SITUASIONAL
Disusun Oleh :
Ayuningtiyas Pratiwi
Cinintya Dwita Aningrum
Dina Sari Afriyanti
Muji Astono
Sukani
HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL
A. MASALAH UTAMA
Harga Diri Rendah Situasional
B. PENGERTIAN
Harga diri (self esteem) merupakan salahsatu komponen dari konsep
diri. Harga diri merupakan penilaian pribadi berdasarkan seberapa baik
prilaku sesuai dengan ideal diri (stuart 2009). Harga diri rendah adalah
keadaan dimana individu mengalami/beresiko mengalami evaluasi diri
negatif tentang kemampuan diri (Carpemito, 2007). Gangguan harga
diri dapat dijabarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri,
hilang kepercayaan diri, serta merasa gagal mencapai keinginan (Dalami
dkk, 2009).
Harga diri rendah dapat terjadi secara situasional dan kronis. Harga
diri rendah stuasional pengembangan persepsi negatif tentang dirinya
sendiri pada suatu kejadian (NANDA 2005). Harga diri rendah
situasional adalah perasaan diri/ evaluasi diri negatif yang berkembang
sebagai respon terhadap hilangnya atau berubahnya perawatan diri
seseorang yang sebelumnya mempunyai evaluasi diri positif (Suliswati,
2005). Sedangkan harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri atau
perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negatif dan di
pertahankan dalam waktu yang lama (NANDA 2009).
Harga diri rendah situasional terjadi bila seseorang mengalami
trauma yang terjadi secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi,
kecelakaan, cerai, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu
karena sesuatu terjadi, misalnya korban pemerkosaan, dituduh KKN,
dipenjara secara tiba-tiba (Dalami dkk, 2009). Bila harga diri rendah
situasional tidak diatasi dapat menyebabkan harga diri rendah kronis.
E. Faktor Penyebab
a. Faktor predisposisi
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri, meliputi penolakan orang
tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang
berulang, kurang memiliki tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak
realistis.
2) Faktor yang memengaruhi performa peran adalah steriotif peran
gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya. Nilai-
nilai budaya yang tidak dapat diikuti oleh individu.
3) Faktor yang memengaruhi identitas pribadi, meliputi
ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok sebaya, dan
perubahan struktur sosial.
b. Stresor pencetus
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal dan eksternal,
yaitu sebagai berikut:
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.
2) Ketergantungan peran, berhubungand engan peran atau posisi
yang diharapkan dan individu mengalaminya seperti frustasi.
Ada tiga jenis transisi peran:
a. Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif
yang berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini
termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu
atau keluarga dan norma-norma budaya, nilai-nilai, serta
tekanan untuk menyesuaikan diri.
b. Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau
kematian.
c. Transisi peran sehat-sakit, terjadi akibat pergeseran dari
keadaan sehat ke keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan
oleh: kehilangan bagian tubuh: perubahan ukuran, bentuk,
penampilan atau fungsi tubuh; perubahan fisik yang
berhubungan dengan tumbuh kembang normal, prosedur
medis, dan keperawatan