Kontras Media
Kontras Media
- Udara
- CO2
- Gas lainnya
Kontras media positif ( mempunyai nomor atom tinggi )
- Barium sulfat
Bahan kontras barium sulfat, berbentuk bubuk putih yang tidak larut. Bubuk ini dicampur dengan air dan beberapa
komponen tambahan lainnya untuk membuat campuran bahan kontras. Bahan ini umumnya hanya digunakan pada
saluran pencernaan; biasanya ditelan atau diberikan sebagai enema. Setelah pemeriksaan, bahan ini akan keluar
dari tubuh bersama dengan feces.
Ion-ion penyusun media kontras terdiri dari kation (ion bermuatan positif) dan anion (ion bermuatan negatif).
Kation terikat pada asam radikal (-COO-) rantai C1 cincin benzena. Kation juga memberikan karakteristik media
kontras, dimana setiap jenis memberikan karakteristik yang berbeda satu sama lain. Ada beberapa macam kation
yang digunakan dalam media kontras.
(1). Bahan Kontras Ionik Monomer
Bahan Kontras ionik monomer merupakan bentuk bahan kontras ionik yang memiliki satu buah cincin asam
benzoate dalam satu molekul
Dua dalam susunan kimia media kontras non-ionik sudah tidak dijumpai lagi adanya ikatan ion antar atom
penyusun molekul. Kalau dalam media kontras ionik terdapat dua partikel penyususn molekul (kation dan anion)
maka dalam bahan kontras non-ionik hanya ada satu partikel penyusun molekul sehingga memiliki karakteristik
tersendiri.
1). Bahan kontras Non-ionik Monomer
Bahan kontras ini berasal dari media kontras ionik monomer yang dibentuk dengan mengganti gugus karboksil
oleh gugus radikal non-ionik yaitu amida (-CONH2).
Contoh kontras media Non-ionik Manomer :
- Iopamidol
- Iohexol
- Iopromide
- Ioversol
- Iopentol
2). Bahan Kontras Non-ionik Dimer
Pembentukan struktur kimia bahan kontras ini melalui proses penggantian pada gugus karboksil media kontras
ionik dimer juga oleh gugus radikal non-ionik, yang pada kahir sisntesa menghasilkan perbandingan iodium
terhadap partikel media kontras
http://radiologyedu.blogspot.com/2014/01/kontras-media.html
http://www.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/repository/dr_yuyun/1-Prosedur-Pemeriksaan-
Radiologi-untuk-Mendeteksi-Kelainan-dan-Cedera-Tulang-Belakang.pdf
BAHAN KONTRAS RADIOGRAFI
BAHAN KONTRAS RADIOGRAFI
Bahan Kontras merupakan senyawa-senyawa yang digunakan untuk meningkatkan visualisasi
(visibility) struktur-struktur internal pada sebuah pencitraan diagnostic medik.
Bahan kontras dipakai pada pencitraan dengan sinar-X untuk meningkatkan daya attenuasi sinar-X
(Bahan kontras positif) yang akan dibahas lebih luas disini atau menurunkan daya attenuasi sinar-X
(bahan kontras negative dengan bahan dasar udara atau gas). Selain itu bahan kontras juga
digunakan dalam pemeriksaan MRI (Magnetic Resonance Imaging), namun metode ini tidak
didasarkan pada sinar-X tetapi mengubah sifat-sifat magnetic dari inti hidrogen yang menyerap
bahan kontras tersebut. Bahan kontras MRI dengan sifat demikian adalah Gadolinium.
A. Sejarah
Penggunaan media kontras pada pemerikasaan radiologi bermula dari percobaan Tuffier pada tahun
1897, dimana dalam percobaannya ia memasukkan kawat kedalam ureter melalui keteter., sehingga
terjadi bayangan ureter dalam radiograf. Percobaan selanjutnya yaitu dengan menggunakan kontras
cair untuk menggambarkan anatomi dari traktus urinarius. Kontras tersebut diantaranya : koloid
perak,bismut,natrium iodida,perak iodida, stronsium klorida, dan sebagainya. Berangsur-angsur
metode tersebut mulai ditinggalkan karena menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Infeksi, trauma
jaringan, terjadinya emboli, dan deposit perak dalam ginjal merupakan akibat sampingan yang tidak
bisa dihindari.
Berpijak dari pengalaman-pengalaman terdahulu kemudian para ahli radiologi sepakat untuk
megadakan pembaharuan dalam pemakaian media kontras pada pemeriksaan radiologi. Dan pada
tahun 1928 seorang ahli urologi, Dr.Moses Swick bekerjasama dengan Prof.Lichtwitz,Binz, Rath, dan
Lichtenberg memperkenalkan penemuannya tentang media kontras iodium water-soluble yang
digunakan dalam pemeriksaan urografi secara intravena. Media kotras yang berhasil disintesa,
diantranya dalah :sodium iodopyridone-N-acetic acid yang disebut Urosectan-B (Iopax), dan sodium
oidomethamate yang disebut Uroselectan-B (Neoiopax). Dari segi radiograf kedua macam media
kotras tersebut memberikan hasil yang memuaskan, namun dari pasiennya masih menimbulkan efek
yang merugikan, yaitu : mual dan muntah. Selanjutnya Dr.Swick dan kawan-kawan melanjutkan
usahanya dengan mengembangkan Iodopyracet yang sementara waktu bisa menggantikan kedudukan
Neoiopax dalam pemerikasaan Urografi intra vena.
Usaha mengembangkan media kontras pun terus berlanjut. Mulai pertengahan tahun 1950 semua
jenis media kontras untuk pemakaian secara intravaskuler untuk pemakaian secara intravaskular
mulai mengalami pergantian. Mulai periode ini media kontras intravaskular menggunakan molekul
asam benzoat sebagai bahan dasarnya dengan mengikat tiga atom iodium. Dari hasil uji coba
membuktikan bahwa media kontras jenis ini memiliki kelebihan dibanding dengan jenis media
kontras sebelumnya. Jenis media kontras tersebut diantarannya ; acetrizoate dibuat tahun 1950,
diatrizoate tahun 1954, metrizoate tahun 1961, iothalamate tahun 1962, iodamide tahun 1965 dan
ioxithalamate tahun 1968. Akhirnya media kontras yang dapat pula digunakan secara intravaskular
secara kontinyu terus mengalami penyempurnaan.
Dari hasil penelitian membuktikan bahwa ionisitas dan osmolalitas merupakan kunci utama
terjadinya keracunan pada pasien. Kemudian mulai tahun 1969 dr.Torsten Almen mengembangkan
jenis media kontras non-ionik dengan osmolalitas yang cukup rendah. Mula-mula ia mengadakan
penelitian terhadap keluarga Metrizamide yang sebelumnya dipakai pada pemeriksaan mielografi.
Dengan diciptakannya media kontras water soluble untuk pemeriksaaan mielografi, penggunaan
secara intravaskular mulai dipelajari. Hasil akhir penelitian memberikan jalan yang terbaik untuk
segala macam pemeriksaan radiologi yang menggunakan media kontras iodium non-ionik water-
soluble secara intravaskular
Ada dua jenis bahan baku dasar dari bahan kontras positif yang digunakan dalam pemeriksaan
dengan sinar-X yaitu barium dan iodium. Sebuah tipe bahan kontras lain yang sudah lama adalah
Thorotrast dengan senyawa dasar thorium dioksida, tapi penggunaannya telah dihentikan karena
terbukti bersifat karsinogen.
B. Barium sulfat
Bahan kontras barium sulfat, berbentuk bubuk putih yang tidak larut. Bubuk ini dicampur dengan air
dan beberapa komponen tambahan lainnya untuk membuat campuran bahan kontras. Bahan ini
umumnya hanya digunakan pada saluran pencernaan; biasanya ditelan atau diberikan sebagai enema.
Setelah pemeriksaan, bahan ini akan keluar dari tubuh bersama dengan feces.
Untuk memperoleh sifat media kontras yang dikehendaki pada pemeriksann radiologi tertentu
biasanya dilakukan penggabungan antara beberapa jenis kation dalam satu jenis media kontras.
(1). Bahan Kontras Ionik Monomer
Bahan Kontras ionik manomer merupakan bentuk bahan kontras ionik yang memiliki satu buah
cincin asam benzoat dalam satu molekul
(1). Bahan Kontras Ionik dimer
Merupakan media kontras ionik yang memiliki dua buah cincin asam benzoat dalam satu molekul.
Salah satu contoh bentuk dan susunan kimia jenis bahan kontras ini adalah Ioxaglate (Hexabrix) yang
merupakan media kontras ionik dimer pertama dibuat ;
Osmolalitas
Konsentrasi molekul yang secara aktif memberikan tekanan osmotik larutan, sehingga memberikan
kemampuan suatu pelarut (air) melewati suatu membran. Dapat dinyatakan dengan milliosmol per
liter (osmolaritas) atau milliosmol per kilogram Air (H2O) pada suhu 37oC (Osmolalitas).
Osmolalitas tidak dipengaruhi oleh ukuran partikel namun nilainya tergantung dari ; Jumlah partikel
dan konsentrasi iodium. Bahan kontras ionik memiliki jumlah partikel lebih besar daripada bahan
kontras non-ionik karena dalam media kontras ionik terdapat dua partikel (kation dan anion)
sehingga osmolalitas dua kali lebih besar.
Efek Samping
Bahan Kontras iodium yang modern merupakan obat-obat yang aman; reaksi-reaksi berbahaya bisa
terjadi tapi tidak umum. Efek samping utama dari radiokontras adalah reaksi anafilaktif dan nefropati
.
Reaksi-Reaksi Anafilaktif
Reaksi-reaksi anafilaktif jarang terjadi (Karnegis dan Heinz, 1979 dkk., 1987; Greenberger dan
Patterson, 1998), tapi bisa terjadi sebagai respon terhadap bahankontras yang disuntikkan atau yang
diberikan lewat mulut dan rectal dan bahkan memperburuk pyelografi. Gejalanya mirip dengan
reaksi-reaksi anafilaksis, tapi tidak diakibatkan oleh respon kekebalan yang diperantarai IgE. Pasien-
pasien yang memiliki riwayat reaksi-reaksi kontras, berisiko tinggi untuk mengalami reaksi-reaksi
anafilaktif (Greenberger dan Patterson, 1988; Lang dkk., 1993). Pengobatan dini dengan
kortikosteroid telah terbukti dapat mengurangi kejadian reaksi-reaksi yang berbahaya (Lasser dkk.,
1988; Greenberger dkk., 1985; Wittbrodt dan Spinler, 1994).
Reaksi-reaksi anafilaktif bisa mulai dari urticaria dan gatal-gatal, sampai bronchospasma dan edema
facial dan laryngeal. Untuk kasus-kasus urtikaria yang sederhana dan gatal-gatal, Benadryl
(diphenhydramine) lewat mulut atau IV (intravenous) bisa diberikan. Untuk reaksi-reaksi yang lebih
parah, antara lain bronchospasma dan edema leher atau wajah dapat diberikan inhaler albuterol, atau
epinefrin IV atau subcutaneous, ditambah diphenhydramine mungkin diperlukan. Jika respirasi
terganggu, saluran udara harus dibebaskan .
Nefropati yang Ditimbulkan oleh Medium Kontras
Nefropati oleh media kontras dapat ditimbulkan baik oleh peningkatan kreatinin darah lebih besar
dari 25% atau peningkatan mutlak kreatinin darah yang mencapai 0,5 mg/dL. Ada tiga faktor yang
terkait dengan meningkatnya risiko nefropati yang dipengaruhi oleh medium kontras, yaitu:
gangguan ginjal sebelumnya (seperti penurunan kadar kreatinin < 60 mL/menit (1.00 mL/detik),
diabetes yang telah ada sebelumnya, dan volume intravascular yang berkurang (McCullough, 1997);
Scanlon dkk., 1999). Osmolalitas bahan kontras diyakini sangat berperan dalam nefropati. Idealnya,
bahan kontras harus isoosmolar terhadap darah. Bahan kontras beriodium yang modern biasanya
nonionic, tipe-tipe ionic yang terdahulu biasa menyebabkan efek yang lebih berbahaya dan tidak
digunakan lagi. Untuk meminimalisir risiko terjadinya nefropati akibat medium kontras, maka
berbagai tindakan bisa dilakukan yang kesemuanya telah dianalisis dalam sebuah meta-analisis yaitu
: 1. Dosis media kontras harus diupayakan serendah mungkin, meski masih mampu ditmabhkan
untuk melakukan pemeriksaan . 2. Bahan kontras bersifat non ionic 3. Media kontras yang nonionic
dan iso-osmolar. Salah satu percobaan terkontrol acak menemukan bahwa sebuah bahan kontras
nonionic iso-osmolar lebih baik dibanding media kontras non-ionik low-osmolar. 4. Hydrasi cairan
intravenous dengan larutan garam. Masih ada pertentangan tentang cara yang paling efektif untuk
hidrasi cairan intravenous. Salah satu metode adalah 1 mg/kg per jam selama 6-12 jam sebelum dan
setelah pemberian kontras. 5. Hidrasi fluida intravenous dengan larutan garam ditambah sodium
bikarbonat. Sebagai sebuah alternatif bagi hydrasi intravenous dengan larutan garam biasa,
pemberian sodium bikarbonat 3 mL/kg per jam selama 1 jam sebelumnya, diikuti dengan 1 mL/kg per
jam selama 6 jam setelah pemberian bahan kontras diketahui lebih baik ketimbang larutan garam
biasa pada salah satu percobaan terkontrol acak. Ini selanjutnya didukung dengan sebuah percobaan
terkontrol acak multi-senter, yang juga menunjukkan bahwa hydrasi intravenous dengan sodium
bikarbonat lebih baik terhadap 0,9% larutan garam normal. Efek renoprotektif dari bikarbonat
dianggap diakibatkan oleh alkalinisasi urin, yang menciptakan sebuah lingkungan yang lebih rentan
terhadap pembentukan radikal bebas yang berbahaya. 6. N-asetilcystein (NAC). NAC, 600 mg secara
oral dua kali sehari, pada hari sebelum selama prosedur jika pelepasan kreatinin diperkirakan lebih
kecil dari 60 mL/menit (1,00 mL/detik). Sebuah percobaan terkontrol acak menemukan dosis NAC
yang lebih tinggi (1200 mg IV bolus dan 1200 mg secara oral dua kali sehari selama 2 hari) dapat
membantu (pengurangan risiko relatif sebesar 74%) pasien yang menerima angioplasty koroner
dengan volume kontras yang lebih tinggi. Beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa N-
asetilcystein melindungi ginjal dari efek toksik bahan kontras (Gleeson & Bulugahapitiya 2004). Efek
ini, tidak merata, beberapa peneliti (seperti Hoffman dkk., 2004) telah mengklaim bahwa efek ini
diakibatkan oleh gangguan dengan uji laboratorium kreatinin itu sendiri. Ini didukung oleh
kurangnya korelasi antara kadar-kadar kreatinin dan kadar cystatin C. Agen-agen farmakologis lain,
seperti furosemida, mannitol, theophylline, aminophylline, dopamine, dan atrial natriuretic peptide
telah dicoba, tapi belum ada efek menguntungkan atau justru memiliki efek yang membahayakan
(Solomon dkk., 1994; Abizaid dkk., 1999). Reaksi Kemotoksik Pasien yang memiliki kelainan pada
kelenjar gondok sering mengalami reaksi kemotoksik setelah menjalani pemeriksaan dengan bahan
kontras. Sebenarnya atom iodium yang terikat kuat dalam senyawa bahan kontras tidak memberikan
pengaruh yang besar. Ia hanya sensitif terhadap ion iodida bebas yang sedikit banyak terdapat dalam
bahan kontras. Kenaikan intake iodida inilah yang menyebabkan tirotoksikosis. Kontribusi makanan-
laut dan alergi-alergi lain Disini harus ditekankan bahwa dugaan tentang “alergi” makanan laut, yang
seringkali lebih didasarkan pada mitos dibanding fakta, bukanlah sebuah kontraindikasi yang cukup
terhadap penggunaan bahan kontras beriodum. Sebuah hubungan antara kadar iodium dalam
makanan laut dan alergi akibat makanan laut merupakan bagian dari bidang medis. Meski kadar
iodine dalam makanan laut lebih tinggi dibanding pada makanan non-laut, namun konsumsi yang
terakhir ini melebihi yang pertama dan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa kandungan iodine
makanan laut terkait dengan reaksi-reaksi terhadap makanan-laut (Coakley dan Panicek, 1997). Data
yang ada menunjukkan alergi akibat makanan laut dapat meningkatkan risiko sebuah reaksi yang
diperantarai bahan kontras dengan jumlah yang kira-kira sama seperti alergi terhadap buah atau
sama dengan yang menyebabkan asma (Shehadi, 1975). Dengan kata lain, lebih dari 85% pasien yang
mengalami alergi makanan-laut tidak akan memiliki reaksi yang berbahaya terhadap kontras
beriodium (Coakley dan Panicek, 1997). Terakhir, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa reaksi-
reaksi kulit yang berbahaya terhadap antiseptic-antiseptik topikal yang mengandung iodium (seperti
betadin, povidin) yang banyak hubungannya dengan pemberian bahan kontras IV (Coakley dan
Panicek, 1997; can Ketel dan van den Berg, 1990).
Gadolinium
Gadolinium adalah unsur kimia yang dalam tabel sistem periodik memiliki simbol Gd dengan nomor
atom 64. Gadolinium menjadi superconductive dibawah suatu temperatur kritis1.083 K. Dan
merupakan strongly magnetic pada suhu ruang, dan menunjukkan sifat ferromagnetic dibawah suhu
ruang.
Gadolinium memperlihatkan efek magnetocaloric yaitu peningkatan temperature ketika berada dalam
medan magnet dan menurun ketika meninggalkan medan magnet. Diakrenakan sifat
paramagnetiknya larutan organic gadolinium kompleks dan senyawa gadolinium digunakan secara
intravenous sebagai bahan kontras untuk keperluan pencitraan medis magnetic resonance imaging
(MRI) . Kontras gambar yang dihasilkan Gadolinium pada MRI dipengaruhi oleh perubahan variasi
T1 dan T2 jaringan. Nilai T1 dan T2 diubah oleh perubahan jumlah fluktuasi medan magnet dekat
sebuah inti. Medan paramagnetik oleh gadolinium menghasilkan banyak osilasi medan . Pada
umumnya kontras gambar pada MRI diperoleh oleh satu jaringan yang memiliki afinitas yang lebih
tinggi (gaya tarik menarik) atau vaskularisasi yang lebih banyak dibandingkan jaringan lain. Sebagai
contoh tumor memiliki Gd uptake yang lebih besar dibandingkan jaringan disekitarnya menyebabkan
T1 tumor lebih singkat sehinga signal yang dihasilkan lebih kuat.
Disamping MRI, gadolinium (Gd) juga digunakan dalam teknik pencitraan lain. Pada pemeriksaan
dengan sinar-X, gadolinium terdapat dalam lapisan phosphor terdapat dalam suatu polymer matrix
pada detector. Terbium-doped gadolinium oxysulfide (Gd2O2S: Tb) pada lapisan phosphor
mengubah sinar-X menjadi cahaya nampak. Gd dapat memancarkan cahaya dengan panjang
gelombang 540nm (spektrum cahaya hijau = 520 – 570nm), yang bermanfaaat pada penggunaan
dalam photographic film.
Gadolinium oxyorthosilicate (GSOadalah sebuah kristal tunggal yang digunakan sebagai scintillator
pada peralatan pencitraan medis seperti Positron Emission Tomography (PET). scintillator lain yang
terbaru untuk mendeteksi neutron adalah cerium-doped gadolinium orthosilicate (GSO -
Gd2SiO5:Ce).
Di masa yang akan datang, gadolinium ethyl sulfate, yang memiliki karakteristik noise yang sangat
rendah, dapat digunakan dalam masers. Selanjutnya gadolinium's high magnetic movement dan low
Curie temperature (yang hanya pada suhu ruang) merupakan aplikasi komponen magnetic untuk
menindera panas dan dingin.Menyebabkan extremely high neutron cross-section of gadolinium,
elemen ini sanagt efektif digunakan pada neutron radiography.
http://ss-radiology.blogspot.com/2008/08/bahan-kontras-radiografi_12.html