Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Isu Penyakit
1. Minum Jus Daun Pepaya Dapat Menyembuhkan DBD
2. Hanya Anak-Anak Dan Orangtua Yang Berisiko Terinfeksi DBD
3. Rumah Saya Bersih Sehingga Tidak Berisiko Terkena DBD

2.2 Defenisi
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan
family Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes,
terutama Aedes aegypti.

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B,


yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebarkan oleh arropoda. Virus ini
termasuk genus Flavivirus dari famili Flaviviridae.

Ada empat serotipe yaitu DEN-1, DEN -2, DEN -3, dan DEN -4, Serotipe
DEN-3 merupakan jenis yang sering dihubungkan dengan kasus-kasus parah.
Infeksi oleh salah satu serotipe akan menimbulkan kekebalan terhadap serotipe
yang bersangkutan, tetapu tidak untuk serotipe yang lain. Keempat jenis virus
tersebut semuanya terdapat di Indonesia. Didaerah enedemik DBD, seseorang
dapat terkena infeksi semua serotipe virus pada.

David Bylon (1779) melaporkan bahwa epidemiologi dengue di Batavia


disebabkan oleh tiga faktor utama, yaitu virus, manusia dan nyamuk.

Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti (di daerah
perkotaan) dan Aedes albopictus (di daerah pedesaan). Nyamuk yang menjadi
vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi saat menggigit
manusia yang sedang sakit dan viremin (terdapat virus dalam darahnya).
Menurut laporan terakhir, virus dapat pula ditularkan secara transovarial dari
nyamuk ke telur-telurnya.

1
Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam
kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk ini menggigit orang lain maka virus
dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam tibuh manusia, virus
ini akan berkembang selama 4-6 hari dan orang tersebut akan mengalami sakit
demam berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh
manusia dan berada dalam darah selama satu minggu. Cara penularan DBD
dari nyamuk ke manusia.

Orang yang didalam tubuhnya terdapat virus dengue tidak semuanya akan
sakit demam berdarah dengue. Ada yang mengalami demam ringan dan
sembuh dengan sendirinya atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit.
Tetapi semuanya merupakan pembawa virus dengue selama satu minggu,
sehingga dapat menularkan kepada orang lain diberbagaiwillayah yang ada
nyamuk penularanya. Sekali terinfeksi, nyamuk menjadi infektif seumur
hidupnya

Ciri ciri nyamuk Aedes aegypti adalah :

1. Sayap dan badannya belang-belang atau bergaris- garis putih


2. Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak
mandi, wc, tempayan, drum dan barang-barang yang menampung air
seperti kaleng, ban bekas,pot tanaman air, serta tempat minum burung
3. Jarak terbang 100 m
4. Nyamuk betina bersifat ‘multiplebiters’ (menggihit beberapa orang karena
sebelum nyamuk tersebut kenyang sudah berpindah tempat)
5. Tahana dalam suhu panas dan kelembaban tinggi

2.3 Perkembangan dan pervelensi penyakit

Di banyak negara tropis, virus dengue sangat endemik. Di asia penyakit


ini sering menyerang di cina selatan, pakistan, india dan semua negara di asian
tenggara. Sejak 1981, virus ini ditemukan di queenslandi, Australia,
Disepanjangpantai tinuradrika, DBD juga ditemukan dalam berbagai serotipe.
Penyakit ini juga sering menyebabkan KLB diamerika serikat, Amerika tengah,

2
bahkan sampai ke Amerika Serikat sampai akhir tahun 1990-an. Epidemi
dengue di Asia pertama kali terjadi pada tahun 1779, di eropa pada tahun 1784,
di Amerika Selatan pada tahun 1835-an, dan di Inggris pada tahun 1922.

Di indonesia kasus DBD pertama kali terjadi di Surabaya pada tahun 1968.
Penyakit DBD ditemukan di 200 kota, 27 provinsi dan telah terjadi KLB akibat
DBD. Profil kesehatan provinsi Jawa Tengah tahun 1999melapirkan bahwa
kelompok tertinggi adalah usia 5-14 Tahun yang terserang sebanyak 42% dan
kelompok usia 15-44 tahun yang terserang sebanyak 37%. Data tersebut
didapatkan dati data rawat inap rumah sakit, rata-rata insidensi penyakit DBD
sebesar 6-27 per 100.000 penduduk.

CFR penyakit DBD mengalami penurunan dari tahun ke tahun walaupun


masih tetap tinggi. CFR tahun 1968 sebesar 43%, tahun 1971 sebesar 14%,
tahun 1980 sebesar 4,8% dan tahun 1999 masih di atas 2%.

Data dari dapartemenkesehatan RI melaporkan bahwa pada tahun 2004


tercatat 17,707 orang terkena DBD di 25 provinsi dengan kematian
322penferita selama bulan januari dan februari. Daerah yang perlu diwaspadai
adalah DKI Jakarta , Bali, dan NTB.

Untuk pertama kalinya, pafa bulan maret 2002, Michael Rossman dan
Richard Kuha dari PurdueUniversitu, Amerika Serikat. Melaporkan bahwa
struktur viru dengue yang berbeda dengan struktur virus lainnya telah
ditemukan. Permukaan birus ini halus dan selaputnya ditutupu oleh lapisan
protein yang berwarna biru, hijau, dan kuning. Protein amplop tersebut
dinamakan protein E yang berfungsi melindungi bahan genetik didalamnya.

Infeksi virus terjadi melalui gigitan nyamuk. Virus memasuki aliran darah
manusia untuk kemudian bereplikasi (memperbanyak diri). Sebagai
perlawanan, tubuh akan membentuk antibodi, selanjutnya akan terbentuk
kompleks virus-antibodi dengan virus yang berfungsi sebagai antigennya.

3
Kompleks antigen-antibodi tersebut akan melepaskan zat-zat yang
merusak sel-sel pembuluh darah, yang disebut dengan proses autoimun. Proses
tersebut menyebabkan permeabilitas kapiler meningkat yang salah satunya
ditunjukan dengan melebarnya pori-pori pembuluh darah kapiler. Hal tersebut
akan mengakibatkan bocornya sel-sel darah, antara lain trombosit dan eritrosit.
Akibatnya, tubuh akan mengalami perdarahan mulai dari bercak sampai
perdarahan hebat pada kukit, saluran pencernaan (muntah darah, berak darah),
saluran pernapasan (mimisan, batuk darah), dan organ vital (jantung, hati,
ginjal) yang sering mengakibatkan kematian.

Penyebaran penyakit DBD di Jawa biasanya terjadi mulai bulan januari


sampai April dan Mei. Faktor yang mempengaruhi morbiditas dan motrtalitas
penyakit DBD antara lain :

1. Imunitas pejamu
2. Kepadatan populasi nyamuk
3. Transmisi virus dengue
4. Virulensi virus
5. keadaan geografis setempat

Faktor penyebaran kasus DBD antara lain :

1. Pertumbuhan penduduk
2. Urbanisasi yang tidak terkontrol
3. Transportasi

2.4 Manifestasi klinis

Pasien penyakit DBD pada umumnya disertai dengan tanda-tanda sebagai


berikut :

1. Demam selama 2-7 hari tanpa sebab yang jelas.

4
2. Manisfestasi pendarahan dengan tes sempel leede (+), mulai dari petekie
(+) sampai perdarahan spontan sperti mimisan, muntah darah, atau berak
darah hitam.
3. Hasil pemeriksaan trombosit menurun (normal : 150.000-300.000 µL),
hematokrit meningkat menurun (normal : pria < 45, wanita < 40).
4. Akral dingin, gelisa, tidak sadar ( DSS, dengue shock syndrome).

Kriteria diagnosis ( WHO 1997)

a. Kriteria Klinis
1. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas dan berlangsung
terus-menerus selama 2-7 hari
2. Terdapat manifestasi perdarahan
3. Pembesaran hati
4. Syok
b. Kriteria labiratoris
1. Trombositopenia (<100.000/mm)
2. Hemokonsentrasi(Htmemingkat> 20%)

Seorang pasien dinyatakan menderita penyakit DBD bila terdapat minimal


2 gejala klinis yang positif dan 1 hasil labiratorium yang positif. Bila gejala dan
tanda tersebut kurang dari ketentuandiatas maka pasien dinyatakan menderita
demam dengue

2.5 Daur Hidup / Siklus Hidup

Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna, yaitu mengalami


perubahan bentuk morfologi selama hidupnya dari stadium telur berubah
menjadi stadium larva kemudian menjadi stadium pupa dan menjadi stadium
dewasa. Menurut Gillot (2005), nyamuk Aedes aegypti (Diptera: Culicidae)
disebut black-white mosquito, karena tubuhnya ditandai dengan pita atau garis-
garis putih keperakan di atas dasar hitam. Panjang badan nyamuk ini sekitar 3-
4 mm dengan bintik hitam dan putih pada badan dan kepalanya, dan juga
terdapat ring putih pada bagian kakinya. Di bagian dorsal dari toraks terdapat

5
bentuk bercak yang khas berupa dua garis sejajar di bagian tengah dan dua
garis lengkung di tepinya. Bentuk abdomen nyamuk betinanya lancip pada
ujungnya dan memiliki cerci yang lebih panjang dari cerci pada nyamuk -
nyamuk lainnya. Ukuran tubuh nyamuk betinanya lebih besar dibandingkan
nyamuk jantan (Gillot, 2005).

1. Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti

Tempat bertelur nyamuk Aedes aegypti adalah kontainer air buatan yang
berada di lingkungan perumahan yang banyak ditemukan di dalam rumah dan
sekitar lingkungan perkotaan seperti botol minuman, alas pot bunga, vas bunga,
bak mandi, talang air. Selain itu juga sering ditemukan di lubang pohon,
tempurung kelapa dan lainnya.
Aedes aegypti mengalami metamorfosis sempurna yaitu telur-larva-
pupa/kepompong-dewasa. Perkembangan Ae. aegypti dari telur sampai
menjadi nyamuk dewasa memakan waktu sekurang-kurangnya sembilan hari.
Telur akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2 hari. Selanjutnya, larva
berubah menjadi pupa dalam waktu 5 -15 hari. Stadium pupa biasanya
berlangsung dua hari, lalu keluarlah nyamuk dewasa yang siap mengisap darah
dan menularkan DBD. Umur nyamuk dewasa umumnya 2-3 minggu saja.

6
a. Telur
Untuk bertelur, nyamuk betina akan mencari tempat seperti
genangan air atau daun pepohonan yang lembab. Telur berwarna hitam
dengan ukuran 0,8 mm, berbentuk oval yang mengapung satu persatu pada
permukaan air yang jernih, atau menempel pada dinding tempat
penampungan air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dala
waktu 2 hari setelah terendam air. Stadium jentik umumnya berlangsung
6-8 hari, dan stadium kepompong berlangsung antara 2-4 hari.
Perkembangan dari telur menjadi nyamuk dewasa selama 9-10 hari.

telur nyamuk Aedes aegypti


b. Larva (jentik)

7
Bagian belakang tubuh Aedes aegypti dilengkapi dengan semacam
pipa panjang hingga menembus permukaan air. Ukuran larva umumnya
0,5 sampai 1 cm, gerakannya berulang-ulang dari bawah keatas permukaan
air untuk bernafas kemudian turun kebawah dan seterusnya serta pada
waktu istirahat posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air.
Ciri khas dari larva Aedes aegypti adalah adanya corong udara pada
segmen terakhir, pada corong udara terdapat pecten dan sepasang rambut
serta jumbae akan dijumpai pada corong udara. Pertumbuhan dan
perkembangan larva dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yang
penting adalah temperatur, cukup atau tidaknya bahan makanan dan ada
tidaknya binatang lain yang merupakan predator. Mikroorganisme
merupakan makana dari larva Aedes aegypti dengan cara memusarkan air.

larva nyamuk Aedes aegypti


c. Pupa
Pada stadium ini, pupa bernafas pada permukaan air dengan
menggunakan dua tanduk kecil yang berada pada prothorax. Pupa juga
sewaktu bahaya dapat menyelam di dalam air. Stadium ini umumnya
berlangsung hingga 5-10 hari, setelah itu akan keluar dari kepompongnya
menjadi nyamuk. Pupa tidak memerlukan makan dan akan berubah
menjadi dewasa dalam 2 hari.
Dalam pertumbuhannya terjadi proses pembentukan sayap, kaki dan
alat kelamin (Depkes RI, 2007).

8
Pupa nyamuk Aedes Aegypti
d. Nyamuk Dewasa
Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap cairan tumbuhan atau sari
bunga untuk keperluan hidupnya, sedangkan yang betina mengisap darah.
Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia dari pada binatang
(bersifat antropofilik). Darah (proteinnya) diperlukan untuk mematangkan
telur agar jika dibuahi oleh sperma nyamuk jantan, dapat menetas. Waktu
yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan telur mulai nyamuk
mengisap darah sampa telur dikeluarkan biasanya antara 3-4 hari. (satu
siklus gonotropik). Usia nyamuk Ae. agypti biasanya 2-4 minggu.
Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari.
Aktifitas mengigit biasanya mulai pagi sampai sore hari, dengan 2 puncak
aktifitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00. nyamuk Aedes aegypti
mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali dalam satu siklus
gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan
demikian nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit.
Setelah mengisap darah, nyamuk ini hinggap (beristirahat) di dalam
atau kadang-kadang di luar rumah berdekatan dengan tempat
perkembangbiakannya. Biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab.
Di tempat-tempat ini nyamuk menunggu proses pematangan telurnya.

9
2. Mekanisme Penularan Penyakit DBD

3. Bionomik Nyamuk Aedes aegypti

10
a. Tempat Perindukan dan Berkembang Biak
Tempat perkembangbiakan utama nyamuk Aedes aegypti adalah
tempat-tempat penampungan air bersih di dalam atau di sekitar rumah,
berupa genangan air yang tertampung di suatu tempat atau bejana
seperti bak mandi, tempayan, tempat minum burung, dan barang-
barang bekas yang dibuang sembarangan yang pada waktu hujan akan
terisi air. Nyamuk ini tidak dapat berkembang biak di genangan air
yang langsung berhubungan dengan tanah (Supartha, 2008).
Tempat perindukan utama tersebut dapat dikelompokkan
menjadi: (1) Tempat Penampungan Air (TPA) untuk keperluan sehari-
hari seperti drum, tempayan, bak mandi, bak WC, ember, dan
sejenisnya, (2) Tempat Penampungan Air (TPA) bukan untuk
keperluan sehari-hari seperti tempat minuman hewan, ban bekas,
kaleng bekas, vas bunga, perangkap semut, dan sebagainya, dan (3)
Tempat Penampungan Air (TPA) alamiah yang terdiri dari lubang
pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang,
pangkal pohon pisang, dan lain-lain (Soegijanto, 2006).
b. Perilaku Menghisap Darah
Nyamuk betina menghisap darah manusia setiap 2-3 hari sekali.
Nyamuk betina menghisap darah pada pagi dan sore hari dan biasanya
pada jam 09.00-10.00 dan 16.00-17.00 WIB. Untuk mendapatkan
darah yang cukup, nyamuk betina sering menggigit lebih dari satu
orang. Posisi menghisap darah nyamuk Aedes aegyptisejajar dengan
permukaan kulit manusia. Jarak terbang nyamuk Aedes aegyptisekitar
100 meter (Depkes RI, 2004).
c. Perilaku Istirahat
Setelah selesai menghisap darah, nyamuk betina akan beristirahat
sekitar 2-3 hari untuk mematangkan telurnya. Nyamuk Aedes aegypti
hidup domestik, artinya lebih menyukai tinggal di dalam rumah
daripada di luar rumah. Tempat beristirahat yang disenangi nyamuk
ini adalah tempat-tempat yang lembab dan kurang terang seperti

11
kamar mandi, dapur, dan WC. Di dalam rumah nyamuk ini beristirahat
di baju-baju yang digantung, kelambu, dan tirai. Sedangkan di luar
rumah nyamuk ini beristirahat pada tanaman-tanaman yang ada di luar
rumah (Depkes RI, 2004).
d. Penyebaran
Nyamuk Aedes aegypti tersebar luas di daerah tropis dan sub
tropis. Di Indonesia, nyamuk ini tersebar luas baik di rumah-rumah
maupun tempat-tempat umum. Nyamuk ini dapat hidup dan
berkembang biak sampai ketinggian daerah ±1.000 m dari permukaan
air laut. Jika di atas ketinggian 1.000 m nyamuk ini tidak dapat
berkembang biak, karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu
rendah, sehingga tidak memunginkan bagi nyamuk Aedes aegypti
untuk terus berkembang biak (Depkes RI, 2005).
e. Musim
Pada saat musim hujan tiba, tempat perkembangbiakan nyamuk
Aedes aegypti yang pada musim kemarau tidak terisi air, akan mulai
terisi air. Telur-telur yang tadinya belum sempat menetas akan
menetas. Selain itu, pada musim hujan semakin banyak tempat
penampungan air alamiah yang terisi air hujan dan dapat digunakan
sebagai tempat berkembangbiaknya nyamuk ini. Oleh karena itu, pada
musim hujan populasi nyamuk Aedes aegypti akan meningkat.
Bertambahnya populasi nyamuk ini merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan peningkatan penularan penyakit dengue (Depkes RI,
2005).

2.6 Pemeriksaan diagnostik

1. Daraha.
a. Trombosit menurun
b. HB meningkat lebih 20%
c. HT meningkat lebih 20%

12
d. Leukosit menurun pada hari ke-2 dan ke-3
e. Protein dalam darah rendah
f. Ureum PH bisa meningkat
g. NA dan CL rendah
2. Serologi : HI (Hemaglutination Inhibition Test)
a. Rontgen thorax : efusi ureum
b. Uji tes tuoniket (+)

2.7 pencegahan

1. Pencegahan
Kegiatan ini meliputi :
a. Pembersihan jentik
 Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
 Larvasidasi
 Menggunakan ikan (ikan kepala timah, cupang, sepat)
b. Pencegahan gigitan nyamuk
 Menggunakan kelambu
 Menggunakan obat nyamuj (bakar, oles)
 Tidak melakukan kebiasaan beresiko (tidur siang,
menggantung baju
 Penyemprotan

2.8 pengobatan

a. Tirah baring
b. Pemberian makanan lunak
c. Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam)
d. Pemberian cairan melalui infuse
e. Pemberian obat-obtan; antibiotic, antipiretik
f. Antikonulsi jika terjadi kejang
g. Monitor TTV
h. Monitor adanya tanda-tanda renjatan

13
i. Monitor tanda-tanda pendarahan lanjut
j. Periksa HB, HT, dan trombosit setiap hari

2.9 Strategi Kebijakan

Program pemberantasan

1. Tujuan
a. Menurunkan morbiditas dan mortaliltas penyakit DBD
b. Mencegah dan menanggulangi DBD
c. Meningkatkan peran serta masyarakat (PSM) dalam pemberantasan
sarang nyamuk (PSN)
2. Sasaran
Sasaran nasional (2000)
a. Morbiditas di kecamatan endemik DBD < 2 per 10.000 per
penduduk
b. CFR < 2,5%
3. Strategi
a. Kewaspadaan dini
b. Penanggulangan KLB
c. Peningkatan Keterampilan petugas
d. Penyuluhan
4. Kegiatan
a. Pelacakan penderita (penyelidikiepidemiologis, PE), yaitu kegiatan
mendatangi rumah-rumah dari kasus yang dilaporkan (indeks kasus)
untuk mencari penderita lain memeriksa angka jentik dalam radius
1000 m dari indeks
b. Penemuan dan pertolongan, yaitu kegiatan mencari penderita lain,
jika terdapat tersangka kasus DBD maka harus segera
dilakukampenanganam kasus termasuk merujuk ke unit pelayanan
kesehatan (UPK) terdekat

14
c. Larvasidasi selektif, yaitu kegiatan memberikan atau menaburkan
larvasida ke dalam penampungan air yang positif terdapat jentik
Aedes
d. Foggingfocus (FF), yaitu kegiatan menyemprot dengan insektisida
(mallation, losban) untuk membunuh nyamuk dewasa dalam radius
1 RW per 400 rumah 1 dukuh.
e. Pemeriksaan jentik rutin (PJR), adalah kegiatan yang dilakukan oleh
kader dasa wisma PKK, pengurus RT, atau petugas pemantau jentik
(PPJ) paling sedikit satu minggu sekali. Petugas tersebut akan
memantau jentik dalam semua rumah warga yang diatur dengan
jadwal tertentu, hasilnya akan dicatat pada kartu jentik di setiao
rumah
f. Pemeriksaan jentik berkala (PJB), yaitu kegiatan reguler tiga bulan
sekali, dengan cara mengambil sampai 100 rumah/desa/kelurahan.
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan cara random atau
metode spiral (0 dengan rumah di tengah sebagai pusatnya) atau
metode zig-zag. Dengan kegiatan ini akan didapatkan angka
kepadatan jentik atau HI (houseindex)
g. Pembentukan kelompok kerja (pokja) DBD di semua level
administrasi, mulai dari desa , kecamatan, sampai tingkat pusat
h. Penggerakan PSN ( pemberantasan sarang nyamuk) dengan
3M(menutup dan menguras tempat penampungan air bersih,
mengubur barang bekas, dan membersihkan tempat yang berpotensi
bagi perkembangbiakan nyamuk) didaerah endemik dan sporadik
i. Penyuluhan tentang gejala awal penyakit DBD, tindakan
pencegahan, rujukan penderita

Kebijakan Pengendalian Penyakit DBD


1. Keputusan Menteri Kesehatan No.581/MENKES/SK/VII/1992 tentang
Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue
2. Keputusan Menteri KesehatanRI No 1350/MENKES/XII/2001 Tentang
Pestisida, Depkes Ri, Jakarta Tahun 2004. (Bab 1 Ketentuan Umum Pasal

15
1, bab iii p, bab ii, pasal 2, 3, bab iii pasal 4 s/d 7, bab iv pasal 9 s/d 13, bab
v pasal 14 s/d 19, bab vi pasal 20, bab vii pasal 21 )
3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1091 Tahun 2004 Tentang Petunjuk
Teknis Standar Pelayanan Minimal Kesehatan Di
Kabupaten/Kota.(Lampiran Keputusan Nomor Urut P. Pencegahan Dan
Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah)
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457 Tahun 2003 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan Di Kabupaten/Kota. (P.Pencegahan
Dan Pemberantasan Penyakit Dbd)
5. Keputusan Menteri Kesehatan No.560/Menkes/Per/VII/1999 tentang Jenis
Penyakit Tertentu yang dapat menimbulkan wabah.
6. PP 52 tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Tugas Perbantuan (bab vii pasal
11, 12 bab viii pasal 13, 14 ).

16

Anda mungkin juga menyukai