9.2 An Aerobik Lagoon
9.2 An Aerobik Lagoon
2 ANAEROBIK LAGOON
Anaerobik Lagoon atau Kolam pengolahan aerobik ini dirancang untuk menerima
muatan organik yang sangat tinggi sehingga mereka tidak memiliki oksigen terlarut sama sekali.
Mereka sangat menguntungkan untuk dipakai sebagai pra pengolahan bahan buangan kuat yang
mempunyai kandungan bahan padat tinggi. Bahan padat mengendap ke dasar dimana mereka
diuraikan secara anaerobik, cairan jernih yang telah diklasifikasikan sebagian, dibuang ke dalam
kolam fakultatif untuk diolah lebih lanjut. Pengoperasian yang berhasil dari kolam anaerobik
tergantung pada keseimbangan yang sulit antara bakteri pembentuk asam dan bakteri metanogenik,
jadi dibutuhkan suhu > 15o C dan pH kolam harus > 6 (Bagian 3.3). Dalam keadan ini akumulasi
sludge minimal : pembuangan slude yang dibutuhkan bila kolam telah separuh penuh, hanya
diperlukan setiap 3-5 tahun. Pada suhu <15 oC kolam anaerobik hanya bekerja sebagai kolam
penyimpan sludge.
Dahulu, type kolam ini tidak populer bagi teknisi perancangan karena takut pada bau
yang dilepaskan dan pemeliharaan tambahan yang dibutuhkan. Hubungan antara timbulnya bau dan
muatan organik, sekarang telah diketahui sehingga masalah ini biasanya dapat diatasi pada tahap
perancangan. Penghematan tanah yang besar yang dicapai dengan penggunaan kolam anaerobik.
perencanaan pengolahan besar (debit air limbah > 10000 m 3/hr) dimana fasilitas pemeliharaan yang
Asalkan pH > 6, reduksi BOD dalam kolam anaerobik merupakan fungsi dari suhu
(meningkat bersama peningkatan suhu > 15oC) dan dari muatan BOD (makin tinggi muatan, makin
besar reduksinya). Sayangnya, tak ada data lapangan yang cukup untuk mendapatkan hubungan
yang berarti antara reduksi BOD dan variabel ini yang dapat dipergunakan dengan pasti untuk
perancangan, suatu pengujian dari hasil-hasil operasionil dari kolam anaerobik di Israil, Afrika dan
1 50
2,5 60
5 70
Nilai-nilai ini sedikit kurang daripada yang dijumpai dalam praktek dan membawa dalam
perancangan konservatif. Untuk suhu dalam rentang 15-20oC reduksi BOD dapat diperkirakan
Waktu retensi optimal adalah 5 hr. Kolam yang beroperasi dengan waktu retensi > 5 hr
terlihat sebagai fakultatif daripada anaerobik sifatnya waktu retensi < 5 hr tentunya mungkin tetapi
tidak dianjurkan karena (1) resiko tumbuhnya bau lebih besar (2) interval antara operasi
pembuangan sludge yang berurutan menjadi lebih singkat (3) kualitas bakteriologis dari efluen
akhir menjadi lebih buruk, dan (4) penghilangan BOD lebih kecil.
Tingkatan akumulasi sludge kira-kira 0,03-0,01 m3/org thn dan pembuangan sludge
dilakukan bila kolam sudah separuh penuh sludge. Hal ini terjadi setiap n tahun dimana n
didapatkan dari :
Timbulnya bau yang tidak sedap dari kolam anaerobik terjadi bila muatan volumetrik
dalam kolam > 400 gr BOD5 / m3 hr. Jadi, untuk air limbah yang sangat kuat (katakan, BOD 5 =
1000 mg/1) pun timbulnya bau tidak akan menjadi masalah bila memakai waktu retensi 5 hr. adanya
bahan buangan industri dan pertanian, terutama yang mengandung sulfat berkonsentrasi tinggi,
dapat menyebabkan timbulnya bau, sehingga diperlukan pengontrolan bau yang dapat dicapai
dengan :
1. Menaikkan pH kolam menjadi kira-kira 8 sehingga sebagian besar sulfida yang terbentuk
karena reduksi sulfat oleh bakteri akan muncul sebagai ion bersulfida yang tidak berbau, di
bawah kondisi ini keluar gas hidrogen (H2S) yang berbau busuk tidak akan timbul
2. Resirkulasi efluen dari kolam fakultatif atau kolam pematangan ke kolam anaerobik dalam
Pada kolam anerobik kedalaman air dapat mencapai 6 meter. Kondisi anaerobik dicapai
dengan memberikan beban organik yang tinggi sehingga terjadi deoksiganasi, adanya lapisan scum
(busa) pada permukaan air kolam berguna untuk mencegah masuknya oksigen dari atmosfer. Pada
kondisi ini bahan organik akan mengalami stabilisasi yang merupakan hasil kerja bakteri anaerobik
Proses pengolahan yang terjadi analog dengan single stage anaerobik digestion, dimana
asam organik dibentuk oleh bakteri dengan memecah organik komplek. Selanjutnya asam yang
terbentuk diubah menjadi gas methane, gas korbondioksida, cell dan produk lain yang stabil.
Air baku yang diolah bercampur di bagian bawah, yaitu dilakukan dengan memasang
pipa inlet di bagian dasar kolam menuju ke tengah kolam. Pipa inlet dalam keadaan terbenam pada
kolam. Bahan yang mudah mengapung seperti lemak, minyak dan zat padat yang ringan akan
berada di bagian permukaan air dan biasanya akan menutupi seluruh permukaan air. Dengan
demikian panas yang dihasilkan di seluruh kedalaman kolam dapat dipertahankan. Pada tipe ini
tidak diperlukan pemanasan, equalisasi, mixing, maupun resirkulasi lumpur. Keutamaan dari
pengolahan jenis ini adalah mempunyai kemampuan mengolah dengan beban yang tinggi dan talian
terhadap perubahan debit dan kualitas air limbah (shock loading). Untuk mencegah rembesan air
limbah sebaiknya dinding dan dasar kolam dipasang lapisan kedap air (misal plastik, clay).
Untuk mengolah air limbah yang berat (organik tinggi) biasanya dibangun secara seri
dengan kolam fakultatif dan atau pengolahan aerobik. Efisiensi pengolahan pada kolam anaerobik
50-70%. Munculnya gas-gas yang berbau seperti hidrogen sulfide, menyebabkan, jenis pengolahan
ini tidak disukai. Ongkos operasi dan pemeliharaan relatif kecil, walaupun begitu dibutuhkan biaya
Tingginya waktu detensi (20 – 50 hari ) menyebabkan kebutuhan lahan yang luas.
Kedalaman air 3 - 6 meter. Kolam anaerobik lebih cocok untuk daerah tropis dimana temperatur
ambien relatif tetap. Temperatur optimum dicapai pada suhu 30 oC dan Organik loading 20 - 250
gr/m3/hari.
DAFTAR PUSTAKA
Bowo Djoko M. Teknik Pengolahan Air Limbah Secara Biologis. Jurusan Teknik Lingkungan –
ITS.
Gordon M Fair, John C geyer, Daniel A Okun. Water and Wastewater Engineering. John Wiley &
Sons, 1968.
Metcalf & Eddy. Wastewater Engineering : Treatment Disposal Reuse, Second Edition. Tata
Mc-Graw Hill Publishing Company LTD, New Delhi, 1979.
Metcalf & Eddy. Wastewater Treatment and Reuse, Fourth Edition. Mc-Graw Hill Higher
Education, 2003.
Mark J Hammer. Water & Wastewater Technology. Upper Saddle River New Jersey Colombus,
Ohio, 2004.
W.Wesley Eckenfelder, Jr. Industrial Water Pollution Control, second Edition. Mc – Graw Hill
Book Company.