Proses Di Alam Sudah Tertata Rapi
Proses Di Alam Sudah Tertata Rapi
Siklus karbon melibatkan seluruh lingkungan yang ada di alam semesta, meliputi atmosfer,
biosfer, hidrosfer dan geosfer. Karena itu, siklus karbon disebut sebagai siklus biogeochemical.
Pada setiap lingkungan dan antara lingkungan terjadi pertukaran karbon.
Karbon berpindah dari lingkungan atmosfer ke biosfer sebagai gas karbondioksida. Gas
karbondioksida digunakan tumbuhan untuk berfotosintesis. Karbon ‘memasuki’ lingkungan
atmosfer dari lingkungan bisofer juga sebagai gas karbondioksida. Gas karbondioksida
dilepaskan ke atmosfer dari hasil pernafasan mahluk hidup, hasil pembusukan/fermentasi oleh
bakteri/jamur dan hasil pembakaran senyawa-senyawa organik.
Selain petukaran karbon dari lingkungan atmosfer ke biosfer atau sebaliknya, karbon
dipertukarkan dalam lingkungan bisofer melalui rantai makanan. Pertukaran karbon pun terjadi
dari lingkungan biosfer ke geosfer. Cangkang hewan-hewan lunak pada umumnya mengandung
karbonat. Karbonat kemudian diubah menjadi batu kapur melalui suatu proses yang disebut
sedimentasi. Sedangkan perpindahan karbon dari lingkungan geosfer ke lingkungan atmosfer
terjadi melalui hasil reaksi batu kapur dan erupsi gunung merapi.
Perpindahan karbon sebagai gas karbondioksida dari lingkungan atmosfer ke hidrosfer, atau
sebaliknya terjadi untuk menyeimbangkan pH air laut, melalui reaksi kesetimbangan:
Sekitar 2 x 1016 karbon sebagai karbonat, batu bara dan minyak, sedangkan 2,5 x 1012 ton
karbon sebagai karbondiokasida. Setiap tahunnya kemampuan tumbuhan untuk menyerap gas
karbondioksida dari atomosfer hanya 15%. Dilain pihak, gas karbondioksida di atmosfer terus
meningkat sejalan dengan perkembangan sarana transportasi dan industri. Perkembangan industri
bukannya diiringi dengan penambahan kawasan yang dapat menyerap karbondioksida (misalnya
tumbuhan), tetapi malah diiringi oleh penebangan hutan dimana-mana. Parahnya lagi, bukan
hanya penebangan hutan tetapi pembakaran hutan yang menghasilkan gas karbondioksida. Hal
inilah yang terjadi selama ini, akibatnya terjadi kenaikkan konsentrasi gas karbondioksida
sebanyak 20% semenjak abad ke-19
(Latin: carbo, arang) Karbon, suatu unsur yang telah ditemukan sejak jaman pra-sejarah sangat
banyak ditemukan di alam. Karbon juga banyak terkandung di matahari, bintang-bintang, komet
dan amosfir kebanyakan planet. Karbon dalam bentuk berlian mikroskopik telah ditemukan di
dalam beberapa meteor yang jatuh ke bumi. Berlian alami juga ditemukan di kimberlite pipa
gunung berapi, di Afrika Selatan, Arkansas dan beberapa tempat lainnya. Berlian sekarang ini
diambil dari dasar samudera di lepas pantai Cape of Good Hope. Sekitar 30% berlian industri
yang dipakai di AS sekarang ini merupakan hasil sintesis.
Energi dari matahari dan bintang-bintang dapat diatribusikan setidaknya pada siklus karbon-
nitrogen.
Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan antara biosfer, geosfer,
hidrosfer, dan atmosfer Bumi (objek astronomis lainnya bisa jadi memiliki siklus karbon yang
hampir sama meskipun hingga kini belum diketahui).
Dalam siklus ini terdapat empat reservoir karbon utama yang dihubungkan oleh jalur pertukaran.
Reservoir-reservoir tersebut adalah atmosfer, biosfer teresterial (biasanya termasuk pula
freshwater system dan material non-hayati organik seperti karbon tanah (soil carbon)), lautan
(termasuk karbon anorganik terlarut dan biota laut hayati dan non-hayati), dan sedimen
(termasuk bahan bakar fosil). Pergerakan tahuan karbon, pertukaran karbon antar reservoir,
terjadi karena proses-proses kimia, fisika, geologi, dan biologi yang bermaca-macam. Lautan
mengadung kolam aktif karbon terbesar dekat permukaan Bumi, namun demikian laut dalam
bagian dari kolam ini mengalami pertukaran yang lambat dengan atmosfer.
Siklus karbon dimulai dengan dilepaskannya CO2 oleh berbagai macam sumber seperti:
Q Organisme laut
Neraca karbon global adalah kesetimbangan pertukaran karbon (antara yang masuk dan keluar)
antar reservoir karbon atau antara satu putaran (loop) spesifik siklus karbon (misalnya atmosfer –
biosfer). Analisis neraca karbon dari sebuah kolam atau reservoir dapat memberikan informasi
tentang apakah kolam atau reservoir berfungsi sebagai sumber (source) atau lubuk (sink) karbon
dioksida.
Di atmosfer terdapat kandungan COZ sebanyak 0.03%. Sumber-sumber COZ di udara berasal
dari respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik, pembakaran batubara, dan asap pabrik.
Karbon dioksida di udara dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk berfotosintesis dan menghasilkan
oksigen yang nantinya akan digunakan oleh manusia dan hewan untuk berespirasi.
Hewan dan tumbuhan yang mati, dalam waktu yang lama akan membentuk batubara di dalam
tanah. Batubara akan dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar yang juga menambah kadar C02 di
udara.
Di ekosistem air, pertukaran C02 dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung. Karbon
dioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang akan terurai menjadi ion
bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang memproduksi makanan untuk diri
mereka sendiri dan organisme heterotrof lain. Sebaliknya, saat organisme air berespirasi, COz
yang mereka keluarkan menjadi bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang
dengan jumlah C02 di air.
2.3 KARBON DI ATMOSFER
Bagian terbesar dari karbon yang berada di atmosfer Bumi adalah gas karbon dioksida (CO2).
Meskipun jumlah gas ini merupakan bagian yang sangat kecil dari seluruh gas yang ada di
atmosfer (hanya sekitar 0,04% dalam basis molar, meskipun sedang mengalami kenaikan),
namun ia memiliki peran yang penting dalam menyokong kehidupan. Gas-gas lain yang
mengandung karbon di atmosfer adalah metan dan kloroflorokarbon atau CFC (CFC ini
merupakan gas artifisial atau buatan). Gas-gas tersebut adalah gas rumah kaca yang
konsentrasinya di atmosfer telah bertambah dalam dekade terakhir ini, dan berperan dalam
pemanasan global.
• Ketika matahari bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesa untuk mengubah karbon dioksida
menjadi karbohidrat, dan melepaskan oksigen ke atmosfer. Proses ini akan lebih banyak
menyerap karbon pada hutan dengan tumbuhan yang baru saja tumbuh atau hutan yang sedang
mengalami pertumbuhan yang cepat.
• Pada permukaan laut ke arah kutub, air laut menjadi lebih dingin dan CO2 akan lebih mudah
larut. Selanjutnya CO2 yang larut tersebut akan terbawa oleh sirkulasi termohalin yang
membawa massa air di permukaan yang lebih berat ke kedalaman laut atau interior laut (lihat
bagian solubility pump).
• Di laut bagian atas (upper ocean), pada daerah dengan produktivitas yang tinggi, organisme
membentuk jaringan yang mengandung karbon, beberapa organisme juga membentuk cangkang
karbonat dan bagian-bagian tubuh lainnya yang keras. Proses ini akan menyebabkan aliran
karbon ke bawah (lihat bagian biological pump).
• Pelapukan batuan silikat. Tidak seperti dua proses sebelumnya, proses ini tidak memindahkan
karbon ke dalam reservoir yang siap untuk kembali ke atmosfer. Pelapukan batuan karbonat
tidak memiliki efek netto terhadap CO2 atmosferik karena ion bikarbonat yang terbentuk
terbawa ke laut dimana selanjutnya dipakai untuk membuat karbonat laut dengan reaksi yang
sebaliknya (reverse reaction).
Karbon dapat kembali ke atmosfer dengan berbagai cara pula, yaitu:
• Melalui pernafasan (respirasi) oleh tumbuhan dan binatang. Hal ini merupakan reaksi
eksotermik dan termasuk juga di dalamnya penguraian glukosa (atau molekul organik lainnya)
menjadi karbon dioksida dan air.
• Melalui pembusukan binatang dan tumbuhan. Fungi atau jamur dan bakteri mengurai senyawa
karbon pada binatang dan tumbuhan yang mati dan mengubah karbon menjadi karbon dioksida
jika tersedia oksigen, atau menjadi metana jika tidak tersedia oksigen.
• Produksi semen. Salah satu komponennya, yaitu kapur atau gamping atau kalsium oksida,
dihasilkan dengan cara memanaskan batu kapur atau batu gamping yang akan menghasilkan juga
karbon dioksida dalam jumlah yang banyak.
• Di permukaan laut dimana air menjadi lebih hangat, karbon dioksida terlarut dilepas kembali ke
atmosfer.
• Erupsi vulkanik atau ledakan gunung berapi akan melepaskan gas ke atmosfer.
Gas-gas tersebut termasuk uap air, karbon dioksida, dan belerang. Jumlah karbon dioksida yang
dilepas ke atmosfer secara kasar hampir sama dengan jumlah karbon dioksida yang hilang dari
atmosfer akibat pelapukan silikat; Kedua proses kimia ini yang saling berkebalikan ini akan
memberikan hasil penjumlahan yang sama dengan nol dan tidak berpengaruh terhadap jumlah
karbon dioksida di atmosfer dalam skala waktu yang kurang dari 100.000 tahun
.
2.4 KARBON DI BIOSFER
Sekitar 1900 gigaton karbon ada di dalam biosfer. Karbon adalah bagian yang penting dalam
kehidupan di Bumi. Ia memiliki peran yang penting dalam struktur, biokimia, dan nutrisi pada
semua sel makhluk hidup. Dan kehidupan memiliki peranan yang penting dalam siklus karbon:
• Karbon dipindahkan di dalam biosfer sebagai makanan heterotrop pada organisme lain atau
bagiannya (seperti buah-buahan). Termasuk di dalamnya pemanfaatan material organik yang
mati (detritus) oleh jamur dan bakteri untuk fermentasi atau penguraian.
• Sebagian besar karbon meninggalkan biosfer melalui pernafasan atau respirasi. Ketika tersedia
oksigen, respirasi aerobik terjadi, yang melepaskan karbon dioksida ke udara atau air di
sekitarnya dengan reaksi C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O. Pada keadaan tanpa oksigen,
respirasi anaerobik lah yang terjadi, yang melepaskan metan ke lingkungan sekitarnya yang
akhirnya berpindah ke atmosfer atau hidrosfer.
• Pembakaran biomassa (seperti kebakaran hutan, kayu yang digunakan untuk tungku
penghangat atau kayu bakar, dll.) dapat juga memindahkan karbon ke atmosfer dalam jumlah
yang banyak.
• Karbon juga dapat berpindah dari bisofer ketika bahan organik yang mati menyatu dengan
geosfer (seperti gambut). Cangkang binatang dari kalsium karbonat yang menjadi batu gamping
melalui proses sedimentasi.
• Sisanya, yaitu siklus karbon di laut dalam, masih dipelajari. Sebagai contoh, penemuan terbaru
bahwa rumah larvacean mucus (biasa dikenal sebagai “sinkers”) dibuat dalam jumlah besar yang
mana mampu membawa banyak karbon ke laut dalam seperti yang terdeteksi oleh perangkap
sedimen [1]. Karena ukuran dan kompisisinya, rumah ini jarang terbawa dalam perangkap
sedimen, sehingga sebagian besar analisis biokimia melakukan kesalahan dengan
mengabaikannya.
Penyimpanan karbon di biosfer dipengaruhi oleh sejumlah proses dalam skala waktu yang
berbeda: sementara produktivitas primer netto mengikuti siklus harian dan musiman, karbon
dapat disimpan hingga beberapa ratus tahun dalam pohon dan hingga ribuan tahun dalam tanah.
Perubahan jangka panjang pada kolam karbon (misalnya melalui de- atau afforestation) atau
melalui perubahan temperatur yang berhubungan dengan respirasi tanah) akan secara langsung
mempengaruhi pemanasan global
Konsentasi DIC permukaan laut “saat ini” (1990-an) (dari the GLODAP climatology)
Laut mengandung sekitar 36.000 gigaton karbon, dimana sebagian besar dalam bentuk ion
bikarbonat. Karbon anorganik, yaitu senyawa karbon tanpa ikatan karbon-karbon atau karbon-
hidrogen, adalah penting dalam reaksinya di dalam air. Pertukaran karbon ini menjadi penting
dalam mengontrol pH di laut dan juga dapat berubah sebagai sumber (source) atau lubuk (sink)
karbon. Karbon siap untuk saling dipertukarkan antara atmosfer dan lautan. Pada daerah
upwelling, karbon dilepaskan ke atmosfer. Sebaliknya, pada daerah downwelling karbon (CO2)
berpindah dari atmosfer ke lautan. Pada saat CO2 memasuki lautan, asam karbonat terbentuk:
Reaksi ini memiliki sifat dua arah, mencapai sebuah kesetimbangan kimia. Reaksi lainnya yang
penting dalam mengontrol nilai pH lautan adalah pelepasan ion hidrogen dan bikarbonat. Reaksi
ini mengontrol perubahan yang besar pada pH:
H2CO3 ⇌ H+ + HCO3−
2.6 MODEL SIKLUS KARBON
Model siklus karbon dapat digabungkan ke dalam model iklim global, sehingga reaksi interaktif
dari lautan dan biosfer terhadap nilai CO2 di masa depan dapat dimodelkan. Ada ketidakpastian
yang besar dalam model ini, baik dalam sub model fisika maupun biokimia (khususnya pada sub
model terakhir). Model-model seperti itu biasanya menunjukkan bahwa ada timbal balik yang
positif antara temperatur dan CO2. Sebagai contoh, Zeng dkk. (GRL, 2004 [2]) menemukan
dalam model mereka bahwa terdapat pemanasan ekstra sebesar 0,6°C (yang sebaliknya dapat
menambah jumlah CO2 atmosferik yang lebih besar).