Anda di halaman 1dari 17

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabetes Melitus

2.1.1 Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit atau kelainan

metabolisme yang disebabkan kurangnya produksi insulin. Semua sel dalam tubuh

kita membutuhkan glukosa agar dapat berfungsi dengan normal dan kadar gula

darah biasanya dikendalikan oleh hormon insulin. Jika tubuh kekurangan insulin

sel-sel tubuh menjadi resistan terhadap insulin, maka kadar gula darah akan

meningkat drastis akibat penumpukan (Afriani, 2016).

Diabetes Melitus terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup

untuk mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak

memberikan respons yang tepar terhadap insulin. Insulin adalah hormon yang

dilepaskan oleh pankreas yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar

gula darah tetap normal. Insulin memasukkan gula sehingga ke dalam sel

sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi

(Afriani, 2016).

Peningkatan kadar gula dalam darah setelah makan atau minum

merangsang pangkreas untuk menghasilkan insulin, sehingga mencegah kenaikan

kadar gula darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula darah menurun

secara perlahan. Banyak penderita diabetes yang tidak menyadari bahwa dirinya

mengidap penyakit tersebut. Hal ini mungkin disebabkan minimnya informasi

yang terima oleh masyarakat mengenai penyakit tersebut (Afriani, 2016).


7

2.1.2 Tipe-tipe Diabetes Melitus

Berdasarkan sebab yang mendasari kemunculannya, Diabetes dibagi

menjadi beberapa golongan atau tipe. Diantara tipe-tipe Diabetes yang termasuk

tipe utama adalah Diabetes tipe-1 dan tipe-2.

2.1.2.1 DM Tipe-1

Diabetes tipe-1 biasanya mengenai anak-anak dan remaja. Diabetes ini

dulu pernah disebut sebagai sebagai juvenile diabetes (Diabetes usia muda)

(Nurrahmani, 2017).

2.1.2.2 DM Tipe-2

Dari seluruh penderita Diabetes,jumlah penderita diabetes tipe-2 adalah

yang paling banyak, yaitu sekitar 90-99%. Diabetes tipe-2 juga bisa disebut

Diabetes life style karena selain faktor keturunan, juga disebabkan gaya hidup

yang tidak sehat. Biasanya, tipe ini mengenai orang dewasa. Dahulu, Diabetes ini

pernah disebut adult onset atau maturity onset diabetes. Namun karna Diabetes

ini ternyata juga dapat mengenai mereka yang lebih muda, maka istilah Diabetes

tipe-2 dianggap lebih cocok (Nurrahmani, 2017).

2.1.2.3 DM Ibu Hamil

Selain jenis Diabetes tipe-1 dan tipe-2 yang telah dijelaskan di atas, ada

jenis Diabetes dalam keadaan khusus yaitu Diabetes yang munculnya hanya pada

masa kehamilan. Itulah yang disebut Diabetes Gestasional, tentunya hanya akan

terjadi pada seorang ibu yang sedang hamil. Biasanya, Diabetes ini muncul pada

minggu ke-24 (bulan keenam). Istilah itu juga diberikan pada Diabetes yang untuk

pertama kalinya timbul pada waktu hamil. Diabetes gestasional biasanya


8

menghilang sesudah melahirkan. Namun, pada hampir setengah angka

kejadiannya, Diabetes kemudian akan muncul kembali (Nurrahmani, 2017).

2.1.2.4 DM tipe lain

Faktor-faktor yang mengakibatkan terjadinya DM tipe lain antara lain :

kelainan genetik pada fungsi sel β pankreas dan kerja insulin, penyakit-penyakit

pada kelenjar eksokrin pankreas, endokrinopati, obat-obatan dan senyawa kimia,

infeksi oleh virus dan beberapa penyakit genetik(Sunarti, 2018).

2.1.3 Penyebab Diabetes Melitus

Menurut Nurrahmani (2017) banyak hal yang dapat menyebabkan

timbulnya penyakit kencing manis atau DM, antara lain :

2.1.3.1 Gen Diabetes dalam keluarga

Seperti yang disinggung sebelumnya, Diabetes termasuk ke dalam

penyakit yang bisa diwariskan. Gen merupakan sel pembawa sifat yang

diwariskan orangtua keturunannya. Pembawaan sifat Diabetes tipe-2 memang

belum dapat dipastikan, tetapi kecenderungan penurunan sifat Diabetes tipe-2

dikenal lebih kuat ketimbang tipe-1. Apabila kedua orangtua menderita diabetes

tipe2 anak memiliki risiko terkena Diabetes tipe2 anak memiliki risiko terkena

diabetes sebesar 30%. Begitu juga jika orangnya menderita Diabetes, maka risiko

memiliki Diabetes tipe-1 sebesar adalah 30%.

2.1.3.2 Insulin dan Gula Darah

Makanan memegang peranan dalam peningkatan kadar gula darah. Pada

proses makan, makanan yang dimakan akan dicerna di dalam saluran cerna dan

kemudian akan diubah menjadi suatu bentuk gula yang disebut glukosa.
9

Selanjutnya, gula ini diserap oleh dinding ususdan kemudian beredar di dalam

aliran darah. Inilah sebabnya,sesudah, makan akan terdapat kenaikan kadar gula di

dalam darah. Lalu, gula tersebut akan didistribusikan ke sel-sel tubuh.

2.1.3.3 Kegemukan (Obesitas) dan Resistensi Insulin

Sudah dijelaskan di awal bahwa untuk mendapatkan memasukkan gula ke

dalam sel, insulin harus membuka pintu sel. Tentunya, insulin, yang diibaratkan

sebagai kunci, harus cocok dengan lubang kuncinya yaitu reseptor insulin yang

terdapat pada dinding sel. Setelah itu, proses key in lock berlangsung

sempurna,gula dapat masuk ke sel.

2.1.3.4 Asma, KB, dan Diabetes

Pada penderita asma yang mengonsumsi obat asma juga akan memicu

terjadi terjadinya Diabetes, hormon yang digunakan pada obat asma tersebut

adalah steroid yang bekerja berlawanan dengan insulin yaitu menaikkan gula

darah. Steroid dengan dosis tinggi bisa menyebabkan Diabetes dan biasanya

Diabetes akan hilang keika konsumi dihentikan.

2.1.4 Patofisiologi DM tipe 2

Otot hati yang mengalami resistensi insulin menjadi penyebab utama DM

tipe 2. Kegagalan sel beta pankreas untuk dapat bekerja secara optimal juga

menjadi penyebab dari DM tipe 2 (Perkeni, 2015). DM tipe 2adalah jenis DM

yang paling umum diderita oleh penduduk di indonesia. Kombinasi faktor resiko,

resistensi insulin dan sel-sel tidak menggunakan insulin secara efektif

menyebabkan DM tipe 2 (NIDDK, 2014).


10

Resistensi insulin pada otot dan hati serta kegagalan sel beta pankreas

telah dikenal sebagai patofisilogi kerusakan sentral dari DM tipe 2. Kegagalan sel

beta pada DM tipe 2 diketahui terjadi lebih dini dan lebih berat daripada

sebelumnya. Otot, hati, sel beta dan organ lain seperti jaringan lemak

(meningkatnya lipolisis), gastrointestinal (defisiensi incretin), sel alpha pancreas

(hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan absorpsi glukosa), dan otak (resistensi

insulin) ikut berperan dalam menimbulkan terjadinya gangguan toleransi glukosa

pada DM tipe 2(perkeni, 2015). DM tipe 2 pada tahap awal perkembangannya

tidak disebabkan oleh gangguan sekresi insulin dan jumlah insulin dalam tubuh

mencukupi kebutuhan (normal), tetapi disebabkan oleh sel-sel sasaran insulin

gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal (Fitriyani, 2012).

Penderita DM tipe 2 juga mengalami produksi glukosa hepatik secara

berlebihan tetapi tidak terjadi kerusakan pada sel-sel beta langerhans seperti pad

DM tipe I. Keadaan defisiensi insulin pada penderita DM tipe 2 umumnya hanya

bersifat relatif. Defisiensi insulin akan terjadi seiring dngan perkembangan DM

tipe 2. Sel-sel beta langerhans akan menunjukkan gangguan sekresi insulin fase

pertama yang berarti sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin.

Perkembangan DM tipe 2 yang tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan

kerusakan sel-sel beta langerhans pada tahap selanjutnya. Kerusakan sel-sel beta

langerhans secara progresif dapat menyebabkan keadaan defisiensi insulin

sehingga penderita membutuhkan insulin endogen. Resistensi insulin dan

defisiensi insulin adalah 2 penyebab yang sering ditemukan pada penderita DM

tipe 2 (Fitriyani, 2012).


11

2.1.5 Gejala Khas Diabetes

Adapun gejala lain yang dapat muncul pada Diabetes antara lain :

1. Sering kali buang air kecil dengan volume yang banyak, yaitu lebih sering

daripada biasanya, apalagi malam hari (poliuri)

2. Sering kali merasa haus dan ingin minum sebanyak-banyaknya (Polidipsi)

3. Nafsu makan meningkat (polifagi) dan merasa kurang tenaga

4. Berat badan turun dan menjadi kurus (Nurrahmani, 2017).

2.1.6 Komplikasi Diabetes

Berdasarkan mulai timbulnya dan lama perjalanannya, komplikasi Diabetes

digolongkan menjadi komplikasi mendadak (akut) dan komplikasi menahun

(kronis). Terdapat beberapa kelainan yang mendasari komplikasi kronis, yaitu

makroangiopati diabetik (kelainannya di pembulu besar), mikroangiopati

(kelainan pada pembuluh darah kecil-halus), dan neuropati diabetik (kelainannya

terdapat pada saraf (Nurrahmani, 2017).

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Perkumpulan endokrinologi Indonesia (PERKENI, 2011), menjelaskan

bahwa pemeriksaan penunjang atau diagnosis klinis DM ditegakkan bila ada

gejala khas DM berupa polyuria (peningkatan rasa haus), polifagia (peningkatan

rasa lapar) dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.

Jika terdapat gejala khas, maka pemeriksaan dapat dilakukan, yaitu :

1. Pemeriksaan Glukosa Darah Sewaktu (GDP) 200 mg/dl diagnosis DM sudah

dapat ditegakkan.
12

2. Pemeriksaan Glukosa Darah Puasa (GDP) 126 mg/dl juga dapat digunakan

untuk pedoman diagnosis DM.

3. Pemeriksaan hemoglobin A1c (HbA1C) merupakan pemeriksaan tunggal yang

sangat akurat untuk menilai status glikemik jangka panjang dan berguna pada

semua tipe penyandang DM. Pemeriksaan ini bermanfaat bagi pasien yang

membutuhkan kendali glikemik. Pemeriksaan HbA1C dianjurkan untuk

dilakukan secara rutin pada pasien DM. Pemeriksaan pertama untuk

mengetahui keadaan glikemik pada tahap awal penanganan, pemeriksaan

selanjutnya merupakan pemantauan terhadap keberhasilan pengendalian.

Untuk pasien tanpa gejala khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah

abnormal satu kali saja belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis DM.

Diperlukan investigasi lebih lanjut yaitu:

a. Pemeriksaan GDP 126 mg/dl, GDS 200 mg/dl pada hari yang lain.

b. Tes Toleransi Glukosa Oral ( TTGO) 200 mg/dl.

2.1.8 Menajemen Diabetes

Pilar pengelolaan penyakit gula terdiri dari diet Diabetes yang

memperthatikan asupan kalori serta karbohidrat olahraga atau eksercise secara

teratur, manajemen stres yang benar, kontrol gula darah, pengobatan yang bisa

berupa obat-obat antidiabetes yang di minum serta, suntikan insulin. Pengobatan

alternatif seperti herbal dan akupresur dapat melengkapi pengendalian selera

makan dan gula darah, selain menguatkan fungsi pankreas dan ginjal yang

mengeluarkan gula dan berlebih kedalam air seni. Namun, pada saat seorang

diabetisi mengikuti pengobatan alternatif, dia juga harus tetap mengontrol gula
13

darahnya. Untuk mengetahui apakah gulanya sudah terkendali ataukah belum

(Hartono, 2012).

Tes lainnya yang juga bisa dipakai untuk mengetahui pengendalian ini

adalah HbA1c atau ikatan glikosilasi lanjut antara gula dan protein hemoglobim

yang normalnya harus dibawah 6,5. Selanjutnya dalam bahasan tentang akupresur

untuk diabetisi, saya hanya membatasi pada terapi komplementer seperti diet dan

akupresur. Terapi obat-obatan merupakan hak sepenuhnya dokter yang merawat

pasien khususnya dr spesialis penyakit dalam subspesialis endokrin dan Diabetes

(kemd;konsumntan endokrin, metabolisme, dan diabetes). Akupresur dilakukan

sebagai terapi komplementer atau tambahan yang bertujuan untuk pemeliharaan

kesehatan dan kenyamanan sebagaimana fisioterapi dan olahraga. Sedangkan

terapi herbal hanya dikerjakan m enurut keputusan pasien sendiri dengan

persetujuan dokternya ketika pasien berada dalam kondisi sehat tanpa kompilkasi

ataupun penyakit lain yang serius (Hartono, 2012).

2.1.9 Pengendalian Diabetes

Secara umum, pengendalian DM dimaksudkan untuk (1) mengurangi gejala,

membentuk berat badan ideal, dan mencegah akibat lanjut atau komplikasi.

Dengan demikian, prinsip dasar manajemen pengendalian atau penanganan DM

meliputi :

1. Pengaturan makanan : yang pertama dan kunci manajemen DM, yang sekilas

tampaknya mudah tapi kenyataannya sulit mengendalikan diri terhadap’napsu

makan’.

2. Latihan jasmani
14

3. Perubahan perilaku resiko

4. Obat anti diabetik

5. Intervesi bedah : sebagai pilihan terakhir, kalau memunfkinkan dengan

cangkok pankreas (Bustan, 2015).

2.2 Konsep Kadar Gula Darah

2.2.1 Definisi

Kadar gula darah adalah terjadinya suatu peningkatan setelah makan dan

mengalami penurunan diwaktu pagi hari bangun tidur. Bila seseorang dikatakan

mengalami hyperglycemia apabila keadaan kadar gula dalam darah jauh di atas

nilai normal, sedangkan hypoglykemia suatu keadaan kondisi dimana seseorang

mengalami penurunan nilai gula dalam darah di bawah normal (Rudi, 2013).

2.2.2 Nilai Normal Kadar Gula Darah

Nilai untuk kadar gula darah dalam darah bisa dihitung dengan beberapa

cara dan kriteria yang berbeda. Berikut ini tabel untuk penggolongan kadar

glukosa dalam darah sebagai patokan penyaring.

Tabel 2.1 Kadar Glukosa Dalam Darah Sebagai Patokan Penyaring Dan

Didiagnosa DM (Mg/Dl)

Bukan DM Belum pasti DM


DM
Kadar Glukosa Plasma vena < 100 100-199 ≥ 200
darah sewaktu Plasma < 90 90-199 ≥ 200
(mg/dl) kapiler
Kadar Glukosa Plasma vena < 100 100-125 ≥ 126
darah puasa Plasma < 90 90-99 ≥ 100
mg/dl kapiler
Sumber : Kesehatan, 2014

Sedangkan menurut Rudi (2013) hasil pemeriksaan kadar gula darah

dikatakan normal bila :


15

a) Gula darah sewaktu : < 110 mg/dl

b) Gula darah puasa : 70-110 mg/dl

c) Waktu tidur : 110-150 mg/dl

d) 1 jam setelah makan : < 160 mg/dl

e) 2 jam setelah makan : < 140 mg/dl

f) Pada wanita hamil : < 140 mg/dl

2.2.3 Cara Mengukur Kadar Gula Darah

Menurut Rudi (2013) ada beberapa cara yang bisa dilakukan baik secara

pribadi atau tes klinik antara lain :

a. Tes Darah

Bisa dilakukan di laboratorium, yang diperiksa adalah darah saat puasa dan

setelah makan. Sebelum melakukan pemeriksaan harus berpuasa dulu selama

12 jam. Kadar gula darah yang normal selama berpuasa antara 70-110 mg/dl.

Kemudian, pengambilan darah akan dilakukan kembali 2 jam setelah makan,

bila hasilnya > 140 mg/dl berarti menderita kencing manis atau diabetes

mellitus.

b. Tes urine

Tes ini juga dilakukan di laboratorium atau klinik yang diperiksa air kencing

atau urin yang dilihat seperti kadar abumin, gula dan mikroalbuminurea untuk

mengetahui apakah seseorang menderita penyakit diabetes atau tidak.

c. Glukometer

Tes ini dapat dilakukan di laboratorium yang diperiksa bisa gula darah

sewaktu, gula darah puasa (puasa terlebih dahulu minimal selama 8 jam
16

sebelum diperiksa) ataupun gula darah 2 jam setelah makan. Kadar gula darah

sewaktu normalnya adalah < 110 mg/dl, gula darah puasa normalnya adalah

antara 70-110 mg/dl dan gula darah saat 2 jam setelah makan nomalnya lebih

besar 140 mg/dl. Tes ini juga bisa dilakukan sendiri di rumah jika mempunyai

alatnya. Caranya antara lain dengan menusukkan jarum pada jari untuk

mengambil sampel darah, kemudian sampel darah dimasukkan ke dalam celah

yang tersedia pada mesin glukometer. Hasilnya tidak terlalu akurat, tetapi bisa

digunakan untuk memantau gula bagi penderita agar apabila ada indikasi gula

darah tinggi dapat segera melakukan pengecekan di laboratorium dan

menghubungi dokter. Alat glukometer terkini sudah dirancang begitu mudah

digunakan dan tidak menimbulkan rasa sakit pada saat mengambil sampel

darah.

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Glukosa Dalam Darah

Berdasarkan ADA (2015) bebrapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar

glukosa dalam darah adalah :

1. Konsumsi Karbohidrat

Karbohidrat adalah salah satu bahan makanan utama yang diperlukan oleh

tubuh. Sebagian besar karbohidrat yang kita konsumsi terdapat dalam bentuk

polisakarida yang tidak dapat diserap secara langsung. Karena itu, karbohidrat

harus dipecah menjadi bentuk yang lebih sederhana untuk dapat diserap melalui

mukosa saluran pencernaan (Sherwood, 2012).


17

2. Aktivitas Fisik

Ketika tubuh tidak dapat mengkompensasi kebutuhan glukosa yang tinggi

akibat aktivitas fisik yang berlebihan maka kadar glukosa tubuh akan menjadi

terlalu rendah (hypoglycemia). Sebaiknya jika kadar glukosa darah melebihi

kemampuan tubuh untuk menyimpannya disertai dengan aktivitas fisik yang

kurang, maka kadar glukosa darah menjadi lebih tinggi dari normal

(hyperglycemia) (ADA, 2015).

3. Penggunaan Obat

Berbagai obat dapat mempengaruhi kadar glukosa dalam darah, diantaranya

adalah obat antipsikotik dan steroid (ADA, 2015).

4. Keadaan Sakit

Beberapa penyakit dapat mempengaruhi kadar glukosa di dalam darah

seseorang, diantaranya adalah penyakit metabolisme diabetes melitus dan

tirotoksikosis. Diabetes mellitus adalah sekelompok penyakit metabolik berupa

hiperglikemia yang diakibatkan oleh gangguan sekresi insulin kerja insulin atau

keduanya (ADA, 2014).

5. Stress

Stres, baik stres fisik maupun neurogenik, akan merangsang pelepasan

ACTH (Adrenocorticotropik Hormone) dari kelenjar hipofisis anterior.

Selanjutnya, ACTH akan merangsang kelenjar adrenal untuk melpaskan hormon

adrenokortikoid, yaitu kortisol. Hormon kotisol ini kemudian akan menyebabkan

peningkatan kadar glukosa dalam darah (Guiton & Hall, 2008).


18

6. Siklus menstruasi

Siklus menstruasi terdiri dari 3 fase, yaitu fase proliferasi, sekretori, dan

menstruasi selama siklus menstruasi terjadi fluktuasi hormon-hormon yang

berperan dalam mengatur siklus termasuk hormon estrogen dan progesteron.

Selama fase proliferasi, terdapat peningkatan kadar estrogen pada fase sekretori

kadar hormon estrogen dan progestreon meninngkat sedangkan ada fase

menstruasi, kedua hormon ini terdapat dalam kadar yang sangat rendah

(Sherwood, 2012).

7. Dehidrasi

Dehidrasi adalah suatu kondisi dimana tubuh kekurangan cairan sehingga

keseimbangan air menjadi negatif. Ketika tubuh kekurangan cairan maka tubuh

akan melakukan kompensasi dengan cara mengaktifkan sistem renin-angiotensin.

Angiotensin II kemudian akan merangsang pelepasan vasopresin yang salah satu

efeknya adalah meningkatkan reabsorpsi air oleh tubulus ginjal (Sherwood, 2012).

2.3 Konsep Akupresur

2.3.1 Defenisi Akupresur (Acupressure)

Pada dasarnya Akupresur berarti teknik pijat yang dilakukan pada titik-

titik energi, titik-titik tersebut adalah titik-titik akupuntur. Tujuannya adalah agar

seluruh organ tubuh memperoleh jumlah Chi yang cukup sehingga terjadi

kesimbangan Chi tubuh. Chi adalah energi yang mengalir melalui jaringan di

berbagai mer idian tubuh dan cabang-cabangnya (Rokimun & Amir, 2008).

Cara meningkatkan atau’membangunkan’energi tubuh tersebut pada

Akupunktur dilakukan dengan menusukkan jarum-jarum Akupunktur pada titik-


19

titik tertentu yang berkaitan dengan keluhanan pasien,sedangkan akupresur

melakukan hal yang sama dengan tekanan jari-jari tangan dan pemijatan

(Rokimun & Amir, 2008).

Akupresur disebut juga dengan totok atau tusuk jari adalah salah satu

bentuk fisioterapi dengan memberikan pemijatan dan stimulasi pada titik-titik

tertentu atau acupoint pada tubuh. Akupresur juga diartikan sebagai menekan

titik-titik penyembuhan menggunakan jari secara bertahap yang merangsang

kemampuan tubuh untuk penyembuhan diri secara alami (Setyowati, 2018).

Terapi akupresur merupakan pengembangan dari ilmu akupuntur, sehingga

pada prinsipnya sama yang membedakan dengan terapi akupuntur yaitu terapi

akupresur menggunakan jari tangan dan teknik akupuntur menggunakan jarum.

Dengan menggunakan jari tangan maka tindakan secara non invasif diberikan

kepada pasien sehingga meminimakan resiko atau efek samping dari tindakan

akupresur (Setyowati, 2018).

2.3.2 Manfaat akupresur

Akupresur bermanfaat untuk pencegahan penyakit, penyembuhan

penyakit, rehabilitasi (pemulihan) dan meningkatkan daya tahan tubuh. Akupresur

juga bermanfaat untuk menghilangkan nyeri dan gejala-gejala pada berbagai

penyakit, seperti menurunkan low back pain (LBP). Dan menurunkan heart rate

pada pasien stroke. Akupresur juga dapat digunakan untuk mengatasi nyeri pada

saat menstruasi (disminore) dan distress menstrual. Akupresur selain terbukti

mengatasi nyeri yang bersifat umum, juga terbukti mengatasi nyeri selama

persalinan dan memperlancar proses persalinan (Setyowati, 2018).


20

2.3.3 Terapi Akupresur Pada DM

Menurut Hartono (2012) tindakan terapi akupresur pada DM dilakukan

berdasarkan keluhannya, antara lain :

1. DM dengan keluhan sering buang air kecil pada malam hari, lapar, penurunan

berat badan yang berlebihan, gunakan titik : BL 22 San jiao su, TE Yang chi,

BL 13 Fei Shu, LU 11 Sao Sang, LU 5 Chi ze.

a) BL 22 San Jiao Su (sedate)

Terletak dua jari kiri dan kanan lateral meridian GV (tepat ditengah tulang

belakang), setinggi batas bawah lumbal kesatu.

b) TE 4 Yang Chi (sedate)

Terletak pada pergelangan tangan, pada sisi radial tendon m. Extensor

digitorium communis.

c) BL 13 Fei Shu (sedate)

Terletak dari dua jari ke kiri dan kanan meridian GV, setinggi batas bawah

torakal ketiga.

d) LU 11 Sao Sang (sedate)

Terletak pada sisi radial ibu jari 0,1 cun di atas dan di belakang sudut

kuku.

e) LU 5 Chi Ze (tonic)

Terletak pada lipat siku, sisi radial tendon M. Biceps.


21

2.3.4 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemijatan Akupresur

2.3.4.1 Kebersihan Terapis

Mencuci tangan dengan air mengalir dan mengguakan sabun antiseptik

sebelum melakukan dan setelah melakukan terapi sangatlah penting. Hal tersebut

dilakukan untuk mencegah penularan penyakit antara terapis dengan pasien

(Hartono, 2012).

2.3.4.2 Bagian-Bagian Yang Tidak Dapat Dipijat

Pemijatan tidak dapat dilakukan pada kondisi kulit yang terkelupas, tepat

pada bagian tulang yang patah, dan tepat pada bagian yang luka (Hartono, 2012).

2.3.4.3 Pasien Dalam Kondisi Gawat

Penyakit-penyakit yang tidak boleh dipijat adalah tiga penyakit yang

menyebabkan kematian tiba-tiba yaitu ketika terjadi seranagn jantung, gagal nafas

oleh paru-paru dan penyakit pada saraf otak (misalnya stroke, pecah pembuluh

darah, dan cidera otak). Apabila terapis menemukan ejala-gejala diatas segera

rujuk ke rumah sakit karena penanganan yang keliru dapat menyebabkan pasien

terlambat mendapatkan pengobatan yang lebih baik (Hartono, 2012).

2.3.5 Cara Pemijatan Akupresur

Dalam pemijatan, sebaiknya jangan terlalu keras dan membuat pasien

kesakitan. Pemijatan yang bernar harus dapat menciptakan sensasi rasa (nyaman,

pegal, panas, gatal, perih, kesemutan dan lain sebagainya). Apabila sensasi rasa

dapat tercapai maka disamping sirkulasi chi (energi) dan xue (darah) lancar, juga

dapat merangsang keluarnya hormon endomorfin (hormon sejenis morfin yang

dihasilkan dari dalam tubuh untuk memberikan rasa tenang) (Hartono, 2012).
22

2.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep (kerangka berpikir) adalah seseuatu yang abstrak dan

akan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penelitian dengan teori

yang ada (Notoadmojo, 2011).

Skema 1. Kerangka Konsep

Pre-test Post-test

KGD pada pasien DM tipe 2 KGD pada pasien DM tipe 2

Terapi Akupresur

2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

pertanyaan (Sugiyono, 2013). Hipotesis pada penelitian ini adalah :

H0 : tidak ada pengaruh terapi akupresur terhadap kadar gula darah pada pasien

DM tipe 2.

Ha : terdapat pengaruh terapi akupresur terhadap kadar gula darah pada pasien

DM tipe 2.

Anda mungkin juga menyukai