Anda di halaman 1dari 16

1.

DEFINISI

Syok adalah ketidakseimbangan antara volume darah yang beredar dan ketersediaan system
vascular bed sehingga menyebabkan terjadinya hipotensi, penurunan atau pengurangan perfusi
jaringan atau organ, hipoksia sel, dan perubahan metabolism aerob menjadi anaerob. (Prof. dr.
Ida Bagus Gde manuaba. 2007)

Jadi, syok merupakan suatu keadaaan klinis akibat perfusi jaringan yang adekuat yang
menyebabkan ketidakseimbangan antara volume darah yang beredar dan ketersediaan vascular
bed yang mengakibatkan terjadinya hipotensi, penurunan atau pengurangan.

Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan penurunan
volume intravaskular. Cairan tubuh terkandung dalam kompartemen intraselular dan
ekstraselular. Cairan intraselular menempati hampir dua pertiga dari air tubuh total. Cairan
tubuh ekstraselular ditemukan dalam salah satu kompartemen : intravaskular (di dalam
pembuluh darah) dan interstisial (di sekitar jaringan). Volume cairan interstisial adalah kira –
kira tiga sampai empat kali dari cairan intravaskular. Syok hipovolemik terjadi ketika terjadi
penurunan volume intravaskular 15% sampai 25%. Syok hypovolemik adalah terganggunya
sistem sirkulasi akibat dari volume darah dalam pembuluh darah yang berkurang. Hal ini bisa
terjadi akibat perdarahan yang masiv atau kehilangan plasma darah.

2. PENYEBAB

Syok hipovolemik dapat terjadi karena:

1. Hemoragi

Syok hemoragi terjadi sebagai akibat dari kehilangan darah masif. Beberapa kondisi
yang menimbulkan kehilangan darah drastis mencakup perdarahan gastrointestinal,
hemoragi pascaoperasi, hemofilia, persalinan, dan trauma. Kehilangan darah minimal,
sampai 10% dari volume total, tidak menimbulkan perubahan nyata pada tekanan darah
atau curah jantung. Kehilangan darah sampai 45% dari volume darah total menurunkan

1
baik curah jantung maupun tekanan darah sampai nol. Gejala-gejalanya bergantung pada
kehilangan darah aktual dan apakah kehilangan tersebut tiba-tiba atau bertahap.

2. Dehidrasi

Syok dehidrasi terjadi akibat dari kehilangan cairan tubuh hebat dan berat. kondisi yang
secara klasik menyebabkan dehidrasi adalah berkeringat berlebihan, kehilangan cairan
melalui gastrointestinal berhubungan dengan diare, muntah, atau pengisapan
gastrointestinal atas, diabetes insipidius, asites, fase deuritik dari gagal ginjal akut,
ketoasidosis diabetik, penyakit addison, hipoaldosteronisme, kekurangan masukan volume
adekuat, diuresis osmotik, dan penggunaan deuritik yang berlebihan.

Mekanisme yang terlibat dalam timbulnya syok dehidrasi serupa dengan yang terjadi
pada syok akibat hemoragi. Kehilangan cairan tubuh menurunkan volume vaskular, yang
menghasilkan arah balik vena. Curah jantung menurun, tekanan darah menurun, serta
perfusi jaringan dan organ berkurang. Mekanisme adaptif fisiologis dilakukan untuk
memperbaiki tekanan darah, volume cairan, dan akhirnya perfusi. Penggantian cairan dan
pengobatan tertahap penyebab dasar dapat secara cepat memperbaiki tekanan darah.

3. Luka bakar.

Luka bakar, khususnya luka bakar derajat tiga, sering menyebabkan syok hipovolemik.
Mekanisme yang terjadi pada syok ini tidak terlalu berhubungan dengan kehilangan cairan
melainkan berhubungan dengan kehilangan protein plasma melalui permukaan yang
terbakar.Kehilangan protein plasma secara bermakna menurunkan tekanan osmotik koloid.

Dalam upaya untuk menurunkan ekuilibrum tekanan koloid dan hidrostatik, air
meninggalkan ruang vaskular dan memasuki interstitium. Akibatnya, volume intravaskular
menurun, aliran balik menurun, curah jantung tidak adekuat, tekanan darah menurun.

Syok akibat luka bakar mungkin juga disebabkan oleh hemoragi dan sepsis yang
mnyertai. Permukaan luka bakar meningkatkan agregasi trombosit dan aktivasi faktor XII,
yang menimbulkan pembentukan bekuan intravasikular lokal. Bekuan lokal ini bisa

2
merusak mikrosirkular, mengakibatkan iskemia dan nekrosis jaringan, dan dapat
mengkonsumsi faktor pembekuan, yang menyebabkan koagulasi intravasikular diseminata
(DIC). Sepsis dapat diakibatkan oleh luka bakar luas karena kehilangan atau kerusakan
barier alamiah, yaitu kulit terhadap invasi bakteri. Selain itu permukaan yang terbakar
melepaskan toksin ke dalam sirkulasi iskemik yang dapat menciderai kapiler usus, dengan
demikian melepaskan bakteri usus dan endotoksin ke dalam sirkulasi iskemik.

4. Trauma

Trauma dalam bentuk cidera remuk pada otot dan tulang, luka tembak dan penetrasi
pada pembuluh darah, visera atau organ vital lain oleh pisau atau alat tajam lainnya yang
menimbulkan status syok terutama melalui kehilangan darah tiba-tiba dan hebat. Jumlah
kehilangan darah yang tidak terduga karena trauma dapat tersembunyi dalam jaringan,
organ selama variabel waktu sebelum gejala syok terlihat. Sebagai contoh, otot paha dapat
menahan 1000 mL darah akibat fraktur femur atau robekan pada pembuluh darah femoralis
tanpa terlihat peningkatan diameter paha. Kehilangan darah 1 liter menunjukkan hemoragi
serius, khususnya bila berlangsung tanpa terdeteksi dan tidak ditangani. Karena kehilangan
darah masif biasanya dihubungkan dengan trauma hebat, syok traumatik hampir serupa
dengan syok hemoragik dalam hal mekanisme patologis dan respons adaptifnya.

Pada syok hipovolemik yang dijelaskan diatas bila tindakan untuk memperbaiki atau
menghilangkan penyebab kehilangan volume cairan dapat dilakukan maka syok tersebut
masih dalam tahap non-progresif dan krisis bisa dicegah atau diatasi. Bila kehilangan
volume cairan berlebihan atau tindakan terapeutik tidak efektif, tahap awal syok dapat
berlanjut pada tahap yang ireversibel (Tambayong,2000).

3
3. PATOFISIOLOGI SYOK HIPOVOLEMIK

Syok hipovolemik atau status syok akibat dari kehilangan volume cairan sirkulasi
(penurunan volume darah), dapat diakibatkan oleh berbagai kondisi yang secara bermakna
menguras volume darah normal, plasma, atau air. Patologi dasar, tanpa memperhatikan tipe
kehilangan cairan yang pasti, dihubungkan dengan defisit volume atau tekanan cairan sirkulasi
aktual. Penurunan volume cairan sirkulasi menurunkan aliran balik vena, yang mengurangi
curah jantung dan karenannya menurunkan tekanan darah. Penurunan curah jantung disebabkan
oleh penurunan volume preload walaupun terdapat kompensasi peninggian resistansi vaskuler,
vasokonstriksi dan takikardia. (Tambayong,2000)

Tekanan darah masih dapat dipertahankan walaupun volume darah berurang 20-25%. Pada
permulaannny keadaan ventrikuler filling presure, CVP dan PAOP rendah, akan tetapi dalam
keadaan yang ekstrim dapat terjadi bradikardia. Pada keadaan hipovelemik yang berat juga
terjadi iskemi miokard, bahkan dapat terjadi infark. Penurunan volume intra vaskuler ini
menyebabkna penurunan volume intra ventrikuler kiri pada akhir diastole. Yang akibatnya juga
menyebabkan berkurangnya kontraktilitas jantung dan juga menyebabkan menurunnya curah
jantung. Keadaan ini juga menyebabkan terjadinya mekanisme kompensasi dari pembuluh
darah dimana terjadi vasokonstriksi oleh katekolamin sehingga perfusi semakin memburuk.
Akan tetapi, bila kehilangan volume darah lebih dari 30% mulai terjadi shock. Dan bila terjadi
syok maka suplai O2 ke sel menurun sehingga menyebabkan gangguan perfusi jaringan yang
akhirnya bis amenimbulkan gangguan metabolism seluler. (Tambayong,2000)

4
a. Bagan patogenesis syok hipovolemik

Syok hipovolemik

Kehilangan Kehilangan
cairan cairan

Endotoksemea Hemoragi
Luka bakar Diare
Trauma dehidrasi
anofilaksis

Peningkatan Penuruna Penurunan


aliran balik Penurunan
permieablitas volume
vena curah
vaskular darah
jantung

Asidosis
Penurunan Penurunan
metabolik
tekanan darah perfusi
jaringan

Gagal
vasokontriksi
jantung

Cidera sel
anoksik
5
Kerusakan Glikolisis
endotel anaerobik
pada otot

Gagal ginjal

b. Pathway Syok Hipovolemik

6
7
4. MANIFESTASI KLINIS (TANDA DAN GEJALA)

Syok hipovolemik merupakan keadaan dimana terdapat kehilangan volume darah sirkulasi
efektif yang dapat disebabkan oleh kehilangan cairan eksternal akibat perpindahan cairan
internal yaitu dehidrasi berat, edema hebat atau asites, muntah dan diare berkepanjangan.

Manifestasi klinis yang dapat dilihat:

1. Tekanan vena menurun, peningkatan tahanan perifer, takikardia


2. Kulit dingin, lembab, haus, diaforesis
3. Perubahan sensorium, oliguria, metabolik asidosis dan hiperpnea
4. Kadar tekanan darah arteri

Syok hipovolemik terdiri dari 2 bagian yaitu syok hipovolemik akibat non pendarahan dan
syok hipovolemik akibat pendarahan. Tanda dan gejala syok hipovolemik akibat pendarahan dan
non pendarahan hanya berbeda pada kecepatan timbulnya syok saja. Respon fisiologis yang
normal adalah mempertahankan perfusi pada otak dan jantung sambil memperbaiki volume
darah dalam sirkulasi yang efektif. Pada tahap ini akan terjadi peningkatan kerja simpatis,
hiperventilasi, pembuluh vena yang kolaps, pelepasan hormon stres serta ekspansi besar guna
pengisian volume pembuluh darah dengan menggunakan cairan intersisial, intraseluler dan
menurunkan produksi urin. (Sudoyo, 2006)

Syok hipovolemik ringan (kurang dari atau sama dengan 20% volume darah) menimbulkan
takikardi ringan dengan gejala yang tampak terutama pada penderita muda yang sedang
berbaring. Syok hipovolemik sedang (20-40% dari volume darah)pasien menjadi lebih cemas
dan takikardi lebih jelas, meski tekanan darah dapat ditemukan normal pada posisi berbaring,
namun dapat ditemukan dengan jelas hipotensi ortostatik dan takikardi. Pada hipovolemik berat
maka gejala klasik syok akan muncul, tekanan darah menurun drastis dan tidak stabil walaupun
dalam kondisi berbaring, terjadi takikardi berat, oliguria, agitasi/ bingung, penurunan kesadaran.
Perfusi ke susunan saraf pusat dipertahankan dengan baik sampai syok bertambah berat. Transisi
dari syok hipovolemik ringan ke berat dapat terjadi bertahap atau malah sangat cepat, terutama
pada pasien usia lanjut yang memiliki penyakit berat yang mengancam kehidupan. (Sudoyo,
2006)

8
Pada syok hipovolemik dini terjadi perubahan tingkat kesadaran, gelisah, agitasi (pasien
berontak), depresi SSP, kulit terasa dingin dan basah, hipotensi ortostatik, takikardi ringan dan
vasokontriksi. (Oman, 2008).

Pada syok hipovolemik tingkat lanjut terjadi perubahan status mental (bahkan terjadi koma),
hipotensi dan takikardi yang semakin mencolok. (Oman, 2008)

Syok hipovolemik ditandai dengan hilangnya sirkulasi volume darah yang efektif. Dapat juga
disebabkan oleh :

 Perdarahan internal atau eksternal


Perdarahan internal atau eksternal, misalnya akibat ruptur pada trauma organ internal
atau ruptur pembuluh darah besar, menyebabkan berkurangnya volume darah. Tekanan
darah awalnya dipertahankan melalui mekanisme kompensatori, beberapa kondisi akan
diketahui melalui pada pemeriksaan klinis; tanda dan gejalanya seperti merasa dingin,
kulit basah dan denyut nadi yang tinggi. (Underwood, 1999)
 Meningkatnya permeabilitas vaskuler dan atau dilatasi secara luas dapat terjadi
akibat (Underwood, 1999):
 Mekanisme neurogenik (seperti cedera medula spinalis)
 Reaksi anafilaktik
 Luka bakar yang hebat
 Toksemia bakteri

5. PENATALAKSANAAN

9
 MEDIS SYOK HIPOVELEMIK

Tujuan utama dalam mengatasi syok hipovelemik adalah memulihkan volume intravaskular
untuk membalik urutan peristiwa sehingga tidak mengarah pada perfusi jaringan yang tidak
adekuat, meredistribusi volume cairan, dan memperbaiki penyebab yang mendasari kehilangan
cairan secepat mungkin. (Brunner & Suddarth, 2002)

a. Pemantauan

Parameter yang harus dipantau selama stabilisasi dan pengobatan antaralain: denyut
jantung, frekuensi pernafasan, tekanan darah, tekanan vena sentral (CVP), dan pengeluaran
urine. Pengeluaran urine yang kurang dari 30 ml/jam (0,5 ml/kg/jam) menunjukkan prkusi
ginjal yang tidak adekuat. (Eliastam, 1998)

b. Penatalaksanaan pernafasan

Pasien diberikan aliran oksigen yang tinggi melalui masker atau kanula. Jalan nafas yang
bersih harus dipertahankan dengan posisi kepala dan mandibula yang tepat dan aliran
pengisapan darah dan sekret yang sempurna. Penentuan gas darah arterial harus dilakukan
untuk mengamati ventilasi dan oksegenasi. Jika ditemukan kelainan secara klinis atau
laboratorium analisis gas darah, pasien harus diintubasi dan diventilasi dengan ventilator
yang volumenya terukur, volume tidal harus diatur sebesar 12-15 ml/kg, frekuensi pernafasan
sebesar 12-16 per menit. Oksigen harus diberikan untuk mempertahankan PO2 sekitar
100mlHg. Jika cara pemberian ini gagal untuk menghasilkan oksigenasi yang adekuat atau
jika fungsi paru-paru menurun harus ditambahkan 3-10 cm tekanan ekspirasi akhir positif.
(Eliastam, 1998)

c. Pengobatan penyebab yang mendasari


Jika pasien mengalami hemorage, upaya dilakukan untuk menghentikan pendarahan.
Upaya ini dapat mencakup pemasangan tekanan pada tempat pendarahan atau mungkin
diperlukan pembedahan untuk menghentikan pendarahan internal. Jika penyebab
hipovelemia adalah diare atau muntah-muntah, medikasi untuk mengatasi diare dan muntah-
muntah diberikan. (Brunner & Suddarth, 2002)

10
d. Penggantian cairan dan darah

Dua jarum intravena dengan jarum besar dipasang untuk membuat akses intravena guna
pemberian cairan. Dua akses intravena memungkinkan pemberian secara simultan terapi
cairan dan komponen darah jika diperlukan. Karena tujuan penggantian cairan adalah untuk
memulihkan volume intravaskular, penting artinya untuk memberikan cairan yang akan tetap
berada dalam kompartemen intravaskular dan dengan demikian menghindari terciptanya
perpindahan cairan dari kompertemen intravaskular ke dalam kompertemen intraselular.
(Brunner & Suddarth, 2002)

1) Ringer laktat dan natrium klorida 0,9 % keduanya adalah cairan kristaloid, adalah
dua cairan isotonik yang umumnya digunakan dalam mengatasi syok hipovolemik.
(Brunner & Suddarth, 2002)
2) Koloid (albumin, hetastarch, dan dekstran 6%) kini banyak digunakan. Dekstran
tidak diindikasikan jika penyebab syok hipovolemik adalah hemoragi karena akan
mengganggu agregasi trombosit. (Brunner & Suddarth, 2002)
3) Produk darah, juga koloid mungkin harus diberikan terutama adalah penyebab
syok hipovolemik adalah hemoragik. Namun,karena resiko transmisi virus melalui darah
dan kelangkaan produk darah, produk ini hanya diberikan jika alternatif lain atau
kehilangan darah sangat banyak dan cepat. (Brunner & Suddarth, 2002)
4) Ototransfusi, pengumpulan dan retransfusi darah pasien sendiri, mungkin saja
dilakukan. Tindakan ini mengurangi resiko penularan penyakit menular atau reaksi
transfusi, dan meniadakan waktu yang lama yang dibutuhkan untuk pemeriksaan
golongan darah dan cocok silang darah. Ototransfusi dilakukan bila klien mengalami
perdarahan dalam rongga tertutup seperti dalam dada atau rongga abdomen. (Brunner &
Suddarth, 2002)

11
e. Redistribusi cairan

Selain memberikan cairan untuk memulihkan volume intravaskular, pengaturan posisi


pasien yang tepat juga membantu redistribusi cairan. Posisi trendelenburg yang dimodifikasi
dianjurkan dalam syok hipovolemik. Dengan meninggikan tungkai pasien, arus balik vena
lebih ditingkatkan oleh pengaruh gaya gravitasi. Memberikan posisi klien dalam posisi
trendelenburg sempurna akan membuat kesulitan bernafas dan karenanya tidak dianjurkan.
(Brunner & Suddarth, 2002)

Military antishock trousers (MAST) mungkin digunakan dalam situasi yang benar-benar
gawat di masa perdarahan tidak dapat dikendalikan seperti pada trauma atau perdarahan
retroperitoneal. Military antishock trousers (MAST) adalah pakaian yang dirancang untuk
memperbaiki perdarahan internal dan hipovolemia dengan memberikan tekanan balik di
sekitar tungkai dan abdomen. Alat in menciptakan tahanan perifer anti artifisial dan
membantu menahan perfusi koroner. Alat ini harus dipasang secepat mungkin setelah cedera,
lebih baik lagi sebelum pasien dipindahkan ke bagian emergensi. (Brunner & Suddarth,
2002)

f. Medikasi

Jika pemberian cairan gagal untuk menangani syok, maka medikasi yang sama diberikan
pada syok kardiogenik digunakan karena syok hipovolemik yang tidak teratasi akan
mengarah pada syok kardiogenik (“lingkaran setan”). (Brunner & Suddarth, 2002)

Jika penyebab yang mendasari hipovolemia adalah dehidrasi, medikasi akan diresepkan
untuk mengatasi penyebab dehidrasi. Sebagai contoh, insulin akan diberikan pada pasien
dengan dehidrasi sekunder terhadap hiperglikemia; desmopresin (DDVP) untuk diabetes
insipidus, preparat anti diare untuk diare, dan anti emetik untuk muntah-muntah. (Brunner &
Suddarth, 2002)

12
g. Vasopresor

Pada kebanyakan kasus vasopresor tidak boleh digunakan karena akan mengurangi
perkusi jaringan. Vasopresor dapat diberikan sebagai tindakan sementara untuk
meningkatkan tekanan darah sampai didapatkannya cairan pengganti yang adekuat. Hal ini
terutama bermanfaat bagi pasien yang lebih tua dengan penyakit koroner atau penyakit
pembuluh darah otak yang berat. Zat yang digunakan adalah norepineprin 4-8 mg yang
dilarutkan dalam 500 ml 5% dekstrosa dalam air (D5W), atau metaraminol, 5-10 mg yang
dilarutkan dalam 500 ml D5W, yang bersifat vasokonstriktor predominan dengan efek yang
minimal pada jantung. Dosis harus disesuaikan dengan tekanan darah. (Eliastam, 1998)

 PENATALAKSANAAN UMUM
Pencegahan primer syok merupakan fokus keperawatan yang esensial. Syok hipovolemik
dapat dicegah dalam beberapa keadaan dengan pemantauan ketat pasien yang berisiko untuk
mengalami defisit cairan dan membantu dalam penggantian cairan sebelum volume
intravaskular menipis. Pada keadaan lainnya, syok hipovolemik tidak dapat dicegah dan
asuhan keperawatan berfokus pada membantu pengobatan yang ditargetkan pada mengatasi
penyebab dan memulihkan volume intravaskular. (Brunner & Suddarth, 2002)
Tindakan keperawatan umum termasuk memastikan dengan aman pemberian cairan dan
medikasi yang diresepkan dan mendokumentasikan pemberian tersebut serta efeknya. Peran
keperawatan yang penting lainnya adalah pemantauan tanda komplikasi dan efek samping
pengobatan dan melaporkan tanda ini sedini mungkin dalam perjalanan pengobatan.
(Brunner & Suddarth, 2002)
Pemberian transfusi darah dengan aman adalah peran keperawatan yang penting. Dalam
situasi kegawatan penting artinya untuk dengan cepat mendapatkan spesimen darah untuk
menetapkan jumlah sel darah (JSD) dasar dan untuk menentukan golongan darah serta
melakukan cocok silang darah pasien untuk mengantisipasi transfusi darah. Pasien yang
menerima transfusi produk darah harus dipantau dengan ketat terhadap efek yang merugikan.
(Brunner & Suddarth, 2002)

13
Komplikasi penggantian cairan merupakan hal yang mungkin timbul, seringkali terjadi
bila sejumlah besar volume cairan diberikan dengan cepat. Karenanya perawat memantau
pasien terhadap kelebihan beban kerja kardiovaskular dan edema pulmonari. Risiko
komplikasi ini meningkat pada pasien lansia dan mereka yang telah mengalami penyakit
jantung sebelumnya. Pemantauan termasuk : pemantauan tekanan hemodinamik, tanda vital,
gas darah arteri, kadar hemoglobin dan hematokrit, serta masukan dan haluaran cairan.
Pengkajian fisik difokuskan pada mengamati distensi vena jugular dan pengamatan tekanan
vena jugular (TVJ) pasien. TVJ akan rendah pda syok hipovolemik; akan meningkat dengan
penanganan yang efektif dan akan meningkat dengan bermakna pada kelebihan cairan dan
gagal jantung kongestif. Status jantung dan pernafasan pasien dipantau dengan ketat;
perubahan dalam frekuensi dan irama jantung serta bunyi paru harus dilaporkan oleh perawat
pada dokter. (Brunner & Suddarth, 2002)
Oksigen diberikan untuk meningkatkan jumlah oksigen yang dibawa oleh hemoglobin
yang tersedia dalam darah. Pasien yang dalam keadaan kelam pikir mungkin akan merasa
takut dengan masker oksigen atau kanula. Penjelasan yang sering tentang pentingnya masker
oksigen ini dapat mengurangi sebagian rasa takut dan ansietas pasien. Secara simultan,
perawat harus mengarahkan upaya pada tindakan yang memberikan keamanan dan
kenyamanan pasien. (Brunner & Suddarth, 2002)

6. KOMPLIKASI

1. Kerusakan ginjal

14
Gagal ginjal mempunyai sebab prarenal, renal, ataupun pasca renal, dan masing-
masingnya bisa akut atau. Penurunan volume darah yang bersirkulasi atau hipotensi
menyebabkan gagal ginjal akut prarenal yang dapat didiagnosis dari tanda hipovolemia
kronis dan menurunkan perfusi ginjal. (Boswick, 1997)
2. Kerusakan otak
Neuron otal mempunyai risiko yang paling besar karena kerusakan ireversibel dapat
terjadi hanya dalam beberapa menit setelah pemberhentian aliran darah dan oksigenasi
(Sarjadi, 1999)
3. Gangren dari lengan atau kaki, kadang-kadang mengarah ke amputasi
Jika suplai darah pada kaki, atau tangan sangat kurang atau teputus dalam waktu lama
bisa terjadi kematian pada jaringan (Misnadiary, 2006). Akibatnya daerah tersebut kurang
mendapat makanan, oksigen, dan kebutuhan zat lainnya. Bila tidak segera ditanggulangi
dapat menimbulkan gangren, yaitu rusak dan membusuknya jaringan. Daerah yang
terkena gangren biasanya ujung-ujung kaki atau tangan (Suryo, 2003)
4. Serangan jantung
Pengangkatan kaki sering dilakukan untuk meningkatkan aliran balik vena pada pasien
hipovolemik. Tekanan darah yang rendah dan curah jantung yang rendah, misalnya
karena perdrahan dan dehidrasi, akan menyebabkan cedera yang berat dan tidak dapat
kembali pada organ lain seperti ginjal dan otak. Kegagalan sirkulasi akan menyebabkan
hipoksia jaringan dan sianosis. Jika dilanjutkan dengan resusitasi pada pasien yang tidak
sadar, perhatikan warna kulit pasien dan perfusi perifer. Jika diputuskan untuk melakukan
masase jantung, maka nadi femoralis harus diraba untuk melihat keefektifan masase
tersebut. Jika resusitasi efektif. (Dobson, 1994)

DAFTAR PUSTAKA

15
Baughman, Diane C, dkk. 2000. Keperawatan Medikal Bedah Buku Saku dari Brunner&
Suddarth. Jakarta: EGC

Boswick, John. 1997. Perawatan Gawat Darurat. Jakarta: EGC


Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Dobson, Michael B. 1994. Penuntun Praktis Anestesi. Jakarta: EGC


Eliastam, Michael. 1998. Penuntun Kedaruratan Medis. Jakarta: EGC

Manuba, Ida B G. 2007. Pengantar Kuliah Obsetri. Jakarta: EGC

Mitchell, dkk. 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins dan Cotran Ed.7. Jakarta:
EGC

Oman, Katheleen S. 2008. Panduan Belajar Keperawatan Emergensi. Jakarta: EGC

Sabiston, David C. 1995. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC

Sardjadi. 1999. Patologi Umum dan Sistematik. Jakarta: EGC


Sudoyo, Aru W, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed.4 Jilid 1. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI

Suryo, Joko. 2003. Rahasia Herbal Penyembuh Diabetes. Jakarta: B-first


Tambayong, J. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Underwood, J.E.C . 1999. Patologi Umum dan Sistemik Volume 1 Edisi 2. Jakarta : EGC

https://www.scribd.com/document/246583719/MAKALAH-SYOK-HIPOVOLEMIK

16

Anda mungkin juga menyukai