PEMBAHASAN
b. Collaborator
- Berkomunikasi dengan tim kesehatan lain
- Berpartisipasi dalam mengambil keputusan bersama
- Berpartisipasi dalam melakukan tindakan untuk memecahkan masalah klien
c. Liaison/ Sebagai fasilitator
Penghubung antara masyarakat dengan unit yankes dan instansi terkait
d. Mengambil keputusan
D. Program Evaluasi
Evaluasi Dilakukan dengan konsep evaluasi struktur, proses, hasil. Fokus:
1. Relevansi antara kenyataan dengan target
2. Perkembangan/ kemajuan proses, kesesuaian dg perencanaan, peran pelaksana,
fasilitas dan jumlah peserta
3. Efisiensi biaya, bagaimana mencari sumber dana
4. Efisiensi kerja, apakah tujuan tercapai, apakah masyarakat puas
5. Dampak, apakah terjadi perubahan status kesehatan. lama.
Proses Evaluasi :
1. Menilai respon verbal dan nonverbal
2. Mencatat adanya kasus baru yg dirujuk ke RS
Kalau diamati, sebenarnya jenis perubahan diatas sama dengan perubahan domain
perilaku, yakni pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perubahan sebagai
hasil proses belajar merujuk pada perilaku tertentu. Untuk mengetahui terjadinya
perubahan dalam proses tersebut, harus ditentukan terlebih dahulu kriteria ketercapaian
perilaku yang diharapkan. Hal ini berarti bahwa proses belajar menyangkut nilai dan
norma.
Seorang pendidik atau petugas kesehatan cenderung akan memengaruhi masyarakat
untuk meniru normanya jika merasa normanya lebih baik dari norma masyarakat.
Masalahnya, apakah nilai dan norma petugas dan masyarakat sama? Pada keyataannya,
nilai dan norma yang diperkenalkan petugas belum tentu sama dengan nilai dan norma
yang selama ini diyakini masyarakat. Jika norma atau nilai yang petugas anut tetap
dipaksakan untuk diterima masyarakat, akan timbul ketidakpuasan, bahkan dapat
terjadi penolakan oleh masyarakat. Dalam mengantisipasi hal tersebut, diperlukan
pendekatan yang lebih lama, seksama, cermat dan hati-hati.
Berdasarkan hal tersebut, penting untuk mengenal situasi belajar di masyarakat agar
dapat menentukan metode yang sesuai dan tingkat ketercapaian perubahan perilaku
yang diharapkan. Dalam kesehatan, terdapat tiga tipe atau situasi belajar (FKM-UI,
1989) , yaitu :
1) Required. Situasi yang membutuhkan suatu tindakan atau sikap tertentu untuk
dipelajari. Dalam situasi ini, proses pendidikan dapat berlangsung cepat karena
masyarakat tidak diberi alternative lain, disamping yang diberi pendidik sehingga
mereka harus menerima apa saja yang diberikan. Pada situasi belajar ini, perubahan
perilaku atau tindakan tertentu benar-benar dibutuhkan individu atau kelompok
individu (misalnya, pendidikan dalam institusi pendidikan atau kelompok masyarakat
yang diserang wabah)
2) Recommended. Situasi belajar yang menyarankan peserta didik untuk mempelajari
perilaku tertentu. Hal ini berarti masyarakat tidak diharuskan menerima perilaku yang
disarankan, masyarakat boleh menerima atau menolak. Tujuan program ini adalah
memberikan informasi, menyadarkan, menasehati orang dan mendorong masyarakat
menilai sendiri program yang disarankan.
3) Self-directive. Dalam situasi belajar ini, masyarakat telah mengetahui pentingnya
masalah kesehatan yang terjadi. Oleh sebab itu, masyarakat atau sasaran pendidikan
sendiri yang menentukan tujuan yang harus dicapai. Tugas petugas dalam program ini
adalah membantu masyarakat dalam mencari informasi, mengevaluasi, merencanakan,
dan menyusun program mereka sendiri. Bantuan ini berupa petunjuk, pengarahan,
bimbingan, dan daran kepada masyarakat.
Leaflet, Poster dan Lembar balik juga majalah serta stiker merupakan media cetak,
dengan fungsi terutama memberi informasi kesehatan melalui gambar, kata- kata
dan foto, menggunakan kombinasi warna yang menarik. Media cetak tidak dapat
menstimulasi efek suara dan gerak, biaya murah, tidak memerlukan listrik, dan
dapat dibawah kemana saja. Sedangkan media elektronik, seperti televisi, OHP, dan
VCD merupakan media bergerak, dapat dilihat dan di dengar. Media elektronik
lebih mudah memberi pemahaman ke masyarakat, dan mengikutsertakan semua
panca indra, lebih menarik karena terdapat gambar dan suara, dan jangkauan relatif
lebih luas. Selain faktor media, faktor individu subjek sasaran juga memengaruhi
keberhasilan pendidikan kesehatan. Faktor ini meliputi usia, tingkat pendidikan,
kejayaan, dan adat istiadat yang terkadang menghambat proses berubah, lingkungan
tempat tinggal sasaran yang tidak memungkinkan perubahan perilaku, kondisi fisik,
dan psikologis sasaran, seperti ketajaman pengamatan, intelegensi, daya tangkap
dan motivasi (notoatmodjo,1993). Faktor pemberi pesan kesehatan atau petugas
kesehatan juga mempengaruhi keberhasilan pendidikan kesehatan. Faktor ini
meliputi kurang persiapan dan penguasaan materi yang akan disampaikan, bahasa
yang disampaikan kurang dapat dimengerti, penampilan kurang menyakinkan,
suara terlalu kecil serta pemilihan tempat dan penetapan waktu yang tidak sesuai
dengan keinginan sasaran (Effendy, 1998).
Leptospirosis tetap menjadi hal yang serius meskipun tidak ada laporan yang
mengancam. Rabies dan Japanese Encephalitis adalah masalah utama yang
memerlukan dukungan dari sistem pemerintahan untuk memperkuat
pengawasan dan vaksin pencegahan.
Sasaran:
Sasaran: