Anda di halaman 1dari 4

1.

Apa yang dimaksud Komplek ostiomeatal (KOM)


celah pada dinding lateral hidung yang dibatasi oleh konka media dan lamina papirasea yang
merupakan tempat ventilasi dan drenase dari sinus-sinus yang letaknya di anterior yaitu sinus
maksilaris, etmoid anterior dan frontal

2. Apa perbedaan Polip vs konka?


Polip adalah masa lunak yang mengandung banyak cairan didalam rongga hidung,
bertangkai berwarna putih ke abu-abuan yang terjadi akibat inflamasi mukosa, tempat asal
tumbuhnya polip terutama dari komplek ostio-meatal di meatus medius dan sinus etmoid
Konka adalah menonjol pada sisi medial dinding lateral rongga nasal yang dilapisi
membran mukosa dan banyak mengandung pembuluh darah, konka dibagi menjadi 3 bagian
yaitu konka inferior, konka medial dan konka superior dan terdapat 3 meatus inferior (terletak
antara konka inferior dengan dasar hidung bermuara di duktus nasolakrimalis) mediatus
medius terletak antara konka media dengan dinding lateral rongga hidung bermuara diantara
sinus frontal, sinus maksilaris, dan sinus etmoid anterior. Meatus superior merupakan ruang
antara konka superior dan konka media terdapat muara sinus etmoid postrior dan sinus
spenoid

3. Ceritakan ttg cuci hidung, apa itu Indikasi, cara alat dan bahan
Cuci hidung atau irigasi larutan garam fisiologis pada rongga hidung yang dapat memberikan
efek decongestan ringan di samping itu dapat membantu pengeluaran dibris dan sekret, tujuan
memperbaiki drainase sinus dan fungsi maksila hidung, mengurangi mediator inflamasi,
mempercepat penyembuhan mukosa, mencegah perlengkatan mukosa,
Indikasi : rinitis alergi, infeksi saluran pernapasan atas dan pasca pembedahan sinus
Cara: Bungkukan badan diatas bak cuci/wastafel sekitar 45 derajat, miringkan kepala sekitar
45 sehingga satu lubang hidung berada diatasnya. Masukan ujung pot ke lubang hidung yang
diatas secara perlahan dan membentuk sela (penutup) yang nyaman sehingga larutan tidak
keluar melalui hidung, jangan menekan ujung pot pada septum nasi. Bernapaslah melalui
mulut dan tinggikan pengangan pot sehingga larutan masuk ke hidung. Setelah beberapa saat,
larutan akan mulai keluar dari lubang hidung yang dibawah. Bila larutan sudah habis,
keluarkan napas perlahan melalui kedua hidung untuk mengeluarkan kelebihan larutan dan
mokus. Kemudian ulangi prosedur pada lubang hidung yang satunya. Lakukan pada setiap
hidung beberapa kali dan 2-3 kali sehari (FK-UI RSUD Dr. Soetomo Surabaya)
Bahannya larutan salin hipotonik (NaCL 0,45%), isotonik (NaCL 0,9%) dan hipertonis
(NaCL 3%, 5%, 7%)

45. Ceritakan tanda dan gelaja pada hidung pada penyakit berikut:
a) Lepra
gejala awal: epistaksis dan rinitis akut dengan sekret mukopurulen. Pada hidung anterior
terdapat infiltrasi plak abu-abu
gejala lanjutan: nodul yang dapat menjadi ulserasi, rinitis atrofi. Foetor, destruksi kartilago
nasal septum, hiposmia, anosmia
b) HIV
fungal sinusitis
rhinitis alergi
c) Tuberkulosis pada hidung berbentuk nodular atau ulkus, terutama mengenai tulang rawan
septum dan dapat mengakibatkan perforasi, pada pemeriksaan klinis terdapat secret
mukopurulen dan krusta, sehingga menimbulkaan keluhan hidung tersumbat.diagnosis
ditegakan dengan ditemukan basil tahan asam (BTA) pada sekret hidung. Pada pemeriksaan
histopatologi ditemukan sel dantia langhans dan limfositosis
d) Fibrosis kistik
konka hidung edema secara konstan, mengeluarkan mukus tebal warna kehijauan yang
memenuhi sinus sehingga menyebabkan sinusitis kronis. Sering bermanifestasi menjadi polip

46. Hidung berbau DD nya apa aja, tata laksana, ceritakan


Anak : corpus alienum, rhinitis bakteri, tonsilitis

Corpus alienum tatalaksananya Fiksasi anak dalam posisi tegak, usahan kapala anak tidak
bergerak dengan menggunakan spekulum hidung, identifikasi benda asing dan kemuadian
dilakukan ekstraksi secara hati-hati jika permukaan bulat misalnya manikmanik:
ekstraksi dilakukan dengan pengait tumpul. Pengait dimasukan kedalam hidung di bagian
atas, menyelusuri atap kavum nasi sampe menyentuh nasofaring, setelah itu pengait
diturunkan sedikit dan tarik kedepan sehingga benda asing akan ikut kebawa keluar, dapat
pula menggunakan cunam jika benda lunak misalnya cotton bud : ekstrasi dilakukan dengan
forsep pada bayi kecil dan anak yang tidak kooperatif mungkin memerlukan anastesi umum
sebelum melakukan ekstrasi benda asing dapat juga digunakan endoskopi nasal pemberian
antobiotik sistemik 5-7 hari bila benda asing lebih menimbulkan infeksi hidung maupun sinus

Rinitis bakteri (terefleksi dari sekret mukopurulen) dapat diberikan antiobiotik cefadroxyl
500 mg 3x sehari, kalsium dicklofenat 50 mg 3 x sehari sebagai analgesik dan antiinflamasi
(NSID) untuk proses peradangan dan untuk dekongestan diberikan psuedoefedrin 60 mg # x
sehari karena terjadi hipertrofi konka dan hidung tersembut, anjuran untuk istirahat yang
cukup untuk menjaga tahan tubuh dan olah raga untuk meringkankan gejala karena
mempunyai efek vasokontriksi ringan dan hiertropi hidung berkurang Rinitis bakteri
(terefleksi dari sekret mukopurulen) dapat diberikan antiobiotik cefadroxyl 500 mg 3x sehari,
kalsium dicklofenat 50 mg 3 x sehari sebagai analgesik dan antiinflamasi (NSID) untuk
proses peradangan dan untuk dekongestan diberikan psuedoefedrin 60 mg # x sehari karena
terjadi hipertrofi konka dan hidung tersembut, anjuran untuk istirahat yang cukup untuk
menjaga tahan tubuh dan olah raga untuk meringkankan gejala karena mempunyai efek
vasokontriksi ringan dan hiertropi hidung berkurang

Tonsilitis meliputi medikamentosaa dan operatif, terapi medikamentosa yaitu dengan


pemberian antibiotik sesuai kultur ditunjukan untuk mengatasi infeksi yang terjadi baik pada
tonsilitis akut, maupun tonsilitis rekuren atau tonsilitis kronis eksaserbasi

Dewasa: rhinosinusitis, polip, rinitis atropi(ozaena), rhinitis bakteri


Rrinosinusitis kronik tanpa polip nasi dibedakan menjadi dua yaitu penatalaksanaan
medikamentosa dan pembedahan.
Medikamentosa antibiotik golongan amoksilil + klavulanat, sefarosporin, florokuinolon,
makrolid, klindamisin dan metronidasol atau kortikosteroid topikal yaitu beklometason,
flutikason, mometason
Pembedahan :
 sinus maksila ( irigsi sinus, nasal antrostomi, operasi caldwell –luc)
 sinus etmoid ( etmoidektomi intranasal, eksternal dan ekstranasal)
 sinus frontal ( intranasal-ekstranasal, frontal sinus septoplasty, frontoetmoidektomi)
 sinus sfenoid ( trans nasal, trans sfenoidal)
 FESS (Sinusitis, poliposis nasi, mukokel sinus oaranasal, mikosis sinus
paranasal, osteoma kecil, tumor, dekompresi orbita/nervus oftikus, atresia
koana

Polip penatalaksanaan yaitu polipektomi medikamentosa dengan kortikosteroid topikal atau


Sistemik Terapi bedah bila polip tidak membaik dengan terapi medikamentosa/polip
masifpolipektomi oprasi sinus: etmoidektomi, F.E.S.S, dan Cald Well-luc op

Rinitis atropi penatalaksanaan:


 antibiotik bespektrum luas atau sesuai uji resistensi kuman
 obat cuci hidung agar bersih dari kusta dan bau busuk hilang dengan larutan betadine atau
sendok makan dalam 100cc air hangat atau:
NH4CI
NaHC03
NaCL aaa9
Aqua ad 300
Satu sendok makan larutan tersebut dicampur 9 sendok makan air hangat, atau dengan larutan
garam hangat(garam dapur). Larutan dimasukan ke dalam rongga hidung dan dikeluarkan
lagi dengan menghembuskan kuat-kuat atau yang masuk ke nasofaring dikelaurkan melalui
mulut, dilakukan 2 kali sehari
 vitamin A3 x 50.000 unit selama 2 minggu
 preparat FE
 pengobatan sinusitis

47. Facial pain itu apa?


kelumpuhan otot wajah otot-otot wajah, sehingga wajah tampak tidak simetris pada
saat berbicara dan berekspresi.
Etiologi terjadi kongenital, infeksi ( infeksi telinga tengah, infeksi intrakranial) tumor (tumor
intrakranial atau ekstrakranial) trauma kepala, gangguan pembuluh darah (trombosis arteri
karotis, arteri maksila) atau idiopatik (bells spalsy). Tata laksana bila gangguan antaran
ringan dan fungsi motor masih baik, terapi ditunjukan menghilangkan edema saraf dengan
remakai obat-obatan anti edema/kortikosteroid, vasodilator, dan neurotonik dan fisioterapi.
Bila gangguan berat atau sudah terjadi denervasi total, harus segera dilakukan tindakan
operatif dengan teknik N. VII transmastoid.

48. Jelaskan trauma maksilofacial


Trauma yang paling serius melibatkan wajah dan mempunyai gejala khas berupa perubahan
letak palatum, deformitas atau mobilitas hidung, epistaksis atau perubahan/defornitas
sepertiga tengah muka Digunakan klasifikasi Le fort untuk membantu diagnosis dan
penatalaksaan
Le Fort 1 trauma terbatas pada alvelus kiri, kanan, atau bilateral
Le Fort II trauma piramid os maksila, hidung, zigoma,. Terjadi pemisahan bagian
tengah muka dengan tukang kranium
Le Fort III Trauma mengenai tukang maksila, hidung zigoma, orbital : terjadi
pemisahan seluruh tulang muka dengan basis kranii
Pemeriksaan penunjang:
Foto radiologi posisi lateral dan water untuk melihat garis struktur pada tulang maksila
Pemeriksaan tomografi tiga dimensi untuk melihat posisi fragmen fraktur tulang serta
perancanaan sekonstruksi

49. Jelaskan tentang perot


Suatu kelumpuhan nervus fasialis perifer tipe Lower motor neuron (LMN) yang terjadi secara
akut pada nervus fasialis daerah tulang temporal, sekitar foramen stilomastoideus yang
hampir selalu terjadi secara unilateral, nervus fasialis terjepit didalam foramen
stilomastoideus dan menimbulkan kelumpuhan fasialis LMN, pada lesi LMN bisa terletak
dipons, lesi di pons yang terletak di daerah sekitar nervus abdusen dan fasikulus
lungitudinalis medialis. Karena itu paralisis fasialis LMN tersebut akan mmenyertai
kelumpuhan muskulus rektus lateralis atau gerakan melirik ke arah lesi. Selain itu paralisis
nervus fasialis LMN akan timbul bergandengan dengan tuli perseptif ipsilateral dan ageusia
(tidak bisa mengecap dengan 2/3 bagian depan lidah)

Anda mungkin juga menyukai