Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH TUGAS PERSYARAFAN

DISUSUN OLEH :

HAYIN DWI ASTUTI

NIM A21801857

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER B

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

TAHUN AJARAN 2018/2019


KONSEP MEDIS
STROKE

A. PENGERTIAN
1. Stroke adalah defisit neurologis yang mempunyai awitan mendadak dan
berlangsung 24 jam sebagai akibat cerebra vaskuler disease. (Hudack&Gallo,
1999: 254).
2. Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan aliran darah otak yang
dapat timbul secara mendadak (dalam waktu hanya beberapa detik) atau secara
cepat (dalam tempo beberapa jam) dengan gejala yang sesuai dengan daerah otak
yang mengalami pasokan darah. ( Margatan, 1995).
3. Stroke adalah gangguan peredaran darah. (Lombantobing, 1994).
4. Stroke adalah sindrom klinis yang gawat timbulnya mendadak progresif cepat,
berupa defisit neurologis lokal atau global, yang berlangsung 24 jam atau lebih
atau langsung menimbulkan kematian dan semata-mata disebabkan oleh
gangguan peredaran darah.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Stroke adalah gangguan
fungsi saraf yang dapat timbul dari suatu proses patologis pembuluh darah serebral
dan gangguan aliran darah dalam otak yang dapat menyebabkan terganggunya atau
defisit neurologis baik bersifat sementara atau menetap yang berlangsung dengan
cepat (lebih dari 24 jam) atau berakhir dengan maut tanpa ditemukan penyebab selain
daripada gangguan peredaran darah.

B. ETIOLOGI
Mardjono dan Sidharta (1994:284) menyebutkan bahwa stroke dapat disebabkan oleh
beberapa macam penyakit, antara lain :
a) Stroke Non Hemoragik
1. Trombosis
- Aterosklerosis
- Arteritis.
- Diseksi.
- Efek massa serebral yang menekan arteri intra kranial.
2. Vasokontriksi atau vasospasme.
- Vasospasme serebral setelah perdarahan subarakhnoid.
- Vasospasme serebral reversible.
3. Embolisme
- Sumber jantung (penyakit jantung struktural, disritmia )
- Sumber tidak diketahui (anak atau dewasa, eklamsia, karsinoma).
b) Stroke Hemoragik
1. Perdarahan intraserebral
- Hipertensi.
- Malformasi arteri, vena.
2. Perdarahan Subarakhnoid.
Faktor resiko
a. Yang tidak dapat diubah : usia, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, riwayat stroke,
penyakit jantung koroner.
b. Yang dapat diubah : Hipertensi, DM, merokok, penyalahgunaan obat dan alkohol,
kontrasepsi oral, hematokrit meningkat.

C. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis utama stroke tergantung pada lokasi arteri yang terkena. Adapun
lokasi dan gejalanya menurut Price&Wilson (1995:956-966).
a. Vertebra basilaris
1. Kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak.
2. Peningkatan reflek tendon.
3. Ataksia (gangguan koordinasi gerak).
4. Disfagia (Kesulitan menelan karena adanya gangguan pada N.IX dan N.X)
5. Disartia (Gangguan pada N.V sehingga bicara jadi pelo).
6. Sinkope, stupor, pusing, gangguan daya ingat.
b. Arteri karotis interna
1. Buka satu mata yang episodik.
2. Anggota gerak atas terasa lemah.
c. Arteri serebri anterior
1. Kelemahan kontralateral lebih besar pada tungkai.
2. Dimensia.
d. Arteri serebri posterior
1. Koma
2. Hemiparesis

D. PATOFISIOLOGI
Otak mempunyai banyak oksigen. Berat otak hanya 2,5% dari berat badan
seluruhnya. Oksigen ini diperoleh dari darah. Di otak sendiri hampir tak ada cadangan
oksigen. Dengan demikian otak sangat tergantung pada keadaan aliran darah setipa saat.
Bila suplai oksigen terputus selama 8-10 detik. Maka terjadi gangguan fungsi otak. Bila
lebih lama 6-8 menit akan terjadi lesi yang tidak dapat pulih lagi dan kemudian
mengalami kematian.
Proses terjadinya stroke non hemotagik yaitu adanya faktor penyebab stroke
diantaranya trombus, embolus dan vasospasme karena faktor ini akan mengakibatkan
penyempitan pembuluh darah otak. Keadaan ini berakibat terjadinya penurunan suplai
darah dan oksigen ke otak. Ini menjadikan iskemik jaringan otak.
Tiap kondisi yang menyebabkan perubahan perfusi jaringan otak akan menimbulkan
hipoksia. Hipoksia akan menyebabkan iskemia otak, iskemia dalam waktu singkat
(kurang dari 10-15 menit) menyebabkan defisit sementara dan beku defisit permanen.
Iskemi dalam waktu lama menyebabkan sel mati dan berakibat terjadi infark otak
yang disertai edema otak. Tipe defisit fokal permanen akut tergantung kepada daerah otak
yang terkena, derah tergantung pembuluh darah. Pembuluh darah yang sering terkena
adalah arteri serebral tengah yang kedyua, arteri karotis interna.
Aterosklerosis

Lumen arteri menyempit Arteri menyempit oleh trombus.

Aliran darah berkurang Suplai O2 dan darah

Perdarahan arteroma terganggu Peningkatan viscositas darah

Terbentuknya trombus Curah jantung menurun

Dinding arteri lemah, robek Otak iskemik


dan terjadi perdarahan

Stroke Hemoragik Stroke Non Hemoragik

E. KLASIFIKASI
Menurut Mardiono dan Sidharta (1994) :
1. SNH (Stroke Hemoragik)
Penyumbatan salah satu aliran darah karena vasospasme langsung ditimbulkan
gejala defisit atau perangsangan sesuai daerah fungsi otak yang terkena. Setelah
vasospasme hilang, gejala-gejala ini juga akan hilang dan keadaan sehat akan
kembali.
2. Thombotic stroke
Penyumbatan aliran darah regional yang disebabkan oleh trombus yang bersifat
lokal tetapi hampir selalu parsial.
3. Stroke hemoragik
Pecahnya arteri serebral menimbulkan infark serebral regional. Daerah distal dari
tempat dinding arteri tidak lagi ke bagian darah sehingga wilayah tersebut
menjadi iskemik dan kemudian menjadi infark yang tersiram darah, ekstra vasal
hasil perdarahan daerah infark itu tidak akan berfungsi lagi hingga menimbulkan
defisit neurologis.

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan stroke
1. Kendalikan Hipertensi.
2. Pertimbangkan konsultasi bedah saraf.
3. pertimbangkan feniton (10-20 mg/kg/BB intravena, kecepatan maksimal 50
mg/menit atau per oral) pada pasien dengan perdarahan luas dan derajat kesadaran
menurun.
4. Perdarahan intraserebral
- Obati penyebabnya.
- Turunkan TIK yang menetap.
- Tindakan bedah.
5. TIK yang meninggi pada pasien stroke diturunkan dengan :
- Furosemid 1 mg/kg/BB
- Tindakan kraniotomi.
- Manitol lobus.
- Gliserol 50% oral.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE

A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk mengenal
masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Tahap pengkajian
terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengelompokkan data dan perumusan
diagnosis keperawatan. (Lismidar, 1990)
- Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien
yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat
perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien. (Marilynn E.
Doenges et al, 1998)
(a) Data demografi
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor
register, diagnose medis.
(b) Keluhan utama
Didapatkan keluhan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan
tidak dapat berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999)
(c) Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain. (Siti Rochani, 2000) Sedangkan
stroke infark tidak terlalu mendadak, saat istirahat atau bangun pagi, kadang nyeri
copula, tidak kejang dan tidak muntah, kesadaran masih baik.
(d) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat
trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. (Donna D. Ignativicius, 1995)
(e) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
militus. (Hendro Susilo, 2000)
(f) Riwayat psikososial
Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga
faktor biaya ini dapat mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan
keluarga.(Harsono, 1996)
(g) Pola-pola fungsi kesehatan
- Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi
oral.
- Pola nutrisi dan metabolisme
Adanya gejala nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut, kehilangan
sensasi (rasa kecap) pada lidah, pipi, tenggorokan, disfagia ditandai dengan
kesulitan menelan (Doengoes, 2000: 291)
- Pola eliminasi
Gejala menunjukkan adanya perubahan pola berkemih seperti inkontinensia urine,
anuria. Adanya distensi abdomen (distesi bladder berlebih), bising usus negatif
(ilius paralitik), pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan
peristaltik usus.(Doengoes, 1998 dan Doengoes, 2000: 290)
- Pola aktivitas dan latihan
Gejala menunjukkan danya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensori atau paralise/ hemiplegi, mudah lelah.
Tanda yang muncul adalah gangguan tonus otot (flaksid, spastis), paralitik
(hemiplegia) dan terjadi kelemahan umum, gangguan penglihatan, gangguan
tingkat kesadaran (Doengoes, 1998, 2000: 290)
- Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri otot
- Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk
berkomunikasi akibat gangguan bicara.
- Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.
- Pola sensori dan kognitif
Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/ kekaburan pandangan,
perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola
kognitif biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir.
- Pola reproduksi seksual
Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan
stroke, seperti obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.
- Pola penanggulangan stress
Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena
gangguan proses berpikir dan kesulitan berkomunikasi.
- Integritas ego
Terdapat gejala perasaan tak berdaya, perasaan putus asa dengan tanda emosi
yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih dan gembira, kesulian
mengekspresikan diri (Doengoes, 2000: 290)
- Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak stabil,
kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh. (Marilynn E. Doenges, 2000)
(h) Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran: umumnya mengelami penurunan kesadaran
Suara bicara: kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak
bisa bicara
Tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
b. Pemeriksaan integumen
Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan
cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda
dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke hemoragik
harus bed rest 2-3 minggu.
· Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis
· Rambut : umumnya tidak ada kelainan
c. Pemeriksaan kepala dan leher
· Kepala : bentuk normocephalik
· Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
· Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
d. Pemeriksaan dada
Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing
ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks
batuk dan menelan, adanya hambatan jalan nafas. Merokok merupakan faktor
resiko.
e. Pemeriksaan abdomen
Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang
terdapat kembung.
f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine
g. Pemeriksaan ekstremitas
Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h. Pemeriksaan neurologi
· Pemeriksaan nervus cranialis: Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII
dan XII central. Penglihatan menurun, diplopia, gangguan rasa pengecapan dan
penciuman, paralisis atau parese wajah.
· Pemeriksaan motorik: Hampir selalu terjadi kelumpuhan/ kelemahan pada salah
satu sisi tubuh, kelemahan, kesemutan, kebas, genggaman tidak sama, refleks
tendon melemah secara kontralateral, apraksia
· Pemeriksaan sensorik: Dapat terjadi hemihipestesi, hilangnya rangsang sensorik
kontralteral.
· Pemeriksaan refleks
· Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah
beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan refleks
patologis.
· Sinkop/pusing, sakitkepala, gangguan status mental/tingkat kesadaran, gangguan
fungsi kognitif seperti penurunan memori, pemecahan masalah, afasia, kekakuan
nukhal, kejang, dll (Jusuf Misbach, 1999, Doengoes, 2000: 291)
2) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan radiologi
(1) CT scan: didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel, atau
menyebar ke permukaan otak. (Linardi Widjaja, 1993), edema, hematoma,
iskemia dan infark (Doengoes, 2000: 292)
(2) MRI: untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik. (Marilynn E.
Doenges, 2000: 292)
(3) Angiografi serebral: untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau
malformasi vaskuler. (Satyanegara, 1998) atau membantu menenukan penyebab
stroke yang lebih spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri, adanya titik
oklusi atau ruptur (Doengoes, 2000: 292)
(4) Pemeriksaan foto thorax: dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah
terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi
kronis pada penderita stroke. (Jusuf Misbach, 1999), menggambarkan perubahan
kelenjar lempeng pineal daerah berlawanan dari massa yang meluas
b) Pemeriksaan laboratorium
(1) Pungsi lumbal: pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor
masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama. (Satyanegara, 1998).
Tekanan normal biasanya ada trombosis, emboli dan TIA. Sedangkan tekanan
yang meningkat dan cairan yang mengandungdarah menunjukkan adanya
perdarahan subarachnoid atau intrakranial. Kadar protein total meningkat pada
kasus trombosis sehubungan dengan proses inflamasi (Doengoes, 2000: 292)
(2) Pemeriksaan darah rutin
(3) Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula
darah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan kemudian berangsur-angsur turun
kembali. (Jusuf Misbach, 1999)
(4) Pemeriksaan darah lengkap: unutk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
(Linardi Widjaja, 1993).
B. PATHWAY KEPERAWATAN
Trombus, embolus, vasospasme dan faktor resiko

Arteri menyempit

Arteri tersumbat

Suplai darah ke otak berkurang

Iskemik

Gangguan penglihatan Metabolisme anaerob Kelumpuhan area Area bicara Terkena pada N. VII Terkena pada
Disorientasi,afaksia motorik di otak. (motorik) N. XII
(Hipoglosus)
Asam laktat Pelo Fungsi pengecapan
Gangguan Kelumpuhan anggota badan menurun
persepsi sensorik Fungsi menelan
Peningkatan TIK terganggu.
Kerusakan
Kerusakan Komunikasi Ketidakseimbang
mobilitas fisik Verbal an nutrisi kurang
dari kebutuhan
Nyeri akut tubuh

Defisit perawatan Resiko kerusakan


diri integritas kulit
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan vasospasme serebral.
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.
3. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK.
4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kerusakan menelan.
6. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik.
7. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.

D. INTERVENSI
Diagnosa I : Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
vasospasme serebral.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi jaringan
efektif.
NOC : Perfusi jaringan
Criteria hasil :
1. Warna kulit normal.
2. Suhu kulit hangat.
3. Kekuatan fungsi otot.
4. Tidak ada nyeri pada ekstremitas.
Keterangan skala :
1=Tidak pernah menunjukkan. 4= sering menunjukkan
2=Jarang menunjukkan 5 = selalu menunjukkan
3=kadang menunjukkan
NIC : perawatan sirkulasi
Intervensi
a. Cek nadi perifer pada dorsalis pedis atau tibia posterior.
b. Catat warna kulit dan temperature.
c. Jaga kehangatan.
d. Monitor perdarahan.
DX II : Kerusakan mobilitas fisik b.d. kerusakan neuromuskuler.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat
meningkatkan mobilisasi pada tingkat yang paling tinggi
NOC: Mobility level
Kriteria Hasil:
a. Keseimbangan penampilan
b. Memposisikan tubuh
c. Gerakan otot
d. Gerakan sendi
e. Ambulansi jalan
f. Ambulansi kursi roda
Ket Skala:
1 = Dibantu total
2 = Memerlukan bantuan orang lain dan alat
3 = Memerlukan orang lain
4 = Dapat melakukan sendiri dengan bantuan alat
5 = Mandiri
NIC: Exercise Therapy: Ambulation
1) Bantu pasien untuk menggunakan fasilitas alat bantu jalan dan cegah
kecelakaan atau jatuh
2) Tempatkan tempat tidur pada posisi yang mudah dijangkau/diraih pasien.
3) Konsultasikan dengan fisioterapi tentang rencana ambulansi sesuai kebutuhan
4) Monitor pasien dalam menggunakan alatbantujalan yang lain
5) Instruksikan pasien/pemberi pelayanan ambulansi tentang teknik ambulansi.

Dx III : Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan nyeri berkurang / hilang.
NOC : Pain Control
Kriteria Hasil :
 Mengenal faktor penyebab
 Mengenal serangan nyeri
 Gunakan tindakan preventif
 Gunakan tindakan pertolongan non analgetik
 Gunakan analgetik yang tepat
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah dilakukan 4 : Sering dilakukan
2 : Jarang dilakukan 5 : Selalu dilakukan
3 : Kadang dilakukan
NIC : Pain Management
Internevsi :
 Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi
 Gunakan komunikasi terapeutik agar pasien dapat mengekspresikan
 Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga
 Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab, berapa lama terjadi dan
tindakan pencegahan
 Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi
 Berikan analgetik sesuai anjuran
 Tingkatkan tidur istirahat yang cukup
 Monitor kenyamanan pasien terhadap management nyeri
 Libatkan keluarga untuk mengurangi nyeri

Dx IV : Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi


serebral.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan pasien dapat berkomunikasi secara normal.
NOC :
Kriteria Hasil :
Gunakan komunikasi dengan menggunakan tulisan tangan.
Gunakan bicara vokal.
Gunakan foto dan gambar
Gunakan kejelasan bicara.
Gunakan bahasa nonverbal.
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan. 4 : Sering menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan 5 : Selalu menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
NIC : Communication Enhancement Speech derisit.
Intervensi :
 Minta bantuan keluarga yang mengerti tentang pembicaraan pasien.
 Gunakan kata-kata yang sederhana dan kalimat pendek.
 Berdiri disamping pasien ketika bicara.
 Gunakan gerakan isyarat.
 Berbicara lebih keras di akhir kalimat.

Dx V : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


ketidakmampuan dalam mencerna makanan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
NOC : Nutritional Status
Kriteria Hasil :
Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan. 4 : Sering menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan 5 : Selalu menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
NIC : Nutrition Management
Intervensi :
 Kaji adanya alergi makanan
 Anjurkan pasien untuk meningkat intake Fe
 Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake protein
 Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
 Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien.

Dx VI : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi fisik.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan integritas kulit kembali baik / normal.
NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes
Kriteria Hasil :
 Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
 Tidak ada luka / lesi pada kulit
 Perfusi jaringan baik
 Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya cedera berulang
 Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami
Keterangan Skala :
1 : Tidak pernah menunjukkan.
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Selalu menunjukkan
NIC : Pressure Management
Intervensi :
 Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
 Hindari kerutan pada tempat tidur
 Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
 Mobilisasi pasien setiap 2 jam sekali
 Monitor kulit akan adanya kemerahan
 Oleskan lotion / minyak / baby oil pada daerah yang tertekan
 Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat

Dx VII : Kurang perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan personal hygiene pasien dapat terpenuhi.
NOC : Self care ; activity of daily living
Kriteria Hasil :
 Makan secara mandiri
 Berpakaian terpenuhi
 Mandi terpenuhi
 Kebersihan terjaga
Keterangan Skala :
1 : Ketergantungan
2 : Membutuhkan bantuan orang lain dan alat
3 : Membutuhkan bantuan orang lain
4 : Mandiri dengan bantuan alat.
5 : Mandiri sepenuhnya
NIC : Self care assistence
Intervensi :
 Monitor kebutuhan pasien untuk personal hygiene termasuk makan. Mandi,
berpakaian, toileting.
 Mandirikan aktivitas rutin untuk perawatan diri.
 Bantu pasien sampai pasien mampu berdiri.
 Ajarkan kepada anggota keluarga untuk peningkatan kemandirian.
E. EVALUASI
DX Kriteria Hasil Keterangan Skala
I NOC : Perfusi jaringan 1=Tidak pernah
1. Warna kulit normal. (4) menunjukkan.
2. Suhu kulit hangat. (4) 2=Jarang menunjukkan
3. Kekuatan fungsi otot. (4) 3=kadang menunjukkan
4. Tidak ada nyeri pada ekstremitas. (4) 4= sering menunjukkan
5 = selalu menunjukkan

II NOC: Mobility level 1 = Dibantu total


1. Keseimbangan penampilan. (5) 2 = Memerlukan bantuan
2. Memposisikan tubuh (5) orang lain dan alat
3. Gerakan otot (5) 3 = Memerlukan orang lain
4. Gerakan sendi (5) 4 = Dapat melakukan
5. Ambulansi jalan (5) sendiri dengan bantuan alat
6. Ambulansi kursi roda (5) 5 = Mandiri
III NOC : Pain Control 1 : Tidak pernah dilakukan
1. Mengenal faktor penyebab (4) 2 : Jarang dilakukan
2. Mengenal serangan nyeri (4) 3 : Kadang dilakukan
3. Gunakan tindakan preventif (4) 4 : Sering dilakukan
4. Gunakan tindakan pertolongan non 5 : Selalu dilakukan
analgetik (4)
5. Gunakan analgetik yang tepat (4)
IV 1. Gunakan komunikasi dengan 1=Tidak pernah
menggunakan tulisan tangan. (4) menunjukkan.
2. Gunakan bicara vokal. (4) 2=Jarang menunjukkan
3. Gunakan foto dan gambar (4) 3=kadang menunjukkan
4. Gunakan kejelasan bicara. (4) 4= sering menunjukkan
5. Gunakan bahasa nonverbal. (4) 5 = selalu menunjukkan
V NOC : Nutritional Status 1=Tidak pernah
1. Adanya peningkatan berat badan menunjukkan.
sesuai dengan tujuan. (4) 2=Jarang menunjukkan
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi 3=kadang menunjukkan
badan. (4) 4= sering menunjukkan
3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan 5 = selalu menunjukkan
nutrisi. (4)
4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi (4)
VI NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous 1=Tidak pernah
Membranes menunjukkan.
1. Integritas kulit yang baik bisa 2=Jarang menunjukkan
dipertahankan (4) 3=kadang menunjukkan
2. Tidak ada luka / lesi pada kulit (5) 4= sering menunjukkan
3. Perfusi jaringan baik (4) 5 = selalu menunjukkan
4. Menunjukkan pemahaman dalam
proses perbaikan kulit dan mencegah
terjadinya cedera berulang (4)
5. Mampu melindungi kulit dan
mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami (5)
VII NOC : Self care ; activity of daily living 1 : Ketergantungan
1. Makan secara mandiri (5) 2 : Membutuhkan bantuan
2. Berpakaian terpenuhi (5) orang lain dan alat
3. Mandi terpenuhi (5) 3 : Membutuhkan bantuan
4. Kebersihan terjaga(5) orang lain
4 : Mandiri dengan bantuan
alat.
5 : Mandiri sepenuhnya

DAFTAR PUSTAKA
Capernito, Linda Juall. 1993. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, ed 6.
Jakarta: EGC.

Doengoes, M.E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ed 3. Jakarta: EGC.

Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, vol 2. Jakarta:
EGC.

Harnowo, S. 2001. Keperawatan Medikal Bedah untuk Akademi Keperawatan. Jakarta:


Widya Medika.

Jhonson, Marion, dkk. 2000. NOC. Jakarta: Morsby.

Long, B.C. 1988. Perawatan Medikal Bedah Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.
Bandung: Yayasan IAPK Padjajaran.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ed 3, jilid 2. Jakarta: Aesculapius.

McCloskey, Cjoane, dkk. 1995.NIC. Jakarta: Morsby.

NANDA, 2005, Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi


2005-2006, Alih Bahasa: Budi Santosa, Prima Medika, Jakarta.

Price, S A & Wilson, L M. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit,


jilid 2. Jakarta: EGC

Syamsuhidayat, R & Jong,W. 1998. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Staf pengajar Fakultas Kedokteran UI. 1995. Kumpulan Kuliah Medikal Bedah. Jakarta:
Binarupa Aksara.

TINAJUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Hari/ Tanggal : Selasa 10 april 2019
Jam : 16.30 WIB
a. Identitas
Klien
Nama : Tn W
Umur : 64 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan :-
Pekerjaan : Petani
Alamat : sokanandi RT 4 RW 6 sokanandi Banjarnegara.
No. Reg : 079424
Tanggal masuk : 10 april 2019 jam 11.05 WIB
Diagnosa medis : Stroke Haemorhagic
Penanggung jawab
Nama : Tn. R
Umur : 36 Tahun
Pendidkan :-
Alamat : Panusupan 6/2 Rembang, Purbalingga
Pekerjaan :-
Hubungan dgn klien : Anak
b. Riwayat kesehatan
Keluhan Utama
Anggota gerak kiri terasa lemah dan berat
Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang dari rujukan Puskesmas Banjarmangu dengan keluhan badan lemes,
anggota gerak sebelah kiri lemes, bicara susah, mulut mencong ke kanan setelah
bangun tidur. Sesampainya klien di IGD RSUD Banjarnegara langsung ditangani
oleh dokter dan perawat jaga, diobservasi beberapa jam dan setelahnya
dipindahkan ke ruang Kenanga sekitar pukul 11.05 WIB tanggal 10 april 2019
Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga dan klien mengatakan klien mempunyai riwayat hipertensi selama
kurang lebih 5 tahun terakhir tidak terkontrol, namun klien belum pernah dirawat
di rumah sakit, saat ini klien opname untuk pertama kalinya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga dan klien mengatakan bahwa anggota keluarga yang lain tidak ada yang
menderita penyakit yang sama (Hipertensi dan stroke), biasanya hanya sakit
ringan saja tanpa pernah dirawat dirumah sakit.

c. Pola Kesehatan Fungsional


1. Pemeliharaan Kesehatan
DS: Keluarga pasien mengatakan bahwa kesehatan sangat penting sehingga
kalau sakit, pasien langsung berobat ke puskesmas.
DO: Pasien mengalami masalah kesehatan saat ini pasien dirawat di RS.

2. Nutrisi Metabolik
DS: Sejak dirawat di rumah sakit, klien makan 3 kali sehari dengan menu diit
yang disajikan ahli gizi dan minum air putih minimal 8 gelas per hari.

DO: Klien tampak menghabiskan 3/4 menu diit yang disajikan ahli gizi
rumah sakit dan air putih 8 gelas per hari.
3. Eliminasi
DS: Sejak dirawat di rumah sakit, klien buang air kecil secara mandiri di
kamar mandi 5-6 kali sehari, warna kuning; klien buang air besar 1 kali
sehari secara mandiri di kamar mandi.
DO: Klien terpasang kateter DC product ± 400 cc warna kekuningan.

4. Aktivitas

Kemampuan perawatan diri 1 2 3 4 5


Makan / minum √
Toileting √
Berpakaian V
Mobilitas di tempat tidur √
Berpindah V
Ambulasi / ROM V
Keterangan : 0 : mandiri, 1 : dengan alat, 2: dibantu orang lain, 3 : di bantu
orang lain dan alat, 4 : tergantung total.
DS: Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit kemampuan perawatan diri
pasien baik, dilakukan secara mandiri baik dalam makan/minum,
toileting, berpakaian da mobilisasi fisik.
DO: Selama sakit kemampuan perawatan diri pasien terbatas, dijelaskan
pada table aktifitas pasien dibantu oleh keluarga.
5. Pola Persepsi Kognitif
DS: Keluarga pasien mengatakan mulut susah untuk bicara, hidung masih
bisa mencium wangi-wangian. Klien tidak mengalami gangguan
kognitif ditandai dengan panca indera klien masih berfungsi dengan
baik.
DO: Pasien tidak mengalami disorientasi ruang dan waktu. Akan tetapi
pasien tidak mampu berbicara dengan jelas (susah).
6. Pola Istirahat
DS: Selama dirawat di rumah sakit, klien cukup beristirahat 7 jam per hari.

DO: Selama pagi-malam klien tampak berkumpul bersama keluarga dan


beristirahat, klien tampak tidur saat sore hari.
7. Konsep Diri
DS: Klien dan keluarga mengatakan harus bersabar dengan cobaan yang
sekarang sedang dialami, klien berharap mudah-mudahan semua ada
hikmahnya dan diberi ketabahan dalam menjalaninya dan semoga cepat
di beri kesembuhan karena kesehatan bagi klien mahal harganya.
DO: Klien tampak tenang dan tidak menunjukkan tanda-tanda cemas dan
gelisah.
8. Pola Peran dan hubungan
DS: Keluarga klien mengatakan bahwa klien mempunyai hubungan yang baik
dengan keluarga maupun tetangga di sekitarnya. Di rumah sakit klien
sangat kooperatif dengan perawat, dokter atau tenaga medis lainnya.
DO: Selama di rumah sakit klien ditunggui oleh anaknya.
9. Pola Reproduksi dan Seksual
DS: Klien sudah menikah berperan sebagai suami dari istrinya dan bapak dari
anak-anaknya.

DO: Data identitas klien (rekam medik) menyantumkan bahwa klien sudah
menikah.
10. Pola Pertahanan diri/koping
DS: Keluarga klien mengatakan bahwa bila ada masalah dengan anggota
keluarganya selalu dikomunikasikan dengan keluarga secara baik-baik
termasuk juga keputusan untuk membawa klien ke RSUD Anna
Lasmanah Banjarnegara sekarang ini.
DO: Klien dan keluarganya kooperatif selama di rumah sakit.
11. Keyakinan dan Nilai
DS: Keluarga klien mengatakan seluruh anggota keluarga dalam keluarganya
beragama Islam, keluarga klien mengatakan bahwa semuanya sudah
dipasrahkan pada Allah SWT, yang penting sering berdoa dan berusaha.
.
d. Pemeriksaan fisik
Kesadaran
Keadaan umum : Cukup.
Kesadaran : Compos mentis.
GCS : 15 ( M=6,V=5,E=4)

Tanda vital
a. TD: 180 / 90 mm Hg
b. N: 85 x/menit
c. RR: 20 x/menit
d. Suhu: 36.0 oC
Head To Toe
1. Kepala/leher
Kepala : Bentuk mesochepal, rambut lurus sedikit beruban
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, JVP normal
Mata : Pupil Isokor 0,3 mm, mata bentuk simetris kanan kiri, sklera
tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan
baik
Hidung : Bentuk simetris, dan tidak ada polip, fungsi penciuman baik
Telinga : Bentuk simetris, serumen dalam batas normal, fungsi
pendengaran baik
Mulut dan gigi : Terdapat caries gigi, mukosa bibir lembab, tidak terdapat
sianosis pada bibir dan lidah, mulut tampak mencong ke
kanan.
2. Dada (jantung/paru)
Dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada.
Jantung : S1 > S2, regular, tidak ada suara gallop, tidak ada murmur
Paru : tidak terdapat suara ronkhi dan wheezing pada paru,
paru-paru simetris kanan dan kiri.
3. Abdomen :
I Bentuk supel, tidak terdapat luka.
A Suara bising usus + terdengar 15 kali per menit.
Pl Tidak ada distensi abdomen.
Pr Suara tympani, tidak terdapat asites.
4. Genitalia : Jenis kelamin Laki-laki terpasang DC produksi ± 400 cc warna
kekuningan.

5. Ekstremitas
Atas : Terpasang infus RL 20 tpm di tangan kiri, tidak ada oedema,
kelemahan anggota gerak yang kiri.
Bawah : tidak ada fraktur, tidak terdapat oedema
Varises : tidak ada varises pada ekstremitas bawah
Kulit: kulit kering, turgor kulit kurang
Kekuatan otot:
Ta Ka Ta Ki
5 2
Ka Ka Ka Ki
5 2
6. Pemeriksaan refleks
Patela kiri (+), patela kanan (+)
Glabela (+)
Jaw refleks (+)
Bisep kanan (-), bisep kiri (+)
Trisep kanan (-), trisep kiri(+)
Babinski (-)
Oppenheim (-)
Hoffman tromer (-)
Refleks genggam (-)
7. Pemeriksaan Saraf Kranial
Nervus I Olfaktorius: Hidung bagian kanan (-)

Hidung bagian kiri (+)

Nervus II Optikus: ketajaman penglihatan baik

Penglihatan kabur (-)

Nervus III,IV,VI (Okulomotorius, Trokhlearis, Abdusen)

Refleks pupil kanan (-), refleks pupil kiri (+)

Gerakan bola mata atas bawah (-), kanan kiri (+)

Refleks akomodasi kanan (-), kiri (+)

Nervus V Trigeminus

Sensasi wajah dahi (+), dagu (+), pipi (+)

Sensasi nyeri (+)

Sensasi kornea mengedip mata kanan dan kiri lambat

Mengunyah tidak simetris antara rahang kanan dan kiri

Nervus VII Fasialis


Gerakan lidah miring kanan (+), miring kiri (-)

Lidah mencong ke kanan

Senyum tidak simetris agak tertarik ke kiri

Nervis VIII Koklearis

Pendengaran telinga kanan (+), telinga kiri (+)

Nervus IX,X (Glosofaringeus dan Vagus)

Pengucapan artikulasi kalimat kurang jelas, bicara pelo (R=L)

Pengecapan normal merasakan manis, asin , asam

Nervus XI Aksesorius

Otot trapezius kekuatan bahu kanan (+), bahu kiri (+)

Nervus XII Hipoglosus

Gerakan lidah ke kanan (+), ke kiri (-)

Lidah tertarik ke kanan

e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium
a. Laboratorium
Tanggal : 10 april 2019

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal


Hb 12,8 g/dl 13,2-17,3
Leukosit 7,2 103/ul 3,8-10,6
hematokrit 34 % 40-52
Eritrosit 3,9 106/ul 4,4-5,9
Trombosit 232 103/ul 150-440
GDS 109.2 mg/dl 100-150
Ureum 2.74 mg/dl 10-50
Creatinin 0.72 mg/dl 0.6-1.1

b. EKG
Tanggal : 10 april 2019
Hasil :
Sinus bradycardia
T wave abnormality, consider lateral ischemia.
Abnormal ECG.

c. CT Scan Kepala
Tanggal : 11 april 2019
Hasil :
Tampak haemorhage cerebri pada nucleus lentifornis dextra/lobus parietal
dextra, ukuran : (19,6x30,8x33,8)mm, volume : 6518,1mm3=6,5cc.
f. Terapi
10 april 2019 11 april 2019 12 april 2019
RL 500 ml 20 tpm RL 500 ml 20 tpm RL 500 ml 20 tpm
Inj.Piracetam 3 x 1 g(IV) Inj.Piracetam 3x1gr (IV) Inj. Piracetam 3 x 1 g (IV)
Inj. citikolin 2 x 500 Inj.Citikolin 2 x 500 mg(IV) Inj. Citikolin 2 x 500 mg(IV)
Vit. B 19 3x1 tab Vit.B 19 3x1 tab
mg(IV)
Inj. Asam tranexamat 3x500mg
Neurosanbe 1x1 amp
Manitol 125cc/tapering (IV)
/drip(IV)

B. ANALISA DATA
NO TANGGAL DATA PROBLEM ETIOLOGI
1. 10 april DS: Perfusi jaringan Perdarahan di
2019  Klien mengatakan kepala (cerebral) tidak otak
pusing efektif
 Klien mengatakan
lehernya terasa kaku
DO:
 TD 180/90mmHg, Nadi:
85 x/mnt, R: 20 x/mnt,
S: 36°C
 Tampak haemorhage
cerebri pada nucleus
lentifornis dextra/lobus
parietal dextra, ukuran :
(19,6x30,8x33,8)mm,
volume :
6518,1mm3=6,5cc.
 Abnormalitas berbicara
(pelo)
 Adanya kelemahan
ekstremitas kiri
2. DS: Kerusakan Kerusakan
10 april  Klien mengatakan mobilitas fisik neuromuskuler
2019 lemas, tangan dan kaki kiri
juga masih lemah
DO:
 Tangan dan kaki kiri
lemas dan kekuatan
ototnya menurun
 Adanya keterbatasan
ROM
 Aktivitas dengan bantuan
orang lain

3. DS: Defisit perawatan Kerusakan


 Klien mengatakan kesulitan diri : berpakaian, neuromuskuler/
10 april
2019 dalam aktivitas sehari-hari. mandi, eliminasi otot-otot syaraf
DO:
 Kebutuhan ADL pasien
dibantu oleh keluarga.
 Pasien badrest akibat stroke
 Klien memenuhi kebutuhan
perawatan diri di tempat
tidur dibantu keluarga dan
alat (kateter urin dan
pispot).

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi jaringan (cerebral) tidak efektif berhubungan dengan perdarahan di otak
2. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuro
3. Deficit perawatan diri : berpakaian, mandi, eliminasi berhubungan dengan
kelemahan fisik (kerusakan neuromuskuler)
D. NCP
Tanggal/jam No. Tujuan Intervensi
Dx
10 april 2019 1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC: Intra cranial
selama 3x24 jam, akan menunjukan status pressure, vital sign
sirkulasi dan kemampuan kognitif yang di monitoring
tandai dengan indikator sebagai berikut :  Pantau tanda vital: suhu
NOC: Neurological status tubuh, tekanan darah, nadi
Skala dan respirasi
1. Ekstrem  Pantau PO2, PCO2, pH,.
2. Berat dan kadar bikarbonat
3. Sedang  Pantau PaCO2, SaO2, dan
4. Ringan kadar hemoglobin untuk
5. Tidak ada gangguan menentukan pengiriman
oksigen kejaringan
Indikator Awal Tujuan  Pantau ukuran, bentuk,
1 2 3 4 5 kesimetrisan, dan
 Tekanan darah 2 V reaktivitas pupil
sistolik dan  Pantau adanya
diastolik penglihatan kabur,
dalam rentang ketajaman penglihatan
yang di  Pantau adanya sakit
harapkan kepala
 Ukuran pupil 3 V  Pantau tingkat kesadaran
 Berkomunikasi 3 V dan orientasi
dengan jelas  Pantau adanya parestesi:
dan sesuai mati rasa dan kesemutan
dengan usia  Pantau status cairan
 Menunjukan termasuk asupan dan
perhatian, 4 V haluaran
konsentrasi,  Kolaborasi pemberian
dan orientasi therapy medis
 Tidak
menunjukkan 2 V
pusing/ nyeri
kepala

Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC: Terapi Aktivitas :


10 april 2019 2
selama 3x24 jam menunjukan tingkat Ambulasi
mobilitas, ditandai dengan indikator sebagai
berikut :  Monitoring vital
NOC: Ambulation sign sebelum/sesudah
Skala latihan dan lihat respon
1. Ketergantung pasien saat latihan
an  Konsultasikan dengan
2. Membutuhka terapi fisik tentang
n bantuan orang lain dan alat rencana ambulasi sesuai
3. Membutuhka dengan kebutuhan
n orang lain  Ajarkan pada keluarga
4. Mandiri pasien atau tenaga
dengan pertolongan alat bantu kesehatan lain tentang
5. Mandiri teknik ambulasi
penuh  Pantau kemampuan
pasien dalam mobilisasi
Indikator
 Dampingi dan bantu
keluarga
 Penampilan pasien saat
mobilisasi
yang seimbang dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs
 Penampilan
Indikator Skala Skala posisips.
tubuh
awal tujuan  Pergerakan
sendi dan otot
1. Makan 3 5
 Melakukan
Berganti pakaian 3 5 perpindahan
toileting 3 5 Self Care assistane :
 Ambulasi
Mandi 3 5 ADLskanan
(miring
10 april 2019 3  duduk
Monitor
dan kemempuan
Menjaga diri 5 kiri,
kebersihan 3 klien
berjalan) untuk perawatan
diri yang mandiri.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan  Monitor kebutuhan
3 x 24 jam, diharapkan klien dapat klien untuk alat-alat
melakukan perawatan diri bertahap, bantu untuk kebersihan
dengan kriteria: diri, berpakaian,
berhias, toileting dan
makan.
 Sediakan bantuan
sampai klien mampu
secara utuh untuk
melakukan self-care.
 Dorong klien untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari yang
normal sesuai
kemampuan yang
dimiliki.
 Dorong untuk
melakukan secara
mandiri, tapi beri
bantuan ketika klien
tidak mampu
melakukannya.
 Ajarkan klien/ keluarga
untuk mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.
 Pertimbangkan usia
klien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai