Molahidatidosa Jein
Molahidatidosa Jein
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Mola berasal dari bahasa Latin yang berarti massa, sedangkan hidatidosa
berasal dari kata hydatis (Yunani) yang berarti tetesan air. 2Plasenta terdiri atas
dua bagian, yakni bagian untuk janin atau disebut vili korialis dan bagian untuk
ibu yang berasal dari desidua basalis.
2.2 Epidemiologi
Frekuensi mola hidatidosa umumnya di wanita Asia lebih tinggi (1 per 120
kehamilan) daripada wanita di negara Barat (1 per 2.000 kehamilanlklibk ). Di
Indonesia, mola hidatidosa dianggap sebagai penyakit yang penting dengan
insiden yang tinggi (data RS di Indonesia, 1 per 40 persalinan), faktor risiko
banyak, penyebaran merata serta sebagian besar data masih berupa hospital based.
Faktor risiko mola hidatidosa terdapat pada usia kurang dari 20 tahun dan di atas
35 tahun, gizi buruk, riwayat obstetri, etnis dan genetik.2
2
Mola hidatidosa disebabkan oleh adanya over-production jaringan yang
membentuk plasenta. Dalam keadaan kehamilan normal, plasenta berfungsi
memberikan nutrisi untuk janin. Namun pada kasus mola hidatidosa, jaringan
berkembang menjadi suatu masa yang abnormal sehingga tidak dapat berfungsi
secara normal.4
3
8. Infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas.
2.4 Patofisiologi
2. Teori neoplasma
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Park. Pada penyakit trofoblas,
yang abnormal adalah sel-sel trofoblas dimana fungsinya juga menjadi abnormal.
Hal ini menyebabkan terjadinya reabsorpsi cairan yang berlebihan kedalam villi
sehingga menimbulkan gelembung. Sehingga menyebabkan gangguan peredaran
darah dan kematian mudigah.
Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa
gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, sehingga
menyerupai buah anggur, atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur
atau mata ikan. Ukuran gelembung-gelembung ini bervariasi dari beberapa
milimeter sampai 1-2 cm. Secara mikroskopik terlihat trias: (1) Proliferasi dari
4
trofoblas; (2) Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban; (3)
Hilangnya pembuluh darah dan stroma. Sel-sel Langhans tampak seperti sel
polidral dengan inti terang dan adanya sel sinsitial giantik (syncytial giant cells).
Pada kasus mola banyak dijumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter
10 cm atau lebih (25-60%). Kista lutein akan berangsur-angsur mengecil dan
kemudian hilang setelah mola hidatidosa sembuh1,8
2.5 Klasifikasi
Patologi
5
Edema villus Difus Bervariasi,fokal
Gambaran klinis
6
Dalam stadium pertumbuhan mola yang dini terdapat beberapa ciri khas yang
membedakan dengan kehamilan normal, namun pada stadium lanjut trimester
pertama dan selama trimester kedua sering terlihat perubahan sebagai berikut : 9
1. Perdarahan
Perdarahan uterus merupakan gejala yang mencolok dan bervariasi mulai dari
spoting sampai perdarahan yang banyak. Perdarahan ini dapat dimulai sesaat
sebelum abortus atau yang lebih sering lagi timbul secara intermiten
selamaberminggu-mingguatausetiapbulan. Sebagaiakibatperdarahantersebut gejala
anemia ringan sering dijumpai. Anemia defisiensi besimerupakan gejala yang
sering dijumpai.
2. Ukuran uterus
Uterus tumbuh lebih besar dari usia kehamilan yangsebenarnya dan teraba
lunak. Saat palpasi tidak didapatkan balotement dan tidak teraba bagian janin.
3. Aktivitas janin
Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas sympisis, secarakhas
tidak akan ditemukan aktivitas janin, sekalipun dilakukan test denganalat yang
sensitive sekalipun. Kadang-kadang terdapat plasenta yangkembar pada
kehamilan mola hidatidosa komplit. Pada salah satuplasentanya sementara
plasenta yang lainnya dan janinnya sendiri terlihatnormal. Demikian pula sangat
jarang ditemukan perubahan molainkomplit yang luas pada plasenta dengan
disertai dengan janin yanghidup.
4. Embolisasi
Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau tanpa stroma villus
dapat keluar dari dalam uterus dan masuk aliran darah vena. Jumlah tersebut dapat
sedemikian banyak sehingga menimbulkan gejala serta tanda emboli pulmoner
akut bahkan kematian. Keadaan fatal ini jarang terjadi. Meskipun jumlah trofoblas
dengan atau tanpa stroma villus yangmenimbulkan embolisasi ke dalam paru-paru
terlalu kecil untukmenghasilkan penyumbatan pembuluh darah pulmoner namun
lebih lanjuttrofoblas ini dapat menginfasi parenkin paru. Sehingga terjadi
metastaseyang terbukti lewat pemeriksaan radiografi. Lesi tersebut dapat terdiri
daritrofoblas saja (koriokarsinoma metastasik) atau trofoblas dengan stromavillus
7
(mola hidatidosa metastasik). Perjalanan selanjutnya lesi tersebutbisa diramalkan
dan sebagian terlihat menghilang spontan yang dapatterjadi segera setelah
evakuasi atau bahkan beberapa minggu atau bulankemudian. Sementara sebagian
lainnya mengalami proliferasi danmenimbulkan kematian wanita tersebut tidak
mendapatkan pengobatanyang efektif.
5. Ekspulsi Spontan
Kadang-kadang gelembung-gelembung hidatidosa sudah keluar sebelummola
tersebut keluar spontan atau dikosongkan dari dalam uterus lewattindakan.
Ekspulsi spontan paling besar kemungkinannya pada kehamilansekitar 16
minggu. Dan jarang lebih dari 28 minggu.5,9
2.7 Diagnosis
1. Anamnesis
Ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yang berlebihan,
perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklat dan kadang
bergelembung seperti busa.
(1) Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola komplet
adalah perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan
perdarahan. Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah darah yang
banyak, dan cairan gelap bisa mengalir melalui vagina. Gejala ini terdapat
dalam 97% kasus.
(2) Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal
ini merupakan akibat dari peningkatan secara tajam hormon β-HCG.
8
2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Palpasi :
Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek
Tidak teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin.
Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin
Pemeriksaan dalam :
Memastikan besarnya uterus
Uterus terasa lembek
Terdapat perdarahan dalam kanalis servikalis
3. Pemeriksaan Laboratorium
9
Gambar : Nilai rata-rata dari 95 % confidence limit yang menggambarkan
kurva regresi normal gonadotropin korionik subunit β pasca mola. 9
4. Pemeriksaan Imaging
a. Ultrasonografi
Gambaran seperti sarang tawon/honey comb tanpa disertai adanya janin
Ditemukan gambaran snow storm atau gambaran seperti badai salju.
2.8 Penatalaksanaan
1. Evakuasi
10
Perbaiki keadaan umum.
Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap
Bila Kanalis servikalis belum terbuka dipasang laminaria dan 12
jamkemudian dilakukan kuret.
2. Pengawasan Lanjutan
Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oralpil.
Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun :
o Setiap minggu pada Triwulan pertama
o Setiap 2 minggu pada Triwulan kedua
o Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
o Setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.
Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :
a. Gejala Klinis : Keadaan umum, perdarahan
b. Pemeriksaan dalam :
o Keadaan Serviks
o Uterus bertambah kecil atau tidak
c. Laboratorium
Reaksi biologis dan imunologis :
o 1x seminggu sampai hasil negatif
o 1x2 minggu selama Triwulan selanjutnya
11
o 1x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya
o 1x3 bulan selama tahun berikutnya
o Kalau hasil reaksi titer masih (+) maka harus dicurigai adanya keganasan
3. Sitostatika Profilaksis
Metoreksat 3x 5mg selama 5 hari
2.9 Komplikasi
12
Perdarahan yang hebat sampai syok
Perdarahan berulang-ulang yang dapat menyebabkan anemia
Infeksi sekunder
Perforasi karena tindakan atau keganasan
2.10 Prognosis
Dinegara maju, kematian karena mola hidatidosa hampir tidak ada, mortalitas
akibat mola hidatidosa ini mulai berkurang oleh karena diagnosis yang lebih dini
dan terapi yang tepat. Akan tetapi di negara berkembang kematian akibat mola
masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2% dan 5,7%. Kematian pada mola
hodatidosa biasanya disebabkan oleh karena perdarahan, infeksi, eklamsia, payah
jantung dan tirotoksikosis.1,9
Lebih dari 80% kasus mola hidatidosa tidak berlanjut menjadi keganasan
trofoblastik gestasional, akan tetapi walaupun demikian tetap dilakukan
pengawasan lanjut yang ketat, karena hampir 20% dari pasien mola hidatidosa
berkembang menjadi tumor trofoblastik gestasional. 1,9
Pada 10-15% kasus mola akan berkembang menjadi mola invasive, dimana
akan masuk kedalam dinding uterus lebih dalam lagi dan menimbulkan
perdarahan dan komplikasi yang lain yang mana pada akhirnya akan
memperburuk prognosisnya. Pada 2-3% kasus mola dapat berkembang menjadi
korio karsinoma, suatu bentuk keganasan yang cepat menyebar dan membesar. 9
13
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. A
Umur : 19 tahun
Alamat : Jl. Labu
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Perdarahan dari jalan lahir
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke IGD kebidanan RS Anutapura Palu dengan keluhan
perdarahan dari jalan lahir, dialami sejak kurang lebih 1 minggu sebelum masuk
rumah sakit. Pasien mengaku darah yang keluar banyak dan sesekali keluar
gumpalan kecil. Pasien juga mengeluh nyeri perut terutama bagian bawah.
Pasien sudah 3 bulan lebih tidak haid kemudian pasien periksa ke bidan dan
dinyatakan positif hamil. Keluhan disertai dengan adanya mual dan muntah,
pusing (+), sakit kepala (-), Gerakan janin (-) BAK biasa dan BAB lancar.
14
Riwayat Penyakit Terdahulu:
Riwayat yang serupa :
Pasien mengaku tidak pernah memiliki riwayat keluhan yang serupa. Pasien
juga menyangkal adanya riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes
mellitus, dan asma.
Riwayat alergi :
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan dan
makanan
Riwayat Penyakit Keluarga :
Menurut pasien di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan seperti
pasien. Riwayat penyakit jantung, ginjal, hipertensi, diabetes mellitus, dan asma
disangkal dalam keluarga disangkal.
Riwayat Haid :
• Haid pertama kali usia 13 tahun
• Menstruasi teratur
• Lama menstruasi 7 hari
• Haid terakhir tanggal : 13-11-2016
• Jumlah darah haid 3 kali mengganti pembalut setiap hari
Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali, usia pernikahan ± 1 tahun
15
Sekarang minggu
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Abdomen tampak mengalami pembesaran, tidak
ada tanda-tanda peradangan, bekas operasi (-).
Perkusi : Redup abdomen kuadran bawah,lainnya timpani
16
Palpasi :Teraba tinggi fundus uteri berada setinggi
umbilikus, balotement (-), tidak teraba bagian janin, nyeri tekan (+)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal, Aorta abdominalis (+)
DJJ (-)
Pemeriksaan Ekstremitas
Superior : deformitas (-), akral dingin (-/-)
Inferior : deformitas (-), akral dingin (-/-)
Inspekulo
Tidak dilakukan
VT :
Dinding vagina normal, massa (-), portio tebal (+) Lunak (+), Ø(-)
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ultrasonografi (USG) :
17
Gambaran snow storm atau badai salju
Kesan : Molahidatidosa
VI. RESUME
Pasien wanita usia 20 tahun datang ke IGD kebidanan Rumah Sakit
Anutapura Palu dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir, dialami sejak ±1
minggu SMRS. Pasien mengaku darah yang keluar banyak dan sesekali
bergumpal. Pasien juga mengeluh nyeri perut terutama bagian bawah. Pasien
sudah 3 bulan tidak menstruasi kemudian pasien periksa ke bidan dan dinyatakan
positif hamil. Gerakan janin belum dirasakan oleh pasien. Keluhan disertai dengan
adanya nausea, vomitus, dan vertigo.
Pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum baik, composmentis. Tanda
vital; TD 130/80 mmHg, N 87 x/menit, R 19x/menit, S 36,6 oC. Konjungtiva;
anemis -/-.
Pada pemeriksaan abdomen, abdomen tampak mengalami pembesaran,
perkusi redup pada abdomen kuadran bawah, teraba tinggi fundus uteri berada
setinggi umbilikus, balottment (-), tidak teraba bagian janin, nyeri tekan (+). Pada
pemeriksaan vaginal toucher didapatkan dinding vagina normal, massa (-), portio
tebal (+) lunak (+) Ø (-).
18
Pemeriksaan laboratorium; leukosit 9,4 x103/μL, eritrosit 3,72 x106/μL,
hemoglobin 11,1 g/dL, platelet 243 x103/μL. Pemeriksaan USG menunjukkan
gambaran snow storm atau badai salju yang memberikan kesan mola hidatidosa.
VII. DIAGNOSIS
G1P0A0 + Gravid 14-15 minggu + Mola Hidatidosa
VIII. PENATALAKSANAAN
a. Rencana Diagnosis
Foto Thorax
Pemeriksaan β-HCG
b. Rencana Terapi
Infus RL 20 tpm
Inj Transamin 1 ampul/8 jam
Meloxicam 2x7,5 mg
Pro Kuretase
c. Rencana Monitoring
Observasi keadaan umum dan vital sign
Observasi perdarahan
d. KIE pasien dan keluarga
FOLLOW UP
07-05-2017
S : Nyeri perut (+), mual (-) muntah (-), pusing (-), sakit kepala (-) perdarahan
pervaginam (+) sedikit, BAK biasa, dan BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 120/70 mmHg P: 20 x/m
N: 80 x/m S : 36,5 °C
19
Konjungtiva anemis -/-
A : Mola hidatidosa
P : IVFD RL 20 tpm
Inj Transamin 1 ampul/8 jam
Drips oxytocin 1 ampul dalam RL 500 cc 28 tpm
Meloxicam 2x7,5 mg
Foto thorax
Siapkan 2 kantong darah WB
Rencana kuret besok
Persiapan kuret besok :
- Infus Ringer Laktat
- Inj. Dexamethasone
- Inj. Keterolac 1 amp/8 jam
- Inj. Ranitidin
- Drips oxytocin 1 ampul dalam RL 500 cc
- Methergin
- Pethidine
08-05-2017
S : Nyeri perut (+), mual (-) muntah (-), pusing (+), sakit kepala (-)
perdarahan pervaginam (+) sedikit-sedikit , BAK biasa, dan BAB lancar
O :Ku : sedang
Kesadaran : komposmentis
TD: 130/80 mmHg P: 20 x/m
N: 84 x/m S : 36,7 °C
Konjungtiva anemis -/-
Hasil Foto Thorax : Bronchitis
A : G1P0A0 + Gravid 14-15 minggu + Mola Hidatidosa
P : IVFD RL 20 tpm
Inj Transamin 1 ampul/8 jam
Drips oxytocin 1 ampul dalam RL 500 cc 28 tpm
Meloxicam 2x7,5 mg
Dokumentasi mola :
Laporan Operasi :
1. Pasien diposisikan secara litotomi dibawah pengaruh anestesi
2. Desinfeksi daerah kerja menggunakan kasa steril dan betadine
3. Memasang duk steril untuk batasi area kerja
4. Memasang speculum anterior dan posterior pada mulut Rahim
5. Menjepit serviks dengan tenaculum pada arah jam 11
6. Melepaskan speculum anterior
7. Mengukur panjang uterus dengan sonde
8. Melakukan kuretase mola hingga dipastikan tidak ada mola yang tersisa,
dikeluarkan sisa mola sedikit
9. Melepas tenaculum dan speculum posterior
10. Membersihkan area kerja dengan kasa steril dan betadine
11. Memasang tampon vagina 1 buah
12. Membersihkan area luar vagina
13. Operasi selesai
P : IVFD RL 20 tpm
Inj. Ranitidin 1 ampul/8 jam
Inj. Ketorolac 1 amp/8jam
Inj. Ondansentron 1 ampul/8 jam
Cefadroxil 500 mg 2x1
Metronidazole 500 mg 3x1
Metilergotamin 3x1
10-05-2017
S : Nyeri perut (-),perdarahan pervaginam (-) , mual (-) muntah (-), pusing (-),
sakit kepala (-), BAK biasa, dan BAB lancar
O :Ku : Baik
Kesadaran : komposmentis
TD: 120/90 mmHg
N: 80 x/m
P: 20 x/m
S: 36,5 O
Konjungtiva anemis -/-
TFU : 4 jari dibawah umbilikus
Nyeri tekan suprapubik (-)
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien wanita usia 19 tahun datang ke IGD kebidanan Rumah Sakit Anutapura Palu
dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir, dialami sejak ± 1 minggu SMRS. Pasien
mengaku darah yang keluar banyak dan sesekali bergumpal. Pasien juga mengeluh nyeri
perut terutama bagian bawah. Pasien sudah 3 bulan tidak menstruasi kemudian pasien
periksa ke bidan dan dinyatakan positif hamil. Gerakan janin belum dirasakan oleh pasien.
Keluhan disertai dengan adanya nausea, vomitus, dan vertigo.
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis
langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang
membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah
sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339).Mola dapat
mengandung janin (mola parsial) atau tidak terdapat janin di dalamnya (mola komplit).
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor – faktor yang dapat menyebabkan antara
lain, faktor ovum, imunoselektif dari tropoblast, keadaan sosioekonomi yang rendah, paritas
tinggi, kekurangan protein, infeksi virus dan factor kromosom yang belum jelas.
Pada kasus ini, faktor resiko terjadinya kehamilan mola kemungkinandikarenakan
keadaan sosioekonomi yang rendah, sehingga kekurangan asupan protein dan asam folat.
Pada pasien ini, ciri-ciri mola yang dapat dilihat antara lain perdarahan uterus yang
merupakan gejala utama pada kasus, gejala ini bervariasi mulai dari spoting sampai
perdarahan yang banyak.Pasien juga mengeluh merasa mual dan muntah, hal ini merupakan
salah satu manifestasi klinis yang ditimbulkan mola akibat peningkatan kadar beta HCG.
Gerakan janin juga tidak pernah dirasakan pasien selama hamil, dimana pada kehamilan
normal gerakan janin sudah mulai bisa dirasakan pada minggu ke 18-20.
Hasil pemeriksaan didapatkan pemeriksaan abdomen didapatkan TFUsetinggi
umbilikus, djj tidak dinilai, balotement (-), dan tidak teraba bagian janin, uterus membesar
tidak sesuai dengan usia kehamilan, tidak teraba bagian janin dan ballotemen juga gerakan
janin. Pada kasus mola hidatidosa temuan klinis yang dapat ditemukan untuk menentukan
diagnosis pasti antara lain adalah uterus yang membesar tidak sesuai dengan usia kehamilan
serta tidak teraba bagian janin dan ballotemen juga gerakan janin. Berdasarkan taksiran hari
pertama haid terakhir pasien usia kehamilan pasien adalah sekitar 14-15 minggu, sedangkan
TFU pasien setara dengan usia kehamilan 20-22 minggu.
Pada pemeriksaan USG ditemukan adanya gambaran snow storm atau badai salju,
menurut teori diagnosis pasti dari mola hidatidosa biasanya dapat dibuat dengan
ultrasonografi dengan menunjukkan gambaran yang khas berupa “vesikel-vesikel”
(gelembung mola) dalam kavum uteri atau “badai salju” (snow flake pattern/snow storm).
Pada pasien ini dilakukan kuretase dan didapatkan darah keluar bersama cairan putih
dan coklat dan banyak jaringan mola. Ada tidaknya janin tidak dapat diketahui dari temuan
intra kuretase karena sebagian besar jaringan mola sudah sudah dikeluarkan melalui tindakan
kuretase. Tindakan curetase pada pasien ini sudah tepat dilakukan dan perlu tindakan kuret
ke-2 (7-10 hari berikutnya) untuk memastikan tidak ada jaringan mola yang tersisa. Pasien
dianjurkan untuk melakukan kontrol kembali pada hari ke 10 untuk menilai titer β-hCG, jika
titer β-hCG masih terlampau tinggi maka dapat direncanakan untuk melakukan tindakan
kuretase kembali. Sebagai penatalaksanaan lanjutan pasien sebaiknya menunda kehamilan
selama 12 bulan dengan menggunakan kontrasepsi. Tindakan histerektomi total bukan dapat
menjadi pilihan pada pasien ini dikarenakan pasien dalam kasus ini pasien tergolong
beresiko tinggi yang memiliki kriteria usia 20 tahun, belum pernah memiliki anak.
KESIMPULAN
Pada pasien yang ingin merencanakan kehamilan, sebaiknya menunda selama 1 tahun
untuk mencegah kembali terjadinya mola hidatidosa. Selama 1 tahun, pasien dianjurkan
untuk menggunakan kontrasepsi baik berupa pil maupun suntikan. Dan pasien sebaiknya
memantau perkembangan beta HCG selama 2-3 tahun. Yaitu tiap minggu pada triwulan
pertama, tiap 2 minggu pada triwulan kedua, tiap bulan pada 6 bulan berikutnya, tiap 2 bulan
pada tahun berikutnya dan selanjutnya tiap 3 bulan. Karena pemeriksaan beta HCG cukup
mahal, maka biasanya dilakukan pemeriksaan beta HCG bulan 1, ke-3 dan ke-6. Jika hasil
beta HCG negatif, pasien dapat merencanakan kehamilannya. Namun jika hasil beta HCG
tetap meningkat, maka perlu kita curigai sebagai keganasan.
Jika kadar beta HCG masih postif berarti mola hidatidosa masih ada. Maka tindakan
yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan dalam dan pemeriksaan USG untuk melihat sisa
jaringan mola. Jika ditemukan jaringan, maka perlu dilakukan kuretase kembali untuk
membersihkan sisa-sisa jaringan. Namun jika tidak ditemukan jaringan, maka tindakan yang
dilakukan perlu pemeriksaan foto thorax untuk melihat apakah mola hidatidosa telah
bermetastasis ke paru-paru atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
4. Pereira G.D.C.M. Molahidatidosa. Probolinggo : SMF obstetri dan ginekologi RSUD dr.
Muhammad Saleh Probolinggo ; 2011.
6. Mochtar, R. Penyakit Trofoblast, dalam Sinopsis Obstetri, Jilid I, Edisi kedua. Jakarta:
EGC ; 1998.
8. Hacker, N.F., Moore, J.G. Neoplasia Trofoblast Gestasi, dalam: Esensial Obstetri dan
Ginekologi, Edisi 2. Jakarta : Hipokrates ; 2001.