Skripsi Tanpa Bab Pembahasan
Skripsi Tanpa Bab Pembahasan
(Skripsi)
Oleh
KHAIRUNNISA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
Oleh
KHAIRUNNISA
Salah satu alternatif pengendalian gulma yang ramah lingkungan adalah dengan
tanaman, contohnya daun yang digunakan dalam bentuk ekstrak. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari ekstrak daun ketapang
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yang terdiri atas kontrol,
ekstrak daun ketapang, ekstrak daun mahoni, dan ekstrak daun kerai payung
dengan konsentrasi tunggal yaitu 50%. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa ketiga ekstrak daun yang digunakan memiliki efektivitas yang sama
klorofil dan berat kering perlakuan ekstrak daun tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata dengan perlakuan tanpa bioherbisida. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian lanjutan mengenai potensi ketiga ekstrak daun tersebut terhadap gulma
By
KHAIRUNNISA
One of the alternative enviromentally friendly way to control the weeds was using
bioherbicide. Bioherbicide could make up from plants part, for example is leaf
that used in extract form. The aim of this research was to know the effect from
bioherbicides to the growth of Cyperus rotundus and to know which leave extract
was the most effective to prevent the growth of Cyperus rotundus. This research
used maserated leaves extract with polar etanol solvent. The research used
leaf extract, and Filicium decipiens leaf extract with a single concentration of
50%. The results of this research showed the three of leaves extract were very
effective as bioherbicides. The leaf extracts had a very effective effect to prevent
the height, the amount of leaves and the roots length of Cyperus rotundus. While
the leaf extracts had no effect to the clhorophyl and dry weight. So, it is necessary
Khairunnisa
to have an advance research about the potential of these three leaves extracts to
the other kind of weeds and the utilization of the other leaves extract as
bioherbicides.
Oleh
KHAIRUNNISA
Skripsi
pada
Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SDN 3 Karang Anyar Lampung Selatan pada
tahun 2008, SMPN 20 Bandar Lampung pada tahun 2011, dan SMAN 13 Bandar
Gunung Batin Ilir, Kecamatan Terusan Nunyai, Kabupaten Lampung Tengah pada
bulan Januari hingga Februari 2017 selama 40 hari. Penulis juga telah
Daun Ketapang, Mahoni, dan Kerai Payung terhadap Cyperus rotundus L.”
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Jurusan
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini
dari bantuan, dorongan, dan kemurahan hati dari berbagai pihak. Maka dari itu,
pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
2. Bapak Ir. Indriyanto, M.P. selaku dosen pembimbing pertama yang senantiasa
3. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., selaku dosen pembimbing kedua dan
4. Bapak Drs. Afif Bintoro, M.P. selaku pembahas atau penguji atas semua
skripsi ini.
5. Ibu Dr. Hj. Bainah Sari Dewi, S.Hut., M.P., IPM. selaku dosen pembimbing
6. Segenap Dosen Pengajar dan Staf Jurusan Kehutanan yang telah membantu
7. Kedua orang tua penulis, Drs. Sumarto dan Dra. Yulianty, M.Si yang selalu
Dani Jengnia Jaya, dan Cecilinia Tika Laura atas segala bantuan, dukungan,
10. Sahabat penulis Ameliyah Nafli, Farah Shahnaz Imami, Indah Safitri,
Khadijah Khalda, Nindy Indriyani, Nova Irdianti, Risqi Dwi Maulina, dan
Yunita Sari.
ii
11. Serta semua pihak yang telah terlibat dalam penelitian dan penyelesaian
skripsi mulai dari awal hingga akhir, yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu.
Khairunnisa
iii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 4
1.5 Kerangka Pemikiran....................................................................... 4
1.6 Hipotesis ........................................................................................ 7
V. SIMPULAN......................................................................................... 43
5.1 Simpulan......................................................................................... 43
5.2 Saran............................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 43
LAMPIRAN............................................................................................... 49–63
Gambar 18–23............................................................................................. 49–51
Tabel 4–28................................................................................................... 52–63
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Penentuan konsentrasi ekstrak daun ketapang, mahoni,
dan kerai payung .................................................................................. 21
10. Uji normalitas (Chi Square Test) jumlah daun Cyperus rotundus....... 55
11. Uji homogenitas (Bartlett test) jumlah daun Cyperus rotundus .......... 55
13. Uji beda nyata jujur (BNJ) jumlah daun Cyperus rotundus ................ 56
15. Uji normalitas (Chi Square Test) panjang akar Cyperus rotundus ...... 57
23. Uji beda nyata jujur (BNJ) kandungan klorofil Cyperus rotundus...... 61
25. Uji normalitas (Chi Square Test) berat kering Cyperus rotundus ....... 62
28. Uji beda nyata jujur (BNJ) berat kering Cyperus rotundus ................. 63
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram alir penelitian tentang potensi ekstrak daun ketapang,
mahoni, dan kerai payung sebagai bioherbisida terhadap
Cyperus rotundus ................................................................................. 7
4. Proses sterilisasi tanah dengan cara pengukusan pada air mendidih ... 17
18. Proses persiapan media tanam Cyperus rotundus berupa top soil
di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Lampung..................... 49
ix
I. PENDAHULUAN
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang
seperti tanaman lain yaitu kebutuhan akan cahaya, nutrisi, air, dan ruang tumbuh
gulma dan tanaman budidaya yang apabila tidak dikendalikan dapat menghambat
pertumbuhan tanaman.
Gulma terdiri atas banyak golongan yang membedakan satu gulma dengan gulma
menjadi gulma daun lebar (broad leaves), gulma daun sempit (grasses), gulma
pakis-pakisan (ferns), dan gulma teki-tekian (sedges). Salah satu contoh golongan
teki adalah Cyperus rotundus L. Cyperus rotundus termasuk gulma tahunan yang
Travlos dkk. (2008) dan Shabana dkk. (2010), Cyperus rotundus merupakan salah
satu masalah yang paling serius di banyak bagian dunia. Di Indonesia Cyperus
(TNBBS).
waktu yang lama, tenaga dan biaya yang besar, sehingga kurang efektif.
gulma menjadi resisten dan membentuk residu yang dapat meracuni tanaman.
lingkungan.
Salah satu alternatif usaha pengendalian gulma yang aman adalah dengan
bagian organ tanaman misalnya daun yang kemudian diaplikasikan dalam bentuk
ekstrak (Soltys dkk., 2013). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh
pada taraf konsentrasi 50%. Menurut El-Rafie dan Hamed (2014) daun ketapang
senyawa fenolik, tannin, flavonoid, alkaloid, terpenoid, dan saponin (Tan, 2009;
Durai dkk., 2016; Ushie dkk., 2018), yang diduga mampu menghambat
pertumbuhan gulma. Demikian pula dengan daun kerai payung yang mengandung
senyawa bioaktif yang dapat digunakan sebagai sumber potensial untuk herbisida
alami (Bari dan Kato-Nouguchi, 2017). Berdasarkan uraian di atas maka perlu
dilakukan penelitian untuk menggali potensi dari ekstrak daun ketapang, mahoni,
1. Apakah ada pengaruh pemberian ekstrak daun ketapang, mahoni, dan kerai
Cyperus rotundus?
4
1.3 Tujuan Penelitian
selanjutnya.
pada daerah tropis seperti Indonesia. Iklim tropis yang ada di Indonesia memiliki
karakteristik basah, curah hujan tinggi serta temperatur yang tinggi sehingga dapat
tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak diinginkan
manusia (Sukman dan Yakup, 2002). Menurut Sutidjo (1981), jika ditinjau dari
segi ekologi gulma merupakan tumbuhan yang mudah beradaptasi dan memiliki
5
daya saing yang kuat dengan tanaman budidaya. Kehadiran gulma dapat menjadi
kompetitor akan cahaya, nutrisi, air, dan ruang tumbuh (Moenandir, 1988).
Salah satu gulma yang seringkali ditemukan adalah rumput teki (Cyperus
rotundus L.). Berdasarkan USDA NRCS (2014), Cyperus rotundus adalah gulma
tahunan yang hidup berkoloni, biasanya tumbuh dengan tinggi mencapai 60 cm,
dan bereproduksi secara ekstensif dengan rimpang dan umbi. Rimpang yang
tumbuh ke bawah atau secara horizontal dapat dengan mudah membentuk umbi
atau rantai umbi yang menyebabkan terbentuknya Cyperus rotundus yang baru.
dalam tanah, sehingga dapat tumbuh dan tersebar dengan cepat kemudian mampu
rotundus telah tersebar luas di berbagai lahan salah satunya kehutanan. Menurut
Master (2015), Cyperus rotundus merupakan termasuk salah satu tumbuhan asing
risiko penggunaan herbisida kimia adalah menggunakan herbisida alami atau yang
perlu digali potensinya sebagai bioherbisida adalah daun ketapang, mahoni, dan
6
kerai payung. Daun ketapang, mahoni, dan kerai payung diketahui mengandung
terpenoid, alkaloid, tannin, dan saponin. Perez dkk. (2010) menyatakan bahwa
rotundus. Menurut Gani dkk. (2017), ekstrak daun ketapang dengan konsentrasi
0,3 g/ml telah menyebabkan kematian pada maman ungu (Cleome rutidosperma
dalam tanaman mahoni dan kerai payung. Menurut Mukaromah dkk. (2016),
pada konsentrasi 3,25 mg/L. Demikian pula daun kerai payung dengan
Cara pengendalian
gulma
1.6 Hipotesis
Bioherbisida adalah senyawa yang berasal dari organisme hidup yang mampu
2007). Menurut Cai dan Gu (2016), potensi bioherbisida bisa dikembangkan dari
patogen, produk alami, dan ekstrak bahan alami. Bioherbisida menawarkan biaya
terpenoid, strigolakton, asam fenol, tanin lignin, asam lemak dan asam amino
9
non protein. Senyawa tersebut terkandung pada beberapa organ tanaman seperti
akar, rimpang, daun, batang, kulit kayu, bunga, buah, dan biji. Efek yang
pengelolaan gulma yaitu ekstrak dari tanaman yang bisa diaplikasikan dengan
penyemprotan daun. Selain mengurangi biaya aplikasi herbisida, metode ini juga
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Myrtales
Suku : Combretaceae
Marga : Terminalia
Tengah dan Amerika Selatan. Habitat yang disukai oleh ketapang adalah daerah
dataran rendah (daerah pantai) hingga ketinggian 500 meter di atas permukaan
Daun ketapang termasuk daun yang tidak lengkap karena hanya memiliki tangkai
daun (petiolus) dan helaian daun (lamina). Daun ketapang memiliki daun
berambut halus di sisi bawah dan berbentuk lebar di bagian tengah daun, ujung
daun meruncing, tepi daun yang merata, daging daun tipis dan memiliki tulang
Klasifikasi tanaman mahoni daun lebar menurut sistem Cronquist (1981) adalah
sebagai berikut.
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Sapindales
Suku : Meliaceae
Marga : Swietenia
merupakan jenis pohon tropis endemik Amerika Tengah dan Amerika Selatan
yang memiliki persebaran alami yang luas, terbentang dari Meksiko sampai
Bolivia dan Brazil Tengah. Spesies mahoni ini juga ditanam di Asia Tenggara dan
Pasifik yaitu India, Indonesia, Filipina dan Sri Lanka. Perkembangan alami
optimum Swietenia macrophylla adalah pada kondisi hutan tropis kering dengan
curah hujan tahunan 1000–2000 mm, suhu tahunan rata-rata 24°C dan rasio
evapotranspirasi potensial dari 1–2. Di Indonesia mahoni daun lebar tumbuh pada
ketinggian dari 0–1500 mdpl, di daerah dengan suhu rata-rata tahunan dari 20°–
Klasifikasi tanaman mahoni daun lebar menurut sistem Cronquist (1981) adalah
sebagai berikut.
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Sapindales
Suku : Sapindaceae
Marga : Filicium
sebagai berikut.
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Bangsa : Cyperales
Suku : Cyperaceae
Marga : Cyperus
mencapai ketinggian 10–75 cm. Arah tumbuh batangnya tegak lurus. Daunnya
berbentuk pita, berwarna mengkilat dan berjumlah 4–10. yang berkumpul pada
pangkal batang membentuk roset akar dengan pelepah daun yang tertutup di
bawah tanah. Ujung daun meruncing, lebar helaian daun 2–6 cm (Wijayakusuma,
2000).
Bunga Cyperus rotundus ini berwarna hijau kecoklatan yang terletak pada ujung
tangkai dengan tiga tunas kepala benang sari berwarna kuning jernih, membentuk
bercabang tiga. Cyperus rotundus memiliki buah berbentuk kerucut besar pada
2.5.2 Ekologi
Cyperus rotundus merupakan tumbuhan asli India, namun telah dikenal di seluruh
dunia (Holm dkk.,1977). Tumbuhan ini merupakan hama yang serius di bagian
tenggara mulai dari Virginia sampai Texas Tengah. Gulma ini juga telah banyak
tumbuh di beberapa bagian Arizona dan Amerika Serikat California dan memiliki
merupakan gulma tahunan. Gulma ini merupakan gulma yang tahan pada suhu
tinggi dan dapat tumbuh baik pada semua jenis tanah. Gulma ini mudah
ditemukan di pinggir jalan, padang rumput, dan daerah alami (USDA NRCS,
2014).
atmosfer minimum adalah -50°C, suhu di bawah -50°C umbi tidak akan
penyebarannya ke daerah beriklim tropis dan lebih hangat (USDA NRCS, 2014).
III. METODE PENELITIAN
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cyperus rotundus L. yang
digunakan sebagai tanaman yang akan diuji serta daun ketapang (Terminalia
catappa L.), daun kerai payung (Filicium decipiens (Wight & Arn.) Thwaites),
dan daun mahoni (Swietenia macrophylla King) yang digunakan sebagai ekstrak
bioherbisida, etanol 96% sebagai pelarut, aquades, dan top soil sebagai media
semai. Alat yang diperlukan meliputi oven, labu erlenmeyer, pipet tetes, gelas
kuvet, blender, corong, polybag, kertas label, aluminium foil, dan penggaris.
16
3.3 Rancangan Percobaan
Penelitian ini dirancang dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas
4 perlakuan yaitu kontrol, ekstrak ketapang, ekstrak mahoni, dan ekstrak kerai
diulang sebanyak 5 kali, setiap satuan percobaan terdiri atas 3 Cyperus rotundus
Keterangan :
A0 : 0% (kontrol)
A1 : konsentrasi ekstrak daun ketapang 50%
A2 : konsentrasi ekstrak daun mahoni 50%
A3 : konsentrasi ekstrak daun kerai payung 50%
U1 : ulangan pertama
U2 : ulangan kedua
U3 : ulangan ketiga
U4 : ulangan keempat
U5 : ulangan kelima
17
3.4 Kegiatan Penelitian
Media tanam yang digunakan berupa tanah (top soil) yang diperoleh dari
mendidih agar suhu tanah naik. Budiastuti dkk. (2004) menyatakan bahwa suhu
tanah yang naik diharapkan mampu membunuh hama dan penyakit serta biji
Proses sterilisasi tanah dengan cara pengukusan pada air mendidih dapat dilihat
pada Gambar 4.
Gambar 4. Proses sterilisasi tanah dengan cara pengukusan pada air mendidih.
18
3.4.2 Persiapan Cyperus rotundus
Tanah yang sudah dimasukkan ke dalam polybag digunakan sebagai media tanam
sebanyak 60. Penyiraman dilakukan dengan air biasa secukupnya setiap hari agar
tumbuhan dapat beradaptasi. Cyperus rotundus yang telah ditanam pada media
Daun ketapang, mahoni, dan kerai payung dikumpulkan dari tanaman yang ada di
tua (tidak terlalu muda/ tidak terlalu tua). Hal ini didasarkan pada pernyataan
dewasa berupa vakuola yang berisi berbagai bahan organik dan anorganik. Daun
dipilih yang tidak rusak dan tidak terserang hama penyakit. Daun ketapang,
mahoni, dan kerai payung yang telah terkumpul dapat dilihat pada Gambar 6.
a b c
Gambar 6. Daun ketapang (a), mahoni (b), dan kerai payung (c) yang telah
dikumpulkan untuk dijadikan ekstrak bioherbisida.
Daun yang telah terkumpul kemudian dicuci menggunakan air yang mengalir.
pengovenan dengan suhu 40ºC selama 9 jam (El-Rokiek dkk., 2010; Rivai dkk.,
2010). Daun yang telah kering dihancurkan hingga halus dengan menggunakan
Ekstraksi sampel daun dilakukan dengan metode maserasi dengan pelarut polar
yaitu etanol 96%. Ekstrak kering masing-masing daun direndam dalam etanol
selama 6x24 jam dan dilakukan pengadukan setiap hari. Hasil maserasi disaring
dengan corong buchner yang dialasi kertas saring. Selanjutnya hasil ekstraksi
ekstrak murni daun (Olayele dan Talulope, 2007; Gani dkk., 2017). Proses
Ekstrak murni daun yang telah dihasilkan dari proses maserasi, dicampur dengan
konsentrasi ekstrak daun ditunjukkan pada Tabel 1. Hasil ekstrak daun ketapang,
mahoni, dan kerai payung konsentrasi 50% dapat dilihat pada Gambar 9.
Tabel 1. Penentuan konsentrasi ekstrak daun ketapang, mahoni, dan kerai payung
Gambar 9. Ekstrak daun ketapang, mahoni, dan kerai payung konsentrasi 50%
yang telah siap diaplikasikan pada Cyperus rotundus.
menggunakan ekstrak daun ketapang, mahoni, dan kerai payung konsentrasi 50%
ekstrak dilakukan setiap 2 hari sekali sebanyak 10 ml per tanaman hingga hari ke
mulai dari pangkal tanaman sampai pada puncak tertinggi. Tinggi Cyperus
23
rotundus diukur dengan menggunakan penggaris mulai pangkal batang hingga
daun yang segar dan telah terbuka sempurna. Pengukuran jumlah daun dilakukan
mengambil sampel helaian daun untuk tiap perlakuan sebanyak 0,1 g yang dapat
dilihat pada Gambar 10. Sampel daun dipotong kecil-kecil, lalu diekstraksi
Pengukuran panjang akar dilakukan pada akhir pengamatan. Panjang akar diukur
mulai dari pangkal batang hingga ujung akar yang terpanjang. Pengukuran
yang sudah dibersihkan ke dalam oven dengan suhu 70°C selama 48 jam atau
hingga didapatkan berat yang konstan (Lestari dkk., 2008). Kemudian Cyperus
untuk mendapatkan berat kering Cyperus rotundus dapat dilihat pada Gambar 12.
26
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan Uji Chi Square. Uji ini cocok
untuk data dengan banyaknya angka besar (n>30). Signifikansi uji, nilai X2
hitung dibandingkan dengan X2 tabel (Chi-Square). Jika nilai X2 hitung < nilai X2
tabel, maka H0 diterima atau data pada sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Sedangkan jika nilai X2 hitung > nilai X2 tabel, maka H0
ditolak atau data pada sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi
pada eksperimen memiliki varian yang sama atau tidak. Uji homogenitas
penelitian ini menggunakan Uji Bartlett. Uji Bartlett merupakan uji homogenitas
varians terhadap 3 kelompok sampel atau lebih. Uji Bartlett dapat digunakan
apabila data yang digunakan sudah di uji normalitas dan datanya merupakan data
Analisis ragam dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh nyata dari
perlakuan yang diberikan. Jika hasil menunjukkan Fhitung > Ftabel, maka terdapat
pengaruh nyata dari perlakuan yang diberikan dan akan dilanjutkan ke uji lanjut.
Namun jika Fhitung< Ftabel maka tidak ada pengaruh nyata dari perlakuan yang
Uji lanjut yang digunakan pada penelitian ini adalah uji BNJ (Beda Nyata Jujur)
atau dapat juga disebut uji HSD (Honestly Significant Difference) atau Uji Tukey.
Uji BNJ dilakukan apabila hasil analisis ragam berpengaruh nyata atau hipotesis 0
membandingkan nilai rata-rata dengan nilai HSD. Apabila nilai rata-rata lebih
besar dari nilai HSD maka terdapat perbedaan yang nyata. Sedangkan apabila
nilai rata-rata lebih kecil dari nilai HSD maka tidak terdapat perbedaan yang
nyata.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil penelitian meliputi tinggi tumbuhan, jumlah daun, kandungan klorofil,
panjang akar dan berat kering diuji menggunakan uji normalitas (Chi Square).
Hasil uji normalitas dinyatakan bahwa data telah terdistribusi normal. Data yang
telah terdistribusi normal dilanjutkan dengan Uji Homogenitas (Uji Bartlett) dan
diketahui bahwa seluruh variabel pada penelitian ini telah homogen. Kemudian
dilakukan analisis ragam untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan dari
ekstrak daun ketapang, mahoni, dan kerai payung terhadap Cyperus rotundus.
Hasil analisis ragam dari seluruh variabel dapat dilihat pada Tabel 2.
Keterangan:
** : berbeda sangat nyata pada taraf 5%
tn : tidak berbeda nyata pada taraf 5%
30
Hasil analisis ragam diatas menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol daun
ketapang, mahoni, dan kerai payung dengan konsentrasi 50% berpengaruh sangat
nyata terhadap penghambatan rerata tinggi tumbuhan, jumlah daun, dan panjang
memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan kontrol, sehingga belum
keempat dan seterusnya. Data tinggi akhir Cyperus rotundus pada tiga perlakuan
(ekstrak daun kerai payung) menunjukkan titik yang hampir sama di akhir
Pertambahan tinggi Cyperus rotundus mulai dari minggu pertama hingga kelima
Gambar 13. Grafik rerata tinggi Cyperus rotundus pada setiap periode
pengamatan mingguan setelah diberi bioherbisida dari ekstrak daun
ketapang, mahoni, dan kerai payung. (Titik yang diikuti huruf yang
tidak sama menunjukkan pengaruh berbeda nyata berdasarkan uji
lanjut Tukey).
(ekstrak daun kerai payung) pada akhir pengamatan dapat dilihat pada Gambar 14.
(A0) tampak paling segar dan sehat dibandingkan Cyperus rotundus yang diberi
perlakuan (A1, A2, dan A3). Hal tersebut menandakan Cyperus rotundus yang
diberi ekstrak daun mengalami keracunan dengan indikasi awal pangkal batang
dan daun menguning di beberapa bagian, kemudian tumbuhan mulai layu dan
kering.
32
Pengaruh adanya reaksi dari pemberian bioherbisida terlihat pada jumlah daun
segar Cyperus rotundus. Penurunan jumlah daun segar terjadi pada minggu
mahoni, dan kerai payung memberikan pengaruh yang berbeda dengan kontrol.
dampak yang lebih besar dalam menghambat pertambahan jumlah daun Cyperus
Cyperus rotundus pada setiap periode pengamatan mingguan dapat dilihat pada
Gambar 15.
33
Gambar 15. Grafik rerata jumlah daun Cyperus rotundus pada setiap periode
pengamatan mingguan setelah diberi bioherbisida dari ekstrak daun
ketapang, mahoni, dan kerai payung. (Titik yang diikuti huruf yang
tidak sama menunjukkan pengaruh berbeda nyata berdasarkan uji
lanjut Tukey).
yang stabil dari minggu pertama hingga akhir, sedangkan perlakuan ekstrak daun
ketapang, mahoni, dan kerai payung mengalami pengurangan jumlah daun pada
perubahan warna daun di beberapa bagian. Perubahan warna pada daun Cyperus
Gambar 16. Gejala keracunan daun Cyperus rotundus yang ditandai dengan
perubahan warna.
tumbuhan yang diberi perlakuan ekstrak daun. Perlakuan ekstrak daun kerai
pengamatan antara kontrol (A0) dan ketiga perlakuan bioherbisida (A1, A2, dan
Gambar 17. Panjang akar Cyperus rotundus pada minggu kelima setelah diberi
bioherbisida dari ekstrak daun ketapang, mahoni, dan kerai payung
Ekstrak daun ketapang, mahoni, dan kerai payung pada penelitian ini tidak
berpengaruh secara nyata terhadap berat kering dan kandungan klorofil. Hal ini
yang diberi perlakuan ekstrak bioherbisida masih dapat berjalan. Jika diamati
secara analisis deskriptif, berat kering dan kandungan klorofil tetap memiliki
pengaruh dilihat dari nilai berat basah dan nilai berat kering yang berbanding
lurus serta kandungan klorofil yang tetap lebih tinggi pada Cyperus rotundus
Variabel yang berpengaruh nyata pada analisis ragam diuji lanjut menggunakan
uji Tukey. Notasi pada satu baris yang diikuti huruf yang sama menunjukkan
perlakuan tidak berbeda nyata, sebaliknya jika diikuti huruf yang berbeda maka
36
perlakuan berbeda nyata. Perlakuan bioherbisida yang berbeda nyata dengan
kontrol adalah tinggi, jumlah daun, dan panjang akar. Hasil uji Tukey terhadap
Tabel 3. Hasil uji Tukey pengaruh perlakuan ekstrak daun ketapang, mahoni, dan
kerai payung terhadap beberapa variabel penelitian
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang diikuti huruf yang tidak sama
menunjukkan pengaruh berbeda nyata berdasarkan uji lanjut Tukey.
Ekstrak daun ketapang, mahoni, dan kerai payung pada penelitian ini berpengaruh
panjang akar, namun tidak berpengaruh pada penghambatan berat kering dan
fotosintesis pada Cyperus rotundus kontrol maupun yang diberi perlakuan ekstrak
bioherbisida masih dapat berjalan. Jika diamati secara analisis deskriptif, berat
kering dan kandungan klorofil tetap memiliki pengaruh dilihat dari nilai berat
basah dan nilai berat kering yang berbanding lurus serta kandungan klorofil yang
tetap lebih tinggi pada Cyperus rotundus tanpa perlakuan dibandingkan dengan
perlakuan ekstrak.
37
4.2 Pembahasan
masalah serius di banyak bagian dunia, karena dapat dengan mudah berkembang
biak dan tumbuh pada berbagai lingkungan. Gulma ini mudah beradaptasi dan
memiliki daya saing yang kuat dengan tanaman lain di sekitarnya. Moenandir
cahaya, nutrisi, air, dan ruang tumbuh. Maka dari itu, pengendalian sangat
penentuan konsentrasi tunggal 50% diperkuat oleh penelitian Bari dan Kato-
sebesar 50% dapat menghambat pertumbuhan pucuk dan akar tanaman selada.
Riskitavani dan Purwani (2013) menyatakan bahwa pelarut berjenis polar seperti
kandungan senyawa pada ekstrak ketapang, mahoni, dan kerai payung yang
dengan pendapat Fitter dan Hay (1991) serta Prawinata dan Tjondronegoro (1981)
sel. Senyawa alelokimia terutama fenol merusak benang-benang spindel pada saat
(Wattimena, 1988). Ardi (1999) menyatakan bahwa adanya senyawa berupa fenol
tinggi tanaman dengan cara mendorong pemanjangan sel (Salisbury dan Ross,
1995). Jika aktivitas hormon terhambat maka bagian meristem akan terganggu,
penelitian Apri dkk. (2018) yang menyatakan bahwa gangguan yang terjadi pada
terhambat, namun juga mempengaruhi panjang akar serta penurunan berat basah
Gejala awal yang terjadi yaitu daun menguning di beberapa bagian yang dapat
dilihat pada gambar di atas. Gejala tersebut menandai bahwa daun telah
39
mengalami keracunan (fitotoksitas) oleh perlakuan bioherbisida. Menurut
Riskitavani dan Purwani (2013), gejala yang terjadi menandai bahwa sel-sel yang
terdapat pada Cyperus rotundus telah mati, sehingga tidak dapat melakukan
kemudian mati.
Penghambatan pertumbuhan akar oleh ekstrak daun ketapang, mahoni, dan kerai
payung diduga disebabkan terdapat senyawa alelokimia yang larut dalam pelarut
giberelin. Hal tersebut diperjelas oleh Gardner dkk. (1991) yang menyatakan
bagian akar. Sitokinin diketahui berfungsi untuk pembelahan dan diferensiasi sel
akar, auksin yang berperan penting memacu perpanjangan ujung akar, dan
alelokimia dapat diserap oleh tumbuhan di sekitarnya dalam bentuk uap dan dapat
40
masuk ke dalam tanah yang kemudian diserap oleh akar. Oleh sebab itu,
gulma. Apabila nilai berat kering semakin besar maka semakin baik
pertumbuhannya dan hal ini akan menyebabkan daya saing dengan tanaman
utama juga semakin tinggi (Sari dkk., 2017). Penelitian selama lima minggu
Perlakuan bioherbisida ekstrak daun ketapang, mahoni, dan kerai payung pada
penelitian ini tidak berpengaruh secara nyata terhadap berat kering. Jika dilihat
dapat dilihat dari nilai berat basah dan nilai berat kering berbanding lurus. Berat
basah dan berat kering Cyperus rotundus tanpa perlakuan menghasilkan nilai yang
Daun memiliki peran penting sebagai tempat pembentukan karbohidrat dan energi
bagi tumbuhan. Daun yang sedikit akan mengurangi hasil fotosintesis sehingga
rotundus kontrol maupun yang diberi perlakuan ekstrak bioherbisida masih dapat
berjalan. Jika dilihat dari nilai rerata kandungan klorofil, kandungan paling tinggi
panjang akar, dan berat kering Cyperus rotundus, dapat disimpulkan bahwa
ketiga perlakuan, terlihat bahwa pangkal batang dan daun Cyperus rotundus yang
bahwa jika proses fisiologis tanaman mengalami gangguan maka tanaman akan
gejala utama dilihatkan pertumbuhan yang tidak normal serta perubahan warna,
baik pada daun maupun batang atau bagian lainnya. Selain itu, adanya jaringan
Hal tersebut diperjelas oleh penelitian Budihastuti (2017) yang menyatakan bahwa
hubungan antara jumlah daun, tinggi tumbuhan, dan berat kering akar saling
42
terkait satu dengan yang lain. Jika salah satu bagian dari tumbuhan ada yang tidak
berfungsi secara normal maka beberapa bagian tumbuhan pun ikut terganggu.
5.1 Simpulan
sebagai berikut.
2. Ekstrak daun ketapang, mahoni, dan kerai payung memiliki efektivitas yang
5.2 Saran
Penelitian yang menggunakan ekstrak daun ketapang, mahoni, dan kerai payung
terhadap gulma lain maupun sebagai bentuk lainnya untuk mengetahui lebih
Apri, L., Mukarlina, dan Linda, R. 2018. Potensi ekstrak metanol rhizom alang-
alang (imperata cylindrica (l.) (beauv) ) dalam penghambatan pertumbuhan
gulma maman ungu (cleome rutidosperma d.c.). J. Protobiont. 7(1): 25–30.
Ardi. 1999. Potensi alelopati akar rimpang alang-alang (imperata cylindrica (l.)
beauv.) terhadap mimosa pudica l. J. Stigma. 7(1): 66–68.
Bari, I.N. dan Kato-Noguchi, H. 2017. Phytotoxic effect of fillicium decipiens leaf
extract. American-Eurasian J. of Agricultural and Environmental Sciences.
17(4): 288–292.
Budiastuti, M.J.T., Prabowo, A., dan Sulistiadji, K. 2004. Alsin sterilisasi media
tanam hortikultura. J. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Indonesia. 26(6):15.
Budihastuti, R. 2017. Hubungan antara tinggi tegakan, biomassa akar, dan jumlah
daun semai mangrove avicennia marina. Buletin Anatomi dan Fisiologi.
2 (1): 31–36.
Einhellig, F.A. 1995. Allelopathy: Current Status and Future Goals. Buku.
American Chemical Society. Washington DC. 381 p.
El-Rokiek, G.K., El- Masry, R.R., Messiha, K.N., dan Ahmed, S.A. 2010. The
allelopathic effect of mango leaves on the growth and propagative capacity
of purple nutsedge (cyperus rotundus l.). J. of American Science. 6(9): 151–
159.
Fitter, A.H. dan Hay, R.K.M. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Buku. Gajah
Mada Press. Yogyakarta. 421 p.
Gani, A.A., Mukarlina, dan Rusmiyanto, E. 2017. Profil gc-ms dan potensi
bioherbisida ekstrak metanol daun ketapang (terminalia catappa l.) terhadap
gulma maman ungu (cleome rutidosperma d.c.). J. Protobiont.
6(2): 22–28.
Gardner, F.P., Pearce, R.B., dan Mitchel, R.L. 1991. Fisiologi Tanaman
Budidaya. Buku. UI Press. Jakarta. 428 p.
Holm, L. G., Plucknett, D.L., Pancho, J.V., dan Herberger, J.P. 1977. The World's
Worst Weeds. Distribution and Biology. Buku. University Press of Hawaii.
Honolulu. 609 p.
46
Junaedi A., Chozin M.A., dan Kim, K.H. 2006. Perkembangan terkini kajian
alelopati. J. Hayati. 13(2): 79–84.
Krisnawati, H., Kallio, M., dan Kanninen, M. 2011. Swietenia macrophylla King:
Ecology, Silviculture and Productivity. Buku. Center for International
Forestry Research. Bogor. 15 p.
Master, J. 2015. Jenis-jenis tumbuhan asing invasif pada koridor jalan yang
melintasi taman nasional bukit barisan selatan. Prosiding Seminar Nasional
Sains dan Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas
Lampung Sains & Teknologi VI Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Universitas Lampung. 762–771 p.
Pebriani, Linda, R., dan Mukarlina. 2013. Potensi ekstrak daun sembung rambat
(mikania micrantha h.b.k) sebagai bioherbisida terhadap gulma maman ungu
(cleome rutidosperma d.c.) dan rumput bahia (paspalum notatum flugge). J.
Protobiont. 2(2): 32–38.
Perez, A.M.C., Ocotero, V.M., Balcazari, R.I., dan Jimenez, F.G. 2010.
Phytochemical and pharmological studies on mikania micrantha h.b.k.
Experimental Botany. 78: 77–80.
Riskitavani, D.V. dan Purwani, K.I. 2013. Studi potensi bioherbisida ekstrak daun
ketapang (terminalia catappa) terhadap gulma rumput teki (cyperus
rotundus). J. Sains dan Seni Pomits. 2(2): 2337–3520.
47
Rivai, H., Nurdin, H., Suyani, H., dan Bakhtiar, A. 2010. Pengaruh cara
pengeringan terhadap perolehan ekstraktif, kadar senyawa fenolat dan
aktivitas antioksidan dari daun dewa (gynura pseudochina (l.) dc.). J.
Majalah Obat Tradisional. 15(1): 26–33.
Salisbury, F.B. dan Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Buku. ITB. Bandung.
241 p.
Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi Gulma. Buku. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
217 p.
Sari, V.I., Sylvia, N., dan Rufinusta, S. 2017. Bioherbisida pra tumbuh alang-
alang (imperata cylindrica) untuk pengendalian gulma di perkebunan kelapa
sawit. J. Citra Widya Edukasi. 3(3): 301–308.
Senjaya, Y.A., dan Surakusumah, W. 2007. Potensi ekstrak daun pinus (pinus
merkusii) sebagai bioherbisida penghambat perkecambahan echinochloa
colonum dan amaranthus viridis. J. Perennial. 4(1):1–5.
Sukman, Y. dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Buku. PT.
Raja Grafindo Persada. Jakarta. 131 p.
Ushie, O.A., Neji, P.A., Muktar, M., Ogah, E., Longbab, B.D., dan Olumide, V.B.
2018. Estimation of some phytochemicals in swietenia macrophylla leaves.
J. of Pharmaceutical Research and Reviews. 2(15): 1–7.
Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh. Buku. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Dikti Pusat Antar Universitas Bioteknologi-IPB. Bogor.
145 p.