Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ampas Tebu


Ampas tebu, atau disebut juga dengan bagas, adalah hasil samping dari
proses ekstraksi cairan tebu. Ampas tebu sebagian besar mengandung ligno-
cellulose. Panjang seratnya antara 1,7-2 mm dengan diameter sekitar 20 µm,.
Serat bagas tidak dapat larut dalam air dan sebagian besar terdiri dari selulosa,
pentosan, dan lignin (Yosephine, 2012).
Hasil analisis serat ampas tebu tercantum dalam Tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1 Komposisi Kimia Ampas Tebu
Kandungan Kadar (%)
Lignin 13-22
Selulosa 26-43
Hemiselulosa 17-23
(Sumber: Ristianingsih, 2014)
Ampas tebu atau bagasse ini adalah limbah padat industri gula tebu yang
mengandung serat lignin, selulosa dan hemiselulosa yang merupakan hasil
samping dari proses ekstraksi tanaman tebu. Komponen utama ampas tebu antara
lain fiber(serat) sekitar 44-48% dan air 46-52%, Syarat bahan baku yang dapat
dijadikan pulp dan kertas adalah bahan baku yang mempunyai serat yang panjang,
luas dengan kadar hemiselulosa tinggi dan ampas tebu memiliki syarat tersebut.
Dimana panjang serat dari ampas tebu yaitu 1,7-2 mm dengan diameter 20 mikro
(Rambe, 2016).
Ampas tebu ini dihasilkan sebanyak 32 % dari berat tebu giling. Dengan
kandungan ligno-cellulose serta memiliki panjang seratnya antara 1,7 sampai 2
mm dengan diameter sekitar 20 mikro, ampas tebu sebenarnya bisa dimanfaatkan
lagi sebagai bahan baku untuk industri kimia, industri perminyakan, industri
kertas, industri kanvas rem, industri jamur dan sebagainya, sehingga ampas tebu
ini secara ekonomis pemanfaatannya tidak hanya sebagai sumber energi bahan
bakar semata (Setiati,dkk.,2016).
2.2 Kandungan Ampas Tebu
2.2.1 Selulosa
Selulosa adalah suatu polisakarida yang tak larut dalam air dan merupakan
zat pembentuk kulit sel tanaman. Selulosa terdapat lebih dari 50% dalam kayu,
bewarna putih, mempunyai kuatt tarik yang besar dan mempunyai rumus kimia
(C6H10O5). Selain terdapat dalam kayu, selulosa juga terkandung dalam
beberapa tanaman Iain seperti pelepah pohon pisang, ampas tebu dan sekam padi
Selulosa tidak pernah ditemukan dalam keadaan murni di alam, tetapi berasosiasi
dengan polisakarida lain seperti lignin, pectin, hemiselulosa, dan xilan..
(Octaviana, 2017).
Selulosa merupakan senyawa organik yang paling banyak melimpah dialam,
karena struktur bahan seluruh dunia tumbuhan terdiri atas sebahagian besar
selulosa. Serat-serat selulosa mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi (Bahri,
2015). Selulosa adalah salah satu polimer yang dapat dimanfaatkan untuk
berbagai industri seperti tali, layar, kertas, kayu untuk perumahan, dan banyak
dimanfaatkan secara komersial adalah selulosa yang bersumber dari kayu. Untuk
perumahan, dan banyak lainnya. Sejauh ini selulosa banyak bersumber dari kayu
(Saleh, 2009).

(Sumber : Wibisono, 2011)


Gambar 2.1 Struktur Selulosa
Selulosa merupakan unsur yang penting dalam proses pembuatan pulp.
Semakin banyak selulosa yang terkandung dalam pulp, maka semakin baik
kualitas pulp tersebut. Berdasarkan derajat polimerisasi (DP), maka selulosa dapat
dibedakan atas tiga jenis yaitu (Wibisono, 2011) :
2.2.1.1 α-selulosa
Selulosa α (Alpha Cellulose) adalah selulosa berantai panjang, tidak larut
dalam larutan NaOH 17,5% atau larutan basa kuat dengan DP (derajat
polimerisasi) berkisar 600-1500. Selulosa α dipakai sebagai penduga dan atau
penentu tingkat kemurnian selulosa. Selulosa α > 92 % memenuhi syarat untuk
digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan propelen sedangan selulosa
kualitas lebih rendah digunakan sebagai bahan baku industri kertas. Semakin
tinggi kadar α selulosa, maka semakin baik mutu bahannya Struktur α-selulosa
dapat dilihat pada Gambar 2.2.

(Sumber : Sumada, 2011)


Gambar 2.2 Struktur α-selulosa

2.2.1.2 β-selulosa
Selulosa β (Betha Cellulose) adalah selulosa berantai pendek, larut dalam
NaOH 17,5% atau basa kuat dengan derajat polimerisasi 15-90, dapat mengendap
bila dinetralkan. Jenis dari selulosa ini mudah larut dalam larutan NaOH yang
mempunyai kadar 17,5% pada suhu 20oC dan akan mengendap bila larutan
tersebut berubah menjadi larutan yang memiliki suasana asam, struktur dari β-
Selulosa dapat dilihat pada Gambar 2.3.
(Sumber : Sumada, 2011)
Gambar 2.3 Struktur β-selulosa

2.2.1.3 γ-selulosa
Selulosa γ (Gamma cellulose) adalah sama dengan selulosa β, tetapi
derajat polimerisasinya kurang dari 15. Selulosa jenis ini mudah larut dalam
larutan NaOH yang mempunyai kadar 17,5% pada suhu 20oC dan tidak akan
terbentuk endapan setelah larutan tersebut dinetralkan (Sumada, 2011).

2.2.2 Lignin
Lignin merupakan makromolekul ketiga yang terdapat dalam biomassa,
berfungsi sebagai pengikat antar serat. Lignin dapat dihilangkan dari bahan
dinding sel yang tak larut dengan klor dioksida. Struktur molekul lignin sangat
berbeda bila dibandingkan dengan polisakarida, karena terdiri dari sistem
aromatik yang tersusun atas unit-unit fenil propane .
Sifat-sifat lignin yaitu tidak larut dalam air dan asam mineral kuat, larut
dalam pelarut organik, dan larutan alkali encer. Lignin yang terikut dalam produk
pulp menurunkan kekuatan kertas dan menyebabkan kertas menguning. Pulp
akan mempunyai sifat fisik atau kekuatan yang baik apabila mengandung sedikit
lignin. Hal ini karena lignin bersifat menolak air dan kaku sehingga menyulitkan
dalam proses penggilingan. Kadar lignin untuk bahan baku kayu 20-35 %,
sedangkan untuk bahan non-kayu lebih kecil lagi (Surest,dkk., 2010).
Lignin adalah zat yang bersama-sama dengan selulosa yang adalah salah
satu sel yang terdapat dalam kayu. Lignin berguna dalam kayu seperti lem atau
semen yang mengikat selsel lain dalam satu kesatuan, sehingga bisa menambah
support dan kekuatan kayu (mechanical strength) agar kokoh dan berdiri tegak.

(Sumber : Sumada, 2011)


Gambar 2.4 Struktur Lignin

Lignin memiliki struktur kimiawi yang bercabang-cabang dan berbentuk


polimer tiga dimensi. Molekul dasar lignin adalah fenil propan. Molekul lignin
memiliki derajat polimerisasi tinggi. Oleh karena ukuran dan strukturnya yang
tiga dimensi bisa memungkinkan lignin berfungsi sebagai semen atau lem bagi
kayu yang dapat mengikat serat dan memberikan kekerasan struktur serat. Bagian
tengah lamela pada sel kayu, sebagian besar terdiri dari lignin, berikatan dengan
selsel lain dan menambah kekuatan struktur kayu. Dinding sel juga mengandung
lignin. Pada dinding sel, lignin bersama-sama dengan hemiselulosa membentuk
matriks (semen) yang mengikat serat-serat halus selulosa. Lignin di dalam kayu
memiliki persentase yang berbeda tergantung dari jenis kayu (Wibisono, 2011).
2.2.3 Hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan senyawa sejenis polisakarida yang terdapat pada
semua jenis serat, mudah larut dalam alkali, dan mudah terhidrolisis oleh asam
mineral menjadi gula dan senyawa lain. Hemiselulosa lebih mudah larut daripada
selulosa, dan dapat diisolasi dari kayu dengan ekstraksi. Struktur hemiselulosa
dapat dilihat pada Gambar 2.5.

(Sumber : Wibisono, 2011)


Gambar 2.5 Struktur Hemiselulosa

Hemiselulosa tersusun atas glukosa rantai pendek dan bercabang.


Hemiselulosa lebih mudah larut dalam air dan biasanya dihilangkan dalam proses
pulping. Secara biokimiawi, hemiselulosa adalah semua polisakarida yang dapat
diekstraksi adalah larutan basa. Hemiselulosa mudah terdegrasi dan larut
dibandingkan dengan selulosa sehingga persentasenya dalam pulp selalu lebih
kecil (Saleh, dkk., 2009).
Sifat hemiselulosa yang hidrofilik banyak mempengaruhi sifat fisik pulp
dan kertas. Hemiselulosa berfungsi sebagai perekat dan dapat mempercepat
terjadinya fibrasi (pembentukan serat). Sifat inilah yang memperkuat kekuatan
fisik lembaran pulp kertas dan menurunkan waktu serta daya operasi penggilingan
(beating). Hilangnya hemiselulosa akan mengakibatkan adanya lubang diantara
fibril dan berkurangnya ikatan antar serat, namun kadar hemiselulosanya yang
terlalu tinggi akan menyebabkan kertas tembus cahaya, kaku, dan rapuh (Rafma,
2014).
2.3 Pulp
Pulp adalah hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat. Pulp dapat
dibuat dari bahan kayu, non kayu, dan kertas bekas (waste paper). Pulp
merupakan bubur kayu sebagai bahan dasar dalam pembuatan kertas. Bahan baku
pulp biasanya mengandung tiga komponen utama, yaitu: selulosa, hemiselulosa,
dan lignin. Secara umum prinsip pembuatan pulp merupakan proses pemisahan
selulosa terhadap impurities bahan-bahan dari senyawa yang dikandung oleh kayu
di antaranya lignin Proses pembuatan pulp di antaranya dilakukan dengan proses:
mekanis, kimia, dan semikimia. Proses pembuatan pulp dengan proses kimia ini
akan menghasilkan pulp dengan kekuatan tarik lebih tinggi daripada proses
mekanis dan semikimia. Pulp dapat diolah dengan lebih lanjut menjadi kertas,
rayon, selulosa asetat, dan turunan selulosa yang lain. Pulp serat pendek
umumnya dihasilkan dari jenis rumput-rumputan dan sisa hasil pertanian,
sedangkan pulp serat panjang dihasilkan dari tumbuhan kayu. (Wibisono, 2011).

2.4 Pengelompokan Pulp


Menurut komposisinya pulp kertas dikelompokkan menjadi dua jenis
yaitu:

2.4.1 Pulp dari Kayu (Wood Pulp)


Pulp dari kayu adalah pulp yang berbahan baku kayu, pulp dari kayu
dibedakan menjadi (Bahri, 2015) :
1. Pulp dari Kayu Lunak (Soft Wood Pulp)
Jenis kayu lunak yang umum digunakan berupa jenis kayu berdaun jarum
(Needle Leaf) seperti Pinus Merkusi, Agatis Loranthifolia, dan Albizza
Folcata.
2. Pulp dari Kayu Keras (Hard Wood Pulp)
Pada umumnya serat ini terdapat pada jenis kayu berdaun lebar (Long
Leaf) seperti kayu Oak.
2.4.2 Pulp dari non Kayu (Non Wood Pulp)
Pada saat ini pulp non kayu yang dihasilkan digunakan untuk
memproduksi kertas meliputi : percetakan dan kertas tulis, linerboard, medium
berkerut, kertas koran, tisu, dan dokumen khusus. Pulp non kayu yang umum
digunakan biasanya merupakan kombinasi antara pulp non kayu dengan pulp kayu
lunak yang ditambahkan untuk menaikkan kekuatan kertas. Karekteristik bahan
non kayu mempunyai sifat fisik yang lebih baik daripada kayu lunak dan dapat
digunakan di dalam jumlah yang lebih rendah bila digunakan sebagai pelengkap
sebagai bahan pengganti bahan kayu lunak. Sumber serat non kayu meliputi
(Bahri, 2015) :
1. Limbah pertanian dan industri hasil pertanian seperti jerami padi, gandum,
batang jagung, dan limbah kelapa sawit.
2. Tanaman yang tumbuh alami seperti alang – alang, dan rumput –
rumputan.
3. Tanaman yang diolah, seperti serat daun, dan serat dari batang.

2.5 Proses Pembuatan Pulp


Proses pembuatan pulp adalah proses pemisahan lignin untuk memperoleh
selulosa dari bahan berserat. Oleh karena itu selulosa harus bersih dari lignin
supaya kualitas kertas yang dihasilkan tidak berubah warna selama pemakaian.
Proses pembuatan pulp dapat dibagi menjadi tiga proses yaitu proses mekanis,
proses kimia, dan proses semi kimia . Pembuatan pulp secara mekanis dilakukan
tanpa menggunakan bahan kimia yaitu dengan cara menguraikan serat yang ada di
dalam kayu secara paksa dengan menggunakan aksi mekanis. Proses pembuatan
pulp secara kimia adalah proses pembuatan pulp yang menggunakan bahan kimia
sebagai bahan utama untuk melarutkan bagian-bagian kayu yang tidak diinginkan.
Proses semi kimia adalah karena pada tahap awal pembuatan pulp digunakan
bahan-bahan kimia sebagai pelunak bahan baku (Bahri, 2015).
2.5.1 Proses Pembuatan Pulp Secara Mekanis
Pembuatan pulp secara mekanis dilakukan tanpa menggunakan bahan
kimia yaitu dengan cara menguraikan serat yang ada di dalam kayu secara paksa
dengan menggunakan aksi mekanis. Bahan baku digiling dalam keadaan basah,
serat-serat kayu akan terlepas, kemudian disaring sampai kehalusan tertentu untuk
memperoleh bubur kertas (pulp). Dalam proses mekanis ini tidak dilakukan
pemisahan komponen-komponen yang terdapat di dalam kayu sehingga pulp yang
dihasilkan mempunyai kandungan bahan seperti semula. Keuntungan proses ini
adalah biaya produksi yang rendah dan hasil yang tinggi karena pulp yang
diperoleh sekitar 90 % dari bahan semula. Kelemahannya adalah rendahnya mutu
kertas yang dihasilkan, dimana kertas mudah sekali menjadi kuning dan
kecoklatan karena kandungan ligninnya masih banyak (Bahri, 2015).
Proses pembuatan pulp secara mekanis umumnya digunakan untuk
pembuatan pulp dari bahan kayu. Pulp yang dihasilkan warnanya masih tetap
seperti kayu asalnya dan kertas yang dihasilkan mutunya kurang baik dan tidak
tahan lama. Sebab itu kertas yang dibuat dari pulp jenis ini hanya dipakai untuk
surat kabar. Contoh proses pembuatan secara mekanik antara lain adalah proses
Stone Grinding Wood (SGW) dan proses Refiner Mechanical Pulp (RMP)
(Moeksin, 2009).

2.5.2 Proses Pembuatan Pulp Secara Semikimiawi


Proses-proses pembuatan pulp secara semikimia pada dasarnya ditandai
dengan perlakuan kimia didahului dengan tahap penggilingan secara mekanik.
Proses ini menggabungkan proses kimia dan proses mekanis. Hasil yang diperoleh
dengan proses ini lebih rendah dibandingkan dengan proses mekanis (Gunawan,
2012).
Pada prinsipnya cara inilah kombinasi dari cara mekanik dan cara kimia.
Dalam cara ini bahan baku direndam dengan bahan kimia dan kemudian
dihancurkan atau dipisahkan dengan tenaga mekanik. Warna pulp yang dihasilkan
lebih pucat dan mutu kertas agak lebih baik. Salah satu contoh proses semi kimia
adalah Proses Neutral Sulfite Semi Chemical (NSSC) dan Proses Soda Dingin
(Moeksin, 2009).
2.5.3 Proses Pembuatan Pulp Secara Kimiawi
Proses pembuatan pulp secara kimia adalah proses pembuatan pulp yang
menggunakan bahan kimia sebagai bahan utama untuk melarutkan bagian-bagian
kayu yang tidak diinginkan. Rendemen pulp yang diperoleh dalam proses ini
relatif rendah dibandingkan dengan proses mekanis dan semi kimia, yaitu antara
40– 50%, sehingga diperoleh produk selulosa yang lebih murni. Ada tiga macam
proses pembuatan proses pembuatan pulp secara kimia yaitu proses soda, proses
sulfat atau kraft dan proses sulfit, masing-masing menggunakan larutan pemasak
yang berbeda. Pada penelitian ini menggunakan proses soda karena dapat
digunakan untuk berbagai macam bahan baku, baik dari bahan baku kayu maupun
non kayu (Bahri, 2015).
Proses soda menggunakan larutan natrium hidroksida (NaOH) sebagai
larutan pemasak. Cara ini biasanya dipakai untuk mengolah bahan baku jenis
rumput-rumputan. Pulp yang dihasilkan berwarna coklat, dapat diputihkan dan
seratnya kurang kuat. Keuntungan proses soda adalah mudah mendapatkan
kembali bahan kimia hasil pemasakan NaOH dari lindi hitam dan bahan baku
yang dipakai dapat bermacam-macam (Nurhidayah, 2017).
Proses soda umumnya digunakan untuk bahan baku dari limbah pertanian
seperti tongkol jagung serta kayu lunak. Proses soda merupakan proses
pemasakan dengan metode basa. Larutan pemasak yang digunakan adalah NaOH.
Proses ini sangat cocok digunakan untuk bahan baku non kayu. Keuntungan
proses ini yaitu dari segi teknis dan lebih ekonomis dibandingkan dengan
menggunakan proses lain, karena tidak membuat limbah yang begitu berbahaya di
lingkungan sekitar (Nurhidayah, 2017)..
Kriteria bagi keberhasilan proses pembuatan pulp kimia adalah kualitas
produk dan perolehan pulp tinggi, sedikit menggunakan air, dan tingkat daur
ulang (recovery) bahan kimia tinggi. Dalam praktek, metode-metode pembuatan
pulp kimia berhasil memisahkan sebagian besar lignin, tetapi juga melarutkan
sejumlah tertentu hemiselulosa dan selulosa sehingga perolehan pulp relatif
rendah dibandingkan dengan pembuatan pulp mekanik. Perolehan pulp kimia
biasanya berada dalam rentang 40-50% (Saleh, dkk., 2009).
Adapun yang menjadi ciri-ciri proses ini adalah sebagai berikut (Saleh,
dkk., 2009):
a. Rendemen rendah antara 40-55%
b. Serat pulp utuh, panjang, murni, kuat dan stabil
c. Mudah diputihkan
d. Kekuatan pulp lebih tinggi
Keuntungan-keuntungan memakai proses kimia pada pembuatan pulp
antara lain (Bahri, 2015) :
a. Dapat dilakukan pada semua jenis bahan baku.
b. Kekuatan pulp tinggi.
c. Pulp yang dihasilkan dapat digunakan untuk pembuatan rayon.
d. Kualitas kertas yang dihasilkan lebih tinggi
Klasifikasi umum proses pembuatan pulp diberikan pada tabel berikut ini :

Tabel 2.2 Klasifikasi Umum Proses Pembuatan Pulp


Mekanik Semi Kimia Kimia
Pembuatan pulp dengan
Pembuatan pulp dengan Pembuatan pulp bahan kimia dan
energi mekanik, yaitu dengan kombinasi penambahan panas,
tanpa bahan kimia dan bahan kimia dan dengan sedikit atau
penambahan panas perlakuan mekanik tanpa perlakuan
mekanik
Perolehan pulp tinggi Perolehan pulp Perolehan pulp rendah
(90 -95%) sedang (55 -90%) (40-50%)
Serat pendek,
Sifat pulp-nya tidak Serat panjang, kualitas
Cenderung lemah, dan
terlalu kuat serat kuat dan stabil
tidak stabil
Kualitas cetak
Kualitas cetak baik Kualitas cetak buruk
kurang baik
Sukar diputihkan Agak sukar diputihkan Mudah diputihkan

(Sumber : Saleh dkk, 2009)


2.6 Faktor- Faktor Pembuatan Pulp
Faktor yang berpengaruh dalam pembuatan pulp yaitu (Surest, 2010). :
1. Konsentrasi Pelarut
Semakin tinggi konsentrasi larutan alkali, akan semakin banyak selulosa
yang larut. Larutan NaOH berfungsi dalam pemisahan dan penguraian
serat selulosa dan nonselulosa.
2. Perbandingan Cairan Pemasak terhadap Bahan Baku
Perbandingan cairan pemasak terhadap bahan baku haruslah memadai agar
pecahan-pecahan lignin sempurna dalam proses degradasi dan dapat larut
sempurna dalam cairan pemasak. Perbandingan yang terlalu kecil dapat
menyebabkan terjadinya redeposisi lignin sehingga dapat meningkatkan
bilangan kappa (kualitas pulp menurun). Perbandingan yang dianjurkan
lebih dari 8 : 1.
3. Temperatur Pemasakan
Temperatur pemasakan berhubungan dengan laju reaksi. Temperatur yang
tinggi dapat menyebabkan terjadinya pemecahan makromolekul yang
semakin banyak, sehingga produk yang larut dalam alkali pun akan
semakin banyak.
4. Lama Pemasakan
Lama pemasakan yang optimum pada proses delignifikasi adalah sekitar
60-120 menit dengan kandungan lignin konstan setelah rentang waktu
tersebut. Semakin lama waktu pemasakan, maka kandungan lignin di
dalam pulp tinggi, karena lignin yang tadi telah terpisah dari raw pulp
dengan berkurangnya konsentrasi NaOH akan kembali menyatu dengan
raw pulp dan sulit untuk memisahkannya lagi.
2.7 Faktor yang Mempengaruhi Mutu Pulp
Mutu pulp dipengaruhi oleh beberapa faktor , yaitu (Saleh, dkk., 2009) :
1. Panjang Serat
Panjang serat akan mempengaruhi kekuatan kertas, dimana kekuatan
kertas tak begitu penting, misalnya untuk kertas tulis sehingga dapat terdiri
dari sebagian besar serat pendek. Namun demikian perlu pencampurannya
dengan serat panjang, hal ini penting agar lembaran yang terbentuk dapat
lancar berjalan diatas mesin kertastanpa terputus-putus. Klasifikasi
panjang serat menurut Klemm sebagai berikut :
a. Serat panjang : 2,0 - 3,0 mm
b. Serat sedang : 1,0 – 2,0 mm
c. Serat pendek : 0,1 – 1,0 mm
2. Kadar Selulosa
Selulosa merupakan komponen kayu yang terbesar, yang dalam kayu
jumlahnya mencapai hampir setengahnya. Selulosa merupakan polimer
linier dengan berat molekul tinggi yang tersusun seluruhnya atas D
glukosa sampai sebanyak 14.000 satuan yang terdapat sebagai berkas-
berkas terpuntir mirip tali, yang terikat satu sama lain oleh ikatan
hidrogen.
3. Kadar Abu dan kadar Silika (SiO2)
Adanya abu dalam pulp akan menyebabkan menurunnya kualitas pulp,
sedangkan adanya silikat dalam abu yang tinggi akan mengakibatkan
pergerakan di dalam digester. Kadar abu pada pulp diperkirakan sebesar 8
– 12 % untuk bahan baku non-kayu.
4. Kadar Lignin
Lignin menyebabkan pulp berwarna gelap. Pada proses pembuatan pulp,
kadar lignin harus rendah. Pulp akan mempunyai sifat fisik yang baik
apabila mengandung sedikit lignin. Hal ini dikarenakan lignin bersifat
menolak air dan kaku, sehingga menyulitkan dalam proses penggilingan.
Kadar lignin pulp pada bahan baku kayu 20-35%, sedangkan pada bahan
baku non kayu lebih kecil lagi. Lignin merupakan zat organik polimer
yang banyak dan penting dalam dunia tumbuhan selain selulosa. Adanya
lignin dalam sel tumbuhan, dapat menyebabkan tumbuhan kokoh berdiri.
Pada pembuatan pulp, kadar lignin ditekan sekecil mungkin, tergantung
jenis kertas yang akan dibuat, karena akan memberikan pewarnaan pada
pulp. Jika kadar ligninnya tinggi maka zat pemutih yang ditambahkan pada
proses bleaching cukup banyak.
2.8 Kertas
Kertas adalah barang yang berwujud lembaran- lembaran tipis yang
dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp yang telah mengalami
pengerjaan pengeringan, ditambah beberapa bahan tambahan yang saling
menempel dan saling menjalin, serat yang digunakan biasanya berupa serat alam
yang mengandung selulosa dan hemiselulosa.
Secara umum kertas dibedakan menjadi dua golongan, yaitu kertas budaya
dan kertas industri. Yang termasuk kertas budaya adalah kertas-kertas cetak dan
kertas tulis, diantaranya adalah kertas kitab, buku, Koran dan kertas amplop.
Sedangkan yang termasuk kertas industri adalah kertas kantong kertas minyak,
pembungkus buah-buahan, kertas bangunan, kertas isolasi elektris, karton dan
pembungkus sayur-sayuran (Nurhidayah, 2017).
Menurut (Febrina, 2017) , sifat – sifat fisik dan mekanik kertas terdiri dari :
1. Gramatur
Gramatur merupakan sifat fisik dari kertas yang juga dikenal sebagai berat
kertas karena lembaran kertas dan luas kertas lebih penting dibandingkan
dengan volumenya. Gramatur kertas didefiniskan sebagai ukuran berat
lembaran kertas yang luasnya satu meter persegi. Penentuan gramatur
kertas sangat penting karena kertas dijual atau dibeli berdasarkan berat.
Semakin ringan berat kertas sejenis, semakin murah pula harganya per unit.
Berat kertas mempengaruhi sifat fisik kertas, sifat mekanik kertas, sifat
kimia kertas dan optik kertas.
2. Ketebalan Kertas (Thickness)
Ketebalan kertas yang merupakan sifat fisik kertas didefinisikan sebagai
jarak antara dua permukaan yang sejajar tegak lurus setelah dilakukan
penekanan. Ketebalan lembaran kertas dipengaruhi oleh beberapa faktor di
antaranya jenis serat, adanya bahan lain selain serat, gramatur, tingkat
penekanan dan calendring. Ketebalan kertas sangat penting untuk kertas
terutama kertas yang digunakan untuk tujuan mekanik
3. Ketahanan Tarik (Tensile Strength)
Ketahanan tarik yang merupakan sifat mekanik kertas dapat didefinisikan
sebagai kemampuan kertas untuk mempertahankan keadaannya agar tidak
putus bila dikenakan regangan. Ketahanan tarik penting dalam menentukan
kemampuan kertas agar dapat berfungsi dengan baik seperti kertas
pembungkus, kertas kantong. Ketahanan tarik kertas cetak tergantung pada
ketahanan kertas terhadap pemutusan jaringan serat sewaktu proses
percetakan. Ketahanan tarik sangat diperlukan untuk kertas cetakan dimana
gaya tarik tinggi dapat ditahan oleh kertas tersebut. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi ketahanan tarik :
a. Kekuatan serat individu lemah maka kekuatan tarik juga terpengaruh
b. Panjang serat rata-rata terlalu panjang maka akan menghasilkan
pembentukan kertas yang tidak baik yang dapat menurunkankekuatan tarik
c. Kemampuan pengikatan permukaan serat bergantung kepada proses
penekanan. Serat yang tidak dipress akan menghasilkan pengikatan yang
lemah
d. Struktur pemukaan kertas; kekuatan tarik akan terpengaruh apabila
struktur pembentukan kertas tidak baik
2. Ketahanan Sobek (Tear Strength)
Ketahanan sobek yang merupakan sifat mekanik kertas adalah rintangan
suatu kertas yang mengalami koyakan. Pengujian ketahanan sobek
dilakukan adalah untuk mengukur tenaga yang diperlukan untuk
mengoyakkan sehelai kertas.Ketahanan koyak kertas sangat penting karena
dapat untuk melancarkan kertas di atas mesin-mesin pencetak agar lembaran
kertas tidak mudah koyak. Ketahanan koyak kertas juga sangat penting
dalam penggunanaan kertas sebagai pembungkus yang mana lembaran
kertas mesti kuat untuk menyerap hentakan atau daya luar dan memerlukan
rintangan koyak yang tinggi. Faktor yang mempengaruhi ketahanan koyak
adalah jumlah serat yang mengalami rupture kertas, panjang serat dan
banyaknya ikatan antara serat. Jumlah serat juga akan mempengaruhi
densitas, gramatur dan kelenturan kertas. Kertas yang kaku akan
memberikan tekanan ke atas serat pada daerah / tempat yang kecil, tetapi
kertas yang sifatnya lentur akan menyebarkan tekanan di atas daerah yang
lebih luas.

3. Ketahanan Retak Kertas (Bursting Strenght)

Ketahanan retak kertas yang merupakan sifat mekanik kertas definisikan


sebagai tindakan elektrostatik dalam kPa yang akan meretakkan kertas
apabila tekanan ditambah secara konstan di berikan ke diafragma. Pengujian
ketahanan tarik dilakukan untuk menentukan rintangan kertas. Uji retak
dilakukan dengan meletakkan sampel diantara clamp anular dimana tekanan
dinaikkan bertahap terhadap diafragma oleh tekanan hidrolik pada keadaan
tetap sehingga sampel retak. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
retak yaitu panjang serat, dimana semakin pendek serat maka semakin
menurun kekuatan retak dan ikatan antar serat, dimana proses penghalusan
akan meningkatkan ikatan antar serat tetapi jika penghalusan semakin lama
maka akan menghasilkan serat-serat yang lebih pendek akan mempengaruhi
kekuatan retak. Selain itu, ketahanan retak juga dipengaruhi oleh proses
pembentukan kertas, gramatur serta kelembapan. Menurut SNI 14-
01151998 pengukuran ketahanan retak kertas dilakukan dengan
menggunakan alat Bursting Strenght dimana prinsip kerjanya yaitu
mengukur gaya yang diperlukan untuk meretakkan selembar pulp dan
diukur pada kondisi standar. Setelah dilakukan pengukuran maka data
pengukuran akan muncul pada display alat.

2.9 NaOH
Natrium Hidroksida anhidrat berbentuk kristal berwarna putih. NaOH
bersifat sangat korosif terhadap kulit. Istilah yang paling sering digunakan dalam
industri yaitu soda kaustik. Soda kaustik apabila dilarutkan dalam air akan
menimbulkan reaksi eksotermism (Surest, 2010). Pada pembuatan pulp dan
kertas, NaOH membantu pemisahan lignin dari serat selulosa sehingga terurai
menjadi bubur. NaOH juga membantu proses pemutihan (bleaching) pada kertas
(Saleh, dkk., 2009). Berikut adalah beberapa propertis fisik dari soda kaustik.
Tabel 2.2 Sifat Fisika NaOH
NaOH Nilai
Berat molekul 39,998 gr/mol
Spesific Gravity 2,130
Titik leleh 318oC
Titik didih 1390oC
Kelarutan pada 20oC, gr/100gr air 299,6
(Sumber : Surest, 2010)

2.10 Standar Mutu Kertas dan Karton untuk Kemasan Pangan


Berlaminasi Plastik
Tabel 2.3 Tabel Persyaratan Mutu Kertas Karton untuk Kemasan Pangan
Berlaminasi Plastik
Karakteristik Satuan Persyaratan SNI

Gramatur g/m2 26-210 SNI : 8218-2015

Ketebalan mm 0,11-0,142 SNI : 14-6519-2001

Ketahanan Tarik kN/m min 1,6 SNI : 14-6519-2001

Ketahanan Sobek mN min 392 SNI : 14-6519-2001

Sumber : Badan Standar Nasional

Anda mungkin juga menyukai