Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PEMBAHASAN

A. Peran, Fungsi, dan Etika Perawat Dalam Keperawatan Komunitas


1. Peran dan Fungsi Perawat Komunitas
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap
seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran dipengaruhi oleh
keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar yang bersifat stabil, dalam hal ini
peran perawat komunitas sebagai berikut :
a. Pemberi yankep
b. Pendidik/penyuluh (Educator)
c. Pengelola/Manajer kasus
d. Fasilitator (Kolaborator)
e. Organisator
f. Penemu Kasus
g. Role Model
h. Change agent/inovator
Peran yang berorientasi pada klien adalah :
a. Caregiver
Mengkaji status kes klien, menegakkan dx kep., merencanakan intervensi,
implementasi dan evaluasi.
b. Educator
Mengkaji kebutuhan belajar klien, membuat perencanaan edukasi,
memberikan penkes, evaluasi tujuan penkes.
c. Counselor
Mengidentifikasi masalah, memberikan solusi alternatif, membantu klien
menentukan kriteria solusi, mengevaluasi solusi alternatif, dan evaluasi efek
dari solusi, membuat klien peduli thd proses pemecahan masalah
d. Referal resource
Menjadi sumber informasi
e. Role model
menjadi contoh yang baik dalam melakukan perilaku sehat
f. Advocate
Menjadi pembela hak klien
g. Primary care provider
Melakukan pengkajian s.d evaluasi, memodifikasi intervesi, meningkatkan
self care klien
h. Case manager
Mengidentifikasi kebutuhan untuk manajemen kasus, mengkaji kebutuhan
klien, membuat perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Peran yang berorientasi pada kerjasama :
a. Koordinator yankes
Mengkoordinir seluruh kegiatan upaya yankesmas dalam mencapai tujuan
kesehatan melalui kerjasama dengan tim kesehatan lainnya tercipta
keterpaduan dalam sistem yankes

b. Collaborator
- Berkomunikasi dengan tim kesehatan lain
- Berpartisipasi dalam mengambil keputusan bersama
- Berpartisipasi dalam melakukan tindakan untuk memecahkan masalah klien
c. Liaison/ Sebagai fasilitator
Penghubung antara masyarakat dengan unit yankes dan instansi terkait

2. Fungsi Pearwat Komunitas


Fungsi: merupakan pekerjaan yang harus dilaksanakan sesuai dengan perannya
Fungsi perawat dalam menjalankan peran:
• Fungsi independen: perawat menjalankan peran secara mandiri
• Fungsi dependen: peran dilaksanakan atas instruksi tim lain
• Fungsi interdependen: kerjasama tim /saling ketergantungan

3. Etika Perawat dalam Keperawatan Komunitas


Etika merupakan Ilmu yang mempelajari nilai moral, yang menjadi prinsip dan
kode tindakan yang ideal. Merupakan peraturan dan prinsip bagi perbuatan yang
benar, Etika memberi keputusan tentang tindakan yang diharapkan benar, tepat atau
bermoral. Sedangkan etika keperawatan adalah Suatu ungkapan tentang bagaimana
perawat wajib bertingkah laku. Merujuk pada standar etik yang menentukan dan
menuntun perawat dalam praktek sehari-hari:
• Jujur terhadap pasien
• Menghargai pasien
• Beradvokasi atas nama pasien

Hak klien di komunitas sebagai berikut :

a. Klien berhak untuk diberi informasi tertulis sebelum diberi tindakan


b. Klien dan petugas mempunyai hak dan kewajiban untuk saling menghargai dan
menghormati

c. Petugas dilarang menerima pemberian pribadi maupun meminjam sesuatu dari


klien

d. Mengambil keputusan

e. Berhak memeroleh nasehat tentang rencana perubahan yang akan dilakukan

f. Berpartisipasi dalam rencana pelayanan keperawatan

g. Hak untuk menolak rencana perubahan

h. Privacy: perawat akan memberikan informasi apabila diperlukan secara hukum

Prinsip Etik Dalam Keperawatan Komunitas

a. Otonomi : Kemampuan untuk menentukan sendiri/mengatur diri sendiri


Menghargai otonomi berarti menghargai manusia sebagai seseorang
yang mempunyai harga diri& martabat yang mampu menentukan
sesuatu bagi dirinya
b. Beneficence : Selalu mengupayakan tiap keputusan dibuat berdasarkan
keinginan untuk melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien,
bermanfaat untuk menolong pasien. Risiko yang mungkin timbul
dikurangi sampai seminimal mungkin dan memaksimalkan manfaat
bagi pasien.
c. Non Maleficence : Tindakan dan pengobatan harus berpedoman
“primum non nocere “ (yang paling utama adalah jangan merugikan
Tidak melukai atau tidak menimbulkan bahaya/cedera bagi klien
d. Veracity : Mengatakan secara jujur dan jelas apa yang akan dilakukan
serta akibat yang dapat terjadi. Dalam memberikan informasi
disesuaikan dengan tingkat pendididkan pasien
e. Confidentiality : Menghormati “privacy” dan kerhasiaan pasien,
meskipun penderita telah meninggal
f. Justice : Prinsip moral adil adalah untuk semua individu tindakan
yang dilakukan untuk semua orang sama. Tindakan sama tidak selalu
identic. Persamaan berarti mempunyai kontribusi yang relatif sama
untuk kebaikan kehaidupan seseorang

B. Proses Keperawatan Komunitas


Metode asuhan keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontinu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan dari klien, keluarga
serta kelompok atau masyarakat melalui langkah-langkah: pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi keperawatan. Dalam penerapan proses keperawatan terjadi
proses alih peran dari tenaga keperawatan kepada klien (sasaran) secara bertahap dan
berkelanjutan untuk mencapai kemandirian sasaran dalam menyelesaikan masalah
kesehatan.
Langkah-langkah keperawatan komunitas sebagai berikut:
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi atau penilaian

C. Standar Praktik dalam Keperawatan Komunitas


Standar ANA:
a. Perawat menerapkan konsep teori sebagai dasar dalam mengambil keputusan dalam
praktek
b. Perawat mengumpulkan data secara sistematis, komprehensif dan akurat
c. Perawat melakukan analisa data tentang komunitas, keluarga dan individu untuk
menentukan diagnosis
d. Dalam setiap level pencegahan, perawat membuat perencanaan yang spesifik sesuai
dengan kebutuhan pasien.
e. Perawat meakukan intervensi untuk meningkatkan, mempertahankan, atau
memulihkan kesehatan, mencegah penyakit, dan memberikan rehabilitasi sesuai
dengan perencanaan
f. Perawat melakukan evaluasi respon komunitas, keluarga dan individu terhadap
intervensi yang diberikan, untuk menilai progres sesuai tujuan dan untuk menilai
keseuaian data, diagnosa dan perencanaan.
g. Perawat berpartisipasi dalam kelompok dan tim lain untuk memastikan kualitas
praktek keperawatan
h. Perawat berkolaborasi dengan petugas kesehatan lainnya, tenaga profesional, dan
komunitas dalam mengkaji, merencanakan, mengimplementasikan dan
mengevaluasi program kesehatan komunitas
i. Perawat berkontribusi terhadap pengembangan teori dan praktek keperawatan
komunitas melalui penelitian.

D. Program Evaluasi
Evaluasi Dilakukan dengan konsep evaluasi struktur, proses, hasil. Fokus:
1. Relevansi antara kenyataan dengan target
2. Perkembangan/ kemajuan proses, kesesuaian dg perencanaan, peran pelaksana,
fasilitas dan jumlah peserta
3. Efisiensi biaya, bagaimana mencari sumber dana
4. Efisiensi kerja, apakah tujuan tercapai, apakah masyarakat puas
5. Dampak, apakah terjadi perubahan status kesehatan. lama.
Proses Evaluasi :
1. Menilai respon verbal dan nonverbal
2. Mencatat adanya kasus baru yg dirujuk ke RS

E. Proses Belajar Mengajar di Komunitas


1. Definisi Belajar dan Mengajar
Secara umum belajar adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, pandangan,
dan keterampilan yang diperlukan untuk menghasilkan sikap dan perilaku tertentu,
ketika menghadapi suatu keadaan. Perubahan perilaku yang terjadi disebabkan proses
belajar sehingga relative menetap (Azwar, 1983:38).
Mengajar adalah suatu proses mengajak orang lain untuk memilki pengetahuan,
pandangan, keterampilan tertentu yang diajukan dalam suatu sikap dan perilaku tertentu
yang direncanakan sebelumnya (Azwar, 1983). Seorang promoter kesehatan dalam
melakukan tugasnya penting memiliki kemampuan mengajar agar mampu mengajak
orang lain untuk berperilaku sehat.
2. Proses Belajar
1) Latihan
Merupakan penyempurnaan potensi tenaga yang ada dengan mengulang-ulang aktivitas
tersebut. Proses ini menghasilkan tindakan yang tanpa disadari, cepat dan tepat. Dalam
kegiatan itu, tampak adanya gerakan berulang-ulang untuk mencapai kesempurnaaan.
2) Menambah atau Memperoleh Tingkah Laku Baru
Belajar sebenarnya adalah suatu usaha untuk memperoleh hal-hal baru dalam tingkah
laku (pengetahuan, kecakapan, keterampilan, dan nilai-nilai) dengan aktivitas kejiwaan
sendiri. Sifat khas dari proses belajar adalah memperoleh sesuatu yang baru, yang dulu
belum ada sekarang menjadi ada, yang belum diketahui menjadi diketahui.
3. Teori Belajar
Teori belajar atau konsep belajar adalah suatu konsep pemikiran yang dirumuskan
mengenai bagaimana proses belajar itu terjadi.
Teori Stimulus Respons
Menurut teori ini, belajar adalah mengambil dan menggabungkan tanggapan karena
rangsangan diberikan berulang – ulang. Semakin banyak stimulus yang diberikan,
respons yang diperoleh juga banyak. Konsep asosiasi dikategorikan menjadi trial and
error learning, conditioning dan imitasi & identifikasi
a. Trial and error learning. Saat menerima stimulus tertentu, respons (perilaku) yang
ditampilkan bersikap coba-coba dan akan diperbaiki jika dianggap menemui kesalahan.
Secara umum, perilaku masyarakat termasuk kategori ini (misalnya, perilaku merokok
dan perilaku penyalahgunaan obat)
b. Conditioning. Jika menerima rangsangan tertentu, individu akan melakukan respons
tertentu pula. Mendidik pada dasarnya memberikan stimulus tertentu yang
menimbulkan respons yang dinginkan. Agar hubungan stimulus dan respons menjadi
kuat, hal tersebut harus dilakukan berulang-ulang.
c. Imitasi dan identifikasi. Perilaku timbul karena meniru orang lain atau
pengidentifikasian terhadap orang lain (misalnya, meniru perilaku tokoh idolanya).
4. Tipe – tipe Belajar
Menurut Lewitt, terdapat beberapa jenis perubahan dalam proses belajar.
1) Perubahan kognitif (bertambahnya pengetahuan)
2) Perubahan motivasi (lebih suka atau tidak suka)
3) Perubahan group belongingness atau ideologi kelompok (sering menyangkut
budaya)
4) Perubahan kemampuan mengatur pengarahan dan otot-otot tubuh (belajar berbicara
atau mengendalikan diri).

Kalau diamati, sebenarnya jenis perubahan diatas sama dengan perubahan domain
perilaku, yakni pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perubahan sebagai
hasil proses belajar merujuk pada perilaku tertentu. Untuk mengetahui terjadinya
perubahan dalam proses tersebut, harus ditentukan terlebih dahulu kriteria ketercapaian
perilaku yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa proses belajar menyangkut nilai dan
norma.
Seorang pendidik atau petugas kesehatan cenderung akan memengaruhi masyarakat
untuk meniru normanya jika merasa normanya lebih baik dari norma masyarakat.
Masalahnya, apakah nilai dan norma petugas dan masyarakat sama? Pada keyataannya,
nilai dan norma yang diperkenalkan petugas belum tentu sama dengan nilai dan norma
yang selama ini diyakini masyarakat. Jika norma atau nilai yang petugas anut tetap
dipaksakan untuk diterima masyarakat, akan timbul ketidakpuasan, bahkan dapat
terjadi penolakan oleh masyarakat. Dalam mengantisipasi hal tersebut, diperlukan
pendekatan yang lebih lama, seksama, cermat dan hati-hati.
Berdasarkan hal tersebut, penting untuk mengenal situasi belajar di masyarakat agar
dapat menentukan metode yang sesuai dan tingkat ketercapaian perubahan perilaku
yang diharapkan. Dalam kesehatan, terdapat tiga tipe atau situasi belajar (FKM-UI,
1989) , yaitu :
1) Required. Situasi yang membutuhkan suatu tindakan atau sikap tertentu untuk
dipelajari. Dalam situasi ini, proses pendidikan dapat berlangsung cepat karena
masyarakat tidak diberi alternative lain, disamping yang diberi pendidik sehingga
mereka harus menerima apa saja yang diberikan. Pada situasi belajar ini, perubahan
perilaku atau tindakan tertentu benar-benar dibutuhkan individu atau kelompok
individu (misalnya, pendidikan dalam institusi pendidikan atau kelompok masyarakat
yang diserang wabah)
2) Recommended. Situasi belajar yang menyarankan peserta didik untuk mempelajari
perilaku tertentu. Hal ini berarti masyarakat tidak diharuskan menerima perilaku yang
disarankan, masyarakat boleh menerima atau menolak. Tujuan program ini adalah
memberikan informasi, menyadarkan, menasehati orang dan mendorong masyarakat
menilai sendiri program yang disarankan.
3) Self-directive. Dalam situasi belajar ini, masyarakat telah mengetahui pentingnya
masalah kesehatan yang terjadi. Oleh sebab itu, masyarakat atau sasaran pendidikan
sendiri yang menentukan tujuan yang harus dicapai. Tugas petugas dalam program ini
adalah membantu masyarakat dalam mencari informasi, mengevaluasi, merencanakan,
dan menyusun program mereka sendiri. Bantuan ini berupa petunjuk, pengarahan,
bimbingan, dan daran kepada masyarakat.

5. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Belajar


Menurut J. Guilbert seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar adalah sebagai berikut :
1) Faktor materi. Bahan pelajaran yang digunakan dalam proses belajar. Materi untuk
pengetahuan, sikap, dan keterampilan substansinya akan berbeda.
2) Faktor lingkungan. Mencakup lingkungan fisik (suhu, cuaca, penerangan,
kebisingan, dan kondisi tempat belajar). Dan lingkungan sosial (manusia dengan segala
interaksi dan statusnya).
3) Faktor instrumental. terdiri atas perangkat keras atau hardware (perlengkapan belajar
dan alat peraga), dan perangkat lunak atau software (kurikulum, pengajar dan metode
belajar).
4) Faktor individu atau subjek belajar. Yaitu kondisi individual subjek belajar yang
terdiri atas kondisi fisiologis (gizi, dan pancaindra terutama pendengaran dan
penglihatan), dan kondisi psikologis (intelegensi, pengamatan, daya tangkap, ingatan,
motivasi, bakat, sikap, daya kreativitas, dan persepsi).

2. Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat


Pendidikan kesehatan merupakan salah satu kegiatan yang ditunjukan dalam rangka
promosi kesehatan. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan penyampaian pesan
kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok,ataupun masyarakat agar mereka
memperoleh pengetahuan kesehatan, yang nantinya berpengaruh pada sikap dan
perilaku sehat mereka. Perubahan yang terjadi di masyarakat dapat dipengaruhi oleh
peran perawat komunitas dalam menyampaikan pesan kesehatan. Sasaran penerima
pesan kesehatan yang dalam hal ini adalah masyarakat, juga dipengaruhi oleh
bagaimana pesan terebut sampai di masyarakat dengan memerhatikan aspek waktu,
kesesuaian metode atau media atau alat peraga yang digunakan, ketersedian sarana
dan fasilitas yang ada di masyarakat, tujuan penyampaian pendidikan kesehatan,
besarnya kelompok masyarakat yang akan diberikan pesan kesehatan, dan
kemampuan masyarakat dalam menerima pesan kesehatan tersebut.
Metode pendidikan kesehatan dipilih berdasarkan besarnya kelompok masyarakat,
tingkat pendidikan masyarakat, dan tujuan pendidikan kesehatan. Pada sasaran
kelompok dan masyarakat, perawat komunitas dapat menggunakan metode
ceramah, diskusi kelompok, curah pendapat (brain storning), dan demonstrasi.
a. Ceramah
Ceramah merupakan salah satu metode penyampaian informasi oleh perawat
komunitas kepada masyarakat untuk menjelaskan ide, pengertian, atau pesan
kesehatan disertai diskusi dan tnya jawab secara langsung. Tujuan penyampaian
cermah adalah menyajikan satu pandangan tentang masalah yang menarik,
secara langsung dan logis, menyajikan satu masalah untuk dibahas melalui
diskusi umum sehingga merangsang masyarakat untuk berpikir dan belajar
lebih lanjut tentang suatu masalah. Keuntungan penggunaan metode ceramah,
yaitu dapat diterapkan pada sekelompok besar orang dewasa, tidak melibatkan
terlalu banyak alat bantu, mudah diselenggarakan, dan dapat dilakukan pada
masyarakat. Perawat komunitas harus menguasai pokok pembicaraan dan harus
dapat memanfaatkan pendengarannya dengan menilai reaksi masyarakat baik
verbal maupun non verbal. Pandangan perawat harus tertuju pada semua sasaran
masyarakat dan perawat harus menggunakan suara yang cukup jelas dan
menunjukan performa yang menyakinkan serta menguasai seluruh topik materi
yang disampaikan.
b. Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok dapat dilakukan bila peserta diskusi kurang dari 15 orang.
Agar semua peserta diskusi dapat berpartisipasi, diperlukan tata letak duduk
berhadapan dan saling memandang satu sama lain, seperti saat melakukan
refleksi diskusi kasus (RDK). Melalui diskusi, diharapkan terjadi keterbukaan
dan kebebasan mengeluarkan pendapat. Dengan demikian, diperlukan peran
fasilator ataupemimpin diskusi untuk mengarahkan dan mengatur jalannya
diskusi sehingga semua orang mempunyai kesempatan yang sama untuk
menyampaikan pendapatnya tanpa ada dominasi diantara mereka. Keuntungan
diskusi kelompok, yaitu dapat mendorong rasa kesatuan dan menciptakan rasa
kepemimpinan bersama dengan saling memberi dan menerima pendapat.
Kerungian diskusi kelompok adalah tidak dapat digunakan pada kelompok
besar karena dianggap kurang efektif dan dapat berlarut- larut, terutama bila
didominasi oleh orang- orang tertentu saja dan pemimpin diskusi tidak dapat
mengarahkan jalannya diskusi.
c. Curah Pendapat
Curah pendapat (brain storrning) merupakan proses pemecahan masalah
melalui penyampaian usul semua kemungkinan pemecaha masalah oleh
anggota, tanpa krtik dan evaluasi atas pendapat tersebut. Curah pendapat dapat
dilakukan pada saat focus group discussion (FGD). Prinsip pelaksanaan curah
pendapat sama dengan diskusi kelompok, memerlukan pemimpin diskusi untuk
memancing satu masalah yang menarik untuk dibahas bersama dan menjadi
kebutuhan masyarakat. Curah pendapat bertujuan menciptakan suasana
menyenangkan bagi peserta diskusi, dengan menggembangkan daya kreatif
untuk berpikir dan menggali pendapat masyarakat dengan merangsang
partisipasi semua peserta diskusi. Keuntungan curah pendapat, yaitu dapat
digunakan pada kelompok besar maupun kecil dengan membangkitkan dan
merangsang pendapat baru tanpa memberikan evaluasi atas pendapat yang
disampaikan, merangsang semua peserta untuk berbicara dan mengeluarkan
pendapat, dan tidak menyita banyak waktu. Sedangkan kekuranga curah
pendapat, yaitu sangat sulit membuat anggota mengerti bahwa semua
pendapatnya dapat diterima dan ada kecendrungan peserta mengadakan
evaluasi segera setelah pendapat diajukan, bahkan terkadang diskusi “ lepas
kendali”, terutama bila pemimpin diskusi atau fasilator kurang mampu
mengarahkan.
d. Demonstrasi
Demonstasi merupakan cara penyampaian ide yang dipersiapkan dengan teliti
untuk mengevaluasi perubahan psikomotor dengan memperlihatkan cara
melaksanakan suatu tindakan atau prosedur dengan alat peraga dan tanya jawab.
Demosntasi biasanya dilakukan oleh perawat komunitas untuk memberikan
gambaran tentang prosedur atau langkah- langkah pelaksanaan terapi modalitas
dan terapi pelengkap (terapi alternative) di masyarakat.
Tujuan demonstasi adalah mengajarkan cara melaksanakan dan memperagakan
satu teknik baru, dengan menyakinkan masyarakat bahwa prosedur baru
tersebut telah terbukti bermanfaat. Selain itu, demonstrasi juga bertujuan
meningkatkan minat belajar dengan mencoba sendiri prosedur yang di
demonstrasikan. Keuntungan demonstrasi, yaitu lebih menyakinkan masyarakat
karena dapat segera ditiru dan dibuktikan, tiak sekedar memberikan berita yang
didegar dan dibaca saja. Selain itu, peserta dapat memperoleh kesempatan
memperagakan kembali apa yang sudah di demonstrasikan. Kerungian,
demonstrasi memerlukan waktu dan biaya yang besar terkait pengadaan bahan
atau alat peraga yang diperlukan karena menggunakan bahan yang
sesugguhnya.
Perbedaan utama keempat metode diatas terletak pada sasaran domain perubahan yan
ditimbulkan. Metode ceramah dan curah pendapat dilakukan dengan tujuan mengubah
pengetahuan (knowledge) masyarakat yang tidak tahu menjadi tahu.diskusi kelompok
bertujuan mengubah sikap (attitude) masyarakat yang tidak mau menjadi mau.
Sementara itu, demonstrasi bertujuan mengubah tindakan (practice) masyrakat dari
tidam mampu menjadi mampu melakukan kegiatan kesehatan sesuai harapan.
Kegiatan promosi kesehatan di masyarakat dapat dilakukan secara langsung
berhadapan dengan masyarakat,seperti penyampaian pendidikan kesehatan melalui
ceramah, diskusi, curah pendapat, dan demonstrasi. Selain itu, kegiattan promosi
kesehatan dapat dilakukan secara tidak langsung (penyampaian pesan kepada
masyarakat tanpa berhadapan langsung), yaitu menggunakan perantara media cetak dan
elektronik, seperti diskusi interaktif yang membahas masalah kesehatan masyarakat
melalui televise dan radio ataupun tulisan di majalah, koran, atau internet tentang
konsultasi dan tanya jawab kesehatan. Selain itu, promosi kesehatan juga dapat
dilakukan dengan melakukan pemasangan spanduk atau poster yang dipasang di
pinggir jalan, puskesma, rumah sakit, pasar, sekolah, atau tempat umum lain yang
sering dilalui dan menjadi tempat pertemuan dan berkumpul masyarakat. Semua
kesehatan tersebut bertujuan mengubah perilku masyarakat kea rah yang lebih baik dan
bermanfaat bagi kesehatan.
3. Media ( Alat Peraga ) Pendidikan Kesehatan Masyarakat
Media digunakan sebagai alat bantu penyampaian pesan pendidikan kesehatan
dengan menjelaskan fakta, prosedur, dan tindakan secara lebih sistematis. Semakin
banyak indra yang digunakan untuk menerima pesan, semakin jelas pula
pengetahuan yang diperoleh. Media dapat mempermudah penyampaian pesan
kesehatan kepada masyarakat dapat menghindari kesalahan persepsi dengan
penampilan objek yang jelas sehingga mengoptimalkan pencapaian sasaran belajar,
sekaligus menumbuhkan minat terhadap kelompok sasaran, membuat kelompok
sasaran menyampaikan dan meneruskan pesan kepada orang lain yang ada disekitar
mereka.
Penggunaan alat peraga harus disesuaikan dengan sasaran, apakah individu atau
kelompok/masyarakat, bahasa yang digunakan oleh sasaran, minat dan perhatian
sasaran, pengetahuan dan pengalaman sasaran menerima pesan yang disampaikan,
adat istiadat dan kebiasaan sasaran, serta karakteristik sasaran, seperti pendidikan,
umur, dan pekerjaan. Dengan demikian, pembuatan alat peraga harus memenuhi
kebutuhan masyarakat, sesuai situasi dan kondisi sasaran. Masing- masing alat
peraga mempunyai intensitas yang berbeda- beda di dalam memfasilitasi
pembentukan presepsi masyarakat. Menurut Elgar Dale, alat peraga yang
mempunyai intensitas yang paling tinggi adalah benda asli, sedangkan yang
mempunyai intesitas palieng rendah adalah kata- kata.
Alat peraga yang sering digunakan dalam pendidikan kesehatan di masyarakat
antara lain leafleat, poster, papan tulis, lembar balik, stiker dan majalah. Media
elektronik seperti VCD, OHP, dan televisi juga dapat digunakan sebagai alat peraga
pendidikan kesehatan di masyarakat.
Berikut ini adalah pembahasan singkat mengenai alat peraga tersebut :
a. Leaflet : Merupakan selembar kertas yang berisi tulisan tentang masalah
kesehatan tertentu yang ingin disampaikan, bertujuan menambah pengetahuan
sasaran, dan dapat digunakan sebagai bahan diskusi sehingga mencapai sasaran
yang lebih luas. Leaflet dapat disebarkan kepada sasaran oleh perawat
komunitas sebelum atau sesudah penyampaian pendidikan kesehatan, agar
sasaran lebih memahami informasi yang disampaikan. Leaflet dapat dibawa
pulang dan dimanfaatkan untuk menybarkan informasi kepada sasaran yang
lebih luas seperti keluarga dan masyarakat lain yang ada di lingkungan sasaran.
Leaflet harus dibuat semanarik mungkin dengan warna dan gambar yang
mendukung pesan yang ingin disampaikan, dan harus menerangkan pesan
kesehatan selekap mungkin. Isi leaflet harus dapat ditangkap dengan sekali baca
dan leaflet harus dapat menerangkan dirinya sendiri. Leaflet memilki ukuran
kurang lebih 20-30 cm.
b. Poster : Poster merupakan selembar kertas dalam bentuk gambar untuk
mempengaruhi seseorang agar tertarik pada pesan yang disampaikan. Poster
dibuat dengan gambar dan warna yang merangsang, dapat menerangkan pesan
yang disampaikan secara jelas, dibuat tidak lebih dari 7 kata, dan dapat dibaca
dengan jarak 6 meter. Poster biasanya di pasang di tempat umum atau ditempat
orang banyak, seperti di halte, pasar, persimpangan jalan, rumah sakit,
puskesmas ataupun sekolah. Poster harus dapat menggungah emosi masyarakat
yang melihatnya sehingga mudah mengubah perilaku masyarakat. Poster
memiliki ukuran 50x70 cm atau 35x50 cm.
c. Papan Tulis : Papan tulis biasanya digunakan oleh perawat komunitas saat
melakukan pendidikan kesehatan di tatanan sekolah. Papan tulis dapat
digunakan berulang kali, untuk mengungkapkan berbagai macam informasi
yang akan disampaikan. Pemanfaatan papan tulis harus di letakkan sejajar
dengan mata sasara agar sasaran tidak menengadah atau terlalu menunduk.
Papan tulis diletakkan pada tempat yang mudah dilihat dan tidak terdapat
pantulan sinar yang menganggu pandangan sasaran. Tulisan yang ingin
disampaikan harus jelas, singkat, dan mudah dibaca.
d. Lembar Balik : Lembar balik merupakan koleksi bagan yang disusun dalam
urutan tertentu, dengan ukuran sama dengan poster. Lembar balik dapat
dibawah kemana- mana penulisan dan jumlah lembar balik bergantung pada
pesan yang ingin disampaikan dan waktu penyampaian. Urutan penyaji lembar
balik dapat diatur dengan tepat sesuai kebutuhan.

Leaflet, Poster dan Lembar balik juga majalah serta stiker merupakan media cetak,
dengan fungsi terutama memberi informasi kesehatan melalui gambar, kata- kata
dan foto, menggunakan kombinasi warna yang menarik. Media cetak tidak dapat
menstimulasi efek suara dan gerak, biaya murah, tidak memerlukan listrik, dan
dapat dibawah kemana saja. Sedangkan media elektronik, seperti televisi, OHP, dan
VCD merupakan media bergerak, dapat dilihat dan di dengar. Media elektronik
lebih mudah memberi pemahaman ke masyarakat, dan mengikutsertakan semua
panca indra, lebih menarik karena terdapat gambar dan suara, dan jangkauan relatif
lebih luas. Selain faktor media, faktor individu subjek sasaran juga memengaruhi
keberhasilan pendidikan kesehatan. Faktor ini meliputi usia, tingkat pendidikan,
kejayaan, dan adat istiadat yang terkadang menghambat proses berubah, lingkungan
tempat tinggal sasaran yang tidak memungkinkan perubahan perilaku, kondisi fisik,
dan psikologis sasaran, seperti ketajaman pengamatan, intelegensi, daya tangkap
dan motivasi (notoatmodjo,1993). Faktor pemberi pesan kesehatan atau petugas
kesehatan juga mempengaruhi keberhasilan pendidikan kesehatan. Faktor ini
meliputi kurang persiapan dan penguasaan materi yang akan disampaikan, bahasa
yang disampaikan kurang dapat dimengerti, penampilan kurang menyakinkan,
suara terlalu kecil serta pemilihan tempat dan penetapan waktu yang tidak sesuai
dengan keinginan sasaran (Effendy, 1998).

F. Terapi Tradisional di Komunitas


1. Definisi Pengobatan
Pengobatan adalah suatu tindakkan, usaha, aktivitas, cara yg kita lakukan untuk
memulihkan kesehatan, setelah kesehatan kita bermasalah/terganggu. Dalam hal ini
kesehatan bisa kita kelompokkan menjadi dua, yaitu kesehatan fisik & kesehatan
mental. Dalam bidang medis, kata pengobatan sinonim dengan kata terapi. Di antara
psikolog, kata ini mengacu kepada psikoterapi. Terapi pencegahan atau terapi
Profilaksis adalah pengobatan yang dimaksudkan untuk mencegah munculnya
gangguan terhadap kesehatan kita.
2. Macam-Macam Pengobatan
Menurut Mangan (2003), cara pengobatan yang ada di kalangan masyarakat
sekarang bisa disimpulkan kepada dua tipe pengobatan yaitu pengobatan cara barat
yang bersifat konvensional dan juga dianggap moderen serta pengobatan cara timur
yang bersifat alternatif dan sering kali disebut pengobatan tradisional. Secara
umumnya, pengobatan timur bertujuan untuk meningkatkan sistem imun,
menghambat pertumbuhan penyakit, mengurangi keluhan pengguna dan
memperbaiki fungsi badan tubuh. Berbeda dengan pengobatan barat di mana
sebagai contohnya bisa membuang tumor atau kanker dengan pembedahan,
membunuh sel kanker dengan kemoterapi ataupun melakukan radioterapi untuk
membunuh sel kanker yang kebanyakannya bersifat invasif pada tubuh manusia.
Paradigma yang diterapkan dalam pengobatan barat adalah ’illness is the enemy’
dan pengobatan timur pula dengan paradigma ’illness is not an enemy but caused
unbalancing energy’ menyebabkan perbedaan cara pandang masyarakat serta cara
aplikasi keduanya pada upaya pelayanan kesehatan pada masyarakat. Meskipun
demikian, pengobatan tradisional ini diharapkan berkembang bersama pengobatan
moderen supaya bisa saling mendukung dalam memberikan pelayanan kesehatan
yang optimal pada masyarakat (Mushito, 2002).
a. Pengobatan Tradisional
Definisi Menurut WHO (2000), pengobatan tradisional adalah jumlah total
pengetahuan, keterampilan, dan praktek-praktek yang berdasarkan pada teori-teori,
keyakinan, dan pengalaman masyarakat yang mempunyai adat budaya yang
berbeda, baik dijelaskan atau tidak, digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta
dalam pencegahan, diagnosa, perbaikan atau pengobatan penyakit secara fisik dan
juga mental. Selain itu, pengobatan tradisional juga salah satu cabang pengobatan
alternatif yang bisa didefinisikan sebagai cara pengobatan yang dipilih oleh
seseorang bila cara pengobatan konvensional tidak memberikan hasil yang
memuaskan (Asmino, 1995).
Jenis Pengobatan Tradisional Menurut Asmino (1995), pengobatan tradisional ini
terbagi menjadi dua yaitu cara penyembuhan tradisional atau traditional healing
yang terdiri daripada pijatan, kompres, akupuntur dan sebagainya serta obat
tradisional atau traditional drugs yaitu menggunakan bahan-bahan yang telah
tersedia dari alam sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit. Obat tradisional ini
terdiri dari tiga jenis yaitu pertama dari sumber nabati yang diambil dari bagian-
bagian tumbuhan seperti buah, daun, kulit batang dan sebagainya. Kedua, obat
yang diambil dari sumber hewani seperti bagian kelenjar-kelenjar, tulang-tulang
maupun dagingnya dan yang ketiga adalah dari sumber mineral atau garam-garam
yang bisa didapatkan dari mata air yang keluar dari tanah contohnya, air mata air
zam-zam yang terletak di Mekah Mukarramah.

A. Konsep pembangunan di Indonesia


B. System pelayanan kesehatan dan kebijakan era otonomi daerah
C. Pemberantasan penyakit menular (TBC, AIDS, ISPA)
1. Penyakit Menular
Pokok Persoalan dan Tantangan: Pemerintah Indonesia telah mengubah
sistem pemerintahannya menjadi sistem desentralisasi yang membahayakan
sistem pengawasan Penyakit Menular.
Sasaran:
- Memperkuat pengawasan penyakit yang menular melalui hubungan seksual
(STI).
- Memperkuat pengawasan HIV.

Program pencegahan, pemberantasan, pengawasan terhadap penyakit menular

Pokok Persoalan dan Tantangan: Infeksi Filariasis dan penularannya selalu


terdapat di banyak daerah tanpa kegiatan pengawasan yang cukup. Proyek
percobaan untuk ELF memperlihatkan hasil yang menjanjikan yang perlu
ditingkatkan ke tingkat propinsi, sesuai dengan komitmen untuk target
penghapusan global (Mekhong Plus).

Infeksi Dengue dan komplikasinya seperti demam berdarah terus meningkat di


daerah kota dan pinggir kota dengan meningkatnya angka kesakitan namun
menurunnya angka kematian yang menjanjikan. Partisipasi dan jaringan
masyarakat diperlukan untuk memulai pengawasan dari penularan dengue
(terutama di perkotaan) dan filariasis (terutama di pedesaan).

Leptospirosis tetap menjadi hal yang serius meskipun tidak ada laporan yang
mengancam. Rabies dan Japanese Encephalitis adalah masalah utama yang
memerlukan dukungan dari sistem pemerintahan untuk memperkuat
pengawasan dan vaksin pencegahan.

Sasaran:

- Meningkatkan dan mempertahankan kualitas dari komponen-komponen


terpilih dan bidang-bidang yang termasuk dalam program nasional untuk
mencegah, mengawasi, dan menghapuskan penyakit-penyakit yang
ditargetkan, termasuk ELF, partisipasi dan jaringan masyarakat untuk
pengawasan dengue dan arbovirus lainnya, anti-helminthiasis deworming,
leptospirosis, rabies, yaws dan kusta.

PROGRAM PEMBERANTASAN TUBERCULOSIS


Pokok Persoalan dan Tantangan: Indonesia telah mengembangkan dan
memulai penerapan rencana pembangunan lima tahun untuk pemberantasan TB
(2002-2006). Telah ada peningkatan marginal dalam kasus tingkat deteksi
selama dua tahun terakhir hanya karena Pusat Kesehatan telah melaksanakan
DOTS. Untuk memperbaiki hal ini, Badan Swasta dan Tempat Kesehatan
Masyarakat lainnya harus terlibat dalam pelaksanaan DOTS. Kualitas
pelaksanaan DOTS, terutama sistem pencatatan dan pelaporan, pada saat ini
mengalami beberapa kekurangan yang perlu diatasi dengan memperkuat dan
meluruskan kegiatan DOTS di tingkat pusat, propinsi dan daerah. Agar dapat
menyediakan dukungan teknis yang berkesinambungan untuk mengatasi hal ini,
maka penting untuk memperkuat dukungan teknis dalam negeri dengan
menambah staf di tingkat nasional dan lapangan.

Sasaran:

- Memperbaiki pelaksanaan pelayanan DOTS di seluruh negeri dengan


membentuk kemitraan yang efektif dengan provider kesehatan di sektor lain
(publik-gabungan publik & publik - gabungan swasta), dan penyediaan
dukungan teknis yang berkesinambungan.

2. Program pembinaan kesehatan komunitas


3. Puskesmas
Puskesmas adalah Suatu unit organisasi yang bergerak dalam bidang pelayanan
kesehatan yang berada di garda terdepan dan mempunyai misi sebagai pusat
pengembangan pelayanan kesehatan, yang melaksanakan pembinaan dan
pelayanan kesehatan se$ara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu
wilayah kerja tertentu yang telah ditentukan secara mandiri dalam menentukan
kegiatan pelayanan namun tidak mencakup aspek pembiayaan.
Peran Puskesmas
Peran Puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan kesehatan
nasional secara komprehensif, tidak sebatas aspek kuratif dan rehabilitatif saja
seperti di Rumah Sakit.
Fungsi Puskesmas
a. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya.
b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.
c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.
4. PHN

Anda mungkin juga menyukai