Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGATAR

Puji sukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan
Hidayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
pendidikan analisis kontrastif.

Harapan penyusun semoga laporan ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga penyusun dapat memperbaiki bentuk maupun isi laporan ini sehingga
kedepanya dapat lebih baik.

Laporan ini penyusun akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penyusun miliki
sangat kurang. Oleh karena itu penyusun harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan laporan ini.

AMBON 21 JUNI 2019

i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................................... 1
1.2. TUJUAN ............................................................................................................................................ 1
1.3.Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 2
BAB II........................................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................................... 3
2.1. Perkerasan jalan ................................................................................................................................. 3
2.2 Konstruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Memakai bahan pengikat aspal. ...................... 3
2.3 Konstruksi Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) ................................................................................. 3
2.4 Konstruksi Perkerasan Komposit (Composite Pavement) .................................................................. 3
2.5. Tanah Dasar (TD) atau Subgrade Tanah dasar (subgrade) ................................................................ 5
2.6. Aspal Alam ........................................................................................................................................ 6
2.7. Asbuton Untuk Bahan Jalan............................................................................................................... 7
BAB III ......................................................................................................................................................... 9
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 9
3.1. Pengertian perkerasan lentur .............................................................................................................. 9
3.2 Alat dan bahan . .................................................................................................................................. 9
3.2.1 Langkah kerja............................................................................................................................. 10
3.2.2 Metode Pelaksanaan Hotmix ..................................................................................................... 14
BAB IV ....................................................................................................................................................... 17
PENUTUP .................................................................................................................................................. 17
4.1. Kesimpulan ...................................................................................................................................... 17
4.2. Saran ................................................................................................................................................ 17
DOKUMENTASI ........................................................................................................................................ 18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Perkerasan Jalan adalah bagian jalan raya yang diperkeras dengan lapis konstruksi tertentu, yang
memiliki ketebalan, kekuatan, dan kekakuan, serta kestabilan tertentu agar mampu menyalurkan
beban lalu lintas diatasnya ke tanah dasar secara aman . Perkerasan jalan merupakan lapisan
perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi
memberikan pelayanan kepada sarana transportasi, dan selama masa pelayanannya diharapkan
tidak terjadi kerusakan yang berarti.Aspal Buton (Asbuton) adalah aspal alam yang terkandung
dalam deposit batuan yang terdapat di pulau Buton dan sekitarnya. Dengan jumlah deposit
Asbuton yang mencapai 650 juta ton, menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil aspal alam
terbesar di dunia.

Kadar aspal yang terkandung dalam Asbuton bervariasi, antara 10-40%. Ini merupakan kadar
aspal yang cukup besar dibandingkan dengan kadar aspal alam negara-negara lain seperti
Amerika (12-15%) dan Prancis (6-10%). Namun, dengan potensi SDA yang begitu besarnya,
Indonesia masih belum bisa untuk mencukupi kebutuhan aspal dalam negeri. Ini disebabkan
karena Asbuton, sebagai bahan baku pembuatan konstruksi jalan, masih belum banyak
digunakan. Dari segi mutu, Asbuton dirasa masih kalah bersaing dengan aspal minyak. Kadar
aspal Asbuton yang bervariasi, mudah pecah, dan harganya yang lebih mahal menjadi alasan
kenapa Asbuton menjadi jarang dipakai.

Namun seiring dengan terus melonjaknya harga aspal minyak sejak 2002 lalu, maka penggunaan
Asbuton saat ini dinilai lebih murah dan efisien. Asbuton juga memiliki kelebihan, yaitu titik
lembeknya lebih tinggi dari aspal minyak dan ketahanan Asbuton yang cukup tinggi terhadap
panas, sehingga membuatnya tidak mudah meleleh. Sesuai dengan keluarnya Peraturan Menteri
PU No.35/2006, saat ini pemerintah juga bertekad untuk menggalakkan penggunaan aspal buton
(Asbuton) pada pekerjaan perbaikan, pembangunan dan peningkatan jalan di 14 provinsi tahun
ini. Melihat potensi yang ada, maka saat ini dilakukan berbagai penelitian yang bertujuan untuk
bisa memaksimalkan penggunaan Asbuton di tanah air, khususnya penggunaan Asbuton sebagai
bahan baku perkerasan jalan.

1.2. TUJUAN
Tujuan instruksional umum yaitu setelah mempelajari bagian ini diharapkan kami para
mahasiswa akan mempunyai wawasan yang luas dan pengertian yang mendalam mengenai
pekerjaan jalan dan asbuton.

1
1.3.Rumusan Masalah
Dalam penulisan kalimat ini kami rumuskan tiga permasalahan penting
1. Apa sajakah jenis-jenis kerusakan yang gterjadi pada jenis-jenis perkerasan.
2. Apa sajakah penyebap dari masinga-masing kerusakan tersebut.
3. Bagaimanakah alternatif penanganan dan pemeliharaan kerusakan jalan yang terjadi pada
perkerasan jalan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perkerasan jalan


perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara lapisan tanah dasar dan
roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan kepada sarana transportasi, dan selama
masa pelayanannya diharapkan tidak terjadi kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang
sesuai dengan mutu yang diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan
pengolahan dari bahan penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan.

Jenis Konstruksi Perkerasan dan Komponennya:

Konstruksi perkerasan terdiri dari beberapa jenis sesuai dengan bahan ikat yang digunakan serta
komposisi dari komponen konstruksi perkerasan itu sendiri (Bahan Kuliah PPJ Teknik Sipil
UNDIP), antara lain:

2.2 Konstruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Memakai bahan pengikat aspal.
a. Sifat dari perkerasan ini adalah memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah
dasar.

b. Pengaruhnya terhadap repetisi beban adalah timbulnya rutting (lendutan pada jalur
roda).

c. Pengaruhnya terhadap penurunan tanah dasar yaitu, jalan bergelombang (mengikuti


tanah dasar).

2.3 Konstruksi Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)


a. Memakai bahan pengikat semen portland (PC).

b. Sifat lapisan utama (plat beton) yaitu memikul sebagian besar beban lalu lintas.

c. Pengaruhnya terhadap repetisi beban adalah timbulnya retak-retak pada permukaan


jalan.

d. Pengaruhnya terhadap penurunan tanah dasar yaitu, bersifat sebagai balok di atas
permukaan.

2.4 Konstruksi Perkerasan Komposit (Composite Pavement)


a. Kombinasi antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur.

b. Perkerasan lentur diatas perkerasan kaku atau sebaliknya.

3
c. Fungsi lapis perkerasan

Supaya perkerasan mempunyai daya dukung dan keawetan yang memadai, tetapi tetap
ekonomis, maka perkerasan jalan raya dibuat berlapis-lapis. Lapis paling atas disebut
sebagai lapis permukaan, merupakan lapisan yang paling baik mutunya. Di bawahnya
terdapat lapis pondasi, yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan
(Suprapto, 2004).

1. Lapis Permukaan (LP) Lapis permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas. Fungsi
lapis permukaan dapat meliputi:

a. Struktural : Ikut mendukung dan menyebarkan beban kendaraan yang diterima oleh
perkerasan, baik beban vertikal maupun beban horizontal (gaya geser). Untuk hal ini
persyaratan yang dituntut adalah kuat, kokoh, dan stabil.

b. Non Struktural, dalam hal ini mencakup :

1) Lapis kedap air, mencegah masuknya air ke dalam lapisan perkerasan yang ada di
bawahnya.

2) Menyediakan permukaan yang tetap rata, agar kendaraan dapat berjalan dan
memperoleh kenyamanan yang cukup.

3) Membentuk permukaan yang tidak licin, sehingga tersedia koefisien gerak (skid
resistance) yang cukup untuk menjamin tersedianya keamanan lalu lintas.

4) Sebagai lapisan aus, yaitu lapis yang dapat aus yang selanjutnya dapat diganti lagi
dengan yang baru.

Lapis permukaan itu sendiri masih bisa dibagi lagi menjadi dua lapisan lagi, yaitu: 1) Lapis Aus
(Wearing Course) Lapis aus (wearing course) merupakan bagian dari lapis permukaan yang
terletak di atas lapis antara (binder course).

Fungsi dari lapis aus adalah (Nono, 2007) :

a) Mengamankan perkerasan dari pengaruh air.

b) Menyediakan permukaan yang halus.

c) Menyediakan permukaan yang kesat.

2) Lapis Antara (Binder Course) Lapis antara (binder course) merupakan bagian dari lapis
permukaan yang terletak di antara lapis pondasi atas (base course) dengan lapis aus (wearing
course).

4
Fungsi dari lapis antara adalah (Nono, 2007):

a) Mengurangi tegangan.

b) Menahan beban paling tinggi akibat beban lalu lintas sehingga harus mempunyai
kekuatan yang cukup.

 Lapis Pondasi Atas (LPA) atau Base Course

Lapis pondasi atas adalah bagian dari perkerasan yang terletak antara lapis permukaan dan
lapis pondasi bawah atau dengan tanah apabila tidak menggunakan lapis pondasi bawah.
Fungsi lapis ini adalah :

a. Lapis pendukung bagi lapis permukaan.

b. Pemikul beban horizontal dan vertikal. c. Lapis perkerasan bagi pondasi bawah. 3. Lapis
Pondasi Bawah (LPB) atau Subbase Course Lapis Pondasi Bawah adalah bagian perkerasan
yang terletak antara lapis pondasi dan tanah dasar. Fungsi lapis ini adalah :

a. Penyebar beban roda.

b. Lapis peresapan.

c. Lapis pencegah masuknya tanah dasar ke lapis pondasi.

d. Lapis pertama pada pembuatan perkerasan.

2.5. Tanah Dasar (TD) atau Subgrade Tanah dasar (subgrade)


Tanah Dasar (TD) adalah permukaan tanah semula, permukaan tanah galian atau permukaan
tanah timbunan yang dipadatkan dan merupakan permukaan tanah dasar untuk perletakan
bagian-bagian perkerasan lainnya.

5
2.6. Aspal Alam
Aspal alam ada yang diperoleh di gunung-gunung seperti aspal di pulau Buton, dan ada pula
yang diperoleh di danau seperti di Trinidad. Indonesia memiliki aspal alam yaitu di pulau Buton,
yang berupa aspal gunung, terkenal dengan nama Asbuton (Aspal batu Buton). Asbuton
merupakan batu yang mengandung aspal. Deposit Asbuton membentang dari kecamatan Lawele
sampai Sampolawa. Penggunaan Asbuton sebagai salah satu material perkerasan jalan telah
dimulai sejak tahun 1920, walaupun masih bersifat konvensional. Asbuton merupakan campuran
antara bitumen dengan bahan mineral lainnya dalam bentuk batuan. Karena Asbuton merupakan
material yang begitu saja di alam di alam, maka kadar bitumen yang dikandungnya sangat
bervariasi dari rendah sampai tinggi. Untuk mengatasi hal ini, maka Asbuton mulai diproduksi
dalam berbagai bentuk di pabrik pengolahan Asbuton. Produk Asbuton dapat dibagi menjadi
dua kelompok yaitu:

1. Produk Asbuton yang masih mengandung material filler, seperti Asbuton kasar, Asbuton
halus, Asbuton mikro, dan butonic mastic asphalt.

2. Produk yang telah dimurnikan menjadi aspal murni melalui proses ekstraksi atau proses
kimiawi.

Lapis permukaan jalan yang dapat dibuat dari Asbuton ada beberapa (Suprapto, 2004), yaitu :

1. Seal Coat Asbuton Lapis ini merupakan campuran antara Asbuton, bahan pelunak dan
dengan perbandingan tertentu dan pencampurannya dilakukan dengan dingin (cold mix).

2. Sand Sheet Asbuton Lapis ini merupakan campuran antara Asbuton, bahan pelunak
dan pasir dengan perbandingan tertentu dan pencampurannya dilakukan secara dingin/
hangat/ panas.

3. Lapis Beton Asbuton Lapis ini merupakan campuran antara Asbuton, bahan pelunak
dan agregat dengan gradasi rapat pada perbandingan tertentu yang dilaksanakan secara
dingin/ hangat/ panas.

4. Surface Treatment Asbuton Lapis ini seperti halnya seal coat Asbuton. Sedangkan
perbedaannya terletak pada pelaksanaanya di lapangan, yaitu di atas lapis tersebut
ditaburkan agregat single size.

Berdasarkan temperatur ketika mencampur dan memadatkan campuran, suhu pelaksanaan


pencampuran bisa dilakukan secara:

1. Secara dingin Pencampuran dilaksanakan pada suhu ruangan. Campuran secara dingin
tidak dapat langsung dihamparkan di lapangan, tetapi harus diperam lebih dahulu (1-3
hari) agar bahan pelunak diberi kesempatan meresap ke dalam butiran Asbuton. Lama
waktu pengeraman tergantung dari:

6
a. Diameter butir Asbuton, semakin besar butiran , waktu peram makin lama.

b. Kadar air yang terkandung dalam Asbuton.

c. Cuaca setempat.

d. Kekentalan bahan pelunak, makin encer peresapan akan makin cepat, sehingga
lama pemeraman lebih singkat.

e. Kadar aspal dalam Asbuton.

2. Secara hangat dan panas. Kedua cara tersebut hampir sama kecuali:

a. Secara panas: suhu campuran diatas 100oC

b. Secara hangat: suhu campuran dibawah 100Oc

2.7. Asbuton Untuk Bahan Jalan


Jenis-jenis asbuton yang telah diproduksi, baik secara fabrikasi maupun secara manual pada
tahun-tahun belakangan ini adalah asbuton butir atau mastik asbuton, aspal yang dimodifikasi
dengan asbuton dan bitumen asbuton hasil ekstraksi yang dimodifikasi. (DPU, Direktorat
Jenderal Bina Marga; Buku 1: Pedoman Pemanfaatan Asbuton, 2006).

1. Asbuton Butir Asbuton butir adalah hasil pengolahan dari Asbuton berbentuk padat
yang di pecah dengan alat pemecah batu (crusher) atau alat pemecah lainnya yang sesuai
sehingga memiliki ukuran butir tertentu. Adapun bahan baku untuk membuat Asbuton
butir ini dapat asbuton padat dengan nilai penetrasi bitumen rendah (<10 dmm) seperti
asbuton padat eks Kabungka atau yang memiliki nilai penetrasi bitumen diatas 10 dmm
(misal asbuton padat eks Lawele), namun dapat juga penggabungan dari kedua jenis
asbuton padat tersebut. Melalui pengolahan ini diharapkan dapat mengeliminasi
kelemahankelemahan, yaitu ketidak seragaman kandungan bitumen dan kadar air serta
dengan membuat ukuran maksimum butir yang lebih halus sehingga diharapkan dapat
lebih mempermudah termobilisasinya bitumen asbuton dari dalam butiran mineralnya.

2. Asbuton Hasil Ekstraksi Ekstraksi asbuton dapat dilakukan secara total hingga
mendapatkan bitumen asbuton murni atau untuk memanfaatkan keunggulan mineral
asbuton sebagai filler, ekstraksi dilakukan hingga mencapai kadar bitumen tertentu.
Produk ekstraksi asbuton dalam campuran beraspal dapat digunakan sebagai bahan
tambah (aditif) aspal atau sebagai bahan pengikat sebagaimana halnya aspal standar siap
pakai atau setara aspal keras yang dikenal dengan Asbuton modifikasi. Bahan baku untuk
membuat aspal hasil ekstraksi asbuton ini dapat dilakukan dari asbuton dengan nilai
penetrasi rendah (misal asbuton eks Kabungka) atau asbuton dengan nilai penetrasi tinggi
(misal asbuton eks Lawele). Bahan pelarut yang dapat digunakan untuk ekstraksi asbuton
diantaranya adalah kerosin, algosol, naptha, normal heptan, asam sulfat dan trichlor

7
ethylen (TCE). Terdapat beberapa produk hasil ekstraksi (refine) asbuton dengan
kadar/kandungan bitumen antara 60 hingga 100%. Apabila bitumen hasil ekstraksi yang
keras (penetrasi rendah) maka untuk membuat bitumen tersebut setara dengan Aspal
Keras Pen 40 dan Pen 60 dapat dilunakkan dengan bahan pelunak (minyak berat) dengan
komposisi tertentu. Hasil ekstraksi Asbuton yang masih memiliki mineral antara 50%
sampai dengan 60%, agar dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengikat masih memerlukan
pelunak atau peremaja sehingga yang selama ini telah digunakan dilapangan adalah
dengan mencampurkan hasil ekstraksi tersebut dengan aspal keras atau dikenal dengan
istilah “Aspal yang dimodifikasi dengan Asbuton”. Aspal Buton yang digunakan pada
penelitian ini merupakan Asbuton modifikasi yang diproduksi oleh PT. Olahbumi
Mandiri dengan nama produk Retona Blend.

8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Pengertian perkerasan lentur


Perkerasan lentur {flexible Pavement) adalah perkerasan yang umumnya www? baban
campumn hemp“! sebagai lapis permukaan sorta bahan berbutir sebagal 1819133” d' bawahnya.
Sehingga Iapisan parkerasan tersebut mempunyai flexibilitas/kelenturan yang dapat menciptakan
kenyaman kendaman dalam melintas diatasnya.

Perlu dilakuan kajian yang lebih intensif dalam penerapannya dan harus
memperhitungkan secara ekonomis, sesuai dengan kondisi setempat, tingkat keperluan,
kemampuan pelaksanaan dan syarat teknis lainnya, sehingga konstruksi jalan yang direncanakan
itu adalah yang optimal.

3.2 Alat dan bahan .


AIat:

1. Palu

2. Meter

3. Penumbuk

4. Tali

5. Sekop

6. Waterpass

7. Gerobak

8. Patok

Bahan :

1. Pasir

2. Tanah

9
3.2.1 Langkah kerja
Metode pelaksanaan pekerjaan jalan :

 Pengaturan pekerjaan lapangan

- Alinyemen jalan yang ada beserta patok kilometer yang dpasang secara benar akan diambil
acuan untuk pengaturan lapangan pekerjaan-pekerjaan proyek.

- Mengadakan survey secara cermat dan memasang patok beton (BM) pada lokasi yang tepat
sepanjang proyek untuk memungkinkan desain survey perkerasan.

-Memasang tonggak -tonggak konstruksi untuk memuat garis dan kelandaian bagi
pembetulan ujung perkerasan lebar bahu jalan, ketinggian perkerasan, drainase simpang dan
gorong gorong‚sesuai dengan gambar gambar proyek.

 Penyimpna bahan

- Bahan-bahan harus disimpan dalam cara sedemikian rupa sehingga bahan bahan
tersebut tidak rusak dankualitas dilindungi dan sedemikian sehingga bahan tersebut selalu
siap digunakan .

 Penumpukan agregat

-Penumpukan agregat ditumpuk sehinhingga tidak ada segegrasi serta untukmenjamin


gradasi yang memadai. Tinggi tumpukan maksimum 5 meter Masing masing jem's
berbagi agregat halus ditunmuk secara terpisah, atau dipisahkan dengan petisikayu
Penetapan tumpukan material dan peralatan hams ditempatkan yang memadai .

 Drainase

- Rehabilitasi drainase tepi jalan : ini mencakup pembersihan tumbuhan tumbuhan dan
pembangunan benda benda dari saluran saluran tepi jalan ataupun dari kanal kanal yang
ada memotong kembali dan membentuk ulang saluran tanah yang ada untuk perbaiki atau
peningkatan kondisi asli dan juga perbaikan saluran yang dilapisi dalam saluran pasangan
batu atau beton.

- Pelaksanaan pekerjaan semua sampah tumbuh tumbuhan endapan dan bahan bahan
yang harus disingkirkan karena dalam pekeljan galian juga memindahkan bekas bekas
galian maka alat alat yang dipergunakan menjadi 3 yaitu:

10
 hanya menggali saja menggunakan buldosser

 hanya memuat saja yaitu menggunakan loader

 menggali memuat yaitu menggunakan excavator dan memasukan kedalam dump truck

 hanya mengangkut saja menggunakan dump truck

 jarak angkut max relatif efektif dapat dijangkau

 saluran saluran dilapisi yang dalam kondisi jelek atau rusak harus diperbaiki pasangan
batu atau batu pecah diganti dengan pasangan batu beton

 cara pengukuran pekerjaan semua pengukuran harus dilakukan di sepanjang sumbu


saluran dan harus disediakan untuk seluruh pekerjaan yabg dilakukan bagi rehabilitasi
nkedua sisi saluran rehabilitasi

 bahu jalan

 rehabilitasi bahu jalan kerjaan ini terdiri dan peningkatan kembali dan
pembentukan kembali bahu jalan yang ada, termasuk Pembersihan tumbuh
tumbuhan, pemotongam perapihan. Pengurugan dengan bahan terpilih serta
pemadatan untuk mengembalikan bahu jalan mencapai garis, kemiringan dan
dimensi yang benar yang ditujukan pada gambar rencana penyiapan lapangan.

 semua tumbuh tumbuhan harus dibongkar dari bahu jalan yang ada seperti
rumput‚ alang, semak-semak, sampah dll sebelum pembentukan kembali.

 pembentukan kembali bahu jalan yang harus dibentuk kembali oleh tenaga kerja, traktor
atau motor grader. Pekerjaan tersebut mencakup pembongkaran daerah-daerah yang
tinggi pengurugan daerah- daerah rendah dengan bahan-bahan lebih, garis batas dan
ketinggian pemadatan, pembentukan kembali dan peningkatan bahu jalan harus diikuti
pemadatan dengan mesin gilas roda dan atau pemadatan lain yang cocok yang disetujui
oleh direksi teknik

 pelaksanaan penyiapan lapangan untuk menempatkan bahan bahu jalan, termasuk galian
bahan yang ada dan perapian ujung jalan kendaraan yang ada dasar atau formasi harus
disiapkan dan diselesaikan dengan pekerjaan-pekerjaan yang ditentukan bahu jalan pada
kedua sisi jalan tidak boleh dibangun pada waktu yang bersamaan, harus dibangun satu
sisi dulu baru berikutnya pada sisi yang lain.

11
 lapis pondasi bawah dan lapis pondasi atas

 lapis pondasi bawah

- lapis pondasi bawah adalah lapis konstruksi pembagi beban kedua yang berupa bahan
berbutir diletakan diatas lapisan tanah dasar yang dibentuk dan dipadatkan, serta langsung
dibawah lapis pondasi atas perkerasan.

- Pekerjaan lapis pondasi bawah terdiri dari menempatkan, memproses, mengangkut,


menebarkan, mengairi dan memadatkn bahan lapis pondasi bawah berbutir yang disetujui
sesuai gambar-gambar.

 Pelaksanaan pekerjaan

- Bahan lapisan pondasi bawah harus ditempatkan dan ditimbun di tempat yang bebas
berlalu lintas serta saluran saluran dan lintasan air disekitarnya.

- Lapis pondasi bawah tersebt dicampur dilapangan ruas jalan yang bersangkutan dengan
menggunakan tenaga kerja atau motor greder.

- Ketebalan lapis pondasi bawah yang terpasang arus sesuai dengan gambar rencana dan
seperti dinyatakan dalam daftar penawaran, atau seperti yang diperintahkan oleh direksi
teknik dilapangan untuk memenuhi kondisi lapis bawah dasar yang sebenarnya

 Penghamparan dan pemadatan

- Penghamparan akhir RPB sampai ketebalan dan kemiringan melintang hal yang diminta
harus dilaksanakan dengan kelonggaran kira kira 15%, penurunan ketebalan untuk
pemadatan lapisan pondsi bawah .

- Pengilasan untuk pembentukan dan pemadatan bahan lapis pondasi bawah akan bergerak
secara gradual dari pinggir ke tengah, sejajar jari sumbu jalan dan harus terus menerus
sampai seluruh permukaan telah didatarkan secara merata. Setiap ketidakberaturan atau
bagian amblus yang mungkin terjadi, harus dibetulkan dengan menggaruk atau
meningkatkan dan menambahkan bahan lapis pondasi bawah untuk membuat pernukaan
tersebut mencapai ketinggian yang benar.

- Bagian bagian yang sempil di bagian kerb atau di dinding yang tidak dipadatkan dengan
mesin gilas harus dipadatkan dengan mesin pemadat yang disetujui.

- Kandungan kelembaban untuk pemasangan harus dijaga dalam batas: 3% kurang dari
kadar air optimum sampai 1% lebih dari Radar air optimum dengan penyemprotan air
atau pengeringan seperlunya, dan bahan lapis pondasi bawah dipadatkan untuk

12
menghasilkan kepadatan yang ditetapkan, keseluruh ketebalan penuh masing masing
lapisan mencapai 100%.

 Lapis pondasi bawah agregat

- Lapis pondasi atas merupakan lapisan struktur utama diatas lapis pondasi bawah
pembangunan lapis pondasi atas terdiri dari pengadaan, pemrosesan, pengangkutan,
penghamparan, dan penyiraman dengan air, dan pemadatan agregat alami pilihan dalam
lapis pondasi atas.

 Penyiapan lapis pndasi atas :

- Pencampuran dan penghamparan lapis pondasi atas :

- Agregat lapis pondasi atas (LPA) kelas agregat ditempatkan ada lokasi diatas lapis
pondasi bawah yang sudah disiapkan dalam volume yang cukup untuk menyediakan
penghamparan dan pemadatan ketebalan yang diperlukan.

- Agregat dihamparkan yang pertama oleh pekerja atau dengan motor greder sampai
campuran yang merata, dengan batas ketebalan yang optimum.

- Agregat harus dihampar dalam lapis yang tidak melebihi ketebalan 20cm, dalam satu
cara sehingga kepadatan max yang telah ditetapakan dapat dicapai titik.

 Makadam ikat basah kelas b

- Sebelum lapisan makadam dipasang permukaan yang akan dilapisi dengan makadam
diperikasa dan disetujui oleh tim supervisi.

- Sebelum menghampar batu kasar/ pokok, buatlah bangunan sampai pinggir (lebar kurang
lebih 30cm), misalnya dengan material timbunan bahun jalan, agar pemadatan batu
pokok yang digilas tidak dapat didorong kepinggir.

- Dengan menggunakan suatu bahan yang ukuran max adalah A cm, ketebalan daripada
lapisan harus dibatasi sampai A + 4cm sebelum pemadatan untuk memperoleh suatu
lapisan kira kira A+2cm setelah pemadatan.

13
3.2.2 Metode Pelaksanaan Hotmix

 Pekerjaan pemetaan (Pengukuraan badan Jalan)

Tahapan pekerjaan ini dilakukan agar badan jalan sesuai dengan ukuran yang diinginkan.

 Pekerjaan Clearing & Grubbing (Pembersihan badan Jalan dari Pohon dan
sampah)

Sebelum badan Jalan di bentuk lahan perlu dibersihkan dahulu dari sampah dan pepohonan
agar tidak tidak jadi masalah di kemudian hari.

 Pekerjaan Stripping (Pembentukan badan Jalan)

Pekerjaan ini juga dinamakan pekerjaan galian dan timbunan. Pekerjaan galian adalah
pekerjaan pemotongan tanah dengan tujuan untuk memperoleh bentuk elevasi pernukaan
sesuai gambar yang direncanakan untuk mengetahui elevasi jalan perlu menggunakan alat
ukur Theodolit, lengkapnya pekerjaan stripping dilakukan agar bentuk badan jalan ‚tinggi
dan belokannya sesuai apa yang direncanakan. berikut struktur pekeljaan galian dan
timbunan.

 Pekerjaan Sub Grade (Pemadatan tanah)

Setelah badan jalan terbentuk maka tanah perlu dipadatkan inilah yang dinamakan peketjaan sub
grade.

Sub Grade adalah tanah dasar dibagian bawah lapisan perkerasan jalan lapisan ini bisa berupa
tanah asli yang di padatkan jika tanah aslinya baik,atau tanah urugan yang di datangkan dari
tempat lain lalu dipadatkan,atau tanah yang distabilkan dengan semen atau kapur‚yang terpenting
adalah tanah harus bebas dari sampah dan rumput. Untuk pemadatannya menggunakan Alat
Buldozer dan Vibrator Roller

 Pekerjaan Sub-Base Course (Lapis Pondasi Bawah)

Setelah lapisan sub grade memenuhi standar kepadatan pekerjaan selanjutnya adalah
penghamparan. Material pondasi bawah berupa Batu Kali/Batu Limstone menggunakan alat
transportasi Dump Truck kemudian diratakan dan di padatkan dengan menggunakan alat tandem
Roller. Untuk ketebalan lapis pondasi Sub buse course biasanya 30 cm.

Fungsi utama Lapis sub base course adalah:

- Bagian kontruksi jalan yang menyebarkan beban roda ke tanah dasar.

- Mengurangi tebal lapisan di atasnya yang lebih mahal.

14
- Lapis peresapan agar air tidak terkumpul di pondasi .

 Proses penghamparan Sub base course.

Pertama membuat patok-patok untuk mengukur ketebalan, kemudian mendatangkan material


ke lapangan lalu dibuat dulu kepalanya yaitu antara patok kanan dan patok kiri. Setelah ada dua
kepala kemudian disebarkan material pada area antara kepala satu dan kepala yang lain.begitu
seterusnya sampai selesai.

Prinsip pemadatan dimulai dari pinggir dan area yang rendah ke ara yang lebih tinggi.untuk
perataan menggunakan Motor Grader dan pemadatannya menggunakan Tandem Roller jika
pemadatan sudah terlihat cukup mcnurut pelaksana baru dapat dilanjutkan pekerjaan berikutnya.

 Pekerjaan Base Course (Pondasi Atas)

Penghamparan Material Pondasi Bawah berupa Sirdam sama menggunakan Dump Truck
dan diratakan lagi dengan Tandem Roller, lapisan ini di buat untuk menyempumakaan daya
dukung beban juga sebagai bantalan terhadap lapis permukaan. Material terbaik untuk lapis
pondasi atas adalah campuran 70% batu pecahan berwarna abu keputihan ukuran 1 sampai
dengan 5 cm,dan 30% lagi campuran abu batu atau pasir. cara penghamparaan batu Base course
sama dengan penghamparan batu sub Base course. Setelah Base course terhampar dengan rata
barulah dilakukan pemadatanJika pada seat pemadatan masih tcrlihat rendah atau tinggi harus di
tambah atau dikurangi. Setelah kelihatan rata selanjutnya dipadatkan kembali menggunakan tire
Roller sambil disiram air secukupnya. sebelum di hampar lapisan atas (ATB =Asphalt Treated
Base) atau ACB diperlukan Lapis resap pengikat antara Base Course dan ATB yaitu Prime
coat,dan untuk membersihkan debu menggunakan Air Compressor.

Fungsi prime coat diantaranya:

 Memberikan daya ikat antara lapis pondasi agregat dengan campuran Aspal.

 Mencegah lepasnya butiran lapis Agregat jika dilewati kendaraan sebelum dilapis aspal.

 Mencegah lapis agregat dari pengaruh cuaca.

 Pekerjaan Hotmix Binder Course Atau Lapisan Atas ATB

Setelah dicor dengan prime coat kemudian dilakukan Pelapisan atas menggunakan
menggunakan material aspal jenis ATB. (Asphalt Treated Base) atau AC-BC Dan pelapisannya
menggunakan mesin finisher lalu Dan sebelum dipadatkan menggunakan mesin TR.

dan sebelum dihampar lapisan permukaan perlu di cor tack coat (lem perekat antara ATB dan
aspal hotmix) dan pembersihan debu dengan air compressor.

15
 Pekerjaan surface course (Lapisan Permukaan)

Pekerjaan selanjutnya setelah di cor take cor adalah penghamparan lapisan permukaan
menggunakan asphalt hotmix penghamparannya sama menggunakan mesin finisher lalu
dipadatkan menggunakan mesin tandem roller.

 Pekerjaan Finishing
untuk pekerjaan finishingdilakukan pemadatan dan perataan jalan dengan alat pneumatic roller.

 Pekerjaan Marka Jalan


Setelah pekerjaan marka, jalan rayasudah jadi, bagus, dan berkualitas.

16
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Dari uraian singkat diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa tanpa pemeliharaan dan
perbaikan jalan secara memadai, baik rutin maupun berkala, akan dapat mengakibatkan
kerusakan yang lebih parah pada jalan, sehingga jalan akan lebih cepat kehilangan fungsinya
baik perkerasan jalan lentur maupun perkerasan jalan. Apabila perkerasan jalan dipelihara
dengan baik dan tetap dalam kondisi yang baik, maka kedua jenis perkerasan jalan tersebutakan
mempunyai umur lebih lama. Tetapi sekali jalan itu mulai rusak dan dibiarkan begitu saja tanpa
perbaikan , maka kerusakan yang lebih parah akan berlangsung sangat cepat.Oleh karena itu
sangat penting untuk melakukan pemeliharaan yang bersifat pencegahan seperti menutup
sambungan atau retak-retak dan memperbaiki kerusakan-kerusakan, yang timbul, dan
menemukan penyebab-penyebabnya dengan melakukan pemeriksaan (inspeksi)secara rutin.
Adapun penyebab-penyebab kerusakan perkerasan jalan bias di simpulkan pulasebagai berikut :

1.Karena pengaruh bahan perkerasan jalan yang tidak memenuhi spesifikasi


yangseharusnya digunakan saat melakukan pekerjaan konstruksi jalan.

2. Jalan mengalami kelebihan beban volume lalu lintas yang berulang-ulang

3. Sistem drainase yang kurang baik

4.Keadaan topografi dan faktor alam seperti cuaca yang buruk

5.Kurangnya kesadaran pemerintah daerah dna masyarakat untuk melakukan perawatan


jalan.

4.2. Saran
1. Untuk meminimalisir masalah kerusakan jalan yang terjadi, maka rancangan
pemeliharaannya perlu dilakukan survey yang lebih akurat dengan melibatkan sejumlah
instansi terkait.

2. Agar kerusakan yang terjadi pada ruas jalan tidak menjadi lebih parah, maka perlu
segera dilakukan tindakan perbaikan pada bagian-bagian yang rusak, sehingga tidak
menimbulkan kerusakan yang lebih parah.

3.Pekerjaan jalan harus menggunakan spesifikasi yang ditetapkan.

17
DOKUMENTASI

18

Anda mungkin juga menyukai