Anda di halaman 1dari 4

Konsentrasi belajar

Konsentrasi adalah pemusatan perhatian dalam proses perubahan tingkah laku yang

dinyatakan dalam bentuk penggunaan penguasaan dan penilaian terhadap pengetahuan.

Seperti pendapat Hornby dan Siswoyo (1993:69) konsentrasi adalah pemusatan atau

pengerahan (perhatiannya ke pekerjaannya atau aktivitasnya). Belajar bukan hanya

mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Sejalan dengan itu,

berarti pula belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui

interaksi dengan lingkungan. Dalam Tabrani menurut Engkoswara (1989:10) terdapat

ciri-ciri siswa yang dinyatakan berkonsentrasi belajar seperti perilaku kognitif, perilaku

afektif, dan perilaku psikomotor.

Perilaku kognitif adalah perilaku yang menyangkut masalah pengetahuan, informasi

dan kecakapan intelektual. Perilaku ini diidentifikasi oleh

1. Kesiapan pengetahuan yang dapat segera muncul bila diperlukan

2. Komprehensif dalam penafsiran informasi

3. Mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh

4. Mampu mengadakan analisis dan sintesis pengetahuan yang diperoleh.

Perilaku afektif adalah perilaku berupa sikap dan apersepsi dalam perilaku afektif siswa

yang berkonsentrasi diidentifikasi oleh

1. Adanya penerimaan, yaitu tingkat perhatian tertentu

2. Respon, yaitu keinginan untuk mereaksi bahan yang diajarkan


3. Mengemukakan suatu pandangan atau keputusan sebagai integrasi dari suatu

keyakinan, ide dan sikap seseorang

Perilaku psikomotor pada perilaku ini, siswa yang berkonsentrasi diidentifikasi

1. Adanya gerakan anggota badan yang tepat atau sesuai dengan petunjuk guru

2. Komunikasi non verbal seperti ekspresi muka dan gerakan-gerakan yang penuh

arti.

Dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri siswa yang dapat berkonsentrasi belajar tampak

pada perhatiannya yang terfokus pada hal yang diterangkan guru atau pelajaran yang

sedang dipelajari. Jika siswa tidak berkonsentrasi belajar, bisa jadi ia tidak dapat

menikmati proses belajar yang berlangsung. Hal ini bisa jadi dikarenakan mata

pelajaran yang sulit, guru yang menyampaikan tidak disukai karena beberapa alasan,

suasana kelas yang monoton.

Musik dalam pembelajaran

Musik memberi stimulasi yang cukup kuat terhadap otak, sehingga

mendorong perkembangan kognitif dengan cepat. Menyanyi atau memainkan alat

musik mengaktifkan otak kanan dan otak kiri.


Bobbi DePorter, dkk (1999) menyatakan bahwa musik sekurang-kurangnya

bermamfaat untuk menata suasana hati, meningkatkan hasil belajar yang diinginkan,

dan menyoroti hal-hal yang penting.

Guru dapat menggunakan musik untuk menata suasana hati, mengubah

keadaan mental siswa, dan mendukung lingkungan belajar. Musik membantu pelajar

bekerja lebih baik dan mengingat lebih banyak. Musik juga dapat membantu siswa

masuk ke dalam situasi belajar yang optimal.

Dr. Georgi Lozanof mengatakan : “Relaksasi yang diiringi dengan musik

membuat pikiran selalu siap dan mampu berkonsentrasi”.

Menurut Dr. Lozanof musik yang paling membantu adalah musik klasik sperti

Bach, Handel, Pachebel, dan Vivaldi.

Ada teori yang menyatakan bahwa dalam situasi otak kiri sedang bekerja,

seperti mempelajari materi baru, musik akan membangkitkan reaksi otak kanan yang

intuitif dan kreatif sehingga masukannya dapat dipadukan dengan keseluruhan proses.

Namun, justru otak kanan yang kreatif ini sering menganggu otak kiri ketika sedang

berpikir dan berkonsentrasi. Itulah sebabnya otak kanan yang cenderung untuk

terganggu selama belajar merupakan penyebab mengapa seseorang kadangkala

melamun dan memerhatikan pemandangan ketika anda berniat untuk konsentrasi.

Memasang musik adalah cara efektif untuk menyibukkan otak kanan ketika sedang

berkonsentrasi pada aktivitas-aktivitas otak kiri.

Anda mungkin juga menyukai