Anda di halaman 1dari 11

EKONOMI ISLAM

DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEKAYAAN

DISUSUN OLEH :

Nurista Adenia W. 2014-009


Leo Candra 2014-017
Yeni Yuliani 2014- 027
Wiwik Supianingsih 2014-035
Amelya Onny Algadri 2014-042
Endang Sri Handayani 2014-052

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN AKUNTANSI
2015

DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEKAYAAN

KONSEP ISLAM DALAM SISTEM DISTRIBUSI PENDAPATAN


Secara umum, islam mengarahkan mekanisme berbasis moral spiritual
dalam pemeliharaan keadilan sosial pada setiap aktivitas ekonomi. Latar
belakangnya karena ketidak seimbangan distribusi kekayaan adalah hal
mendasari hampir semua konflik individu maupun sosial. Upaya pencapaian
manusia akan kebahagiaan, membimbing manusia untuk menerapkan keadilan
ekonomi yang dapat menyudahi kesengsaraan di muka bumi ini. Hal tersebut
akan sulit dicapai tanpa adanya keyakinan pada prinsip moral dan sekaligus
kedisiplinan dalam mengimplementasikan konsep moral tersebut.
Untuk itu, dalam merespon laju perkembangan pemikiran ini, yang harus
dilakukan adalah: Pertama, mengubah pola pikir dan pembelajaran mengenai
nilai islam, dari yang fokus perhatiannya bertujuan materialistis kepada tujuan
yang mengarahkan kesejahteraan umum berbasis pembagian sumber daya dan
resiko yang berkeadilan, untuk mencapai kemanfaatan yang lebih besar lagi bagi
komunitas sosial. Kedua, keluar dari ketergantungan kepada pihak lain.
Oleh karena itu, di lain pihak prinsip moral islam mengarahkan kepada
kenyataan bahwa pengakuan hak milik harus berfungsi sebagai pembebas
manusia dari karakter materialistis.
Penggambaran sistem etikonomik dalam pemanfaatan hak milik kekayaan
(manan :1993)
Pertama, kepemilikan yang saha secara hukum, artinya segala bentuk hak
kepemilikan didapatkan dngan cara yang sesuai dengan hukum (halal). Kajian
hukum syariat mengenal dua bentuk kepemilikan yaitu :
1. Kepemilikan sempurna : materi dan manfaat benda dimiliki
sepenuhnya, sehingga seluruh hak kebendaan terkai berada dibawah
penguasaannya. Status kepemilikan ini didapat dengan Ihraz Almubahat
(mengupayakan/ mengusahakan hal-hal yang dibolehkan), uqud (akad
transaksi), khalafiyah (peninggalan seperti warisan), tawalud min mamluk
(berkembangnya aset yang dimiliki).
2. Kepemilikan tidak sempurna: hak menguasai materi benda, sedangkan
hak pemanfaatannya dikuasai oleh pihak lain, begitu sebaliknya. Status
kepemilikan ini didapat dengan Tijarah (pinjam-meminjam), Ijarah (Sewa
menyewa). Wakaf, wasiat.

Kedua, pemanfaatan hak milik diarahkan kepada pemanfaatan ekonomi yang


ekonomi yang bekesinambungan, karena itu seorang muslim harus terus
mengupayakan produktivitas kekayaannya.

Ketiga, pemanfaatan hak milik diarahkan kepada pemanfaatan non ekonomi


fisabillah (berfaeah dijalan Allah). Hal ini berarti cara pemanfaatan yang
merupakan input produktivitas dan hasil pemanfaatan yang merupakan
output produktivitas harus berada di jalur aturan syariah.

Keempat, pemanfaatan hak milik secara ekonomi dan non ekonomi yang
tidak merugikan pihak lain. Pihak lain disini berarti semua makhluk hidup
semesta alam yang hidup berdampingan dengan manusia.

Kelima, penggunaan dan pemanfaatan secara ekonomi dan non ekonomi


yang berimbang dengan begitu dalam setiappenggunaan barang ataupun apa
saja yang jadi milik tidak diarahkan untuk pemborosan dan tidak boleh pula
terlalu kikir.

Aspek etikonomis untuk pembahasan mekanisme distribusi pendapatan atas


hak kepemilikan materi/ kekayaan dalam islam mencerminkan beberapa hal
berikut :

1. Pemberlakuan hak kepemilikan individu pada satu benda, tidak


meutupi sepenuhnya akan adanya hak yang sama bagi orang lain.
2. Negara mempunyai otoritas kepemilikan atas kepemilikan individu
yang tidak bertanggung jawab terhadap hak miliknya.
3. Dalam hak kepemilikan berlaku sistematika konsep takaful/ jaminan
sosial (sesama muslim/ sesama manusia secara umum).
4. Hak milik umum dapat menjadi hak milik pribadi (konsep usaha dan
niatan).
5. Konsep hak kepemilikina dapat meringankan sejumlah konsep hukum
syariah.
6. Konsep kongsi dalam hak yang melahirkan keuntungan materi harus
merujuk pada sistem bagi hasil
7. Ada hak kepemilikan orang lain dalam hak kepemilikan harta.

Dalam hal ekonomi, ajaran islam menetapkan empat fungsi aktivitas ekonomi bagi
seseorang:

1. Menggali potensi sumber-sumber produksi


2. Berusaha menjualnya (distribusi)
3. Mempergunakan secara pribadi ( konsumsi)
4. Menyedekahkan kepada yang membutuhkan (tanggungjawab sosial)

DISTRIBUSI PENDAPATAN

Distribusi pendapatan merupakan bagian penting dalam membentuk


kesejahteraan suatu komunitas komunitas. Kesenjangan distribusi pendapatan akan
berdapak pada aspek ekonomi dan sosial politik. Distribusi kekayaan harus dilihat
sebagiai bagian dari pilihan pribadi, bagian dari keputusan ekonomi mikro seseorang,
bukan peningkatan kekayaan sebaimana yang ditempuh oleh ekonomi konvensional,
karena itu, persoalan distribusi adalah sommun bonum dari segala aktivitas ekonomi
islam. Distribusi kekayaan merupakan masalah yang sangat penting, sulit, dan rumit.
Penyelesaian secara adil akan mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan seluruh
komponen masyarakat.

Konsep dasar kapitalis dalam permasahalan distribusi adalah kepemilikan


private. Permasalahan yang timbul adalah adanya perbedaan mencolok pada
kepemilikan, pendapatan dan harta pusaka peninggalan leluhurnya masing-masing.
Sedangkan sosialis lebih melihat kepada kerja sebagai basic dari distribusi
pendapatan.

DISTRIBUSI PENDAPATAN DALAM KONTEKS RUMAH TANGGA


Distribusi pendapatan dalam konteks rumah tangga akan sangat terkait dengan
terminolgi shadaqah. Pengertian shadaqah disini bukan berarti sedekah melainkan
dalam konteks terminologi al-quran dibagi menjadi dua yaitu : Pertama, shadaqah
wajibah yang berarti bentuk-bentuk pengeluaran rumah tangga yang berkaitan dengan
instrumen distribusi pendapatan berbasis kewajiban. Kedua, Shadaqah nafilah yang
berarti bentuk-bentuk pengeluaran rumah tangga yang berkaitan dengan instrumen
pendapatan berbasis amal karitatif, seperti sedekah.

Aspek –aspek ekonomi terminologi sadaqah dan hudu dalam konteks distribusi
pendapatan rumah tangga

1. Instrumen sadaqah wajibah (wajib dan khusus dikenakan bagi orang muslim)
adalah :
Nafaqah : kewajiban tanpa syarat dengan menyediakan semua kebutuhan pada
keluarga miskin jikaorang tersebut mampu melakukan hal tersebut.
Zakat : Istrumen zakat adalah kewajiban seorang muslim untuk menyisihkan
sebagian harta miliknya untuk didistribusiakan kepada kelompok tertentu.
Udhiyah : korban binatang ternak pada saat hari tasyrik perayaan idul adha.
Warisan : pembagian aset kepemilikan kepada orang yang telah ditinggalkan
setelah meningal dunia ajaran islam sangat memperhatikan keberlangsungan
hidup anak cucu adam.
Musaadah : memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami musibah.
Jiwar : bantuan yang diberikan berkaitan dengan urusan bertetangga.
Diyafah : kegiatan memberikan jamuan atas tamu yang datang.
2. Instrumen shadaqah nafilah
Infaq : Sedekah yang dapat diberikan kepada pihak lain jika kondisi keuangan
rumah tangga muslim sudah berada diatas nisab.
Akikah : memotong seekor kambing untuk anak perempuan dan dua ekor
kambing untuk anak laki-laki yang baru dilahirkan.
Wakaf : memberikan bantuan atas kepemilikannya untuk kesejahteraan
masyarakat umum.
Wasiat : Hak pemberian harta kepada orang lain (maksimal 1/3 harta) yang
didistribusikan setelah pemberi wasiat meninggl dunia.
3. Intrumen hudud (hukuman)merupakan konsekuensi dari sebuah tindakan
Kafarat : tembusan terhadap dosa yang tlah dilakukan oeh seorang muslim.
Dam /diyat : tembusan atas tidak dilakukannya suatu syarat dalm pelaksanaan
ibadah.
Nudzur : perbuatan untuk menafkahkan sebagian harta yang dimilikinya untuk
mendapatkan keridhaan Allah SWT.

Setiap instrumen yang titawarkan islam dalam memecahkan dalam permasalahan


ketidak setaraan pendapatan antar rumah tangga, pada dasarnya dapat disesuaikan
dengan daur hidup pencarian kekayaan manusia secara umum yaitu :
1. Fase akumulasi : tahap awal sampai pertengahan karier. Pada fase ini individu
mencoba meninggalkan asetnya untuk dapat memenuhi kebutuhan jangka
pendek.
2. Fase konsolidasi : individu yang telah berada pada fase ini biasanya telah
melalui pertengahan perjalanan karierna. Dalam fase ini biasanya pendapatan
melebihi pengeluaran.
3. Spending Phase : Fase ini secara umum dimulai pada saat individu memasuki
masa pensiun.

DISTRIBUSI PENDAPATAN DALAM KONTEKS NEGARA

Para sarjana muslim banyak membicarakan objektivitas perekonomian


berbasis islam pada level negara erkait dengan, diantaranya : penjaminan level
minimum kehidupan bangsa bagi mereka yang berpendapatan dibawah
kemampuanpemenuhan kebutuhan dasar, negara wajib bekerja untuk meningkatkan
kesejahteraan materi bagi lingkungan sosial maupun individu dengan pemanfaatan
yang sebesar besarnya atas umber daya yang tersedia. Karena itu negara wajib
mengeluarkan kebijakan yang mengupayakan stabilitas ekonomi, kesetaraan,
ketenagakerjaan, pembangunan sosial ekonomi. Negara juga bertanggung jawab atas
menajemen kepemilikan publik yang pemanfaatannya diarahkan untuk seluruh
anggota sosial menahbiskan yang baik dan mencegah yang buruk bagi masyarakat
secara umum.

Cara menghindari manusia terjebak dalam dosa karena harta yang dimiliki :
1. Kekayaan harus dimanfaatkan secara terus-menerus. Apabila seseorang
memiliki
kekayaan ia harus memanfaatkannya.
2. Pembayaran zakat sebanding dengan kekayaan yang dimiliki.
3. Penggunaan harta benda secara berfaedah. Artinya semua hal yang berfaedah
bagi masyarakat banak dan nendatangkan kemakmuran dan kesejahteraan
bersama.
4. Para pemilik harta wajib menggunakan hartanya sedemikian rupa sehingga
tidak
merugikan masyarakat lain atau masyarakat luas.
5. Pemilikan harta secara sah. Semua tindakan melawan hukum, dalam hal
menumpuk kekayaan akan merusak sendi-sendi masyarakt dan bangsa
disamping
itu ajaran islam juga melarang orang mendapatkan hak milik dengan cara
penyuapan
6. Penggunaan harta secara berimbang, ajaran islam melarang manusia berlaku
boros dan kikir
7. Ajaran islam melarang monopoli kekuasaan pilitik dan kekayaan ditangan
segilintir
orang jenis monopoli berbahaya dinamakan dengan oligarki
8. Harta warisan yang ditinggalkan orang yang meninggal kepada keluarga yang

berhak menerimanya merupakan salah satu media mendestribusian harta.

Para pihak yang Berhak Menerima Bantuan :

Al-Baqarah ayat 177: .. dan memberikan harta yang dicintainya kepada


kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan
bantuan) dan orang yang meminta-minta, dan memerdekakan hamba sahaya,
mendirikan sholat dan menunaikan zakat...’’

DISTRIBUSI KEKAYAAN
Distribusi harta kekayaan merupakan masalah yang sangat urgen dalam mewujudkan
pemerataan ekonomi masyarakat. Pentingnya distribusi harta kekayaan dalam
ekonomi islam tidak berarti tidak memperhatikan keuntungan yang di peroleh dari
produksi. Maka dalam distribusi, ada beberapa prinsip dasar, yaitu sebagai berikut :

1. Prinsip keadilan atau pemerataan


Kekayaan tidak boleh dipusatkan pada sekelompok orang saja, tetapi harus
menyebar kepada seluruh masyarakat. Macam-macam factor produksi yang
bersumber dari kekayaan nasional harus dibagi secara adil. Islam menginginkan
persamaan kesempatan dalam meraih harta kekayaan, terlepas dari tingkatan
social, kepercayaan dan warna kulit. Islam menjamin akan tersebarnya harta
kekayaan di masyarakat dengan adanya distribusi yang adil.
2. Prinsip persaudaraan atau kasih sayang ·
Menggambarkan adanya solidaritas individu dan social dalam masyarakat islam,
bentuk nyata ini tercermin pada pola hubungan sesame muslim. Rasa
persaudaraan sejati yang tidak akan terpecah-belah oleh kekuatan-kekuatan
duniawi inilah yang mempersatukan individu kedalam masyarakat. Peradaban
manusia mencapai tingkat universalitas yang sesungguhnya, yaitu adanya saling
bersandar, saling membutuhkan yang dihayati oleh seorang muslim maupun
masyarakat islam yang akan memperkokoh solidaritas seluruh anggota
masyarakat dalam aspek kehidupan yang termasuk juga aspek ekonomi.
3. Prinsip jaminan sosial
Prinsip pokok dalam distribusi kekayaan. Tidak hanya sebagai prinsip semata,
melainkan menggariskan dan menentukannya dalam sistem yang sempurna
seperti zakat, sedekah, dll. ·
Prinsip ini memuat beberapa elemen dasar, yaitu: pertama, bahwa SDA harus
dinikmati oleh
semua makhluk Allah. Kedua, adanya perhatian terhadap fakir miskin terutama oleh
orang yang punya uang. Ketiga, kekayaan tidak boleh dinikmati dan hanya berputar
pada kalangan orang kaya saja. Keempat, perintah untuk berbuat baik kepada orang
lain. kelima, orang islam yang tidak punya kekayaan harus mampu dan mau
menyumbangkan tenaganya untuk kegiatan social. Keenam, larangan berbuat baik
karena ingin dipuji orang (riya’). Ketujuh, jaminan social itu harus diberikan kepada
mereka yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai pihak yang berhak atas
jaminan social itu.
a) Larangan Riba
Pelarangan riba merupakan permasalahan penting dalam ekonomi Islam,
terutama karena riba secara jelas dilarang dalam al-Qur’an. Jika dihubungkan
dengan masalah distribusi, maka riba dapat mempengaruhi meningkatnya
masalah dalam distribusi, yakni: berhubungan dengan distribusi pendapatan
antara bankir dan masyarakat secara umum, serta nasabah secara khusus dalam
kaitannya dengan bunga bank. Lalu bagaimana jika suatu bank mengalami
penurunan pendapatan? Sedangkan sebagaimana yang kita ketahui, bank syariah
hanya mengandalkan prinsip bagi hasil yang tergantung pada perolehan laba
nasabah. Jika terjadi kecurangan nasabah yang memalsukan perolehan labanya,
dan hanya melakukan bagi hasil dengan bank sejumlah nominal yang sedikit,
maka dalam jangka panjang yang terjadi adalah bank mengalami gulung tikar.
Jika tidak, maka bank terpaksa mengabil bunga untuk menyelamatkan nasib
bank.
b) Larangan Menumpuk Harta
Islam membenarkan hak milik pribadi, namun tidak membenarkan penumpukan
harta benda pribadi sampai batas-batas yang dapat merusak fondasi sosial
Islam.Apabila terjadi yang demikian, maka pemerintah dibenarkan, dengan
kekuasaannya, untuk mengambil secara paksa harta tersebut demi kepentingan
masyarakat. Jika sekarang sesuai dengan prinsip larangan menumpuk harta
diatas, seharusnya dalam masyarakat akan terjadi pengambilan harta secara paksa
terhadap masyarakat yang mampu untuk diserahkan sebagian hartanya kepada
masyarakat yang membutuhkan. Tetapi itu tidak terealisasikan.

TUJUAN DISTRIBUSI

Distribusi sama dengan produksi dan konsumsi yang mana mempunyai tujuan,
diantara tujuan-tujuan itu adalah:

a) Menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat


Moral yang paling penting dan efektif yang Allah perintahkan adalah untuk
menyebarkan kesejahteraan nasional melaui prinsip andak al-afw ( kekayaan
yang melebihi kebutuhan yang tersisa setelah semua kebutuhan terpenuhi).
Orang islam diperintahkan untuk memberikan hartanya sampai kebutuhan fakir
miskin terpenuhi.
b) Mengurangi ketidak-samaan pendapatan dan kekayaan dalam masyarakat.
Tujuan yang kedua adalah untuk mengurangi ketidaksamaan pendapatan dan
kekayaan dalam masyarakat. Apabila terjadi perbedaan ekonomi yang mencolok
antara yang kaya dan miskin akan mengakibatkan adanya sifat saling benci yang
pada akhirnya melahirkan sikap permusuhan dan perpecahan dalam masyarakat.
c) Untuk mensucikan jiwa dan harta.
Untuk mensucikan jiwa dan harta orang yang melekukkan derma (amal). Orang
yang mampu mendistribusikan hartanya akan terhindar dari sifat kikir, dan akan
menguatkan tali persaudaraan antar sesame manusia.

d) Untuk membangun generasi yang unggul.


Distribusi juga bertujuan untuk membangun generasi penerus yang unggul,
khususnya dalam bidang ekonomi, karena generasi muda merupakan penerus
dalam sebuah kepemimpinan suatu bangsa.
e) Untuk mengembangkan harta.
Pengembangan ini dapat dilihat dari dua sisi. Yang pertama, sisi spiritual,
berdasarkan firman Allah dalam Al-Qur’an (Allah hendak memusnahkan Riba
dan menyuburkan sedekah). Kedua, sisi ekonomi, dengan adanya distribusi harta
kekayaan maka akan mendorong terciptanya produktivitas, daya beli dalam
masyarakat akan meningkat.

HARTA YANG BERASAL DARI PENDAPATAN DIATUR DALAM (an-nisa’/4:7)

Ayat-ayat diatas mendeskripsian bahwa ada hak milik masyarakat dalam harta milik
individu.

Artinya allah SWT melarang setiap individu menimbun dan menyimpan harta yang
dimiliki untuk kepentinganna sendiri. Individu yang memiliki harta benda harus
memenuhi kewajiban sosial kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan, karena
didalam hartanya terdapat hak masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai