, dan
Pustu
6. Penyuluhan kepada
masyarakat melalui kegiatan
yang ada di desa/kelurahan
setempat
7. Melaksanakan surveilans
faktor risiko PTM melalui
Posbindu (Pos Pembinaan
Terpadu) atau UKBM yang
ada di masyarakat
8. Melakukan koordinasi lintas
sector dan tokoh masyarakat
dalam rangka pencegahan
dan pengendalian penyakit
menular dan tidak menular
9. Membuat Rapid Helth
Assesment

3. Upaya Pemberantasan Penyakit


a. Deskripsi
Penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah adalah Kusta, Diare, DBD,
TB paru, Pneumonia, Campak, Polio, Difteri, Pertusis, Rabies, Malaria,
Meningitis, HIV/AIDS, Kolera, Penyakit Antraks, Hepatitis, Demam Kuning
Cikungunya, Leptospirosis, Pes, Filariasis, Batuk rejan, Influenza, Tetanus.

Dalam hal ini, salah satu masalah kesehatan yang terjadi di Indonesia masih
merupakan kejadian yang sering terjadi dan masih diperlukannya upaya
penemuan kasus lebih awal, agar nantinya lebih mudah melakukan pemeriksaan
dan pengobatan secara cepat dan tepat untuk menghindari terjadinya penularan
penyakit.
Beberapa penyakit menular tersebut diantaranya:
1. Penyakit Kusta
Menurut Depkes RI (2006) kusta merupakan penyakit menular menahun
yang disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium Leprae) yang
menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya. Berdasarkan data
Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat, untuk tahun 2013 tercata 394 orang
yang terserang penyakit menular tersebut, dan pada tahun 2012 lalu tercatat
sebanyak 514 penderita. Dinkes juga telah memberikan pelayanan kesehatan
diantaranya dengan program obat selama setahun yang harus dijalani
penderita , namun terdapat kendala yaitu penderita kerap kali putus asa,
sehingga Drop Out.

2. Tuberculosis (TB)
Tb merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis.Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada
sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain yang ditularkan orang ke
orang.Pada tahun 1992 WHO telah menetapkan tuberkulosis sebagai Global
Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta
kasus baru tuberculosis pada tahun 2002, pada tahun 2013 TB paru
menyebabkan angka kematian tertinggi pada pria tercatat sebanyak 71.151
angka kematian pada pria, sedangkan pada wanita sebanyak 37.571, sepertiga
penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional
WHO jumlah terbesar kasus ini terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari
seluruh kasus di dunia. Indonesia berada dalam peringkat ketiga terburuk di
dunia untuk jumlah penderita TB.

3. Pneumonia
Pneumonia merupakan infeksi satu atau kedua paru-paru yang biasanya
disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Di tahun 2013, penyebab
kematian tertinggi pada anak-anak ialah pneumonia yang merenggut nyawa
28.186 anak-anak di bawah usia lima tahun.
4. Diare
Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Negara
berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas yang
masih tinggi.Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare,
Departemen Kesehatan dari tahun 2000-2010 terlihat kecenderungan insiden
naik. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus
8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94 %). Tahun 2009 terjadi KLB di
24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5756 orang dengan kematian 100 orang
(CFR 1,74 %), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 Kecamatan
dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %).
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan
Riset Kesehatan dasar daritahun ke tahun diketahui bahwa diare masih
menjadi penyebab utam kematian balita di Indonesia. Penyebab utam
kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah
maupun di sarana kesehatan.Untuk menurunkan angka kematian yang
disebabkan oleh diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat.

5. Demam Berdarah Dengue (DBD)


Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang endemic
di daerah tropis seperti Indonesia.Penyakit infeksi ini berlangsung sepanjang
tahun dan mencapai puncaknya pada saat musim hujan.Hal ini disebabkan
karena banyaknya tempat yang menjadi sumber genangan air yang
merupakan sarana perkembangbiakan jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti
pembawa virus dengue.Oleh karena itu, strategi utama untuk mengantisipasi
dan mencegah penyebaran penyakit ini sekaligus mengurangi kejadian dan
kematian akibat penyakit DBD adalah melakukan upaya preventif dengan
pemutusan mata rantai penularan melalui gerakan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) Plus tanpa mengabaikan peningkatan kewaspadaan dini dan
penanggulangan KLB serta penatalaksanaan penderita.

Dalam hal ini, penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan


masyarakat.Prevelensi penyakit tidak menular yang juga mengalami
peningkatan, yaitu penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit kanker,
penyakit diabetes mellitus penyakit degeneratif serta gangguan akibat
kecelakaan dan cedera. Kecenderungan ini dipacu oleh berubahnya gaya
hidup masyarakat modernisasi, urbanisasi penduduk antar kawasan atau
negar yang tidak mengenal batas, sehingga globalisasi hamper di semua
aspek kehidupan baik social budaya, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, dan
teknologi.

b. Kegiatan Upaya Pemberantasan Penyakit


Tabel 3.1
Kegiatan Upaya Pemberantasan Penyakit Didalam Dan Diluar Gedung
Puskesmas
Kriteria Kegiatan Didalam Gedung Kegiatan Diluar Gedung
Kompetensi 1. Pelatihan pengelola
tenaga program TB
2. Pelatihan petugas
program Kusta
3. Pelatiahan tatalaksana
Malaria untuk dokter
4. Pelatihan entomologi
vector Malaria
5. Pelatihan fogging kuntuk
petugas Puskesmas
(IVD)
6. Pelatihan entomologi
vector IVD
Upaya 1. Melakukan pemeriksaan 1. Melakukan pencarian
pencegahan dan tatalaksana penderita kasus penderita secara
dan Pneumonia balita, Diare, aktif (pelacakan kasus,
pemberantasan TB, Kusta, dan IVD. kunjungan rumah,
penyakit Melakukan penjaringan pelacakan kontak, dsb)
menular dan suspek TB, IVD, dan 2. Melakukan bila ada KLB
tidak menular Kusta dan keracunan makanan
2. Melakukan rujukan 3. Melakukan pelacakan
diagnosis pada TB dan kasus mangkir (TB dan
rujukan kasus Kusta)
Pneumonia balita, Diare 4. Pemeriksaan jentik
TB, Kusta, dan IVD berkala (IVD) di rumah-
yang tidak bisa ditangani rumah atau tempat-
di Puskesmas tempat umum
3. Pengambilan obat dan 5. Penyuluhan kepada
pengawasan menelan masyarakat melalui
obat (TB dan Kusta) kegiatan yang ada di
4. Pelayanan konseling desa/kelurahan setempat
5. Membuat pencatatan dan 6. Melakukan koordinasi
pelaporan kegiatan lintas sektor dan tokoh
masyarakat dalam rangka
pencegahan pengndalian
penyakit menular dan
tidak menular
7. Melakukan fogging
4. Kegiatan Pelaporan Dan Dokumentasi Program Pencegahan Penyakit
Menular Tahun 2017
Tabel 4.1
Kegiatan Pelaporan Dan Dokumentasi Program P2M Tahun 2017
a. Kegiatan pelaporan dan dokumentasi program Diare Tahun 2017
N JENIS SATUA TARGET PENCAPAIAN (H) CAKUPAN
O KEGIATAN N SASARAN SUB VARIA
VARIA BEL
BEL
(T) L P JUML (SV) (V)
AH
1. Penemuan 10% x 214/
penderita x Jml Pddk
Diare yang Kasus Pkm = 1366 562 563 1125 82,36% X
diobati di orang/tahun
Puskesmas
dan Kader
2. Cakupan
pelayanan % 100% 562 563 1125 100% X
Diare
3. Angka
penggunaan % 100% 100 100% X
oralit
4. Angka
penggunaan % 1% 221 19,6% X
RL
5. Proporsi
penderita
diare balita Kasus 100% 356 273 629 100% X
yang diberi
tablet Zink
6. Case Fatality
Rate KLB % < 1% 0 0 0 0% X
Diare
b. Kegiatan pelaporan dan dokumentasi program Ispa Tahun 2017

NO JENIS SATUAN TARGET PENCAPAIAN (H) CAKUPAN


KEGIATAN SASARAN SUB VARIABEL
VARIABEL
(T) L P JUMLAH (SV) (V)
Cakupan Kasus 10% x Jml
penemuan Pddk balita
penderita x 90% = 134 125 259 55,69% X
Pnemonia 465
balita

c. Kegiatan pelaporan dan dokumentasi program penyakit Kusta Tahun 2017

NO JENIS SATUAN TARGET PENCAPAIAN CAKUPAN


KEGIATAN SASARAN (H) SUB VARIABEL
VARIABEL
(T) L P JUMLAH (SV) (V)
1. Penemuan
Penderita
Kusta Baru Orang > 5% 0 0 0 0% X
(Case
Detection
Rate)
2. Proporsi
kasus kusta % <5% 0 0 0 0% X
anak
3. Proporsi
kasus kusta % <5% 0 0 0 0% X
Tk II
4. Proporsi
kasus baru % <30% 0 0 0 0%
MB X
5. RFT Rate
penderita PB % 95% 0 0 0 0% X
6. RFT Rate
penderita % 90% 0 0 0 0% X
MB

d. Kegiatan pelaporan dan dokumentasi program penyakit TB paru Tahun 2017

NO JENIS SATUAN TARGET PENCAPAIAN CAKUPAN


KEGIATAN SASARAN (H) SUB VARIABEL
VARIABEL
(T) L P JUMLAH (SV) (V)
1. Penemuan 10,7/1000
suspect Orang x Jumlah
penderita TB Penduduk 64 85 149 21,81% X
= 683
orang
2. Proporsi
Pasien TB
Paru BTA % 34/683 x 4 30 34 50% X
Positif 10%
diantara
suspek TB
3. Angka
keberhasilan % 100% 4 18 22 64,71% X
pengobatan
pasien baru
BTA positif
e. Capaian pelaksanaan program pencegahan penyakit DBD Tahun 2017

NO JENIS SATUAN TARGET PENCAPAIAN CAKUPAN


KEGIATAN SASARAN (H) SUB VARIABEL
VARIABEL
(T) L P JUMLAH (SV) (V)
1. Insidens 52/100.000
kasus DBD penduduk
Kasus PKM= 33 6 1 7 21,21% X
orang/th
2. Prosentase Orang 100% 6 1 7 100% X
Penderita
DBD
ditangani
3. Case Fatality
Rate Kasus
(CFR) % <1% 0 0% X
penyakit
DBD
4. Angka Bebas
Jentik ( ABJ % >95% 96,75 100% X
)
5. Jumlah
wilayah KLB Desa 0 0 0% X
DBD
6. Cakupan 100%
Penyelidikan penderita
Epidemiologi % DBD di PE 6 60% X
(PE)
5. Analisa Data
Pada program pencegahan penyakit menular (P2M) terdiri dari, Diare, ISPA, Kusta,
TB paru, DBD, Imunisasi, dan Survailans.Program P2M terdiri dari program
pencegahan penyakit menular dan pemberantasan penyakit menular yang dilakukan
oleh petugas puskesmas dengan melibatkan kader posyandu, masyarakat, dan
bekerjasama dengan lintas sektor.Berdasarkan hasil dari analisa data diare pada tabel
diatas bahwa target yang telah dicapai selama tahun 2017 adalah 1125 atau sebesar
82,36. Sedangkan untuk ISPA balita , berdasarkan tabel diatas bahwa target yang
telah dicapai selama tahun 2017 adalah 259atau sebesar 55,69.
Untuk penderita TB paru dengan penemuan suspect penderita TB adalah 149 atau
sebesar 21,81%. Proporsi pasien TB paru BTA positif diantara suspect TB sebanyak
34 penderita atau sebanyak 50%.
Analisa pada tabel penyakit DBD menyatakan bahwa insiden kasus DBD selama
tahun 2017 sebanyak 7 kasus atau sebesar 21,21%. Prosentase penderita DBD yang
ditangani Case fatality rate (CDR) menunjukkan bahwa pengobatanpada pasien
DBD sudah baik sebab angka CDR 0%. Dan angka bebas jentik (ABJ) 96,75 yang
berarti angka ABJ sudah memenuhi standar yaitu 95%.

6. Pembahasan
Pencapaian target untuk penderita diare sudah lebih dari 80% yaitu sebanyak
82,36% /1125 dan ISPA pada balita masih kurang dari target yaitu sebanyak 55,69%
/259, sedangkan untuk TB paru diwilayah PKM Maek masih kurang dari target yaitu
sebanyak 21,81% /149 untuk suspect TB paru, sedangkan untuk TB paru BTA
positif sebanyak 21,38% / 34. Dalam hal ini dikarenakan dari berbagai faktor
diantaranya, kurangnya pemahaman petugas tentang pneumonia, kurangnya
kesadaran masyarakat tentang pentingnya tidak BAB di sungai, kurangnya
sosialisasi tentang pencegahan diare dan ISPA ke masyarakat, kesehatan lingkungan
masyarakat yang kurang sehat, PHBS masyarakat yang kurang, kesehatan
lingkungan rumah yang kurang dari standart dan penemuan masalah diare, ISPA,
dan TB paru yang lambat dari PKM.
Dan untuk penderita DBD, dari data yang didapat belum memenuhi target sebab dari
hasil data yang didapatkan yaitu 33/21,21% kasus DBD.
Jenis Kegiatan Pencapaian Permasalahan Penyelesaian Masalah
Pemberantasan diare 82,36% 1. Tingkat kesadaran masyarakat 1. Peningkatan PHBS masyarakat
tentang pentingnya tidak BAB di melalui promosi kesehatan tentang
sungai tanda dan gejala pada diare
2. PHBS masyarakat yang rendah dan 2. Pembuatan sarana dan prasarana
masih menggunakan sungai jamban umum untuk masyarakat
sebagai tempat MCK 3. Pemberian penyuluhan kepada
3. Kurangnya pengetahuan keluarga setiap keluarga tentang pentingnya
tentang personal hygiene PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat)

Pemberantasan ISPA 55,69% 1. Kebiasaan salah satu keluarga 1. Hindari balita dari paparan asap
merokok didalam rumah padahal rokok dan debu sebagai agen
ada anak kecil penyebab ISPA dengan menutupi
2. Banyaknya debu yang beterbangan hidung.
sebagai agen penyebab ISPA 2. Ciptakan suasana lingkungan
3. Kurangnya pemahaman petugas rumah yang bersih
kesehatan tentang pneumonia 3. Meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman petugas kesehatan
tentang pneumonia
4. Kasus pneumonia hanya sedikit 4. Memberikan penyuluhan tentang
yang tahu (apakah itu kasus pneumonia tentang penyebab dan
pneumonia atau bukan) tanda maupun gejala.
5. Ketidaktahuan orangtua tentang 5. Pentingnya pemberian pendidikan
pneumonia kesehatan tentang kasus ISPA
(pneumonia)

Pemberantasan TB 21,81% 1. Banyak orang yang tidak bisa 1. Memberikan penjelasan pada
Suspect TB membedakan antara batuk biasa masyarakat bagi penanggung
TB BTA positif dengan batuk TB jawab program tentang tanda dan
2. Sebelum melakukan pemeriksaan gejala TB
ke Puskesmas penderita TB paru 2. Pentingnya pemeriksaan lebih
sudah memeriksakan diri ke awal ke Puskesmas sebelum
berbagai tempat (Rumah sakit), melakukan pemeriksaan ke
sehingga saat periksa ke berbagai tempat (Rumah sakit).
Puskesmas TB paru penderita 3. Memberikan pendidikan
hasilnya negatif kesehatan mengenai pentingnya
3. Kurangnya pengetahuan tentang pemberian jendela dan ventilasi
kesehatan lingkungan yang untuk pencahayaan didalam
meliputi ventilasi, pencahayaan, rumah untuk mengurangi
kelembaban lingkungan kelembaban di dalam rumah

DBD 21,21% 1. Kurangnya pengetahuan 4. Pentingnya pemberian pendidikan


masyarakat tentang pencegahan kesehatan tentang promosi
dan penanganan DBD kesehatan yaitu 3M (Menguras,
2. Lingkungan rumah yang tidak Mengubur, Menutup)
sehat dan mudah untuk menjadi 5. Perlu dilakukannya
tempat sarang nyamuk pemberantasan sarang nyamuk
3. Penemuan kasus penderita DBD dengan melakukan PSN dan
yang terlambat oleh petugas fogging
kesehatan 6. Meningkatkan peran petugas
kesehatan dalam melakukan PSN

Anda mungkin juga menyukai