Anda di halaman 1dari 14

JOURNAL READING

Demam Tifoid dan Deman Paratifoid: Systematic Review untuk Memprediksi Morbiditas
dan Mortalitas Global pada Tahun 2010
(Typhoid fever and paratyphoid fever: Systematic review to estimate global morbidity and
mortality for 2010)

Oleh:
Rima Aghnia P. G99152088/I-1
Hanani Kusumasari G99152076/I-2

Pembimbing :
dr. Husnia Auliyatul U., SpA, M. Kes.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Presentasi journal reading ini disusun untuk memenuhi persyaratan kepaniteraan klinik Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSUD Dr Moewardi.
Presentasi journal reading dengan judul:

Demam Tifoid dan Deman Paratifoid: Systematic Review untuk Memprediksi Morbiditas
dan Mortalitas Global pada Tahun 2010

Hari/tanggal : , September 2017

Oleh:
Rima Aghnia P S G99152088/I-1
Hanani Kusumasari G99152076/I-2

Mengetahui dan menyetujui,

Pembimbing journal reading

dr. Husnia Auliyatul U., Sp A., M.Kes


Demam tifoid dan deman paratifoid: systematic review untuk memprediksi
morbiditas dan mortalitas global pada tahun 2010
Geoffret C Buckle, Christa I. Fischer Walker, Robert E. Black

Latar belakang Demam tifoid dan paratifoid masih menjadi penyebab morbiditas penting di
seluruh dunia. Perkiraan beban penyakit yang akurat diperlukan untuk memandu kebijakan
keputusan dan mengontrol strategi.
Metode Kami mengadakan ulasan sistematik literatur dari data PubMed dan Scopus
menggunakan kriteria pre-defined untuk mengidentifikasi penelitian berbasis populasi dengan
data insidensi demam tifoid yang diterbitkan antara 1980 dan 2009. Kami juga meringkas
data dari laporan tahunan penyakit yang diberitahukan pada negara dengan sistem surveilans
yang maju. Input data demam tifoid dan paratifoid dikelompokkan menjadi insidensi daerah
dan regional dan angka mortalitas diperkirakan. Data insidensi ditaksir melintas daerah untuk
daerah yang kekurangan data. Angka insidensi terspesifik umur didapatkan dari daerah
dimana terdapat data terkait umur. Perkiraan kasar dan perkiraan sesuai dari beban demam
tifoid global dihitung.
Hasil Dua puluh lima penelitian diperiksa, di mana semuanya yang mengandung data
insidensi demam tifoid dan 12 demam paratifoid. Lima sistem surveilans maju berkontribusi
data untuk demam tifoid, 2 untuk demam paratifoid. Insidensi demam tifoid regional berkisar
dari <0,1/100.000 pada Eropa Tengah dan Timur dan Asia Tengah hingga 724,6/100.000
pada Afrika Sub-Sahara dan Asia Selatan. Angka insidensi demam paratifoid regional
berkisar dari 0,8/100.000 pada Afika Utara/Timur Tengah hingga 77,4/100.000 pada Afrika
Sub-Sahara dan Asia Selatan. Estimasi angka total episode demam tifoid pada 2010 adalah
13,5 juta (kisaran interkuartil 9,1-17,8 juta). Perhitungan estimasi lanjutan untuk kultur darah
dengan sensitivitas rendah untuk isolasi bakteri sebesar 26,9 juta (kisaran interkuartil 18,2-
35,7) episode. Penemuan ini sebanding dengan analisis terbaru morbiditas demam tifoid
global, yang dilaporkan secara kasar dan estimasi lanjutan dari 10,8 juta dan 21,7 episode
demam tifoid secara global pada tahun 2000.
Kesimpulan Demam tifoid masih menjadi tantangan keseehatan terutama pada negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Meskipun terdapat data terbaru tentang kedua demam
enterik ini, penelitian tambahan diperlkan pada banyak negara, terutama Afrika, Amerika
Latin, dan negara-negara berkembang lainnya
Demam tifoid dan paratifoid masih menjadi masalah kesehatan umum secara global dan
penyebab utama morbiditas pada negara berkembang [1]. Demam tifoid dan paratifoid
merupakan penyakit demam akut dan sering membutuhkan penanganan seumur hidup yang
disebabkan oleh infeksis sistemik oleh Salmonella enterica serotype typhi dan paratyphi.
Gejala klasik di antaranya demam terus menerus dengan onset bertahap, lemah,
hepatosplenomegali, dan nyeri abdomen. Pada beberapa kasus, pasien mengalami ruam,
mual, anoreksia, diare atau konstipasi, nyeri kepala, radikardi relatif, dan penurunan
kesadaran [2]. Kedua penyakit mempunyai gambaran klinis serupa, namun demam paratifoid
cenderung lebih jinak. Tanpa terapi yang efektif, demam tifois memiliki case-fatality rate
sebesar 10-30%. Angka ini turun menjadi 1-4% pada pasien yang mendapat terapi yang
sesuai [1].
Tantangan penyakit terbaru global memperikirakan demam tifoid dan paratifoid melaporkan
bahwa pada tahun 2000 terdapat 22 juta kasus baru demam tifoid, 210.000 demam tifoid
terkait kematian, dan 5,4 juta demam paratifoid [1]. Penelitian ini menunjukkan perkiraan
lebih maju dari analisis dan update terakhir [1,3-6].
Revisi perkiaan dari tantangan global demam tifoid dan paratifoid sangat diperlukan untuk
mengembangkan strategi untuk pencegahan dan kontrol penyakit. Epidemiologi global
penyakit ini telah berubah dengan pertumbuhan populasi global dan ketersediaan air bersih
dan sistem sanitasi. Surveilans yang lebih maju, peningkatan pemahaman tentng distibusi
usia penyakit, dan penelitian terbaru mendukung perkiraan tantangan global demam tifoid
dan paratifoid.

METODE
Systematic review dan ekstraksi data
Kami melakukan penelitian literatur database di PubMed dan Scopus menggunakan
kombinasi kata kunci di bawah ini: typhoid; Salmonella typhi; Salmonella paratyphi;
incidence; prevalence; mortality; disease burden; surveillance; distribution. Pencarian
literatur awal dilakukan pada Januari 2009 dan diperbarui pada 31 Desember 2009. Kami
menyaring judul dan abstrak penelitian terfokus pada demam tifoid dan/atau demam enterik
menurut kriteria inklusi priori dan eksklusi. Untuk paper tidak tereksklusi berdasarkan judul
dan abstrak, artikel penuh didapat dan dievaluasi ulang untuk kriteria inklusi/eksklusi. Kami
mencari untuk memasukkan semua penelitian dari tahun 1980-2009, mengumpulkan data
insidensi deman tifoid secara prospektif dan berdasar populsai dengan konfirmasi diagnosis
kultur darah dari penelitian surveilans aktif dan pasif. Penelitian intervensi disertakan, namun
estimasi hanya berdasarkan kelompok non intervensi. Penelitian diterbitkan dalam Bahasa
Inggris, Spanyol, Italia, Portugis, atau Perancis. Kami mengeklusikan penelitian yang tidak
mendiagnosis demam tifoid berdasarkan kultur darah atau kultur feses untuk diagnosis. Kami
juga mengeksklusikan case report, microbiological report, studies of carrier, dan penelitian
yang hasilnya tidak membedakan kasus S. Typhi dan S. Paratyphi . Penelitian tentang pasien
rawat inap dieksklusikan kecuali diferensiasi antara pasien masuk dan keluar jelas, namun
penelitian yang menyaring demam tifoid diantara individu yang menunjukkan demam pada
klinik/rumah sakit dianggap terpisah dari penelitian pasien rawat inap. Kami hanya
mencantumkan systematic review papers dan mengeksklusikan semua komentar. Kami
mengabstrakkan data dari laporan tahunan penyakit yang dilaporkan pada negara dengan
sistem surveilans maju.

Metode Analisis
Karena kelangkaan informasi, pemasukan data untuk demam tifoid dan paratifoid
dikelompokkan menajdi 7 super region seperti yang ditentukan oleh The Global Burden
Disease Project (super Region 1: Australasia, Amerika Latin Selatan, Amerika Utara
berpendapatan tinggi, Asia Pasifik berpendapatan tinggi; Super Region 2: Eropa Barat, Eropa
Timur, Eropa Tengah, Asia Tengah; Super Region 3: Afrika Sub-Sahara Selatan, Afrika Sub-
Sahara Tengah, Afrika Sub-Sahara Barat, Afrika Sub-Sahara Timur; Super Region 4: Afrika
Utara/Timur Tengah; Super Region 5: Asia Selatan; Super Region 6: Asia Timur, Asia
Tenggara, Super Region 7: karibia, Amerika Latin Andea, Amerika Latin Tengah, Amerika
Latin Tropis, Oceania) [7]. Kami mengestimasi isidensi menggunakan data dari penelitian
yang dilakukan di negara kelompok Super Region dan Regional. Untuk kekurangan data
demam tifoid pada Super Region, kami memperikirakan insidensi dari Super Region dengan
estimasi insidensi demam tifoid paling dekat.
Insidensi demam tifoid dikelompokkan berdasarkan usia (misal, anak <5 tahun dan orang ≥5
tahun) di mana data terspesifik umur tersedia. Proporsi median kasus demam tifoid diamati
pada anak <5 tahun dihitung dan hasilnya digunakan untuk mendapatkan perkiraan proporsi
kasus pada anak usia 5 tahun dan lebih tua. Kami kemudian menghitung angka insidensi
terspesifik usia dan angka tahunan episode demam tifoid pada setiap tingkatan umur
menggunakan proporsi median kasus demam tifoid pada setiap kelompok umur dan
memperkirakan angka episode demam tiofid keseluruhan pada semua usia.
Untuk mengestimasi angka episode demam tifoid pada setiap Super Region pada 2010, kami
menggunakan insidensi median untuk setiap Super Region ke estimasi populasi terkait.
Ketidakpastian batas diperhitungkan menggunakan kisaran interkuartil. Episode total
dijumlahkan untuk semua Super Region untuk emndapatkan angka kasar beban demam tifoid
dan perkiraan ketidakpastian
Sebuah perkiraan beban global demam tifoid yang disesuaikan juga dihitung untuk
menjelaskan rendahnya sensitivitas kultur darah dibanding isolat S. typhi atau S. paratyphi.
Serupa dengan perkiraan sebelumnya oleh Crump dkk, faktor penyesuaian 2 dipilih berdasar
perkiraan konservatif 50% sensitivitas. Angka ini merupakan sensitivitas terendah yang
dilaporkan diantara 3 studi mengenai metode kultur untuk diagnosis demam tifoid.
Kami memperkirakan case-fatality rate untuk demam tifoid dan paratifoid dari literatur yang
dipublikasikan dan data sistem surveilans dan diaplikasikan pada perkiraan laju insidensi
untuk menghitung laju mortalitas.

HASIL
Telaah sistematis memuat 24 studi tentang insidensi demam tifoid dan menggunakan kultur
darah sebagai kriteria diagnosis (Gambar 1). Lima sistem surveilans yang sudah maju yang
melaporkan demam tifoid yang dikonfirmasi dengan kultur darah juga diidentifikasi. Sebagai
tambahan, setelah manuskrip diterima, kami menyadari studi yang dipublikasikan baru-baru
ini yang memenuhi kriteria inklusi sehingga analisis diperbarui untuk memasukkan data
tersebut. Secara keseluruhan, data insidensis demam tifoid diambil dari 47 negara pada 14
(67%) dari 21 regional. Studi prospektif vaksin yang berdasarkan populasi memberikan
kontribusi data untuk 13 negara pada 8 regional. Data insidensi lainnya diambil dari sistem
surveilans demam tifoid pada 6 regional yang maju, masing-masing memiliki 1 atau lebih
negara dengan surveilans skala nasional. Regional yang maju termasuk : Asia Pasifik dengan
pendapatan tinggi, Amerika utara dengan pendapatan tinggi, Eropa tengah, Eropa Timur,
Eropa Barat, dan Australia/ Selandia Baru. Secara keseluruhan, analisis kami memasukkan
data insidensi nasional dari 34 negara dari regional-regional ini.
(1509)
Total artikel
teridentifikasi
berdasarkan
Penapisan untuk
pencarian kata
memenuhi syarat
kunci
berdasarkan
penggunaan kata
108 kunci
Abstrak mengandung
informasi tentang
morbiditas, mortalitas
dan faktor resiko
Penelaahan
abstrak/artikel
untuk memenuhi
syarat berdasar
24 pelaporan
Artikel
teridentifikasi
untuk abstraksi

24
Artikel memuat
data insidensi
demam tifoid

12
Artikel memuat data
insidensi demam
paratifoid

Gambar 1. Diagram alur strategi pemilihan yang digunakan untuk


mengidentifikasi studi pada demam tifoid dan paratifoid.
Data insidensi demam paratifoid tersedia di 9 negara yang merepresentasikan 7 (33%) dari 21
regional (Tabel 2). Hanya 2 regional dengan sistem surveilans skala nasional yang
melaporkan insidensi demam paratifoid (Asia Pasifik dengan pendapatan tinggi dan
Australia/Selandia Baru). Studi berdasarkan populasi memberikan data demam paratifoid
pada 7 negara di 5 regional (Amerika latin, Afrika Utara/Timur tengaj, Asia Selatan, Asia
Tenggara, dan Asia Timur). Median tahun pada pengumpulan data yang diikutkan dalam
studi adalah 2004.
Input data untuk demam tifoid dan paratifoid dikelompokkan kedalam 7 Super Regional dan
median laju insidensi dan jarak interkuartil dipresentasikan pada Tabel 1 dan 2. Estimasi
Insidensi demam para tifoid diekstrapolasikan antar Super Regional berdasarkan estimasi
beban demam tifoid. Tidak ada data demam paratifoid yang tersedia di Super Regional 2
(Eropa Tengah, Eropa Timur, Asia Tengah), Super Regional 3 (Afrika Sub Sahara Bagian
Selatan, Afrika Sub Sahara Bagian Tengah, Afrika Sub Sahara Bagian Barat, Afrika Sub
Sahara Bagian Timur), dan Super Regional 7 (Karibia, Amerika Latin Bagian Andes,
Amerika Latin Tengah, Amerika Latin Tropis, dan Oseania). Ekstrapolasi dibuat untuk Super
Regional 1 (Australia/Selandia Baru, Amerika Latin Selatan, Amerika Utara Dengan
Pendapatan Tinggi, Asia Pasifik dengan Pendapatan Tinggi, Eropa Barat) terhadap Super
Regional 2; Super Regional 5 (Asia Selatan) terhadap Super Regional 3; dan Super Regional
6 (Asia Timur dan Asia Tenggara) terhadap Super Regional 7.
Dua puluh dua (88%) dari 25 studi insdensi yang memenuhi syarat memiliki data demam
tifoid dengan usia yang spesifik untuk anak <5 tahun dan usia > 5 tahun dan lebih (Tabel 3).
Data dengan usia spesifik terdapat pada 6 (29%) dari 21 regional yang mewakili 5 dari 7
Super Regional. Semua data berasal dari negara dengan pendapatan rendah hingga
menengah. Median dari proporsi episode demam tifoid pada anak-anak <5 tahun adalah
57,7%, dan pada usia > 5 tahun adalah 42,3%. Untuk Super Regional 3 dan 5, median dari
proporsi kasus demam tifoid pada tiap strata usia digunakan untuk memperhitungkan estimasi
jumlah dan laju insidensi kasus tahunan untuk tiap kelompok usia (Tabel 4).
Median dari laju insidensi demam tifoid untuk masing-masing Super Regional diaplikasikan
untuk estimasi populasi pada 2010 menghasilkan estimasi global kasar 13474369 episode
demam tifoid tiap tahun (Tabel 4). Setelah disesuaikan untuk sensitivitas yang rendah dari uji
kultur darah tifoid kami memperkirakan insidensi dari demam tifoid 26948739 episode per
tahun.
Terdapat sedikit data untuk menjelaskan case-fatality rate demam tifoid ataupun paratifoid.
Pada studi terbaru mengenai beban demam tifoid global, Crump dkk mengasumsikan case-
fatality rate 1% untuk demam tifoid berdasarkan data rumah sakit, pendapat ahli, dan laju
mortalitas yang didokumentasikan olah sistem surveilans nasional yang maju. Mengingat
bahwa kami tidak menemukan data baru untuk case-fatality rate demam tifoid, kami juga
menggunakan ini untuk memperkirakan jumlah total kematian tahunan dan untuk
memperkirakan mortalitas, yang dipresentasikan di Tabel 5. Studi lampau mengenai beban
demam paratifoid belum melaporkan perkiraan mortalitas. Studi kami mengasumsikan case-
fatality rate 0,5% mengingat demam paratifoid secara umum lebih tidak parah dibanding
demam tifoid. Perkiraan mortalitas untuk demam paratifoid dipresentasikan di Tabel 2.
Tabel 1. Masukan data untuk angka insidensi demam tifoid dan ringkasan angka
insidensi median berdasarkan Super Region IQR—Interquartile range – jarak antar
kuartil
* Super Regional didefinisikan oleh Global Burden of Disease Project (Super Regional 1 :
Australasia, Amerika Latin Selatan, Amerika Utara Berpendapatan Tinggi, Asia-Pasifik
Berpendapatan Tinggi; Super Regional 2 : Eropa Barat, Eropa Timur, Eropa Tengah, Asia
Tengah; Super Regional 3 : Afrika Sub-Sahara Selatan, Afrika Sub-Sahara Tengah, Afrika
Sub-Sahara Barat, Afrika Sub-Sahara Timur; Super Regional 4 : Afrika Utara/ Timur
Tengah; Super Regional 5 : Asia Selatan; Super Regional 6 : Asia Timur, Asia Tenggara;
Super Regional 7 : Karibia, Amerika Latin bagian Andes, Amerika Latin Tengah,
Amerika Latin Tropis, Oseania).
1
Diambil dari data berikut: perkiraan angka tahunan episode demam tifoid, median
proporsi kasus <5 dan > 5 tahun dan perkiraan spesifik usia.

Tabel 2. Masukan data untuk insidensi demam paratifoid dan ringkasan angka insidensi
median dan angka mortalitas berdasar Super Region

* Super Regional didefinisikan oleh Global Burden of Disease Project (Super Regional 1 :
Australasia, Amerika Latin Selatan, Amerika Utara Berpendapatan Tinggi, Asia-Pasifik
Berpendapatan Tinggi; Super Regional 2 : Eropa Barat, Eropa Timur, Eropa Tengah, Asia
Tengah; Super Regional 3 : Afrika Sub-Sahara Selatan, Afrika Sub-Sahara Tengah, Afrika
Sub-Sahara Barat, Afrika Sub-Sahara Timur; Super Regional 4 : Afrika Utara/ Timur
Tengah; Super Regional 5 : Asia Selatan; Super Regional 6 : Asia Timur, Asia Tenggara;
Super Regional 7 : Karibia, Amerika Latin bagian Andes, Amerika Latin Tengah,
Amerika Latin Tropis, Oseania).
1
Ekstrapolasi digunakan untuk menghitung perkiraan insidensi Super Regional
Tabel 3. Ikhtisar penelitian dengan angka insidensi demam tifoid terspesifik umur
berdasar Super Region

* Super Regional didefinisikan oleh Global Burden of Disease Project (Super Regional 1 :
Australasia, Amerika Latin Selatan, Amerika Utara Berpendapatan Tinggi, Asia-Pasifik
Berpendapatan Tinggi; Super Regional 2 : Eropa Barat, Eropa Timur, Eropa Tengah, Asia
Tengah; Super Regional 3 : Afrika Sub-Sahara Selatan, Afrika Sub-Sahara Tengah, Afrika
Sub-Sahara Barat, Afrika Sub-Sahara Timur; Super Regional 4 : Afrika Utara/ Timur
Tengah; Super Regional 5 : Asia Selatan; Super Regional 6 : Asia Timur, Asia Tenggara;
Super Regional 7 : Karibia, Amerika Latin bagian Andes, Amerika Latin Tengah,
Amerika Latin Tropis, Oseania).
1
Dihitung dari median proporsi kasus keseluruhan yang termasuk usia dibawah 5 tahun.

Tabel 4. Jumlah episode tahunan demam tifoid tahun 2010 berdasarkan Super Regional*
* Super Regional didefinisikan oleh Global Burden of Disease Project (Super Regional 1 :
Australasia, Amerika Latin Selatan, Amerika Utara Berpendapatan Tinggi, Asia-Pasifik
Berpendapatan Tinggi; Super Regional 2 : Eropa Barat, Eropa Timur, Eropa Tengah, Asia
Tengah; Super Regional 3 : Afrika Sub-Sahara Selatan, Afrika Sub-Sahara Tengah, Afrika
Sub-Sahara Barat, Afrika Sub-Sahara Timur; Super Regional 4 : Afrika Utara/ Timur
Tengah; Super Regional 5 : Asia Selatan; Super Regional 6 : Asia Timur, Asia Tenggara;
Super Regional 7 : Karibia, Amerika Latin bagian Andes, Amerika Latin Tengah,
Amerika Latin Tropis, Oseania).
1
Disesuaikan untuk menjelaskan rendahnya sensitivitas uji kultur darah tifoid.

DISKUSI
Hasil kami menunjukkan bahwa pada 2010, diperkirakan ada 13,5 juta episode demam tifoid
secara global. Perkiraan ini sebanding dengan perkiraan kasar tahun 2000 sebesar 10,8 juta
yang dipublikasikan oleh Crump dkk. Kami ingin memperbaharui perkiraan sebelumnya dan
dengan melakukan itu, kami menemukan peningkatan laju insidensi pada studi yang
dipublikasikan baru-baru ini dibandigkan dengan studi-studi yang dilaporkan sebelumnya
yang mempengaruhi perkiraan final kami. Kami menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi
yang sedikit berbeda dan juga mengaplikasikan metode yang sedikit berbeda untuk
memperkirakan insidensi secara global bila dibandingkan dengan telaah sistematis
sebelumnya, yang berkontribusi terhadap perbedaan yang teramati. Akan tetapi, mengingat
populasi dunia sudah tumbuh 10% dalam 10 tahun terakhir, perkiraan kami bila dibandingkan
dengan yang dipublikasikan sebelumnya tahun 2000 masih dalam batas kesalahan. Kuantitas
dari sumber data masih menjadi batasan besar untuk memperkirakan beban global dari
demam tifoid dan paratifoid. Sementara data tambahan untuk demam paratifoid masih
dibutuhkan di seluruh regional, estimasi dari demam tifoid terbatas pada kelangkaan data
insidensi yang terpercaya terutama dari negara berkembang. Kurangnya sistem surveilans
atau studi berdasar populasi yang memenuhi syarat menyebabkan data insidensi demam tifoid
tidak tersedia di 7 (33%) regional termasuk : Asia Tengah, Afrika Sub-Sahara bagian Tengah,
Afrika Sub-Sahara bagian Barat, Karibia, Amerika Latin bagian Andes, Amerika Latin
Tengah, dan Amerika Latin Tropis. Terlebih lagi, perkiraan insidensi untuk beberapa regional
didasarkan atas beberapa studi. Sebagai catatan, kami mengidentifikasi hanya 5 studi yang
memenuhi syarat yang dilakukan di Afrika. Hasilnya, perkiraan kami untuk Super Regional 3
–mewakili seluruh Afrika Sub-Sahara—berdasarkan dua studi yang dilakukan di Kenya dan
Afrika Selatan. Demikian pula, perkiraan pada Afrika Utara/Timur Tengah bergantung hanya
pada 5 studi yang dilakukan di Mesir. Di luar Afrika, juga terdapat sedikit data yang tersedia
untuk Super Regional 7. Hanya 2 studi dari Fiji dan Tonga yang digunakan untuk
memperkirakan beban penyakit untuk regional ini dan keduanya melaporkan hasil dari sistem
surveilans awal, sehingga terdapat ketidakpastian yang cukup tinggi mengenai perkiraan ini.
studi berdasar populasi tambahan harus dilakukan di Afrika dan regional berkembang lainnya
untuk mengembangkan pemahaman yang lebih akurat mengenai beban demam tifoid global.
Kami membatasi analisis pada studi-studi dan sistem surveilans yang menggunakan kultur
darah sebagai kriteria diagnosis. Walaupun demam tifoid dan paratifoid lebih sering
terdiagnosis dengan metode ini, sensitivitas dari metode ini hanya 50%. Faktor yang
mempengaruhi sensitivitas tes termasuk penggunaan antimikrobial, volume darah yang
diambil, dan waktu pengambilan darah. Batasan yang penting ini menimbulkan bias
understimasi. Sebaliknya, inklusi studi vaksin sebagai sumber dari data insidensi
menimbulkan bias overestimasi mengingat tempat yang dipilih memiliki insidensi tinggi
karena pertimbangan ukuran sampel.
Demam tifoid dan paratifoid merupakan masalah kesehatan masyarakat yang besar, terutama
di negara-negara berkembang. Studi kami melaporkan perkiraan beban global penyakit yang
terevisi berdasarkan data baru yang tersedia dari studi berdasar populasi terakhir dan sistem
surveilans yang lebih luas. Secara total, kamu mengidentifikasi 49 sumber data baru yang
sudah tersedia sejak publikasi perkiraan tahun 2000 oleh Crump dkk pada tahun 2004 : 15
studi berdasar populasi, 30 sistem surveilans nasional, dan 4 sistem surveilans yang agak
representatif. Secara kolektif, sumber-sumber ini memberikan perkiraan laju insidensi demam
tifoid pada 14 (67%) dari 21 regional di 5 Super Regional.
Walaupun pemahaman kami terhadap beban global penyakit ini sudah meningkat dengan rata
terbaru, kedua demam enterik ini tetap terkuantifikasi dengan buruk. Selisih klitis pada
pemahaman kami tetap ada, selama beban masih tidak bisa diketahui pada sebagian besar
regional. Hasil yang signifikan dapat dibuat dengan a) mengembangkan metode diagnostik
yang lebih baik; b) menerapkan sistem surveilans; dan c) melakukan penelitian berdasarkan
populasi tambahan terutama di Afrika Sub-Sahara dan negara berkembang lain. Studi
Terakhir menunjukkan bahwa demam paratifoid menyumbang peningkatan proporsi demam
enterik di beberapa regional. Jika pola ini berlanjut, tantangan penting bisa diantisipasi
dengan ketiadaannya vaksin yang efektif untuk penyakit ini. Terlebih, organisme multi-drug
resistant S. typhi dan S. paratyphi mungkin akan terus meningkatkan prevalensi dan bisa
menghalangi usaha untuk mengurangi morbiditas terkait. Profil epidemiologi yang akurat
dari beban global demam tifoid dan paratifoid sangat penting untuk mengembangkan strategi
pencegahan dan pengendalian penyakit yang efektif.
Tabel 5. Rangkuman median laju mortalitas demam tifoid berdasarkan Super Regional.*

* Super Regional didefinisikan oleh Global Burden of Disease Project (Super Regional 1 :
Australasia, Amerika Latin Selatan, Amerika Utara Berpendapatan Tinggi, Asia-Pasifik
Berpendapatan Tinggi; Super Regional 2 : Eropa Barat, Eropa Timur, Eropa Tengah, Asia
Tengah; Super Regional 3 : Afrika Sub-Sahara Selatan, Afrika Sub-Sahara Tengah, Afrika
Sub-Sahara Barat, Afrika Sub-Sahara Timur; Super Regional 4 : Afrika Utara/ Timur
Tengah; Super Regional 5 : Asia Selatan; Super Regional 6 : Asia Timur, Asia Tenggara;
Super Regional 7 : Karibia, Amerika Latin bagian Andes, Amerika Latin Tengah,
Amerika Latin Tropis, Oseania).

Anda mungkin juga menyukai