Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN

BUERGER DISEASE

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Blok Kardiovaskuler oleh:

Deddy Ramadhan
G2A016098

PROGRAM STUDI SI- ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2017 / 2018
A. PENGERTIAN
Cheryl, L. et al. (2009) mendefnisikan penyakit Buerger sebagai peradangan
nonatherosklerotik, keadaan bendungan yang menganggu sirkulasi pada kaki dan tangan,
menyebabkan lesi segmental dan pembentukan thrombus pada arteri kecil dan sedang, kadang-
kadang pada vena. Penyakit ini mempunyai insiden terbanyak pada laki-laki muda dengan
riwayat pengguna tembakau.
Penyakit Buerger (Tromboangitis obliterans) adalah penyumbatan pada arteri dan vena
yang berukuran kecil sampai sedang, akibat peradangan yang dipicu oleh merokok. Berdasarkan
studi cohort, pria perokok sigaret berusia 20-40 tahun lebih banyak yang menderita penyakit
Buerger dibandingkan dengan siapapun. Penyakit ini yang ditandai dengan berulangnya inflamasi
pada arteri dan vena sedang dan kecil pada ekstrimitas bawah dan atas ( jarang terjadi) dan
mengakibatkan pembentukan trombus serta penyumbatan pembuluh darah (Brunner & Suddarth,
2002)
Penyakit ini berbeda dengan penyakit pembuluh darah lainya dari segi gambaran
mikroskopisnya. Berlawanan arah dengan aterosklerosis, penyakit Buerger dipercaya merupakan
penyakit autoimun yang mengakibatkan penyumbatan pada pembuluh darah distal. Meskipun
kondisi ini berbeda dengan aterosklerosis, namun pada klien manula dengan penyakit Buerger,
aterosklerosis dapat menyerang pembuluh darah kecil.

B. ETIOLOGI/ PREDISPOSISI

Penyebab penyakit Buerger tidak diketahui, namun dipercaya merupakan suatu vaskulitis
autoimun. Kebanyakan terjadi pada pria usia 20 dan 35 tahun, dan dilaporkan pada semua rasdi
seluruh wilayah dunia. Ada banyak bukti bahwa merokok merupakan faktor atau penyebab yang
memperberat .

Merokok sangat erat kaitanya dengan penyakit Buerger, dan riwayat penyakit merokok
merupakan salah satu kriteria untuk mendiagnosis penyakit. Secara umum jika klien merokok
terus, pengobatan apapun akhirnya akan siasia. Meskipun perokok pasif memiliki efek buruk
pada system kardiovaskuler, non perokok seharusnya tidak mengembangakan penyakit. Perokok
aktif diidentifikasi dengan mengukur tingkat continine (metabolit utama dari nikotin di dalam
urine). Telah diusulkan di Jepang bahwa kehadiran sebuah gen terkait dengan beberapa antigen
HLA dapat mengendalikan kerentanan penyakit. Kondisi sosial ekonomi, lingkungan kerja juga
berperan dalam etiologi penyakit.

C. PATOFISIOLOGI
Peradangan pada arteri perifer akan menyebabkan suatu oklusi arteri. Respon peradangan hamper
sama dengan manifestasi akhir adalah terjadinya penyembuhan dengan disertai lesi thrombosis
yang menyebabkan obstruksi vascular.
Fenomena oklusi arteri ini sesuai dengan daerah dimana arteri ini mengalami penyumbatan.
Umumnya yang terkena yaitu ekstremitas bawah, namun arteri pada ekstrimitas atas dan visera
dapat juga terlibat. Mungkin terdapat tromboflebitis superfisisal sebagai manifestasi pembentukan
trombus kecil yang menyerang arteri kecil.
Apabila penyakit berlanjut maka akan terjadi kemerahan atau sianosis bila ekstrimitas dalam
posisi tergantung. Perubahan warna kadang hanya mengenai satu ekstrimitas atau hanya beberapa
jari. Respon oklusi pada arteri ini dilanjutkan dengan terhentinya aliran darah secara lokal dan
terjadinya iskemia jaringan lokal sesuai distribusi aliran darah yang mengalami penyumbatan
yang nanti dapat berkembang menjadi ulkus. Apabila manifestasi tidak segera dilakukan
intervensi, maka terjadilah ulkus dan gangren.
D. MANIFESTASI KLINIK
Gejala utama berupa nyeri , pasien mengeluhkan kram pada kaki (terutama telapak) atau
tungkai setelah latihan (klaudikasi intermiten), yang dapat dihilangkan dengan istirahat.
Terkadang terasa nyeri semakin parah akibat gangguan emosi, merokok, dan kedinginan.
Pada awalnya pasien mengeluhkan nyeri saat istirahat, perasaan terbakar atau sensitive
terhadap dingin. Nyeri saat istirahat terjadi secara terus menerus dengan sifat nyeri yang tidak
berubah. Selain itu, dapat juga terjadi berbagai jenis parastesia dan denyut nadi melemah atau
hilang. Apabila penyakit berlanjut akan terjadi kemerahan atau sianosis jika ekstrimitas dalam
posisis tergantung. Perubahan warna terkadang hanya mengenai satu ekstrimitas atau hanya
beberapa jari. Keadaan ini dapat berkembang menjadi ulkus sehingga menjadi ulkus dan gengren,
jika sudah terlalu parah dapat dilakukan amputasi.

E. KOMPLIKASI
Menurut (Aspiani, 2005) yaitu :
1. Amputasi
2. Gengren adalah kematian bagian jaringan tubuh. Gangrene biasanya disebabkan oleh suplai
darah tidak adekuat, tetapi kadang kala disebabkan oleh cedera langsung (gangrene
traumatic) atau infeksi (gas gangren).

Suplai darah yang buruk dapat disebabkan oleh :


a. Penekanan pada pembuluh darah (misalnya: tunikuet, balutan yang terlalu ketat, dan
pembengkakan ekstremitas)
b. Obstruksi di dalam pembuluh darah yang sehat (misalnya: emboli arteri, kerusakan
jaringan akibat suhu rendah, jika kapiler menjadi tersumbat)
c. Spasme dinding pembuluh darah (misalnya: toksisitas ergot)
d. Thrombosis yang disebabkan oleh penyakit dinding pembuluh darah (misalnya:
arteriosklerosis pada arteri flebitis pada vena)
Gangrene kering jika terjadi aliran darah dari area yang terkena menjadi hitam dan emasiasi.
Gangrene lembab terjadi jika aliran vena tidak adekuat, sehingga jaringan mengalami
pembengkakan akibat cairan.
3. Kehilangan sirkulasi ekstrimitas yang terkena ketika kekontak profesionalmedis
4. Ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan ulkus adalah
kematian jaringan yang luas dan disertai invasive kuman saprofit. Adanya kuman saprofit
tersebut menyebabkan ulkus berbau. Ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala
klinik dan perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksaan buerger disease merupakan kombinasi penatalaksanaan medis dan bedah, serta
harus disertai dengan kerjasama yang kuat dari pasien untuk menghentikan kebiasaan merokok
dan perawatan kaki jika dengan/atau tanpa ulkus iskemik. Penghentian kebiasaan merokok secara
mutlak merupakan tatalaksana satu-satunya yang telah terbukti untuk mencegah progresivitas
buerger’s disease. Mengurangi jumlah rokok menjadi 1-2 batang per hari, mengganti rokok
dengan permen tembakau atau pengganti nikotin dapat menyebabkan penyakit ini tetap aktif.

Tidak ada pengobatan atau pembedahan yang efektif untuk kelainan ini. Penderita harus berhenti
merokok untuk mengurangi gejala-gejala yang dikeluhkan. Obat-obat vasodilator yang
melebarkan diameter pembuluh darah dapat diberikan pada penderita, tetapi tidak efektif.
Hindarilah daerah tubuh yang terkena terhadap paparan panas dan dingin. Hindarilah daerah yang
dipengaruhi penyakit ini terhadap trauma dan jika terjadi infeksi harus segera
diobati(http://www.tanyadokter.com)

Untuk penatalaksanaan ulkus iskemik dan nyeri yang terjadi (termasuk klaudikasio intermiten)
dapat digunakan:
- Cilostazol, suatu inhibitor fosfodiester dengan efek vasodilatasi dan anti platelet, dapat
memperbaiki klaudikasio hingga 40-60%.
- Statin, juga memperbaiki klaudikasio intermiten
- Pentoxifylline, bekerja menurunkan viskositas darah
- Amlodipin atau nifedipin sebagai vasodilator jika terjadi vasospasme
- Revaskularisasi, dengan percutanues transluminal angioplasty atau bedah terbuka, jika
memungkinkan secara anatomis dan pasien telah berhenti merokok
- Simpatektomi, untuk menghilangkan tonus simpatis, sehingga terjadi vasodilatasi.

Untuk perawatan kaki, pasien harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :


- Penggunaan alas kaki dengan ukuran yang sesuai dan nyaman
- Lubrikasi dan perawatan kaki dengan pelembab
- Menghindari paparan terhadap suhu yang ekstrim
- Pengobatan luka pada kaki segera dan agresif
- Otot yang atrofi dapat diatasi dengan implantable spinal cord stimulation. Selulitis dan flebitis
yang terjadi segera diatasi dengan antibiotik yang sesuai dan NSAID. Jika semua usaha
pengobatan telah dilakukan dan tidak memberikan hasil yang memuaskan, dapat dilakukan
amputasi untuk mencegah penyebaran infeksi yang terjadi.

Penanganan lain bahwa penderita harus melindungi kakinya dengan pembalut yang memiliki
bantalan tumit atau dengan sepatu boot yang terbuat dari karet. Bagian kepala dari tempat tidur
dapat ditinggikan 15-20 cm diatas balok, sehingga gaya gravitasi membantu mengalirkan darah
menuju arteri-arteri. Pentoxifylline, antagonis kalsium atau penghambat platelet (misalnya
aspirin) diberikan terutama jika penyumbatan disebabkan oleh kejang. Penderita yang berhenti
merokok tetapi masih mengalami penyumbatan arteri, mungkin perlu menjalani pembedahan
untuk memperbaiki aliran darah, dengan memotong saraf terdekat untuk mencegah kejang. Jarang
dilakukkan pencangkokan bypaas karena arteri yang terkena terlalu kecil.

G. PENGKAJIAN FOKUS
1. Demografi
Merupakan identitas klien
Nama : Tn. X
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Pendidikan : SMA sederajat
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa-Indonesia
Tanggal Masuk : 25 Juli 2013
No. Medrek : 5678910
Ruang : Nusa Indah
Diagnosa Medis : Buerger Disease
Tanggal Pengkajian : 25 Juli 2013
Keluhan Utama : Nyeri pada tungkai kaki sebelah kiri
2. RIWAYAT KESEHATAN
Informasi tentang kesehatan masa lalu seseorang, kesehatan keluarganya , dan masalah
lainya, atau dapat disebut riwayat medis.
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
P: Klien datang dengan keluhan nyeri tanpa diketahui penyebabnya, namun klien
mengaku seorang perokok berat.
Q: klien mengaku nyeri seperti tertusuk-tusuk.
R: klien mengaku merasa nyeri dibangian tungkai dan jari-jari kakinya sebelah kiri.
S: setelah dilakukan penghitungan skala nyeri klien dengan skala 1-10, klien mengatakan
skala nyerinya mencapai angka 8.
T: klien mengaku mulai merasa nyeri pada bagian tungkainya kira-kira 4 bulan yang lalu,
klien juga mengatakan bahwa nyeri sering timbul ketika berjalan terlalu lama dan juga
sering timbul pada saat malam hari.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan bahwa dirinya juga mengidap penyakit paru-paru. Klien juga
mengatakan bahwa ia pernah di opname dirumah sakit karena penyakit paru-parunya.
Namun klien mengatakan bahwa dirinya belum pernah dioperasi.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa kelurganya tidak memiliki penyakit keturunan dan tidak ada
keluarga klien yang menderita penyakit yang sama dengannya.
3. DATA FOKUS
Data fokus keperawatan adalah data tentang perubahan-perubahan atau respon klien
terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya, serta hal-hal yang mencakup tindakan yang
dilaksanakan kepada klien.
No Data Fokus Etiologi Masalah yang
Muncul
1. Ds: Klien mengeluh nyeri Adanya sumbatan oleh debris Nyeri
pada tungkai dan ateromatosa pada arteri
ekstremitas kiri.
Do: wajah klien tampak
meringis Berkurangnya aliran darah

Berkurangnya pasokan
oksigen

Adanya penekanan pada saraf


nyeri

Korteks cerebri

Nyeri
2. DS: klien mengatakan Perubahan sirkulasi darah Kerusakan integritas
lukanya sulit sembuh jaringan
DO: terdapat luka pada
kaki sebelah kiri klien Kematian sel-sel

Mengakibatkan ulkus pada


daerah tersebut

Kerusakan integritas jaringan


3. DS: klien mengeluh nyeri Adanya nyeri Intoleransi aktifitas
jika berjalan terlalu lama
DO: klien tampak
kesulitan dalam berjalan Kemampuan aktivitas klien
terbatas

Intoleransi aktifitas

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak terdapat pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk mendiagnosis penyakit


Buerger. Tidak seperti penyakit vaskulitis lainnya, reaksi fase akut (seperti angka sedimen
eritrosit dan level protein C reaktif) pasien penyakit Buerger adalah normal.Pengujian yang
direkomendasikan untuk mendiagnosis penyebab terjadinya vaskulitis termasuk didalamnya
adalah pemeriksaaan darah lengkap; uji fungsi hati; determinasi konsentrasi serum kreatinin,
peningkatan kadar gula darah dan angka sedimen, pengujian antibody antinuclear, faktor
rematoid, tanda (sign)-tanda (sign) serologi pada CREST (calcinosis cutis, Raynaud phenomenon,
sklerodaktili and telangiektasis) sindrom dan scleroderma dan screening untuk hiperkoagulasi,
screening ini meliputi pemeriksaan antibodi antifosfolipid dan homocystein pada pasien buerger
sangat dianjurkan.

Angiogram pada ekstremitas atas dan bawah dapat membantu dalam mendiagnosis
penyakit Buerger. Pada angiografii tersebut ditemukan gambaran “corkscrew” dari arteri yang
terjadi akibat dari kerusakan vaskular, bagian kecil arteri tersebut pada bagian pergelangan tangan
dan kaki. Angiografi juga dapat menunjukkan oklusi (hambatan) atau stenosis (kekakuan) pada
berbagai daerah dari tangan dan kaki. Penurunan aliran darah (iskemi) pada tangan dapat dilihat
pada angiogram. Keadaan ini akan memgawali terjadinya ulkus pada tangan dan rasa nyeri.

Meskipun iskemik (berkurangannya aliran darah) pada penyakit Buerger terus terjadi
pada ekstrimitas distal yang terjadi, penyakit ini tidak menyebar ke organ lainnya , tidak seperti
penyakit vaskulitis lainnya. Saat terjadi ulkus dan gangren pada jari, organ lain sperti paru-paru,
ginjal, otak, dan traktus gastrointestinal tidak terpengaruh. Penyebab hal ini terjadi belum
diketahui.

Pemeriksaan dengan Doppler dapat juga membantu dalam mendiagnosis penyakit ini,
yaitu dengan mengetahui kecepatan aliran darah dalam pembuluh darah.

Pada pemeriksaan histopatologis, lesi dini memperlihatkan oklusi pembuluh darah oleh
trombus yang mengandung PMN dan mikroabses; penebalan dinding pembuluh darah secara
difus. LCsi yang lanjut biasanya memperlihatkan infiltrasi limfosit dengan rekanalisasi.
Metode penggambaran secara modern, seperti computerize tomography (CT) dan
Magnetic resonance imaging (MRI) dalam diagnosis dan diagnosis banding dari penyakit Buerger
masih belum dapat menjadi acuan utama. Pada pasien dengan ulkus kaki yang dicurigai
Tromboangitis Obliterans, Allen test sebaiknya dilakukan untuk mengetahui sirkulasi darah pada
tangan dan kaki.

H. PATHWAY KEPERAWATAN

Rokok Genetik, disungsi endotel, infeksi

Kandungan bahan kimia (TAR,


nikotin, karbonmonoksida)

Peradangan arteri
perifer

Okulasi arteri

Penumpukan plak & Terbentuknya trombus

Penyumbatan pembuluh darah

Aliran darah berkurang dan kurangnya oksigen ke jaringan Nyeri

amputasi Ulkus dan gangren

Kerusakan integritas jaringan

Kecemasan
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Nyeri berhubungan dengan penurunan suplai darah ke jaringan sekunder dan adanya oklusi
pembuluh darah perifer.
b. Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan adanya ulkus dan gengren pada
ekstrimitas sekunder akibat terhentinya aliran darah ke ekstrimitas.
c. Kecemasan yang berhubungan dengan rencana operatif untuk amputasi, ancaman, atau
perubahan kesehatan.

J. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL

DX 1: Nyeri berhubungan dengan penurunan suplai darah ke jaringan sekunder dan adanya
oklusi pembuluh darah perifer.

Tujuan : dalam waktu 1x 24 jam terdapat penurunan respon nyeri ekstrimitas

Kriteria: secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri secara objektif didapatkan
TTV balam batas normal, dan wajah rileks

Intervensi Rasional

Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, Variasi penampilan dari perilaku klien karena
lama, dan penyebaranya nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian

Lakukan pengkajian nyeri keperawatan. Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan


oksigen kejaringan yang mengalami iskemia
1. Atur posisi fisiologi

2. Istirahatkan klien Menurunkan kebutuhan oksigen jaringan


perifer sehingga akan menurunkan kebutuhan
jaringan yang membutuhkan oksigen untuk
menurunkan iskemia

3. Manajemen llingkungan : Menurunkan stimulus nyeri eksternal dan


lingkungan tenang dan batasi pembatasan pengunjung akan membantu
pengunjung menigkatkan kondisi oksigen ruangan
berkurang apabila banyak pengunjung pasien

4. Ajarkan teknik pernapasan dalam Meningkatkan asupan oksigen sehingga akan


menurunkan nyeri sekunder dari iskemia
jaringan

5. Lakukakn manajemen sentuhan Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa


sentuhan dukungan psikologis dapat
membantu menurunkan nyeri. Masase ringan
dapat meningkatkan aliran darah serta dengan
otomatis membantu suplai darah dan oksigen
ke area nyeri dan menurunkan sensasi nyeri

6. Kolaborasi pemberian analgesik Analgetik akan menurunkan sensasi nyeri


dengan menghambat stimulus nyeri agar
jaringan sampai dikirimkan ke korteks serebri

DX 2 : Kerusakan integritas jaringan yang berhubungan dengan adanya ulkus dan gengren
pada ekstrimitas sekunder akibat terhentinya aliran darah ke ekstrimitas.

Tujuan : dalam 7x 24 jam integritas kulit membaik secara optimal

Kriteria: pertumbuhan jaringan meningkat, keadaan luka membaik, pengeluaran pus pada
luka tidak ada lagi, luka menutup

Intervensi Rasional

Kaji kerusakan jaringan lunak yang terjadi Menjadi data dasar untuk memberikan
pada klien informasi intervensi perawatan luka, alat apa
yang akan digunakan, dan jenis larutan apa
yang akan digunakan.

Lakukan perawatan luka. Dapat mengurangi kontaminasi kuman ke area


luka
1. Lakukan perawatan luka dengan
teknik steril

2. Kaji keadaan luka dengan teknik Manajemen membuka luka dengan


membuka balutan mengurangi mengguyur larutan nacl ke kasa dapat
stimulus nyeri, bila melekat kuat mengurangi stimulus nyeri
perban diguyur dengan nacl

3. Lakukan pembilasan luka dari Teknik membuang jaringan dan kuman diarea
arah dalam ke luar dengan cairan luka , diharapkan keluar dari area luka
nacl

4. Tutup luka dengan kasa steril Mempercepat penyembuhan luka akibat


infeksi dan osteo mielitis

5. Lakukan nekretomi pada jaringan Jaringan nekrotik dapat menghambat proses


yang sudah mati penyembuhan luka

6. Rawat luka setiap hari atau setiap Memberikan rasa nyaman pada klien untuk
kali pembalut basah atau kotor mempercepat penyembuhan jaringan luka

7. Kolaborasi tim bedah untuk Bedah perbaikan amputasi terutama pada luka
dilakukan bedah amputasi gangren yang parah dengan tujuan
menurunkan komplikasi dari resiko gangrene
yang bertambah luas.

DX3: Kecemasan yang berhubungan dengan rencana operatif untuk amputasi, ancaman,
atau perubahan kesehatan.

Tujuan : kecemasan klien berkurang

Kriteria: klien menyatakan kecemasan berkurang mengenai perasaanya, dapat


mengidentifikasikan penyebab atau faktor yang mempengaruhinya, kooperatif terhadap
tindakan, wajah rileks

Intervensi Rasional

Bantu klien mengekspresikan perasaan Cemas berkelanjutan memberikan dampak


marah, kehilangan dan takut. serangan jantung selanjutnya

Kaji tanda verbal dan nonverbal Reaksi verbal/non verbal dapat menunjukkan
kecemasan, damping klien dan lakukan rasa agitasi , marah, dan gelisah
tindakan bila menunjukkan perilaku
merusak.

Hindari konfrontasi Konfontasi dapat meningkatkan rasa marah,


agitasi dan gelisah

Mulai melakukan tindakan untuk Mengurangi rasa eksternal yang tidak perlu
mengurangi kecemasan. Beri lingkungan
yang tenang dan suasana penuh istirahat

Orientasikan klien terhadap prosedur rutin Orientasi dapat mengurangi kecemasan


dan aktivitas yang diharapkan

Beri kesempatan klien untuk Menghilangkan ketegangan terhadap


mengungkapkan ansietasnya kekhawatiran yang tidak diekspresikan

Kolaborasi: berikan anticemas sesuai Memberikan relaksasi dan menurunkan


indikasi kecemasan
Daftar Pustaka

Aspiani, Reny Yuli. 2010. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta :
EGC

Baughman,Diane C. 2000. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.

Judith M.Wilkinson. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil
NOC. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Kardiovaskuler. Jakarta :
Salemba Medika.

Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Konsep, proses dan praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC

http://yosuapenta.multiply.com?journal/item/8/sindrombuerger?&showinterstirial:1&u:%2Fjournal&2F
item. Di unduh 17 Mei 2017
FORMAT PENILAIAN PORTOFOLIO
NAMA MAHASISWA: DEDDY RAMADHAN
TOPIK : BUERGER DISEASE

NO KRITERIA BBT NILAI NILAI X


BBT
1 2 3 4
1 KERAPIAN 10
1. Tulis tangan tidak
rapi
2. Tulis tangan kurang
rapi
3. Diketik rapi
4. Diketik sangat rapi
2 WAKTU PENYERAHAN 10
1. Lewat 3 hari
2. Lewat 2 hari
3. Lewat 1 hari
4. Tepat waktu

3 JUMLAH BUKU SUMBER 15


1. Satu sumber
2. Dua sumber
3. Dua sumberplus
internet
4. Lebih 2 sumber plus
internet, sumber
dilampirkan
4 JUMLAH HALAMAN 10
1. 2 halaman
2. 3 halaman
3. 4 halaaman
4. Lebih dari 4
halaman
5 ORIGINALITAS 5
Tidak meniru orang lain
6 KELENGKAPAN ISI 30
1. Makalah memuat
kurang dari 7 item
dalam sistematika
2. Makalah memuat 7-
8 dari 9 item
3. Makalah memuat 9
item sesuai
sistematika terdiri
dari:
Pengertian, etiologi,
patofisiologi,
manifestasi klinis,
penatalaksanaan,
pengkajian fokus
kurang lengkap,
pathways,
diagnosa
keperawatan
kurang lengkap,
fokus intervensi
tanpa rasional
4 PEMAHAMAN 20
1. Tidak memahami
tidak membaca
2. Membaca tidak
memahami
3. Membaca
memahami
4. Membaca sangat
memahami

NILAI AKHIR = JUMLAH NILAI X BOB0T NILAI AKHIR =


100

Mengetahui Dosen MAHASISWA

Ns. Yunie Armiyati., M.Kep, Sp. KMB DEDDY RAMADHAN

Anda mungkin juga menyukai