Kehidupan manusia di bumi ini sangat bergantung pada lautan, Selain untuk
keberlangsungan hidup manusia, laut juga merupakan tempat pengendapan barang sisa yang
diproduksi manusia. Lautan juga menerima bahan-bahan yang terbawa oleh air yang
mengakibatkan pencemaran itu terjadi, diantaranya dari limbah rumah tangga, sampah,
buangan dari kapal, dan tumpahan minyak dari kapal tanker. Namun, pencemaran yang sering
terjadi adalah tumpahan minyak baik dari proses di kapal, pengeboran lepas pantai, maupun
akibat kecelakaan kapal.
limbah yang dibuang ke laut semakin lama semakin banyak dan dalam konsentrasi
tinggi, sehingga akibat pencemaran lingkungan pada skala lokal terjadi. Apabila pembuangan
limbah ke laut secara terus-menerus dilakukan, maka ditakutkan akan terjadi dampak global
dari pencemaran laut.
Minyak menjadi pencemar laut nomor satu di dunia. Sebagian diakibatkan aktivitas
pengeboran minyak dan industri. Separuh lebih disebabkan pelayaran serta kecelakaan kapal
tanker.Wilayah Indonesia sebagai jalur kapal internasional sangat rawan pencemaran limbah
minyak. Badan Dunia
Group of Expert on Scientific Aspects of Marine Pollution (GESAMP) mencatat sekitar
6,44 juta ton per tahun kandungan hidrokarbon dari minyak telah mencemari perairan laut
dunia. Masing-masing berasal dari transportasi laut sebesar 4,63 juta ton, instalasi pengeboran
lepas pantai 0,18 juta ton, dan sumber lain (industri dan pemukiman) sebesar 1,38 juta ton.
Limbah minyak sangat berpengaruh terhadap kerusakan ekosistem laut, mulai dari terumbu
karang, mangrove sampai dengan biota air, baik yang bersifat lethal (mematikan) maupun
sublethal (menghambat pertumbuhan, reproduksi dan proses fisiologis lainnya). Hal ini karena
adanya senyawa hidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi, yang memiliki komponen
senyawa kompleks, seperti Benzena, Toluena, Ethilbenzena dan isomer Xylena (BTEX)
Senyawa tersebut berpengaruh besar terhadap pencemaran.
ANALISA MASALAH
Dampak dari tumpahan minyak di laut tergantung pada banyak faktor, antara lain karakteristik
fisik, kimia, dan toksisitas dari minyak, dan juga penyebarannya yang dipengaruhi oleh
dinamika air laut: pasang surut, angin, gelombang dan arus. Dampak dari senyawa minyak
yang tidak dapat larut di dalam air akan mengapung dan menyebabkan air laut berwarna hitam.
Beberapa komponen minyak tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit
polutan pada pasir dan batuan-batuan di pantai. minyak mentah setidaknya terdapat empat
bahan berbahaya yang berdampak langsung terhadap kesehatan. Keempat bahan berbahaya
tersebut adalah benzene (C6H6), toluene (C7H8), cylene (C8H10) serta sejumlah logam berat
seperti tembaga (cu), arsen (ar), merkuri (hg), dan timbal (pb). Bahan-bahan berbahaya dari
minyak mentah tersebut akan berdampak pada kesehatan pernafasan, pencernaan, dan kulit
atau mata. Mereka yang terkena benzene misalnya, akan mengalami pusing atau sakit kepala,
mual pingsan, iritasi kulit, dan mata bahkan menyebabkan kanker darah. Sementara yang
terpapar toluene, akan merasakan hal yang sama dan jika sampai pada tahap kronis akan
mengalami gangguan syaraf pusat. Hal yang sama juga kalau terkena dampak bahan
berbahaya cylene.
Untuk yang terpapar arsen, dapat merusak ginjal dan kanker. Sedangkan merkuri akan
menyerang tremor atau kerusakan syaraf. Untuk yang terpapar timbal dan tembaga akan
mengalami gangguan kerusakan otak, kerusakan liver, dan ginjal. Sebagian tanaman pangan
yang tumbuh di area tercemar minyak, juga dapat menyerap logam berat. Jika tanaman
tersebut dikonsumsi manusia, logam beratnya berpindah kepada tubuh manusia dan
memberikan dampak kesehatan. Meskipun logam berat dalam minyak mentah jenis dan
konsentrasinya tegantung struktur batuan tempat minyak berasal.
Pasca terjadinya kecelakaan tumpahan minyak, pertama, yang perlu dilakukan adalah
mengetahui secara cepat dan akurat wilayah persebarannya, baik secara visual langsung,
maupun hasil penginderaan jauh (remote sensing). Berbagai cara penanggulangan dilakukan
seperti in-situ burning, penyisihan secara mekanis, teknik bioremediasi, penggunaan sorbent,
dan penggunaan bahan kimia dispersan, serta metode lainnya tergantung kasus yang terjadi.
Upaya yang lebih strategis adalah tindakan preventif untuk mengantisipasi terjadinya
kecelakaan tumpahan minyak itu sendiri. Rendahnya kesadaran akan aspek lingkungan, baik
secara individu, kelompok, maupun institusi, menjadi restriksi dari implementasi upaya
pencegahan dini. Upaya penyadaran lingkungan ini bisa melalui pendidikan publik, hingga
pemberian sanksi yang tegas apabila terjadi pelanggaran atas pencemaran lingkungan.
Selain itu, dalam kaitannya dengan pencegahan dini, setiap perusahaan migas juga
harus mencanangkan program Zero Spill Operation, yaitu dengan menetapkan target khusus
yang disepakati untuk mencapai zero spill operation. Untuk mencapai target tersebut,
perusahaan perlu memiliki aturan wajib dan rigid untuk mencegah terjadinya kebocoran atau
tumpahan minyak, dan konsisten menerapkan aturan tersebut.
Ketiga, perlunya peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk meneliti dan
menanggulangi pencemaran minyak. Dampak pencemaran yang sedemikian luas, termasuk
untuk organisme renik sudah semestinya dikalkulasi secara komprehensif, sehingga mampu
memprediksikan dampaknya dalam jangka panjang. Barangkali, perlu dibuat specific executing
agency sebagai satuan badan atau tim khusus yang secara spesifik mengatasi permasalahan
ini di tiap-tiap pantai yang berpotensi terjadi tumpahan minyak.
Untuk mengantisipasi dampak buruk pencemaran minyak di laut akibat terjadinya oil
spill, secara internasional negara-negara di dunia mengadakan konvensi internasional yang
selanjutnya diturunkan dalam aturan di tiap negara. Diantaranya, disepakati aturan-aturan
tentang pencemaran laut dalam konvensi PBB 1958 tentang Laut Lepas yang memasukkan dua
ketentuan terkait pencemaran laut, aturan lain relevan adalah Konvensi Hukum Laut 1982.
Di sisi lain, banyak teknik yang dapat dijalankan untuk meminimalisir dampak cemaran
dan tumpahan minyak, seperti oil booms, in-situ burning, skimmer, bioremediasi (agen biologis
penghapus minyak), mekanisme adsorpsi, dispersan kimiawi, atau dengan memecah lapisan
minyak dengan boat kecepatan tinggi.
Pencemaran laut terjadi apabila dimasukkannya oleh manusia, baik secara langsung
maupun tidak langsung, sesuatu benda, zat atau energi ke dalam lingkungan laut, sehingga
menimbulkan akibat sedemikian rupa kepada alam dan membahayakan kesehatan serta
kehidupan manusia dan ekosistem serta merugikan lingkungan yang baik dan fungsi laut
sebagaimana mestinya. Tumpahan minyak menjadi penyebab utama pencemaran laut. Minyak
yang tumpah diakibatkan oleh operasi kapal tanker, docking (perbaikan/perawatan kapal),
terminal bongkar muat tengah laut, tanki ballast dan tanki bahan bakar, scrapping kapal
(pemotongan badan kapal untuk menjadi besi tua), kecelakaan tanker (kebocoran lambung,
kandas, ledakan, kebakaran dan tabrakan), sumber di darat (minyak pelumas bekas, atau
cairan yang mengandung hydrocarbon ( perkantoran & industri ), dan tempat pembersihan (dari
limbah pembuangan Refinery ).
DAFTAR PUSTAKA
https://www.mongabay.co.id/2017/10/30/perlu-upaya-serius-mencegah-tumpahan-minyak-di-
laut/
https://www.tambang.co.id/ini-dia-bahaya-minyak-mentah-bagi-kesehatan-13650/
https://www.academia.edu/36833653/MAKALAH_OSEANOGRAFI_KIMIA_PANDANGAN_UMU
M_KIMIA_AIR_LAUT_TERHADAP_TUMPAHAN_MINYAK_DI_PERAIRAN_TELUK_BALIKPAP
AN
https://avievarifian.wordpress.com/2014/06/10/dampak-pencemaran-air-laut-akibat-tumpahan-
minyak/
https://nanangadress.blogspot.com/2017/12/pencemaran-air-laut-akibat-tumpahan.html
TUGAS MANDIRI
DANGEROUS GOODS
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Terkena Tumpahan Zat Kimia Beracun di Laut, 52
Orang Alami Gangguan Kesehatan",
https://internasional.kompas.com/read/2018/11/08/22315211/terkena-tumpahan-zat-kimia-beracun-
di-laut-52-orang-alami-gangguan.
Penulis : Agni Vidya Perdana
Editor : Agni Vidya Perdana