DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS TANARARA
Desa Praibokul – Kec. Matawai La Pawu Hp. 082199484807
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS TANARARA
Menetapkan :
Ditetapkan di Tanarara
Pada tanggal 3 Januari 2018
KEPALA PUSKESMAS
TANARARA,
KALUKUR LIJANG
Tembusan :
1. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumba Timur
2. Arsip
Lampiran : Keputusan Kepala Puskesmas Tanarara
Nomor : Pusk.TNR445 / UKP.VII.SK / 001 / I / 2018
Tanggal : 05 Januari 2018
A. Pendaftaran pasien
1. Pendaftaran pasien harus dipandu dengan prosedur yang jelas.
2. Pendaftaran dilakukan oleh petugas yang kompeten yang memenuhi kriteria. Memiliki
pendidikan SMA/SMK/ DIII rekam medis.
3. Pendaftaran pasien memperhatikan ketepatan identitas pasien untuk menjamin
keselamatan pasien.
4. Data yang harus dicatat di rekam medis meliputi nama lengkap , tanggal lahir, agama,
jenis kelamin, alamat, pekerjaan, pendidikan terakhir, dan nomor kartu KIS / BPJS bila
ada
5. Identitas pasien harus dipastikan minimal dengan dua cara dari identifikasi: nama
pasien, tanggal lahir, alamat/tempat tinggal, dan nomor rekam medis.
6. Informasi tentang jenis layanan klinis yang tersedia dan informasi lain yang dibutuhkan
masyarakat yang meliputi tarif pelayanan, jenis pelayanan, jadwal pelayanan, alur
pelayanan, ketersediaan tempat tidur, hak dan kewajiban pasien dan informasi tentang
kerjasama dengan fasilitas kesehatan yang lain yang dapat disediakan di tempat
pendaftaran.
7. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada keseluruhan proses pelayanan
yang dimulai dari pendaftaran.
8. Kendala fisik,bahasa dan budaya, serta penghalang lain wajib diidentifikasi dan ditindak
lanjuti.
9. Pasien dengan disabilitas, batuk kronis atau penyakit menular wajib didahulukan untuk
mencegah kemungkinan penularan ke pasien lain.
C. Pelaksanaan layanan
1. Pelaksanaan layanan dipandu dengan pedoman dan prosedur pelayanan klinis.
2. Pedoman dan prosedur pelayanan klinis meliputi: pelayanan medis, keperawatan
kebidanan dan pelayanan profesi kesehatan yang lain.
3. Pelaksanaan layanan dilakukan sesuai rencana layanan.
4. Pelaksanaan layanan dan perkembangan pasien harus dicatat dalam rekam medis.
5. Jika dilakukan perubahan rencana layanan harus dicatat dalam rekam medis
6. Jika diperlukan informasi tambahan dari profesi kesehatan lainnya maka pemberi
layanan wajib memberikan rujukan internal ke profesi kesehatan terkait.
7. Tindakan medis pengobatan yang berisiko wajib diinformasikan pada pasien sebelum
mendapat persetujuan.
8. Pemberian informasi dan persetujuan pasien wajib didokumentasikan.
9. Pelaksananan layanan klinis harus dimonitor, dievaluasi, dan ditindaklanjut.
10. Evaluasi harus dilakukan terhadap pelaksanaan dan tindak lanjut.
11. Pasien gawat darurat harus di triase terlebih dahulu oleh perawat UGD dengan
mengikatkan pada lengan kanan pita berwarna hijau / kuning / merah.
12. Kasus–kasus gawat darurat harus diprioritaskan dan dilaksanakan sesuai prosedur
pelayanan pasien gawat darurat.
13. Kasus-kasus beresiko tinggi harus ditangani sesuai dengan prosedur pelayanan kasus
berisiko tinggi.
14. Kasus – kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap terjadinya infeksi harus
ditangani dengan memperhatikan prosedur pencegahan.
15. Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan prosedur pemberian obat
yang baku dan mengikuti prosedur aseptik.
16. Kinerja pelayanan klinis harus dimonitor dan dievaluasi sesuai prosedur yang jelas.
17. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada saat pemberian layanan.
18. Penilaian kepuasan pelanggan wajib dilaksanakan, didokumentasi dan dievaluasi
secara berkala.
19. Keluhan pasien/keluarga wajib diidentifikasi, didokumentasikan dan ditindaklanjuti.
20. Pelaksanaan layanan dilakukan secara tepat dan terencana untuk menghindari
pengulangan yang tidak perlu.
21. Layanan mulai dari pendaftaran, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
perencanaan layanan, pelaksanaan layanan, pemberian obat/tindakan, sampai dengan
pasien pulang atau dirujuk harus dijamin kesinambungannya serta harus ditulis dengan
lengkap di rekam medis pasien
22. Apabila pasien telah mendapatkan hasil pemeriksaan penunjang dari laboratorium
maka pasien dapat memberikan hasil tersebut kepada petugas yang meminta
pemeriksaan.
23. Apabila pasien membawa surat rujukan balik maka petugas wajib mencatat hasil
rujukan balik pada rekam medis pasien dan menyusun rencana layanan berdasarkan
saran – saran yang tertulis pada surat rujukan balik.
24. Pasien berhak untuk menolak pengobatan.
25. Pasien berhak untuk menolak jika dirujuk.
26. Penolakan untuk melanjutkan pengobatan maupun untuk rujukan dipandu oleh
prosedur yang baku.
27. Jika pasien menolak untuk pengobatan/rujukan wajib diberikan informasi tentang hak
pasien untuk membuat keputusan, akibat dari keputusan dan tanggung jawab mereka
berkenaan dengan keputusan tersebut.
28. Layanan anastesi lokal dan pembedahan harus dilaksanakan oleh petugas yang
kompeten.
29. Pelayanan anastesi lokal dan pembedahan harus dipandu dengan prosedur baku.
30. Sebelum melakukan anastesi dan pembedahan harus mendapatkan informed consent.
31. Informed Consent dinyatakan dalam bentuk form yang wajib ditandatangani oleh
pemberi informasi, pasien, dan saksi dari keluarga pasien.
32. Informasi yang dituliskan pada form informed consent meliputi : diagnosis, tindakan
yang akan dilakukan, resiko yang dapat terjadi selama tindakan, komplikasi apabila
tindakan tidak dilakukan, alternatif pengobatan, sedasi yang digunakan selama
tindakan, persetujuan / pertidaksetujuan pasien terhadap tindakan dan tandatangan
pasien, saksi 1 dari keluarga pasien dan saksi 2 dari tenaga kesehatan.
33. Status fisiologis pasien wajib dimonitor selama pemberian anastesi dan pembedahan.
34. Pendidikan penyuluhan kesehatan pada pasien dilaksanakan sesuai dengan rencana
layanan.
35. Pemberian makanan pada pasien postpartum harus dilaksanakan sesuai dengan
rencana layanan
KALUKUR LIJANG