Oleh :
FERI ANTONI
1713201078
Puji dan syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas karunia, rahmat
kesehatan dan keselamatan kepada penyusun sehingga mampu menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah “HASIL OBSERVASI GIZI KERJA
PT.SIRNAR SOSRO” Pada kesempatan ini, penyusun juga berterima kasih kepada dosen mata
kuliah gizi kerja dan semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Tak ada gading yang tak retak, penyusun sadar bahwa makalah ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu penyusun menghargai dan berterima kasih atas saran dan kritik dari semua pihak.
Kritik dan saran tersebut dengan tujuan memperbaiki dan melengkapi kekurangan yang ada
untuk proses penyusunan makalah selanjutnya.
Peyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.3 Tujuan................................................................................................................. 2
BAB IV PENUTUP...................................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
Hasil survey yang dilakukan oleh UNDP menunjukkan bahwa Human Development
Index (HDI) bangsa Indonesia tahun 2001 menduduki peringkat110 yang jauh lebih rendah dari
pada Malaysia dan Jepang, hal ini disebabkan tingkat kesehatan bangsa Indonesia masih rendah
termasuk masih banyak dijumpai kasus kurang gizi.
Gizi kerja sebagai salah satu aspek dari kesehatan kerja mempunyai peranpenting, baik
bagi kesejahteraan maupun dalam rangka meningkatkan disiplindan produktivitas. Hal ini
dikarenakan tenaga kerja menghabiskan waktunyalebih dari 35% setiap hari di tempat kerja.
Oleh karena itu mereka perlumendapatkan asupan gizi yang cukup dan sesuai dengan jenis /
beban pekerjaanyang dilakukannya.
Kekurangan nilai gizi pada makanan yang dikonsumsi tenaga kerjasehari-hari akan
membawa akibat buruk terhadap tubuh, seperti : pertahanan tubuh terhadap penyakit menurun,
kemampuan fisik kurang, berat badan menurun, badan menjadi kurus, muka pucat kurang
bersemangat, kurang motivasi, bereaksi lamban dan apatis dan lain sebagainya. Dalam keadaan
yang demikian itu tidak bisa diharapkan tercapainya efisiensi dan produktivitas kerja yang
optimal.
Usaha untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas tenaga kerja harus sejalan pula
dengan usaha mengatasi masalah gizi tenaga kerja, yaitu dengan jalan memperbaiki
keadaan kesehatan dan meningkatkan keadaan gizinya melalui pelaksanaan gizi kerja di
perusahaan. Didalam laporan ini akan dijelaskan berbagai masalah gizi pada tenaga kerja serta
faktor-faktor yang mempengaruhi status gizinya Peningkatan kualitas sumber daya manusia ke
arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja merupakan salah satu upaya yang
mempunyai dampak cukup penting terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Zat gizi adalah zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi, mempunyai
nilai yang sangat penting (tergantung dari macam-macam bahan makanannya) untuk
memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari bagi para pekerja. Termasuk dalam
memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yaitu penggantian sel-sel yang
rusak dan sebagai zat pelindung dalam tubuh (dengan cara menjaga keseimbangan cairan tubuh).
Proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang terpelihara dengan baik akan
menunjukkan baiknya kesehatan yang dimiliki seseorang. Seseorang yang sehat tentunya
memiliki daya pikir dan daya kegiatan fisik sehari-hari yang cukup tinggi (Marsetyo dan
Kartasapoetra, 1991).
Tubuh manusia memerlukan sejumlah pangan dan gizi secara tetap, sesuai dengan
standar kecukupan gizi, namun kebutuhan tersebut tidak selalu dapat terpenuhi. Penduduk yang
miskin tidak mendapatkan pangan dan gizi dalam jumlah yang cukup. Mereka menderita lapar
pangan dan gizi, mereka menderita gizi kurang. (Sri Handajani, 1996). Keadaan gizi seseorang
merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam jangka waktu yang cukup lama. Bila
kekurangan itu ringan, tidak akan dijumpai penyakit defisiensi yang nyata, tetapi akan timbul
konsekuensi fungsional yang lebih ringan dan kadang-kadang tidak disadari kalau hal tersebut
karena faktor gizi (Ari Agung, 2002).
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan permasalahan kali ini yaitu bagaimanakah
gambaran status gizi dan pola konsumsi makanan pada karyawan PT.Sinar Sosro Pabrik Deli
Serdang.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan pembahasan dalam laporan kali ini yakni
ingin melihat bagaimanakah gambaran status gizi serta pola konsumsi makanan pada karyawan
PT.Sinar Sosro Pabrik Deli Serdang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Gizi
Batasan tentang gizi menurut kamus umum Bahasa Indonesia, gizi berarti (zat) makanan.
Sedangkan menurut ilmu gizi, gizi adalah ilmu pengetahuan dan seni yang mempelajari makanan
(food) dan zat gizi (Nutrient) yang terkandung di dalamnya dalam kaitannya dengan kesehatan.
Fungsi makanan dalam tubuh adalah untuk proses pertumbuhan bagi individu yang sedang
tumbuh. Selain itu makanan memberikan kekuatan atau energi untuk aktivitas fisik dan mental.
Zat-zat gizi lain dalam makanan diperlukan untuk proses metabolisme, regenerasi sel-sel
jaringan tubuh yang sudah tua, rusak atau hilang. Zat gizi diperlukan juga untuk proses
pembentukan zat kebal juga untuk mempertahankan eksistensi dan fungsi organ-organ tubuh.
Gizi yang baik dapat diperoleh apabila makanan mengandung energi dan nutrient yang seimbang
dengan kebutuhan. Nutrient yang harus ada dalam makanan ialah : protein, lemak, karbohidrat,
vitamin dan air, sedangkan energi dapat diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein.
Gizi kerja adalah bagian ilmu gizi yang diterapkan pada lingkungan kerja untuk
memenuhi kebutuhan gizi pekerja, memelihara dan meningkatkan status gizi dan kesehatan
pekerja sehingga dapat meningkatkan daya kerja dan produktivitas kerja. Tenaga kerja
memerlukan makanan yang bergizi untuk pemeliharaan tubuh, untuk perbaikan sel-sel dalam
jaringan dan untuk pertumbuhan sampai masa-masa tertentu serta kegiatan-kegiatan termasuk
pekerjaan. Gizi kerja dapat dikaitkan dengan pendidikan, pengadaan ruang makan, penilaian dan
perbaiakn kebutuhan kalori. Selain memenuhi kebutuhan kalori pekerja, juga masih perlu
dipenuhi kualitas makanan bagi tenaga kerja.
Gizi kerja berarti nutrisi/gizi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi
kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaannya. Tujuannya adalah tingkat kesehatan tenaga kerja
dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya. Kesehatan tenaga kerja dan produktivitas
bertalian erat dengan tingkat gizi. Dalam hubungannya dengan produktivitas kerja, seorang
tenaga kerja dengan status gizi yang baik akan memiliki kapasitas dan ketahanan yang lebih baik
pula (Suma’mur, 1997).
Pengaruh tentang gizi kerja meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
1. Kebutuhan gizi bagi tenaga kerja sebagai suatu kelompok dalam masyarakat.
2. Kalori yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.
3. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi status gizi tenaga kerja.
4. Gizi kerja yang produktivitas.
Gizi kerja yang baik mempunyai pengaruh terhadap produktivitas kerja yang tinggi,
secara konkrit dapat dijabarkan beberapa fakta penting peranan status gizi baik secara langsung
maupun tidak langsung yang mempengaruhi kesehatan dan kualitas tenaga kerja sebagai berikut:
1. Kecukupan makanan secara kualitas dan kuantitas menurut “empat sehat lima sempurna”
diisyaratkan untuk mempertahankan kondisi fisik yang tangguh dan untuk mencapai
kesegaran jasmani.
2. Peranan zat gizi, disamping zat-zat gizi penting pada pekerjaan yang membutuhkan tenaga
otot juga jumlah atau prevalensi anemia gizi yang disebabkan oleh kurangnya zat besi.
Status gizi adalah suatu keadaan kesehatan (kondisi tubuh) sebagai hasil penyerapan zat-
zat gizi yang esensial dan ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat gizi
lain yang diperoleh dari pangan yang dampak fisiknya dapat diukur. Terdapat tiga konsep
pengertian status gizi, yaitu : (Satriono, 1999)
1. Keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara gizi disatu pihak dan pengeluaran
organisme dilain pihak.
2. Proses dari organisme dalam menggunakan bahan makanan melalui proses pencernaan,
penyerapan, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pembuangan untuk pemeliharaan
hidup, pertumbuhan, fungsi organ tubuh dan produksi energi.
3. Tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh “nutriture” yang terlihat pada variabel
tertentu. Oleh karena itu dalam mengacu tentang keadaan gizi seseorang perlu disebutkan.
4. Perlu dipahami bahwa antara status gizi dan indikator status gizi terdapat suatu perbedaan,
yaitu bahwa indikator memberikan refleksi tidak hanya status gizi tersebut tetapi juga
pengaruh non gizi, oleh karenanya indikator walaupun sensitif tetapi tidak selalu spesifik
Status gizi merupakan salah satu unsur dalam menentukan kondisi fisik atau kualitas fisik
seseorang atau kelompok masyarakat tertentu. Pada dasarnya bekerja adalah aktivitas fisik yang
selalu memerlukan enegi yang bersumber dari asupan gizi. Makin banyak aktivitas fisik makin
banyak pula kebutuhan energi. Individu dengan status gizi baik menyimpan cadangan energi
lebih baik dan relatif lebih lama bertahan dalam bekerja disbanding individu dengan status gizi
kurang. Dengan demikian, dapat dirumuskan asumsi bahwa semakin baik status gizi seseorang,
semakin bertahan di dalam mencegah timbulnya kelelehan kerja.
Penilaian Status Gizi Penentuan status gizi meliputi :
1. Gejala klinik
2. Pemeriksaan antropometrik, dan
3. Pemeriksaan biokimia
Penentuan status gizi berdasarkan gejala klinik merupakan pemeriksaan yang mudah dan
murah. Sehingga timbul asumsi bahwa cara ini cepat dan mudah dipelajari oleh pemula dan
hasilnya mudah diintrepretasi. Tapi cara ini mempunyai keterbatasan seperti hanya dapat dipakai
pada kasus-kasus berat sementara pada kasus-kasus yang belum bergejala sulit dilakukan.
Pemeriksaan antropometrik merupakan pengukuran variasi dimensi fisik dan komposisi
tubuh pada tingkat umum dan derajat nutrisi yang berbeda. Cara-cara dan pengukuran
antropometrik sangat banyak sehingga cara yang dipilih akan tergantung pada tujuan dan maksud
suatu survey atau penelitian. Pengukuran antropometrik dilakukan dengan mangukur bagian-
bagian tubuh tertentu, yaitu berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada, jumlah gizi,
lingkar lengan atas, dan tebal lipatan kulit yang dihubungkan dengan umur dan jenis kelamin.
Pengukuran status gizi secara antropometrik dapat menggunakan indeks massa tubuh
(IMT). Indeks massa tubuh merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa khususnya berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka dengan
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan
hidup lebih panjang.
Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa merupakan masalah penting,
karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi
produktivitas kerja.
2.4 Pengukuran Asupan Kalori
2.4.1 Food Recall
Metode kuantitatif yang umumnya sering digunakan antara lain food recall, yaitu
dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam.
Metode pengambilan data untuk recall minimal 2 x 24 jam akan lebih optimal untuk
mengestimasi asupan, memberikan variasi yang besar dari hari ke hari.
Pengambilan recall di hari yang tidak berurutan sebaiknya yang dipilih untuk
menunjukkan variasi pada asupan (Sanjur,1997). Langkah-langkah dalam melakukan food recall
adalah sebagai berikut :
1. Pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan minuman yang
dikonsumsi responden dalam ukuran rumah tangga (URT) selama kurun waktu 24 jam yang
lalu. Dalam membantu responden mengingat apa yan dimakan, perlu diberi penjelasan waktu
kegiatan seperti waktu baru bangun, setelah sembahyang, pulang dari sekolah/bekerja,
sesudah tidur siag dan sebagainya. Selain dari makanan utama,makanan kecil atau jajan juga
dicatat. Termasuk makanan yang dimakan diluar rumah seperti restoran, dikantor, dll. Untuk
masyarakat perkotaan konsumsi tablet yang mengandung vitamin dan mineral juga dicatat
serta adanya pemberian tablet besi atau kapsul vitamin A.
2. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan daftar komposisi bahan
makanan (DBKM). Analisis zat gizi makanan ini juga dapat menggunakan software
nutisurvey untuk mempermudah perhitungan.
3. Membandingkan dengan daftar kecukupan gizi yang dianjurkan (DKGA) atau Angka
kecukupan gizi AKG Indonesia.
Basal Metabolism atau Basal Energy Expenditure : energi yang dibutuhkan tubuh untuk
kerja alat dalam tubuh serta untuk mempertahankan suhu tubuh, dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu berat badan, luas permukaan tubuh, jenis kelamin, umur, temperatur sekitar, aktivitas
kelenjar, kehamilan dan laktasi.
Wanita :
BEE = 65.5 + (9.5x BB (kg)) + 1.7 x TB (cm)) – (4.7 x umur (th))
Physical Activity
Besar energi tergantung jenis pekerjaan:
• Aktivitas sangat ringan : 30%
• Aktivitas ringan : 50%
• Aktivitas sedang : 75%
• Aktivitas berat : 100%
• Aktivitas sangat berat : 125%
Seperti yang dijelaskan diatas, energi asupan merupakan energi yang diperoleh dari
makanan yang diproduksi. Oleh karena itu, besar kecilnya energi asupan dipengaruhi oleh
keinginan seorang untuk makan. Hal ini dapat dijelaskan pada teori Model studi referensi
konsumsi makanan. Karakteristik individu meliputi Usia, Jenis kelamin, Pendidikan,
Pendapatan, Pengetahuan gizi, Keterampilan memasak, Kesehatan.
Karakteristik makanan dimana konbinasi variasi dari rasa, warna dan bentuk makanan
akan mempengaruhi nafsu makan seseorang. Cara menghindangkan atau cara menghias suatu
hidangan, macam alat yang di pakai dan temperature hidangan tersebut akan berpengaruh pula
pada nafsu makan seseorang. Seseorang akan kehilangan selera bila ia mendapat hidangan sup
yang sudah dingin, dalam tempat makan yang kurang menarik atau dalam piring yang tidak
disukai atau dilayani dengan muka cemberut atau marah-marah. Karakteristik lingkungan seperti
Musim, Tingkat social pada masyarakat, Pendapatan, Jumlah keluarga juga mempengaruhi
jumlah energy asupan.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan :
Pekerja di pabrik sosro yang menjadi sampel kami rata-rata memiliki aktivitas pekerjaan
ringan. Status gizi pekerja pabrik sosro tergolong normal, walaupun ada sebagian yang dalam
kategori gemuk dan sangat gemuk. Pabrik sosro telah menyediakan fasilitas berupa kantin
perusahaan. Kantin perusahaan dibuat sebagai bentuk perhatian perusahaan terhadap gizi
pekerja. Selain itu, kantin perusahaan juga dibuat untuk memudahkan perusahaan dalam
mengontrol asupan gizi tenaga kerjanya. Walaupun begitu, sebagian besar pekerja tidak mau
memanfaatkan fasilitas kantin perusahaan di pabrik sosro.
Menurut data yang dikumpulkan, sekitar 60% pekerja lebih memilih untuk membawa
bekal dari rumah. Banyak alasan yang mendasari sikap pekerja tersebut diantaranya adalah
dengan alasan menghemat uang makan. Pekerja berfikiran bahwa jika makan di kantin maka
uang makan akan terpotong, sedangkan dengan membawa bekal uang makan yang tadinya
diberikan untuk makan dapat dipergunakan untuk keperluan lain. Alasan lain yaitu tidak dapat
memilih menu yang akan dimakan dikantin. Menu makanan yang ditawarkan di kantin terkadang
tidak sesuai selera, apabila membawa bekal tentu bisa menentukan pilihan menu sesuai selera
dan dengan rasa yang pas. Hal tersebut yang menjadi kendala dalam pemenuhan gizi pekerja
pabrik sosro.
Berdasarkan data yang dikumpulkan, didapat bahwa sekitar 80% pekerja masih belum
tercukupi kebutuhan gizinya. Baik itu pekerja yang membawa bekal ataupun pekerja yang makan
di kantin. Walaupun kalori makanan di kantin lebih besar daripada bekal yang di bawa dari
rumah tetap saja kebutuhan kalori pekerja tidak terpenuhi karena kalori yang di makan pekerja di
rumah tidak cukup. Pekerja yang makan dikantin bebas mengambil menu apa yang diinginkan
sehingga ada pekerja yang kebutuhan kalorinya terpenuhi dan ada yang tidak terpenuhi.
SAMPEL 1
Perhitungan kebutuhan energi yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan menurut DEPKES
Pembahasan :
BEE = 66 + (1,7 x 52,9) + (5 x 165) – (6.8 x 30) = 776,93 kkal
Perhitungan nilai zat gizi yang dikonsumsi oleh pekerja tersebut, terlebih dahulu dilakukan
kegiatan survey makanan yang di konsumsi dengan metode recall 24 jam. Adapun data dan hasil
perhitungan yang didapat antara lain :
Kesimpulan :
Berdasarkan dari perhitungan jumlah kalori total dari hidangan yang dimakan oleh responden
yaitu sebesar 2413 dapat disimpulkan bahwa asupan kalori kekurangan jumlah kalori yang
seharusnya yaitu kalori 4268,904 kkal. Kekurangan kalori yang dibutuhkan dan ditambah dengan
aktifitas kerja yang sedang (tidak banyak memerlukan energi) berdampak pada status gizi
responden yang menjadi tidak ideal. artinya kalori pekerja tersebut tidak tercukupi karena intake
lebih kecil dari outtake.
SAMPEL 2
Perhitungan kebutuhan energi yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan menurut DEPKES
Pembahasan :
BEE = 65,5 + (9,5 x 54,8) + (1,7 x 163) – (4,7 x 25) = 745,7 kkal
Perhitungan nilai zat gizi yang dikonsumsi oleh pekerja tersebut, terlebih dahulu dilakukan
kegiatan survey makanan yang di konsumsi dengan metode recall 24 jam. Adapun data dan hasil
perhitungan yang didapat antara lain :
Kesimpulan :
Berdasarkan dari perhitungan jumlah kalori total dari hidangan yang dimakan oleh responden
yaitu sebesar 2588,3 dapat disimpulkan bahwa asupan kalori kekurangan jumlah kalori yang
seharusnya yaitu kalori 3449,05 kkal. Kekurangan kalori yang dibutuhkan dan ditambah dengan
aktifitas kerja yang sedang (tidak banyak memerlukan energi) berdampak pada status gizi
responden yang menjadi tidak ideal. artinya kalori pekerja tersebut tidak tercukupi karena intake
lebih kecil dari outtake.
SAMPEL 3
Nama : Widodo
Umur : 38 tahun
Berat Badan : 66,7 kg
Tinggi Badan : 168 cm
Pekerjaan : Bagian Personalia (aktivitas ringan)
Jam Kerja : 08.00 – 16.00 WIB
Perhitungan kebutuhan energi yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan menurut DEPKES
Pembahasan :
Perhitungan nilai zat gizi yang dikonsumsi oleh pekerja tersebut, terlebih dahulu dilakukan
kegiatan survey makanan yang di konsumsi dengan metode recall 24 jam. Adapun data dan hasil
perhitungan yang didapat antara lain :
Kesimpulan :
Berdasarkan dari perhitungan jumlah kalori total dari hidangan yang dimakan oleh responden
yaitu sebesar 1573,6 dapat disimpulkan bahwa asupan kalori kekurangan jumlah kalori yang
seharusnya yaitu kalori 4396,23 kkal. Kekurangan kalori yang dibutuhkan dan ditambah dengan
aktifitas kerja yang sedang (tidak banyak memerlukan energi) berdampak pada status gizi
responden yang menjadi tidak ideal. artinya kalori pekerja tersebut tidak tercukupi karena intake
lebih kecil dari outtake.
SAMPEL 4
Perhitungan kebutuhan energi yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan menurut DEPKES
Pembahasan :
Kesimpulan :
Berdasarkan dari perhitungan jumlah kalori total dari hidangan yang dimakan oleh responden
yaitu sebesar 2186,8 dapat disimpulkan bahwa asupan kalori kekurangan jumlah kalori yang
seharusnya yaitu kalori 4553,25 kkal. Kekurangan kalori yang dibutuhkan dan ditambah dengan
aktifitas kerja yang sedang (tidak banyak memerlukan energi) berdampak pada status gizi
responden yang menjadi tidak ideal. artinya kalori pekerja tersebut tidak tercukupi karena intake
lebih kecil dari outtake.
SAMPEL 5
Nama : Dewi
Umur : 35 tahun
Berat Badan : 52 kg
Tinggi Badan : 156 cm
Pekerjaan : Bagian Kantin (aktivitas sedang)
Jam Kerja : 09.00 – 20.00 WIB
Perhitungan kebutuhan energi yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan menurut DEPKES
Pembahasan :
BEE = 65,5 + (9,5 x 52) + (4,7 x 156) – (4,7 x 35) = 1128,2 kkal
Perhitungan nilai zat gizi yang dikonsumsi oleh pekerja tersebut, terlebih dahulu dilakukan
kegiatan survey makanan yang di konsumsi dengan metode recall 24 jam. Adapun data dan hasil
perhitungan yang didapat antara lain :
Kesimpulan :
Berdasarkan dari perhitungan jumlah kalori total dari hidangan yang dimakan oleh responden
yaitu sebesar 1938,5 dapat disimpulkan bahwa asupan kalori kekurangan jumlah kalori yang
seharusnya yaitu kalori 3587,92 kkal. Kekurangan kalori yang dibutuhkan dan ditambah dengan
aktifitas kerja yang sedang (tidak banyak memerlukan energi) berdampak pada status gizi
responden yang menjadi tidak ideal. artinya kalori pekerja tersebut tidak tercukupi karena intake
lebih kecil dari outtake.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pekerja yang ada di pabrik sosro rata-rata memiliki aktivitas pekerjaan ringan sampai
sedang. Status gizi pekerja pabrik sosro tergolong normal, walaupun ada sebagian yang dalam
kategori gemuk dan sangat gemuk. Pabrik sosro telah menyediakan fasilitas berupa kantin
perusahaan. Tetapi pekerja tidak mau memanfaatkan fasilitas kantin perusahaan di pabrik sosro.
Menurut data yang dikumpulkan, sekitar 60% pekerja lebih memilih untuk membawa bekal dari
rumah. Alasannya uang makan yang diberikan bisa dipakai untuk keperluan lain dan alasan lain
yaitu menu makanan dikantin terkadang tidak sesuai selera.
Berdasarkan data, diketahui bahwa sekitar 80% pekerja belum terpenuhi kebutuhan
gizinya, baik itu yang membawa bekal ataupun yang makan di kantin. Hal tersebut perlu
mendapat perhatian khusus agar pekerja dapat terpenuhi kebutuhan gizinya sehingga dapat pula
meningkatkan produktivitasnya.
4.2 Saran
Berdasarkan status gizi pekerja pada PT.Sinar Sosro Pabrik Deli Serdang, maka perlu ada
beberapa upaya yang dilakukan demi terpenuhinya asupan gizi sesuai dengan kebutuhan, antara
lain :
1. Perusahaan sebaiknya lebih menggalakkan penggunaan fasilitas kantin perusahaan. Dapat
dilakukan dengan cara pemberian sanksi bagi yang tidak makan di kantin, yaitu dengan
pemotongan uang makan.
2. Menu yang disediakan di kantin juga sebaiknya lebih bervariasi sehingga dapat menarik
minat pekerja untuk makan di kantin.
3. Mempromosikan pada pekerja mengena pentingnya gizi dalam melakukan aktivitas dan
meningkatkan produktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Ari Agung, I Gusti Ayu. Pengaruh Perbaikan Gizi Terhadap Produktivitas Kerja. Patria Untag :
Surabaya.
Rachmad Soegih, Savitri Sayogo, Erina. 1987. Perbandingan Effek Makan Siang dari Kantin
dan makan Siang Kemasan Khusus pada Pekerja Pabrik. Majalah Kesehatan Masyarakat
Indonesia Tahun XVI No.12. Jakarta.
Sri Handajani. 1996. Pangan, Gizi dan Masyarakat. Sebelas Maret University Press : Solo