Salah satu asas terpenting dalam hukum acara pidana ialah asas praduga
tak bersalah atau “presumtion of innocent” terdapat dalam penjelasan
umum butir 3 huruf c Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) dan Pasal 8 Undang-undang Pokok Kekuasaan Kehakiman No.
14 Tahun 1970.
Asas praduga tak bersalah mengandung arti bahwa setiap orang yang
disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau diperiksa di pengadilan
wajib dianggap tidak bersalah sebelum memperoleh putusan pengadilan
yang menyatakan kesalahannya dan telah mempunyai kekuatan hukum
tetap.
Asas praduga tak bersalah jika ditinjau dari segi teknik penyidikan
dinamakan “prinsip akusatur” atau “accusatory procedure (accusatorial
system)`. Prinsip ini menempatkan kedudukan tersangka/terdakwa
dalam setiap tingkat pemeriksaan yakni :
Tersangka/terdakwa diperlakukan sebagai subyek pemeriksaan,
karena itu harus didudukkan dan diperlakukan dalam kedudukan
sebagai manusia yang mempunyai harkat dan martabat serta harga
diri.
Obyek pemeriksaan adalah perbuatan pidana yang dilakukan oleh
tersangka/terdakwa.
Disisi lain berdasarkan pasal 140 ayat (2) huruf a KU-HAP, dihubungkan
dengan pasal 14, menentukan semua perkara yang memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan oleh hukum, penuntut umum harus
menuntutnya dimuka pengadilan, kecuali terdapat cukup bukti bahwa
peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana atau
perkara ditutup demi hukum.
2. Asas-Asas Teritorial
Menurut asas teritorial, berlakunya undan-undang pidana suatu Negara
semata-mata digantungkan pada tempat dimana tindak pidana atau perbuatan pidana
dilakukan, dan tempat tersebut harus terletak didalam territorial atau wilayah Negara
yang bersangkutan. Simons mengatakan bahwa berlakunya asas territorial ini
berdasarkan atas kedaulatan Negara sehingga setiap orang wajib dan taat kepada
perundang-undangan Negara tersebut.
Pasal 2 KUHP merumuskan: aturan pidana dalam perundang-undangan
Indonesia berlaku bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana di Indonesia.
Perkataan setiap orang mengandung arti baik Warga Negara Indonesia maupun orang
asing yang berada di Indonesia. Dalam hal melakukan perbuatan, tedapat
kemungkinan bahwa perbuatannya sendiri tidak di Indonesia, tetapi akibatnya terjadi
di Indonesia, misalnya misalnya saja seseorang yang dari luar negeri mengirimkan
peket berisi bom dan meledak serta membunuh orang ketika dibuka di Indonesia. Hal
ini akan dibicarakan lagi nanti mengenai teori-teori locus delicti (tempat terjadinya
delik atau tindak pidana) dalam membicarakan lebih lanjut tentang tindak pidana.
Teritorial Indonesia diperluas dengan pasal 3 KUHP yang semula
mengatakan bahwa ketentuan pidana itu berlaku juga bagi setiap orang yang diluar
Indonesia melakukan tindak pidana di dalam perahu Indonesia.berhubung dengan
perkembangan zaman, malalui UU No. 4 Tahun 1976, maka Pasal 3 tersebut diubah
dan berbunyi:
“Ketentuan pidana dalam perundang-undangan Indonesia berlaku bagi setiap
orang yang diluar wilayah Indonesia melakukan tindak pidana di dalam
kendaraan air atau pesawat udara Indonesia”
3. Asas Perlindungan (Asas Nasional Pasif)
Menurut asas ini peraturan hukum pidana Indonesia berfungsi untuk
melindungi keamanan kepentingan hukum terhadap gangguan dari setiap orang di luar
Indonesia terhada kepentingan hukum Indonesia itu. Hal ini diatur dalam
Pasal 4 KUHP (setelah diubah dan ditambah berdasarkan undang-undang nomer 4
Tahun 1976) ‘Ketentuan pidana dalam perundang-undangan indonesia diterapkan
bagi setiap orang yang melakukan diluar indonesia:
1. Salah satu kejahatan berdasarkan pasal-pasal 104,106,107,108, dan 131.
2. Suatu kejahatan mengenai mata uang atau uang kertas yang
dikeluarkan oleh negara atau bank, ataupun mengenai materai yang
dikeluarkan dan merek yang digunakan oleh pemerintah indonesia.
3. Pemalsuan surat hutang atau sertifikat hutang atas tanggungan
suatu daerah atau bagian daerah indonesia, termasuk pula pemalsuan
tanda deviden atau tanda bunga yang mengikuti surat sertifikat itu dan
tanda yang digunakan sebagai pengganti surat tersebut.
4. Salah satu kejahatan yang disebut dalam pasal-pasal 438, 444
sampai dengan 446 tentang pembajakan laut dan pasal 447 tentang
penyerahan kendaraan air kepada kekuasaan bajak laut dan 479 huruf J
tentang penguasaan pesawat udara dengan melawan hukum dan pasal 479
huruf L,m,n, dan o tentang keselamatan penerbangan sipil.
B. ANALISIS
1. Asas Legaliatas
Terdapat beberapa pengertian di dalam asas legalitas tersebut, yaitu:
a. Tidak dapat dipidana kecuali berdasarkan ketentuan pidana menurut
undang-undang.
b. Tidak ada penerapan undang-undang pidana berdasarkan analogi.
c. Tidakk dapat dipidana hanya berdasarkan kebiasaan.
d. Tidak boleh ada perumusan delik yang kurang jelas (syarat lex certa).
e. Tidak ada kekuatan surut dari ketentuan pidana.
f. Tidak ada pidana lain kecuali yang ditentukan undang-undang.
g. Penuntutan pidana hanya menurut cara yang ditentukan undang-undang.
Tujuan asas legalitas adalah:
a. Menegakkan kepastian hukum
b. Mencegah kesewenang-wenangan penguasa.
Asas legalitas ini terdapat dalam KUHP pasal 1 ayat 1
2. Asas Teritorial
Asas territorial menekankan pada daerah atau wilayah dimana hukum pidana itu berlaku. Ini
merupakan yang paling pokok dan juga merupakan asas yang paling tua. Asas wilayah/territorial ini
menunjukkan bahwa siapa pun yang melakukan delik diwilayah Negara tempat berlakunya hukum pidana,
tunduk pada hokum pidana itu. Yang menjadi patokan adalah tempat dan wilayah sedangkan orangnya tidak
dipersoalkan. Dan asas ini tercantum pada pasal 2 KUHP.
3. Asas Nasionalitas Pasif
Asas Nasionalitas pasif ialah asas yang dimana tiap-tiap Negara yang bedaulat pada umumnya
berhak melindungi kepentingan hukumnya. Dengan demikian UU hokum pidana Indonesia dapat
diberlakukan terhadap siapapun, baik warga Negara maupun bukan warga Negara yang melakukan
pelanggaran terhadap kepentingan hukum Negara Indonesia atau Negara yang berdaulat dimana pun
terutama di luar negeri. Misalanya, melakukan kejahatan penting terhadap keamanan Negara serta kepala
Negara Indonesia (pasal 104-108KUHP) .
Asas nasionalitas pasif diatur dalam pasal 4 dan pasal 8.
4. Asas personalitas/nasionalitas aktif
Asas nasioalitas aktif menitik beratkan pada kewarganegaraan pembiat hukum pidana yang
mengikuti kewarganegaraanya kemana pun ia berada.Inti dari asas ini tercantum pada pasal 5, pasal 6, pasal
7 KUHP.
5. Asas Universal
Asas ini melihat hhukum pidana berlaku umum, melampaui batas ruang wilayah dan ruang orang
ang dilindungi disini adalah kepentingan dunia atau hukum internasional. Jenis kejahatan yang dicantumkan
pidana menurut asas ini sangat berbahaya tidak hanya dilihat dari kepentingan Indonesia tetapi kepentingan
dunia.
Disini kekuasaan kehakiman menjadi mutlak karena yuridiksi pengadilan tidak tergantung lagi
pada tempat terjadinya delik atau nasionalitas atau domisili terdakwa. Asas ini tercantum dalam pasal 9, dan
berlakunya pasal 2, 5, 7, 8, dibatasi oleh pengecualian-pengecualian dalam hokum internasional.
6. Asas Apabila Ada Perubahan dalam UU Setelah Peristiwa Itu Terjadi Maka
Dipakailah Ketentuan yang Paling Menguntungkan pada Si Tersangka.
Yang dimaksud dalam asas ini bahwa seseorang yang diduga melakukan
tindak pidana dan telah dijatuhi hukuman dengan perundang-undangan yang berlaku
pada saat itu, aka tetapi setelah menjalani hukuman tiba-tiba ada undang-undang yang
baru yang lebih memberatkan si terdakwa maka dipakailah yang paling
menguntungkan baginya. Asas ini terdapat pada pasal 1 ayat 2 KUHP.
7. Asas Hukum Pidana Khusus Mengesampingkan Hukum Pidana Umum
Dikarenakan sumber hukum pidana ada dua jenis yaitu yang terkodifkasi dan
yang tidak, dimana undang-undangnya tidak terkodofikasi seperti misalanya orang
yang melakukan pidana korupsi yang diberlakukan adalah undang-undang korupsi
(lex specialis). Asas ini terdapat pada pasal 103 KUHP
C. KESIMPULAN
Asas-asas yang terdapat dalam hukum pidana dapat dibedakan menurut waktu
dan tempat berlakunya. Menurut waktunya, dalam hukum pidana terdapat asas
legalitas yang memberikan kepastian hukum terhadap seseorang yang dipidana jika
tidak ada peraturan perundang-undangn yang berlaku.
Sedangakan menurut tempat berlakunya atau wilayahnya diibedakan menjadi
empat yaitu:
1. asas territorial,
2. asas nasionalitas aktif,
3. asas nasionalitas pasif, dan
4. asas universal.
Dimana asas tersebut diberlakukan pada warga Negara ataupun warga Negara
asing yang berada dalam wilayah atau Negara yang berdaulat dapat dikenakan hukum
pidana
2. Asas-Asas Teritorial
Menurut asas ini ketentuan hukum pidana berlaku bagi setiap warga
Negara Indonesia yang melakukan tindak pidana di luar Indonesia. Untuk mereka yag
melakukan di wilayah Indonesia telah diliputi oleh asas territorial pada Pasal 2 KUHP.
Pasal 5 KUHP berisi ketentuan tersebut, tetapi dengan pembatasan
tertentu, yaitu jika yang dilakukan adalah perbuatan diatur di dalam:
1. Bab I dan II Buku Kedua KUHP, yaitu kejahatan terhadap keamanan Negara
dan kejahatan terhadap martabat Presiden dan Wakil Presiden, Pasal 104-139.
Tetapi ada sedikit pembahasan, yang termuat dalam pasal 6 KUHP, yang
menentukan, bahwa hukuman mati tidak boleh dijatuhkan oleh pengadilan di
Indonesia apabila kejahatan yang bersangkutan, menurut hukum pidana Negara asing
yang bersangkutan, tidak diancam dengan hukuman mati.
Indonesia tidak akan menyerahkan warganya untuk diadili di luar negeri, ketentuan
ini berlaku bagi semua kejahatan menurut KUHP Indonesia.
5. Asas Universal
6. Asas Apabila ada perubahan dalam Undang-Undang Setelah peristiwa itu terjadi
maka dipakailah ketentuan yang paling menguntungkan bagi si Tersangka
B. ANALISIS
1. Asas Legaliatas
d. Tidak boleh ada perumusan delik yang kurang jelas (syarat lex certa).
2. Asas Teritorial
Asas territorial menekankan pada daerah atau wilayah dimana hukum pidana itu
berlaku. Ini merupakan yang paling pokok dan juga merupakan asas yang paling tua.
Asas wilayah/territorial ini menunjukkan bahwa siapa pun yang melakukan delik
diwilayah Negara tempat berlakunya hukum pidana, tunduk pada hokum pidana itu.
Yang menjadi patokan adalah tempat dan wilayah sedangkan orangnya tidak
dipersoalkan. Dan asas ini tercantum pada pasal 2 KUHP.
Asas Nasionalitas pasif ialah asas yang dimana tiap-tiap Negara yang bedaulat pada
umumnya berhak melindungi kepentingan hukumnya. Dengan demikian UU hokum
pidana Indonesia dapat diberlakukan terhadap siapapun, baik warga Negara maupun
bukan warga Negara yang melakukan pelanggaran terhadap kepentingan hukum
Negara Indonesia atau Negara yang berdaulat dimana pun terutama di luar negeri.
Misalanya, melakukan kejahatan penting terhadap keamanan Negara serta kepala
Negara Indonesia (pasal 104-108KUHP) .
Asas nasioalitas aktif menitik beratkan pada kewarganegaraan pembiat hukum pidana
yang mengikuti kewarganegaraanya kemana pun ia berada.Inti dari asas ini tercantum
pada pasal 5, pasal 6, pasal 7 KUHP.
5. Asas Universal
Asas ini melihat hhukum pidana berlaku umum, melampaui batas ruang wilayah dan
ruang orang ang dilindungi disini adalah kepentingan dunia atau hukum internasional.
Jenis kejahatan yang dicantumkan pidana menurut asas ini sangat berbahaya tidak
hanya dilihat dari kepentingan Indonesia tetapi kepentingan dunia.
6. Asas Apabila Ada Perubahan dalam UU Setelah Peristiwa Itu Terjadi Maka
Dipakailah Ketentuan yang Paling Menguntungkan pada Si Tersangka.
Yang dimaksud dalam asas ini bahwa seseorang yang diduga melakukan tindak pidana
dan telah dijatuhi hukuman dengan perundang-undangan yang berlaku pada saat itu,
aka tetapi setelah menjalani hukuman tiba-tiba ada undang-undang yang baru yang
lebih memberatkan si terdakwa maka dipakailah yang paling menguntungkan
baginya. Asas ini terdapat pada pasal 1 ayat 2 KUHP.
Dikarenakan sumber hukum pidana ada dua jenis yaitu yang terkodifkasi dan yang
tidak, dimana undang-undangnya tidak terkodofikasi seperti misalanya orang yang
melakukan pidana korupsi yang diberlakukan adalah undang-undang korupsi (lex
specialis). Asas ini terdapat pada pasal 103 KUHP
C. KESIMPULAN
Asas-asas yang terdapat dalam hukum pidana dapat dibedakan menurut waktu dan
tempat berlakunya. Menurut waktunya, dalam hukum pidana terdapat asas legalitas
yang memberikan kepastian hukum terhadap seseorang yang dipidana jika tidak ada
peraturan perundang-undangn yang berlaku.
1. asas territorial,
4. asas universal.
Dimana asas tersebut diberlakukan pada warga Negara ataupun warga Negara asing
yang berada dalam wilayah atau Negara yang berdaulat dapat dikenakan hukum
pidana