Proposal Pltangin
Proposal Pltangin
LATAR BELAKANG
Kebutuhan sumber energi alternatif sudah merupakan isu global sebagai upaya
mengantisipasi peningkatan pemakaian energi dan menipisnya sumber energi
konvesional atau sumber energi fosil di seluruh dunia. Beberapa sumber energi baru yang
sifatnya terbarui banyak dikembangkan di berbagai belahan dunia. Bertitik tolak dari hal
tersebut maka perlu dicari alternatif lain agar kita tidak hanya tergantung kepada enrgi
minyak akan tetapi memanfaatkan sumber-sumber lain seperti kayu, batu bara, macam-
macam sisa kotoran seperti jerami, ampas tebu, serbuk gergaji dan sebagainya. Melihat
letak geografis negara kita yaitu terletak pada khatulistiwa maka kita dapat
memanfaatkan energi matahari, energi angin, energi air bahkan sumber energi dari tenaga
gelombang dan perbedaan temperatur di laut.
Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan salah satu Negara yang terletak di
garis Khatulistiwa merupakan faktor, bahwa Indonesia memiliki potensi energi angin
Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya energi yang sangat melimpah, salah
satunya yang melimpah. Potensi energi angin di Indonesia cukup memadai, karena
kecepatan angin rata-rata berkisar 3,5 - 7 m/s. Alternatif energi angin sebagai energi
terbarukan sangat diperlukan pengkajiannya, sehingga tiap wilayah di Indonesia dapat
diketahui potensi energi angin yang ada.
Kota Singkawang memiliki luas 50.400 ha, yang dibagi menjadi 5 (lima) wilayah
Kecamatan meliputi 26 Kelurahan. Dengan luas wilayah 504 km², Singkawang terletak
di wilayah khatulistiwa dengan koordinat di antara 0°44’55,85” - 1°01’21,51"LS
108°051’47,6”-109°010’19”BT. Berjarak ± 147 km dari Ibukota Provinsi (Pontianak)
dan dapat dicapai melalui transportasi darat maupun laut (pelabuhan Singkawang).
Secara umum wilayah Kota Singkawang beriklim tropis dengan suhu rata-rata berkisar
antara 21,80 sampai dengan 30,050 Celcius. Kota Singkawang semula merupakan bagian
dan ibukota dari wilayah Kabupaten Sambas (UU Nomor 27 Tahun 1959) dengan status
Kecamatan Singkawang dan pada tahun 1981 kota ini menjadi Kota Administratif
Singkawang (PP Nomor 49 Tahun 1981). Tujuan pembentukan Kota Administratif
Singkawang adalah untuk meningkatkan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan secara
1
berhasil guna dan berdaya guna dan merupakan sarana utama bagi pembinaan wilayah
serta merupakan unsur pendorong yang kuat bagi usaha peningkatan laju pembangunan.
Tanjung Bajau atau biasa disebut Rindu alam ini terletak di Kota Singkawang.
Rindu Alam hanya berjarak 18 km dari wisata Pasir Panjang dan Palm Beach, objek wisata
alam yang sudah sangat terkenal di Kalimantan Barat. Lokasinya terletak diantara Gunung
Bajau, Gunung kota dan Gunung Pelapis. Rindu alam berada pada ketinggian sekitar 400 m
dari permukaan laut.
Untuk itu perlu adanya penelitian potensi tenaga angin terlebih dahulu pada daerah
yang direncanakan akan dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLT Angin). Pada
tugas akhir saya ini, saya melakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar potensi
tenaga angin di rindu alam Singkawang.
2
III. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian dalam tugas akhir ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
potensi tenaga angin yang ada di rindu alam Singkawang.
V. TINJAUAN PUSTAKA
5.1 Energi Angin
Angin merupakan udara yang bergerak yang terjadi karena adanya perbedaan suhu
antara udara panas dan udara dingin. Adanya perbedaan suhu udara ini karena adanya
perbedaan tekanan udara di permukaan bumi. Udara bergerak dari daerah yang memiliki
tekanan udara yang tinggi ke daerah tekanan udara yang memiliki tekanan udara yang
rendah. Pada dasarnya angin yang bertiup di permukaan bumi terjadi karena adanya
penerimaan radiasi surya yang tidak merata di permukaan bumi, sehingga mengakibatkan
perbedaan suhu udara. Daerah yang menerima lebih banyak penyinaraan matahari, akan
memiliki suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lainya. Pada daerah ini, udara
bergerak mengembang atau memuai sehingga tekanan udaranya rendah.
Pada daerah yang suhu udaranya lebih tinggi. Perbedaan tekanan udara ini akan
mengakibatkan terjadinya gerakan udara dari daerah yang tekanan udaranya lebih tinggi ke
daerah yang tekanan udaranya lebih rendah yang menimbulkan gerakan udara. Perubahan
panas antara siang dan malam merupakan gerak utama sistem angin harian, karena beda
panas yang kuat antara udara di atas darat dan laut atau udara di atas pegunungan dan tanah
di daerah lembah. (Wibawa, 2001)
3
Angin terjadi bila terdapat pemanasan permukaan bumi yang tak sama oleh sinar
surya dibagi 2 yaitu:
1. Siang hari udara di atas lautan relatif lebih dingin dari pada di daratan. Sinar surya
menguapkan air laut, penguapan sinar surya di daratan kurang sehingga udara di atas
daratan lebih panas, dengan demikian udara di atas daratan mengembang menjadi ringan
dan naik ke atas, udara dingin yang lebih berat turun mengisi kekurangan udara didaratan
maka terjadilah aliran udara yang disebut dengan angin laut ke darat dapat dilihat pada
gambar 1 berikut :
2. Malam hari peristiwa kebalikan terjadi. Angin dipermukaan laut mengalir dari pantai ke
tengah lautan dan hal ini dimanfaatkan para nelayan untuk berlayar mencari ikan
dimalam hari. Angin di lereng gunung disiang hari terjadi demikian pula, udara panas
naik sepanjang lereng gunung disiang hari dan udara dingin turun dari puncak gunung
kelembah dimalam hari dapat dilihat pada gambar 2 berikut :
4
Gambar 2. Arah Angin Malam Hari
Sumber: Wibawa, 2001
Daerah sekitar khatulistiwa yaitu pada busur 0º, adalah daerah yang mengalami
pemanasan lebih banyak dari matahari dibanding daerah lainya di bumi, artinya udara di
daerah khatulistiwa akan lebih tinggi dibandingkan dengan udara di daerah kutub.
Pertukaraan panas pada atmosfer akan terjadi secara konveksi. Berat jenis dan tekanan udara
yang disinari cahaya matahari akan lebih kecil dibandingkan jika tidak disinari. Perbedaan
berat jenis dan tekanan inilah yang akan menimbulkan adanya pergerakan udara.
Sebagaimana diketahui, kecepatan angin itu selalu berubah-ubah dan tergantung pada
waktu, musiman, dan lokasi. Sebagai ilustrasi pada gambar 1.3 berikut ditampilkan beberapa
profil angin pada 3 (tiga) jenis wilayah :
a. Wilayah dengan bangunan masif, seperti rumah, gedung, pabrik, dan sebagainya.
b. Wilayah dengan banyak pepohonan, seperti taman atau hutan.
c. Wilayah terbuka, seperti lapangan, persawahan, tepi pantai, dan sebagaiya.
5
Gambar 3. Profil Angin Pada Berbagai Wilayah
Arah angin adalah arah dari mana angin berhembus atau dari mana arus angin datang dan
nyatakan dalam derajat yang ditentukan dengan arah perputaran jarum jam dan dimulai dari titik
utara bumi dengan kata lain sesuai dengan kompas. Umumnya arus angin diberi nama dengan
arah dari mana angin tersebut bertiup, misalnya angin yang berhembus dari utara maka angin
utara. Kecepatan angin adalah kecepatan dari menjalarnya arus angin dan dinyatakan dalam knot
atau kilometer per jam maupun dalam meter per detik. Karena kecepatan angin umumnya
berubah-ubah, maka dalam menentukan kecepatan angin diambil kecepatan rata-ratanya dalam
periode waktu selama sepuluh menit dengan dibulatkan dalam harga satuan knot yang terdekat.
(Soelaiman, 1986)
Adapun kecepatan angin dalam knots dan m/s dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut :
6
Tabel 1. Kecepatan Angin dalam Knot dan m/s
Prinsip dasar analisa kecepatan angin dan data angin di sesuai daerah, harus
dilakukan pengamatan dan penelitian selama satu tahun atau dengan periode waktu yang di
inginkan untuk mendapatkan kecepatan rata-rata yang dihasilkan oleh energi angin guna
memanfaatkan angin sebagai sumber energi. Kecepatan rata-rata dimaksud sebagai peralatan
harga kecepatan angin yang diamati selama interval waktu pengamatan.
5.2 Jenis- jenis Generator Induksi
Dalam aplikasinya generator induksi dibagi menjadi dua jenis yaitu generator induksi
masukan ganda (Doubly Fed Induction Generator atau DFIG) dan generator induksi
berpenguat sendiri (Self Excited Induction generator atau SEIG). Eksitasi pada generator
induksi dibutuhkan untuk menghasilkan medan magnit pada rotor generator untuk
selanjutnya menghasilkan induksi elektromagnetik pada setator yang akan menghasilkan
7
energy listrik. Selain itu juga eksitasi dibutuhkan untuk mengkompensasi daya reaktif yang
dibutuhkan oleh generator dalam membangkitkan listrik.
8
5.2.2 Generator induksi berpenguat sendiri
Pada generator induksi berpenguat sendiri, eksitasi diperoleh dari kapasitor yang
dipasang parallel pada terminal keluaran generator. Generator induksi jenis ini bekerja
seperti mesin induksi pada daerah saturasinya hanya saja terdapat bank pasitor yang
dipasang pada terminal statornya. Karena sumber eksitasi generator ini berasal dari kapasitor
yang pada terminalnya maka mesin induksi dengan rotor kumparan maupun sangkar bajing
dapat digunakan sebagai generator induksi berpenguat sendiri.
Generator induksi jenis ini memiliki beberapa keuntungan yaitu :
- Tidak membutuhkan pengaturan tegangan pada rotornya
- Tidak memerlukan inverter.
- Disain peralatan yang tidak rumit.
- Harga pembuatan lebih murah.
- Perawatan yang diperlukan murah dan tidak sulit.
- Dan tidak memerlukan jaringan listrik untuk dapat beroperasi.
Namun generator induksi berpenguat sendiri juga dapat beroperasi dalam suatu
jaringan lisrtik dan tetap dapat beroperasi walaupun terdapat gangguan pada jaringan. Oleh
karena itu generator induksi berpenguat sendiri lebih fleksibel dalam pengoprasiannya.
9
Luasan ini adalah tidak luas permukaan bumi, tetapi luasan yang tegak. Topografi atau
ketinggian berbeda menyebabkan potensi angin berbeda, dan karena daya angin sebanding
dengan kecepatan angin pangkat tiga, perbedaan kecepatan angin yang kecil pun akan
menghasilkan perbedaan daya yang besar. Kondisi dan kecepatan angin menetukan tipe dan
ukuran rotor. Kecepatan angin rata-rata mulai dari 3 m/s memadai untuk turbin angin
propeler kecil, di atas 5 m/s untuk turbin angin menengah dan di atas m/s untuk turbin angin
besar. Dengan demikian sistem tenaga angin memanfaatkan angin melalui kincir angin
untuk menghasilkan listrik.
Energi angin merupakan energi alternatif yang mempunyai prospek baik karena
selalu tersedia di alam, dan merupakan sumber energi yang bersih dan terbarukan kembali.
Proses pemanfaatan energi angin melalui dua tahapan konversi yaitu :
1. Aliran angin akan menggerakkan rotor (baling-baling) yang menyebabkan rotor berputar
selaras dengan angin bertiup.
2. Putaran rotor dihubungkan dengan generator sehingga dapat dihasilkan listrik,
Pemanfaatan energi angin untuk menggerakkan kincir angin yang selanjutnya di
konversi ke bentuk energi yang lain, sangat diperlukan data kecepatan angin, arah angin
dalam kurun waktu yang cukup lama. Energi angin adalah merupakan suatu energi kinetis
atau energi akibat kecepatan angin dan selanjutnya energi kinetis inilah yang dapat
digunakan untuk memutar sudu – sudu kincir angin.
Energi tersebut dapat dihitung dengan formula :
1
Ek= m 𝑉 2 Joule………………………………………………(1)
2
Dimana :
Ek = Energi kinetis ( joule )
m = Massa udara ( kg )
v = Kecepatan angin ( m/s )
Jika suatu blok udara yang mempunyai penampang A ( 𝑚2 ) dan bergerak dengan
kecepatan V ( m/s ), maka jumlah massa udara yang mengalir tiap detik adalah:
m = A . v. 𝜌 . (kg/detik) ………………………………….(2)
10
Dimana :
m = massa udara yang mengalir ( kg/detik )
A = penampang udara ( 𝑚2 )
v = kecepatan angin ( m/detik )
𝜌 = kerapatan udara ( kg/𝑚3 )
Energi mekanik pada turbin angin diperoleh dari suatu konversi energi angin. Energi
angin sendiri merupakan energi yang berasal dari pergerakan massa udara yang bergerak
dari suatu daerah bertekanan maksimum ke daerah beretekanan minimum. Massa udara yang
bergerak ini disebut sebagai energi kinetik karena memiliki gerak, sehingga daya yang
menjadi input turbin angin tak lain berasal dari energi kinetik angin. Besarnya daya tersebut
secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑣𝑖²
Ptot=m ......................................................................................(4)
2𝑔𝑐
Sedangkan : m = 𝜌 A vi
1
Maka : P = 𝜌 A vi³…………………………………………………….(5)
2𝑔𝑐
Dimana :
𝑃𝑡𝑜𝑡 = Daya total (Watt)
m = Laju aliran massa (kg/s)
11
𝜌 = Massa jenis udara (kg/m³)
A = Area sapuan turbin (m²)
Persamaan di atas dapat digunakan untuk menghitung jumlah daya yang menjadi
masukan atau input bagi turbin angin. Hasil perhitungan daya dari rumus tersebut belum
dapat dijadikan acuan dalam menetapkan kapasitas daya input turbin bagi generator, sebab
belum mempertimbangkan rugi-rugi daya dan faktor lain. Oleh karena itu diperlukan suatu
faktor pengali yang biasa disebut sebagai faktor efisiensi. Seorang ilmuwan fisika dari
jerman bernama Albert Beltz pada tahun 1919 menyatakan bahwa tidak ada turbin angin
yang dapat mengkonversi energi listrik menjadi energi mekanik (putaran) lebih dari
16/27(59,3). Dikalangan peneliti dan pengembang turbin angin ha ini dikenal sebagai Batas
Betz (Betz Limits) dan membulatkan faktor tersebut menjadi 60 % yang artinya tidak ada
putaran angin yang dapat mengkonversi energi kinetik angin menjadi energi putaran lebih
dari 60%. Berbagai faktor teknis yang menyangkut masalah pembuatan turbin angin juga
mempengaruhi efisiensi turbin angin, bahkan nilainya dibawah Betz yaitu dalam kisaran
0.35-0.45 (35%-45%). Sehingga secara matematis daya aktual daya atau daya nyata yang
dihasilkan oleh turbin angin adalah sebagai berikut :
1
Pmt = 𝜑𝑡 𝜌 A V³
2𝑔𝑐
Dimana :
Pmt = Daya mekanik turbin (W)
𝜑𝑡 = Efisensi turbin angin
Hasil konversi dari energi kinetik tersebut merupakan daya mekanik berupa putaran
poros turbin angin. Guna menyesuaikan putaran turbin dengan syarat nominal putaran
generator maka dibutuhkan sebuah gearbox yang berfungsi melipatgandakan putaran
sehingga setiap rpm putaran turbin dapat menghasilkan beberapa kali lipat rpm pada sisi
poros generator (rotor). Gearbox tersebut merupakan kumpulan dari beberapa gear yang
saling kontak secara fisik sehingga muncul adanya losses yang juga mempengaruhi efisiensi
tranmisi (𝜑𝑡r) dan menghasilkan daya mekanik pada sisi transmisi gearbox sebagai berikut:
𝑃𝑔= 𝜑 .𝑃𝑚𝑡 .................................................................................................(7)
12
Dimana :
𝜑𝑡𝑟 = Efisiensi gearbox
𝑃𝑔 = Daya mekanik dari gearbox (W)
Keluaran dari gearbox tersebut juga berupa putaran hanya saja frekuensi putaran
lebih tinggi dari pada sisi poros turbin. Sisi keluaran tersebut kemudian dihubungkan dengan
poros generator. Generator tidak sepenuhnya dapat menghasilkan daya keluaran sesuai
spesifikasinya. Terdapat faktor losses berupa rugi-rugi panas (heat disipation) dan rugi
kumparan yang juga memunculkan faktor efisiensi yang disebut efisiensi generator (𝜑𝑔𝑒𝑛).
Sehingga daya listrik yang dapat dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga angin ini adalah
sebagai berikut :
𝑃𝑒= 𝜑𝑔𝑒 .𝑃𝑔 …………………………………………………………...(8)
Dimana :
𝑃𝑒 = Daya listrik (W)
𝜑𝑔𝑒𝑛 = Efisiensi generator
Pemanfaatan potensi angin dalam penyediaan energi telah dikembangkan dan
dimanfaatkan peran energi angin dalam penyediaan perlu ditingkatkan. Dalam
pengembangan teknologi energi angin perlu juga memperhitungkan aspek ekonominya
untuk mengetahui sejauh mana pengembangan sistem tersebut layak dari sisi pengusaha,
yaitu dari keuntungan, dan efisien bagi pengguna.
13
investasi (capital outlay) selama umur investasi, selisih antara lain kedua PV tersebutlah
yang kita kenal dengan Net Pesent Value (NPV). Dengan persamaan:
𝑁 𝐴𝑡
𝑁𝑃𝑉 = ∑ 𝑡=0 ……………………………………(9)
(1+𝑘)ᵗ
𝑁𝑃𝑉 (+)
IRR = 𝐼1 + (𝐼2 − 𝐼2 )………………………………………..(10)
𝑁𝑃𝑉 (+) −𝑁𝑃𝑉 (−)
Paramater :
Jika IRR < suku bunga / MARR, maka proyek ditolak/investasi tidak layak.
14
5.4.3 Payback periode (PP)
Payback periode dapat diartikan sebagai jangka waktu kembalinya investasi yang
telah dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari suatu proyek yang telah
direncanakan. Payback peirode adalah suatu periode yang diperlukan untuk dapat menutup
kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan proceed atau aliran kas netto (net cash
flow). Dengan persamaan:
Jika arus kas per tahunya berbeda jumlahnya
(𝑎−𝑏)
PP = n + x 1 tahun…………………………………………………..(11)
(𝑐−𝑏)
Dimana :
n=Tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup investasi mula-mula.
a = Jumlah investasi mula-mula
b =Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke –n
c =Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke n+1
Jika arus kas pertahunya sama jumlahnya
𝐼𝑁𝑉𝐸𝑆𝑇𝐴𝑆𝐼 𝐴𝑊𝐴𝐿
PP = X 1 Tahun……………………………………………..(12)
𝐴𝑅𝑈𝑆 𝐾𝐴𝑆
Parameter :
PP lebih cepat dari umur investasi, proyek diterima / investasi layak.
PP lebih lama dari umur invetasi, proyek ditolak / investasi tidak layak
15
5.4.5 Cara Kerja Kincir Angin
Prinsip kerja kincir angin adalah terjadinya perputaran sudu kincir akibat adanya
gaya yang ditimbulkanoleh angin yang berpengaruh . Angin yang bergerak dengan
kecepatan tertentu akan menghasilkan gaya pada sudut kincir angin sebagai berikut :
1. Drag Force ( Gaya seret )
2. Lift Force ( Gaya angkat )
penampang dari sudu kincir angin yang mendapat pengaruh gaya seret dan gaya angkat
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gaya lift merupakan komponen gaya tegak lurus arah kecepatan angin sedangkan
drag force merupakan komponene gaya yang sejajar arah kecepatan angin. Kombinasi dari
gaya tersebut dihasilkan tenaga angin untuk memutar sendiri sudu kincir angin. Dibawah ini
digambarkan kincir angin jenis Panemone yang memanfaatkan keseluruhan komponen gaya
seret (Drag Force )
16
Gambar 2. Kincir angin jenis Panemone
Kincir Angin yang memanfaatkan gaya lift untuk menghasilkan tenaga diperlihatkan
pada Gambar 3. Gaya angkat diusahakan semaksimal mungkin dan gaya seret seminimal
mungkin karena gaya seret dapat menumbangkangkan menara.
17
Gambar 4. Kincir angin poros horizontal
18
VI. METODOLOGI PENELITIAN
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan , yaitu:
1. Mengukur kecepatan dan arah angin dengan Anemometer.
2. Mengukur temperatur udara dengan Termometer .
3. Mengukur tekanan udara dengan Barometer.
4. Menghitung potensi tenaga angin berdasarkan data pengukuran .
5. Menghitung energi yang dihasilkan oleh kincir angin dengan berbagai diameter sudu.
6. menghitung energi listrik yang dapat dibangkitkan berdasrkan diameter sudu.
Mulai
Pengambilan kesimpulan
Selesai
19
VIII. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan tugas akhir ini dimaksudkan untuk mempermudah dan
menyederhanakan pemahaman dari tiap-tiap bagian bab dan hubungan untuk setiap bagian
bab tersebut yang merupakan kesatuan yang terpadu dalam tulisan ini. Adapun sistematika
penulisan dari tugas akhir ini disusun dalam lima bab yang terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
20
VIII. Jadwal Penelitian
Adapun jadwal penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
NO KEGIATAN BULAN
Ke-1 Ke-2 Ke-3 Ke-4
1 Penyusunan Proposal
a. Menyusun Proposal
b. a.Sidang Proposal
c. Perbaikan Proposal
2 PelaksanaanSkripsi
a. DesainPercobaan (BahandanMetode)
b. Percobaan/Hasil
c. PembahasanHasil
d. Penulisan Draft Skripsi
e. BimbinganSkripsi
3 SidangSkripsi
a. PersiapanAdministrasi
b. Penyerahan Draft Skripsike Tim
Penguji
c. SidangSkripsi
d. Perbaikan,
EvaluasiAkhirdanPenyerahanSkripsi
21
DAFTAR PUSTAKA
22