Anda di halaman 1dari 9

MEMPRESENTASIKAN HASIL

1. Memahami konsep dasar medis proses penyembuhan tulang meliputi tahap dan
proses penyembuhan tulang
A. Proses Penyembuhan Tulang.

Ulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh lain. Fraktur


merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan
membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang. Tulang baru
dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan
tulang, yaitu :

1. Stadium satu-Fase Inflamasi


Berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya
pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera
dan pembentukan hematoma ditempat patah tulang. Ujung fragmen tulang
mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah terjadi hipoksia
dan inflasi yang menginduksi ekpresi gen dan mempromosikan
pembelahan sel dan migrasi menuju tempat fraktur untuk memulai
penyembuhan. Produksi atau pelepasan dari faktor pertumbuhan spesifik,
sitokin, dapat membuat kondisi mikro yang sesuai untuk :
a. Menstimulasi pembentukan periosteal osteoblast dan osifikasi intra
membran pada tempat fraktur,
b. Menstimulasi pembelahan sel dan migrasi menuju tempat fraktur, dan
c. Menstimulasi kondrosit untuk berdiferensasi pada kalus lunak dengan
osifikasi endokondral yang mengiringinya. (Kasier,1996)

Berkumpulnya darah pada fase hematom awalnya diduga akibat robekan


pembuluh darah lokal yang berfokus pada suatu tempat tertentu. Namun
pada perkembangan selanjutnya hentom bukan hanya disebabkan oleh
robekan pembuluh darah tapi juga berperan faktor-faktor inflamasi yang
menimbulkan kondisi pembengkakan lokal. Waktu terjadinya proses ini
dimulai saat fraktur terjai sampai 2-3 minggu.

2. Stadium Dua-Fase Proliferasi


Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk benang-
benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk
revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan
osteoklast akan menghasilkan kalogen dan proeoglikan sebagai matriks
kolagen pada patahan tulang. Terbentuknya jaringan ikat fibrous dan
tulang rawan. Dari periesteum, tampak pertumbuhan melingkar. Pada fase
ini dimulai pada minggu ke 2-3 setelah terjadinya fraktur dan berakhir
pada minggu ke 4-8.

3. Stadium Tiga-Pembentukan Kallus


Merupakan fase lanjutan dari fase hematoma dan poliferasi mulai
terbentuk jaringan tulang yakni jaringan tulang kondrosit yang mulai
sembuh atau umumnya disebut sebagai jaringan tulang mulai tumbuh atau
umumnya disebut sebagai jaringan tulang rawan. Pertumbuhan jaringn
berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai
celah sudah terhubungkan. Perlu waktu 3-4 minggu agar fragmen tulang
tergabung dalam tulang rawantau jaringan fibrolus. Salah satu faktor yang
paling dominan dari sekian banyak faktor pertumbuhan adalah
Transforming growth factor-Beta (TGF-B1) yang menunjukkakn
keterlibatannya dalam pengaturan differensiasi dari osteoblast dan
produksi matriks ekstra seluler. Faktor lain yaitu Vaskucular Endothelial
Growth Factor (VEGF) yang berperan penting pada proses angiogenesis
selama penyembuhan fraktur. (chen,et,al,2004).
Proses cepatnya pembentukan kalus lunak yang kemudian berlanjut
sampai fase remodelling adalah masa kritis untuk keberhasilan
penyembuhan fraktur. (Ford,J.L,et al,2003).

4. Stadium Empat-Konsolidasi
Dengan aktifitas osteoklast dan osteoblast yang terus menurus, tulang yang
immature diubah menjadi mature. Keadaan tulang ini mrnjadi lebih kuat
sehingga osteoklast dapat menembus jaringan debris pada daerah fraktur
dan diikuti osteoblast yang akan mengisi vcelas diantra fragmen dengan
tulang yang baru. Proses ini berjalan perlahan-lahan selama beberapa
bulan sebelum tulang cukup kuat untuk menerima beban yang normal.

5. Stadium Lima-Remodelling
Faktur telah dihubungkan dengan selubung tulang yang kuat dengan
bentuk yang berbeda dengan tulang normal. Dalah waktu berbulan bulan
bahkan bertahun-tahun terjadi proses pembentukan dan penyerapan tulang
yang terus menerus lamela yang tebal akan terbentuk sisi dengan tekanan
yang tinggi. Rongga medula akan terbentuk kembali dan diameter tulang
kembali pada ukuran semula. Akhirnya tulang akan kembali mendekati
bentuk semulanya, terutama pada anak-anak. Pada Keadaan ini tulang
telah sembuh secara klinis dan radiologi.
Daftar Pustaka.

Wahid,Abd (2013). Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem


muskuloskeletal..Jakarta : CV Sagung Seto

2. Memahami konsep dasar medis terjadinya osteomielitis seperti pengertian,


etiologi, patofisiologi, tanda gejala, komplikasi, penatalaksanaan dan
pemeriksaan diagnostik.

A. Definisi
Osteomielitis merupakan suatu istilah yang merujuk pada inflamasi
tulang yang disebabkan oleh infeksi ( Gambar 5.1 ). Penyembuhan jenis infeksi
ini lebih sulit jika dibandingkan dengan infeksi jaringan lunak karena.
1. Sifat tulang yang tidak permeabel terhadap sel dan bikimia sistem imun
2. Terbatasnya kemampuan penggantian tulang yang dihancurkan karena
infeksi.
3. Mikrosirkulasi tulang yang sangat rentang terhadap kerusakan oleh toksin
bakteri
Osteomielitis dapat menyebabkan masalah kronis yang akan
mempangaruhi kualitas hidup seseorang atau bahkan dapat mengakibatkan
hilangnya fungsi ekstremitas.
Gambar 5.1 Perbandingan antara tulang yang normal dengan tulang
yang mengalami osteomielitis.

B. Etiologi
Penyebab osteomielitis terdiri dari endogen dan eksogen. Endogen
(hematogen) disebabkan oleh patogen yang dibawa dalam darah dari tempat
infeksi dimana pun diseluruh tubuh. Osteomielitis yang dibabkan oleh
penyebaran hematogen ini umumnya terjadi pada tempat terjadinya trauma
karena ketahanan terhadap infeksi rendah. Eksogen disebabkan oleh infeksi
yang masuk dari luar tubuh, misalnya fraktur terbuka, luka tusuk, atau prosedur
operasi. Penyebab osteomielitis lainnya yang terinfeksi, gigi yang terinfeksi,
ataupun infeksi saluran pernapasan bagian atas. Organisme penyebab
osteomielitis dapat dilihat pada gambar 5.2

Gambar 3.2 Organisme patogen penyebab osteomielitis

C. Klasifikasi
Menurut tempatnya kejadiannya, osteomielitis terbagi mrnjadi 2
macam, yaitu :
1. Osteomielitis primer adalah osteomielitis mencapai tulang secara
langsung melalui luka
2. Osteomielitis Sekunder adalah osteomielitis mencapai tulang
melalui aliran darah dari suatu infeksi ditempat lain (misalnya
infeksi saluran pernafasan dan infeksi genitourinarial.
Sementara ini, osteomielitis menurut waktu kejadiannya, yaitu :
1. Osteomielitis akut ,Gejala :
a) Nyeri pada area lesi
b) Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe
regional.
c) Sering kali terdapat riwayat infeksi sebeumnya atau terdapat
luka
d) Pembengkakan lokal
e) Kemerahan
f) Suhu tubuh teraba hangat
g) Hasil Pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya anemia
dan leukositosis
2. Osteomielitis kronis, Gejala :
a) Terdapat luka, bernanah, berbau busuk, dan nyeri
b) Hasil laboratorium menunjukkan peningkatan LED.

D. Patofisiologi
Tanpa melihat sumber patogen, ciri patologis dari infeksi tulang
sama dengan jaringan tubuh lainnya. Respons awal terhadap infeksi
patogen yaitu reaksi inflamasi. Reaksi inflamasi pada tulang berupa
peningkatan vaskularisasi, edema, aktivitas leukosit yang meningkat, dan
pembentukan abses. Setelah inflamasi dimulai, maka akan terjadi
trombosis pembuluh darah pada tempat tersebut. Pada anak-anak, eksudat
yang mencapai permukaan luar korteks membentuk abses yang meangkat
periosteum dari tulang. Kondisi ini mengakibatkan iskemia dengan
nekrosis tulang menghasilkan sequestrum (jaringan tulang yang mati).
Pengangkatan periosteum juga menghasilkan respong osteoblastik
dimana terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) yang mengelilingi
sequestrum. Pembukaan involukrum memungkinkan eksudat ke dalam
jaringan lunak sekitar dan melalui kulit. Pada usia dewasa, komplikasi ini
jarang terjadi karena periosteum melekat dengan kuat pada korteks.
Namun, infeksi merusak korteks yang membuat tulang rentan terkena
fraktur patologis.

Infeksi

Trombosis
Pembuluh darah

Abses tulang

Membentuk area jaringan


Iskemia dengan
tulang mati (squestrum)
abses tulang

Pertumbuhan tulang baru


(involukrum) mengelilingi
sequestrum

Menyebar ke jaringan
lunak/sendi di sekitarnya
E. Manifestasi Klinis
Jika osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi disekitarnya atau
kontaminasi langsung, maka tidak akan ada gejala septikema. Gejala yang
ditimbulkan bergantung pada tempat infeksi
1. Demam, limfadenopatik, nyeri lokal, dan bengkak
2. Nyeri tekan klien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang
semakin memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan
tekanan pus yang terkumpul
3. Gejala yang muncul secara mendadak misalnya menggigil, demam
tinggi, denyut nadi cepat, anoreksia, dan malaise
4. Gejala sistemik pada awalnya dapat menutup gejala lokal
5. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang,
maka akan mengenai periosteum dan jaringan lunak serta bagian
yang terinfeksi menjadi nyeri dan bengkak.
6. Terlihat pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami
periode nyeri berulang, pembengkakan, dan pengeluaran pus.

F. Pemeriksaan Penunjang

Jenis Jenis Pemeriksaan Kegunaan


Osteomielitis
- Menunjukkan pembengkakan jaringan
lunak
Foto Rontgen
- Terdapat daerah dkalsifikasi iregular
dan nekrosis tulang baru
Bone scan dan MRI Membantu diagnosis definit awal
Osteomielitis Memperlihatkan peningkatan leukosit
Pemeriksaan darah
Akut dan peningkatan laju endap darah
Akultur darah dan Menentukan jenis antibiotik yang
kultur abses sesuai
Osteomielitis Foto Rontgen - Memperlihatkan:
Kronis  Ukuran yang besar
 Kavitas iregular
 Peningkatan Periosteum
 Sequestrum atau pembentukan
tulang padat
Bone Scan Mengidentifikasi area infeksi
 Laju endap darah dan jumlah
leukosit biasanya normal
Pemeriksaan darah  Jika hasil menunjukan anemia
maka hal ini dikaitkan dengan
infeksi kronis

G. Penatalaksanaan
Tujuan awal terapi yang diberikan yaitu mengontrol dan menghentikan
proses infeksi. Sejumlah contoh terapi yang diberikan antaranya
1. Pemberian antibiotik intravena
Setelah hasil spesimen kultur diperoleh, pemberian terapi
antibiotik intravena dapat segera diberikan dengan asumsi bahwa
infeksi Staphylococcus peka terhadap penisilin semisintetik atau
sefalosporin. Tujuannya yaitu mengontrol infeksi sebelum aliran
darah kearea tersebut menurun akibat terjadinya trombosis.
Pemberian dosis antibiotik secara kontinue tepat waktu sangat
penting agar kadar antibiotik dalam darah dapat dipertahankan
tetap tinggi. Antibiotik yang paling sensitif tehadap organisme
penyebab diberikan jika telah diketahui biakan dan sensitivitasnya.
Jika infeksi tampak telah terkontrol, maka antibiotik diberikan
peroral dan dilanjutkan sampai 3 bulan.
2. Pembedahan
Jika terapi antibiotik tidak direspons oleh tubuh klien atau kondisi
kronis maka tulang yang mengalami infeksi harus dilakukan
pembedahan. Jaringan purulen dan nekrotik yang ada sebaiknnya
diangkat dan area tersebut dialiri dengan larutan normal saline
steril secara langsung. Sementara itu, terapi antibiotik tetap
dilanjutkan.

Pada osteomielitis kronis, antibiotik merupakan adjuvan terhadap


debridemen bedah. Salah satu tindakan yang dilakukan yaitu
sequestrektomi (pengangkatan involukrum secukupnya agar ahli
bedah dapat mengangkat sequestrum). Semua tulang dan kartilago
yang terinfeksi dan mati sebaiknnya diangkat agar dapat terjadi
penyembuhan yang permanen.

3. Memahami pemeriksaan fisik pasien Osteomielitis.


Pemeriksaan fisik pasien osteomielitis
a. Terjadi nyeri lokal
b. Pembengkakan
c. Eritema
d. Teraba hangat
e. Kelemahan umum yang disebabkan oleh reaksi sistemik akibat infeksi
pada osteomielitis akut
f. Demam
g. Pada osteomielitis kronis, terjadi peningkatan suhu tubuh (demam) pada
sore dan malam hari, serta terlihat f

Anda mungkin juga menyukai