Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor...
Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor...
RAKHMAD HIDAYAT
Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura
Jalan Ahmad Yani Pontianak Email : y2tbusel@gmail.com
Abstrak :
The objectives of this research was : (1) to determine the factors that impact
the production of sweet corn farming system, (2) to determine the efficiency of factor
that impact the production of sweet corn farming system. Research area was determined
by purposive in Rasau Jaya Satu village with the consideration that Rasau Jaya Satu
village is one of the center of sweet corn farming system in West Borneo Province. This
research used survey method. Analysis that implemented in this research was Cobb
Douglass production function analysis and efficiency analysis.
The result of research shows that the factors that impact the production of
sweet corn farming system are seed, insecticide, and family labor. The efficiency
analysis shows that the allocation of seed, insecticide and family labor is not efficient,
so it’s necessary to manage the production factor because it can increase the production
of sweet corn farming system and the farmer’s income.
PENDAHULUAN
Perubahan lingkungan strategis internasional sektor pertanian yang ditandai oleh
derasnya arus liberalisasi perdagangan menutut perlunya peningkatan efisiensi sektor
pertanian agar komoditas pertanian dapat bersaing baik di pasar nasional maupun
internasional. Dalam pembangunan jangka panjang, pemerintah harus melakukan
pengembangan sektor pertanian baik secara teknis melalui intensifikasi, diversifikasi,
ekstensifikasi dan rehabilitasi, maupun secara non teknis melalui peningkatan
pendapatan petani dan pengembangan komoditas unggulan di tiap-tiap daerah.
Salah satu komoditas unggulan tanaman palawija yang berpotensi untuk
dikembangkan di Provinsi Kalimantan Barat, hal ini dapat dilihat dari tabel berikut.
2
Tabel 1.
Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung di Kalimantan Barat
Tahun 2010
No. Kota/Kabupaten Luas Panen Produksi Produktivitas
(ha) (ton) (kw/ha)
1 Sambas 402 717 17,84
2 Bengkayang 30.621 131.324 42,89
3 Landak 3.010 7.780 25,85
4 Pontianak 414 1.110 26,81
5 Sanggau 1.299 2.589 19,93
6 Ketapang 302 593 19,65
7 Sintang 2.107 4.757 22,58
8 Kapuas Hulu 305 699 22,93
9 Sekadau 549 1.097 19,99
10 Melawi 295 594 20,14
11 Kayong Utara 422 741 17,56
12 Kubu Raya 4.752 13.784 29,01
13 Kota Pontianak 59 87 14,70
14 Kota Singkawang 477 2.398 50,28
Total 45.014 168.273 37,38
Sumber : Monografi Desa Rasau Jaya Satu, 2011
Tabel diatas memperlihatkan bahwa luas panen jagung sebesar 45.14 ha dengan
capaian produksi sebesar 168.273 ton dengan produktivitas 37,38 kuintal/ha yang
tersebar di beberapa kota / kabupaten yang ada di
Provinsi Kalimantan Barat.
Pengembangan komoditas unggulan tanaman jagung di Kalimantan Barat difokuskan
pada Kawasan Usaha Agribisnis Terpadu (KUAT), yaitu pada KUAT Rasau Jaya
Komplek, KUAT Sanggau Ledo Komplek dan KUAT Singkawang Agro Komplek.
Pada KUAT Sanggau Ledo Komplek, pengembangan komoditas jagung diutamakan
sebagai pakan ternak sedangkan pada KUAT Rasau Jaya Komplek, lebih diutamakan
penggunaannya untuk konsumsi sebagai sayuran.
Kecamatan Rasau Jaya merupakan wilayah yang secara umum terdiri dari lahan
tadah hujan dan lahan yang dapat ditanami tanaman palawija (khususnya jagung). Desa
Rasau Jaya Satu yang terletak di wilayah Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya
merupakan salah satu daerah sentra produksi jagung manis di Kecamatan Rasau Jaya.
Hal ini terlihat dari besarnya luas panen dan produktivitas tanaman
jagung
dibandingkan dengan tanaman palawija dan sayuran lainnya, seperti terlihat pada Tabel
2 berikut.
3
Tabel 2.
Luas Panen dan Produktivitas Palawija dan Sayur-sayuran di Desa Rasau Jaya Satu
No. Uraian Luas Panen (ha) Produktivitas (ton/ha)
1 Jagung 25 3.25
2 Kedelai 2 1.1
3 Ubi Jalar 2 1
4 Ubi Kayu 5 1.97
5 Cabe 1.5 0.1
6 Kacang Panjang 2 0.1
7 Mentimun 2.5 1.2
8 Sawi 1 0.1
Total 41 8.82
Sumber : Monografi Desa Rasau Jaya Satu, 2011
Menurut Gomez (1977) salah satu faktor yang mempengaruhi produksi pertanian
adalah tingkat penggunaan teknologi. Teknologi yang dimaksudkan antara lain
penggunaan bibit unggul, pupuk, obat-obatan pertanian. Faktor lain yang juga sangat
mempengaruhi produksi adalah luas lahan garapan dan intensifnya pengelolaan
usahatani. Keuntungan maksimum akan tercapai apabila semua faktor produksi telah
dialokasikan secara optimal, dimana pada saat itu nilai produksi marginal dari input
sama dengan biaya korbanan marginal atau harga input bersangkutan.
Besarnya hasil produksi komoditas jagung di Desa Rasau Jaya Satu dipengaruhi
oleh penggunaan faktor-faktor produksi yang ada. Penggunaan faktor-faktor produksi
yang mempengaruhi hasil produksi jagung meliputi benih, pupuk (Urea, NPK, TSP,
KCl, pupuk kandang, abu, kapur), pestisida (insektisida dan herbisida) serta curahan
tenaga kerja (dalam keluarga dan luar keluarga).
Usaha untuk meningkatkan produksi jagung di Desa Rasau Jaya Satu masih perlu
dilakukan dengan pemanfaatan potensi sumber daya secara optimal sehingga dapat
menghasilkan produksi yang maksimum. Oleh karena itu, petani perlu mengatur
kembali penggunaan faktor-faktor produksi meliputi benih, pupuk, pestisida dan tenaga
kerja seefisien mungkin. Peningkatan hasil produksi yang diperoleh tentunya akan dapat
memberikan keuntungan maksimum bagi petani demi kesejahteraan hidup keluarganya
dan dapat mengembangkan usahataninya menjadi lebih maju.
Produksi merupakan suatu kegiatan atau proses yang mengubah faktor-faktor
produksi menjadi produk (output). Tingkat produksi suatu usaha ditentukan oleh tingkat
4
penggunaan faktor-faktor produksi yang terdiri dari alam, tenaga kerja, modal,
teknologi dan pengolahan. Faktor produksi sering pula disebut dengan korbanan
produksi, karena faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan produksi.
Fungsi produksi yang sering digunakan oleh para peneliti sebagai alat analisis adalah
fungsi produksi Cobb Douglas. Fungsi produksi Cobb Douglas adalah suatu fungsi atau
persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel (Soekartawi, 1995). Tujuan petani
dalam mengelola usahatani wortel adalah untuk memperoleh keuntungan. Perolehan
keuntungan maksimum berkaitan erat dengan efisiensi dalam berproduksi. Proses
produksi tidak efisien karena secara teknis tidak efisien dan secara alokatif pada tingkat
masukan dan keluaran tertentu penggunaan faktor produksi tidak optimum (Sumaryanto
et al., 2003). Salah satu cara untuk mengukur keberhasilan suatu usahatani adalah
dengan melalui penilaian efisiensi usahatani (Santoso, 1990). Efisiensi adalah suatu
situasi yang ingin dicapai oleh manajer (petani) dalam memproduksi suatu produk atau
factor produksi dalam proses produksi (Amiruddin, 2004). Apabila ratio nilai produk
marjinal (NPM) dengan harga input sama dengan satu, maka pada kondisi tersebut
dikatakan usahatani sudah mengalokasikan faktor produksi secara efisien.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka menarik untuk dikaji mengenai 1) faktor-
faktor produksi apa yang mempengaruhi tingkat produksi usahatani jagung di
Kecamatan Rasau Jaya dan 2) apakah penggunaan faktor-faktor produksi tersebut sudah
efisien atau belum.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey yaitu penyelidikan
yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dan gejala-gejala yang ada secara faktual
dari suatu kelompok atau suatu daerah tertentu (Nazir, 2003). Lokasi penelitian dipilih
secara purposive di Desa Rasau Jaya Satu Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu
Raya dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu sentra produksi
jagung manis. Populasi dalam penelitian ini yaitu petani yang melakukan usahatani
jagung manis sebanyak 25 orang.
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi produksi Cobb
Douglas, yang memiliki beberapa kelebihan, yaitu (Soekartawi, 1994, Henderson dan
Quandt, 1980) :
5
1. Penyelesaian fungsi Cobb Douglas relatif mudah bila dibandingkan dengan fungsi
produksi lainnya, karena dapat dengan mudah ditransfer ke dalam bentuk logaritma.
2. Hasil pendugaan garis melalui fungsi ini akan menghasilkan koefisien regresi yang
sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas masing-masing variabel independen
yang bersangkutan.
3. Besarnya elastisitas tersebut menunjukkan tingkat besaran returns to scale.
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa dari hasil analisis menunjukkan bahwa
2
nilai R sebesar 0.987 yang artinya sebesar 98,7% variasi dari variabel dependen
dapat dijelaskan oleh variabel independen, sedangkan sisanya sebesar 1,3 %
variasi dari variabel dependen tidak dapat dijelaskan oleh variasi variabel
independen dalam model.
Untuk mengetahui tingkat pengaruh variabel independen secara bersama-sama
terhadap variabel dependen, digunakan uji F. Berdasarkan hasil analisis diperoleh
8
nilai F-hitung sebesar 90.431 lebih besar dari nilai F-tabel pada tingkat
kepercayaan 99%. Hal ini berarti variabel independen (benih jagung manis,
insektisida, herbisida, curahan tenaga kerja dalam keluarga, curahan tenaga kerja
luar keluarga, pupuk Urea, pupuk NPK, pupuk TSP, pupuk KCl, pupuk kandang,
dan abu) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen
pada tingkat kepercayaan 99%.
Pembahasan dari hasil analisis fungsi produksi untuk masing-masing variabel
independen dijabarkan sebagai berikut :
a. Benih
Benih jagung manis yang digunakan di Desa Rasau Jaya Satu adalah Bonanza
F1 yaitu jenis jagung manis yang umumnya dipanen pada usia 70-80 hari dan
merupakan jagung konsumsi, bukan sebagai bahan pakan ternak. Penggunaan
benih jagung manis Bonanza F1 dilakukan oleh seluruh petani sampel dengan
alasan dapat menghasilkan produksi yang tinggi, sesuai dengan kondisi lahan
dan tingkat permintaannya tinggi. Benih jagung manis diperoleh melalui
pembelian di toko atau melalui pedagang pengumpul. Untuk luas tanaman 1
hektar dengan jarak tanam 40 cm x 70 cm, diperlukan benih sebanyak 24
bungkus yang berisikan 1750 biji.
Faktor produksi benih (X1) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.421
dengan perolehan nilai t-hitung sebesar 2.313. Oleh karena nilai t-hitung > t-
tabel, maka disimpulkan bahwa variabel jumlah benih berpengaruh signifikan
terhadap produksi usahatani jagung manis pada tingkat kepercayaan 95%.
Hasil analisis menunjukkan bahwa setiap kenaikan jumlah benih sebesar
100%, maka akan meningkatkan produksi jagung manis sebesar 42,1%.
b. Pestisida
Penggunaan pestisida pada usahatani jagung manis yaitu jenis insektisida dan
herbisida. Insektisida digunakan untuk mengatasi serangan hama dan penyakit.
Faktor produksi insektisida (X2) memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.152
dengan perolehan nilai t-hitung sebesar -1.992. Oleh karena nilai t-hitung > t-
tabel, maka disimpulkan bahwa variabel jumlah insektisida berpengaruh
signifikan terhadap produksi usahatani jagung manis pada tingkat kepercayaan
90%. Hasil analisis menunjukkan bahwa setiap kenaikan jumlah insektisida
9
sebesar 100%, maka akan menurunkan produksi jagung manis sebesar 15,2%.
Hal ini terjadi karena penggunaan insektisida yang sudah berlebihan, sehingga
menurunkan produksi usahatani jagung manis.
Petani usahatani jagung manis menggunakan herbisida untuk membersihkan
lahan dan tumbuhan liar sebelum penanaman dan juga digunakan pada
kegiatan penyiangan. Selain menggunakan herbisida, beberapa petani juga
masih melakukan penyiangan rumput/gulma secara tradisional yaitu dengan
cara mencabut atau menggunakan parang atau arit. Faktor produksi herbisida
(X3) memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.012 dengan perolehan nilai t-
hitung sebesar 3.614. Oleh karena nilai t-hitung < t-tabel, maka disimpulkan
bahwa variabel jumlah herbisida tidak berpengaruh signifikan terhadap
produksi usahatani jagung manis. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan
herbisida tidak memiliki pengaruh kenaikan atau penurunan terhadap produksi
jagung manis.
c. Curahan tenaga kerja
Penggunaan tenaga kerja pada usahatani jagung manis meliputi tenaga kerja
dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Peranan tenaga kerja diperlukan
untuk kegiatan pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, penyemprotan,
pemeliharaan dan pemanenan. Faktor produksi tenaga kerja dalam keluarga
(TKDK) (X4) memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.510 dengan perolehan
nilai t-hitung sebesar 3.614. Oleh karena nilai t-hitung > t-tabel, maka
disimpulkan bahwa variabel jumlah curahan tenaga kerja dalam keluarga
berpengaruh signifikan terhadap produksi usahatani jagung manis pada tingkat
kepercayaan 99%. Hasil analisis menunjukkan bahwa setiap kenaikan jumlah
curahan TKDK sebesar 100%, maka akan meningkatkan produksi jagung
manis sebesar 51%.
Faktor produksi tenaga kerja luar keluarga (TKLK) (X5) memiliki nilai
koefisien regresi sebesar 0.080 dengan perolehan nilai t-hitung sebesar 1.330.
Oleh karena nilai t-hitung < t-tabel, maka disimpulkan bahwa variabel jumlah
curahan tenaga kerja luar keluarga tidak berpengaruh signifikan terhadap
produksi usahatani jagung manis. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan
10
Tabel 5. Analisis Efisiensi dari Alokasi Faktor Produksi Usahatani Jagung Manis
di Kecamatan Rasau Jaya
Variabel Elastisitas Rerata PFMXi Y Py NPMXi Px NPMxi/
bi Variabel Pxi
(Xi)
Benih 0,421 25,82 3184,44 7564 2740 337930,93 93600 3,61
Insektisida -0,152 1,72 1149,73 7564 2740 -1831543,44 77200 -23,72
∑ bi 0,779
Berdasarkan hasil perhitungan efisiensi pada tabel diatas, diketahui bahwa Nilai
Produk Marginal (NPM) dari faktor-faktor produksi yang digunakan tidak ada yang
menunjukkan tingkat efisien. Penggunaan faktor-faktor produksi akan dikatakan
efisien jika NPMxi/Pxi sama dengan 1, dikatakan belum efisien jika NPM xi/Pxi lebih
besar dari 1 dan dikatakan tidak efisien jika NPMxi/Pxi lebih kecil dari 1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan faktor-faktor produksi yang
berpengaruh terhadap produksi usahatani jagung manis meliputi benih, insektisida
dan curahan tenaga kerja dalam keluarga, dengan nilai NPMxi/Pxi lebih besar dari 1,
artinya bahwa penggunaan faktor produksi tersebut belum efisien.
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai NPMxi/Pxi dari faktor produksi benih adalah
lebih besar dari satu (3,61). Hal ini menunjukkan bahwa secara ekonomis, alokasi
faktor produksi benih pada tingkat 25,82 bungkus saat ini belum efisien.
Penggunaan benih masih dapat ditingkatkan lagi sehingga usahatani jagung manis
di lokasi penelitian dapat memperoleh keutungan yang lebih besar lagi.
Nilai NPMxi/Pxi dari faktor produksi insektisida adalah lebih kecil dari satu (-
23,72). Hal ini menunjukkan bahwa secara ekonomis, alokasi faktor produksi
insektisida pada tingkat 1,72 liter saat ini tidak efisien. Alokasi penggunaan
insektisida tidak efisien, sehingga harus dikurangi karena selain menambah biaya,
penggunaan insektisida yang berlebih hanya akan menurunkan produksi jagung
manis dan merugikan petani.
Nilai NPMxi/Pxi dari faktor produksi curahan TKDK adalah lebih besar dari satu
(3,72). Hal ini menunjukkan bahwa secara ekonomis, alokasi faktor produksi
curahan TKDK pada tingkat 56,80 HOK saat ini belum efisien. Penggunaan TKDK
13
masih dapat ditingkatkan lagi sehingga usahatani jagung manis di lokasi penelitian
dapat memperoleh keutungan yang lebih besar lagi.
Saran
1. Bagi petani diharapkan dapat menambah penggunaan faktor produksi benih jagung
manis dan curahan tenaga kerja dalam keluarga sehingga bisa meningkatkan hasil
produksi jagung manis dan meningkatkan pendapatan petani. Selain itu, diharapkan
dapat mengurangi penggunaan insektisida karena penggunaannya sudah berlebihan
sehingga mengurangi hasil produksi dan pendapatan petani.
2. Bagi pemerintah diharapkan dapat membantu petani dalam hal penyediaan sarana
produksi dan kegiatan penyuluhan usahatani sehingga petani mampu
mengalokasikan sarana produksi yang dimiliki secara lebih efisien dan kedepannya
bisa meningkatkan hasil produksi dan pendapatan petani.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2010. Kabupaten Kubu Raya : Statistik Pertanian Tanaman
Pangan. Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat. Pontianak.
14
Doll, J.L., and Orazem, F., 1984. Production Economics Theory With Aplication. 2 nd
edition, John Willey and Sons Inc. New York.
Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian : Teori dan Aplikasi. PT.
RajaGrafindo Persada. Jakarta.