Anda di halaman 1dari 49

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kesehatan merupakan salah satu komponen utama dalam Index
Pembangunan Manusia (IPM) yang dapat mendukung terciptanya SDM
yang sehat, cerdas, terampil dan ahli menuju keberhasilan pembangunan
kesehatan. Pembangunan Kesehatan merupakan satu hak dasar masyarakat
yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu dalam
pelaksanaan pembangunan kesehatan telah dilakukan perubahan cara
pandang (mindset) dari paradigma sakit menuju paradigma sehat (Profil
Puskesmas Bandarharjo, 2018).
Angka Kematian Ibu tahun 2015 mencapai 305 kematian per
100.000 kelahiran hidup. Hal ini mengalami penurunan dibandingkan
dengan tahun 2012 dengan angka kematian ibu sebanyak 359 kematian per
100.000 kelahiran hidup. Sehubungan dengan menurunnya angka
kematian ini di bantu dengan adanya program dari pemerintah Indonesia
yaitu EMAS (Expanding Maternal and Neonatal survival) yang diharapkan
dapat menurunkan angka kematian ibu dan neonatal sebesar 25 %
(Kemenkes RI, 2017).
Menurut Profil Kesehatan Jawa Tengah (2017) angka kematian ibu
tahun 2017 menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pada tahun
2017 angka kematian sebanyak 88 per 100.000 kelahiran hidup. Angka
kematian ini disumbangkan oleh nifas dengan persentase terbesar ( 60 % )
diikuti dengan kematian masa hamil ( 26,32 % ) dan sebesar 12,68 % pada
waktu persalinan. Kelompok umur 20 tahun ikut menyumbang sebesar
4,42 % angka kematian ibu di Jawa Tengah.
Berdasarkan Laporan Puskesmas se Kota Semarang, angka
kematian ibu pada tahun 2017 sebanyak 88 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka ini mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya
yaitu sebesar 121 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab
2

kematian ibu ini disumbangkan terbanyak pada saat masa nifas sebesar 70
% dan sebanyak 30 % disebabkan pada masa hamil.
Angka kematian yang terjadi di Kota Semarang ini juga
disumbangkan oleh kasus ibu beresiko tinggi dengan faktor risiko usia <20
tahun, yang terhitung masih masa-masa remaja. Hal ini perlu adanya
perhatian khusus untuk penanganannya.
Kematian ibu di wilayah Puskesmas Bandarharjo pada tahun 2017
tidak ada kasus dari jumlah kelahiran hidup sebanyak 1086 KH. Walaupun
tidak ada kasus kematian ibu, tetapi Puskesmas Bandarharjo tetap
berupaya untuk mencegah kematian ibu terus dilakukan dengan berbagai
kegiatan yaitu : pendataan dan penjaringan ibu hamil dan ibu nifas,
pendampingan ibu hamil dan ibu nifas bersama kader, peningkatan
jejaring kesehatan, meningkatkan sosialisasi dan koordinasi, dan kelas ibu
hamil, senam hamil, serta melakukan Pemantauan Wilayah setempat
(Profil Puskesmas Bandarharjo, 2018).
Pada tahun 2018 jumlah kematian bayi yang terjadi di wilayah
Puskesmas Bandarharjo sebanyak 2 dari 771 kelahiran hidup, sehingga
Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 1,3 per 1.000 KH. Jika
dibandingkan dengan target SDGs yang menetapkan bahwa pada 2030,
mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh
negara berusaha menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya
hingga 12 per 1.000 KH dan Angka Kematian Balita 25 per 1.000 KH,
maka AKB Puskesmas Bandarharjo telah mencapai target (Profil
Puskesmas Bandarharjo, 2018).
Berdasarkan data yang didapatkan di Puskesmas Bandarharjo, ibu
hamil yang usianya di bawah 20 tahun, pada bulan November sebanyak 6
orang, pada bulan Desember sebanyak 11 orang dan pada bulan Januari
sebanyak 6 orang. Data tersebut harusnya berjumlah 0 % atau tidak ada
ibu hamil yang usianya di bawah 20 tahun.
Menurut Kemenkes (2014) kasus kesehatan reproduksi yang tidak
sehat pada remaja sebagian didominasi oleh beberapa kasus ini,
3

diantaranya seks pra nikah, pernikahan usia dini, dan kehamilan pada
remaja. Seks aktif pra nikah berisiko terhadap kehamilan remaja dan
penularan penyakit menular seksual. Kehamilan yang tidak direncanakan
pada remaja perempuan dapat berlanjut pada abortus dan pernikahan
remaja.
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Kemenkes dalam menyajikan
bentuk pencatatan dan pelaporan pemantauan kesehatan ibu dan anak
melalui suatu program system informasi terpadu. PWS KIA memiliki 13
indikator, yaitu capaian K1 dan K4, capaian persalinan tenaga kesehatan,
KF 1, KF 2, KF 3, KF 4, KF lengkap, KN 1, KN lengkap, Deteksi Resti,
Penanganan Komplikasi, Kunjungan Bayi lengkap, Pelayanan Balita dan
MTBS serta KB aktif.
Hasil pemantauan wilayah setempat di wilayah Puskesmas
Bandarharjo Kota Semarang, menunjukkan bahwa ibu hamil, ibu nifas dan
ibu bersalin resiko tinggi dan factor risiko usia < 20 tahun sebesar 18,76 %
sehingga hal ini bisa menyumbangkan angka kematian ibu yang tinggi di
Kota Semarang.
Pemberian asuhan kebidanan komunitas pada masyarakat dengan
memperlihatkan aspek budaya yang berfokus pada upaya promotif,
preventif, deteksi dini dan rujukan serta berorientasi pada pemberdayaan
masyarakat yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan, serta
pemantau wilayah setempat ibu dan anak. Kejadian angka kematian ibu
maupun kasus-kasus berisiko tinggi lainnya yang terjadi pada remaja
sebenamya bisa dicegah, dengan adanya asuhan kebidanan komunitas. Jika
remaja bisa dicegah maka kasus kasus berisiko juga bisa dicegah
Salah satu pencegahan adanya penyimpangan pada remaja,
pemerintah bisa membentuk posyandu remaja yang di bina langsung oleh
Puskesmas wilayah masing-masing. Memberikan materi-materi yang
inovatif, menarik dan memberikan efek yang cukup memotivasi untuk
hidup sehat pada remaja.
4

Berdasarkan pemaparan data dan masalah yang ada diatas, maka


mahasiswa profesi bidan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Semarang tahun 2019 melakukan asuhan kebidanan komunitas di
Puskesmas Bandarharjo, dengan 4 kelurahan yang akan di berikan asuhan
yaitu kelurahan Bandarharjo, Kelurahan Tanjung Mas, Kelurahan
Dadapsari dan Kelurahan Kuningan. Pemberian asuhan komunitas ini akan
berlangsung selama 2 minggu, dimulai tanggal 25 Februari 2019 sampai
dengan tanggal 09 Maret 2019 yang akan turun langsung ke masyarakat
untuk memberikan asuhan atas masalah yang ada dan memberikan inovasi
inovasi terbaru berdasarkan evidance based terbaru yang ada.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Mampu menerapkan teori, konsep dan prinsip managemen
pemantauan pelayanan kesehatan ibu dan anak di wilayah kerja
Puskesmas Bandarharjo.
b. Mampu mengintegrasikan kebijakan pemerintah dalam
mengevaluasi pemantauan pelayanan kesehatan ibu dan anak di
wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo.

2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengumpulkan data pelayanan kesehatan ibu dan anak di
wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo
b. Mampu membuat grafik hasil pelayanan kesehatan ibu dan anak di
wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo
c. Mampu menganalisa hasil pelayanan kesehatan ibu dan anak di
wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo
d. Mampu merencanakan perbaikan pelayanan kesehatan ibu dan anak
di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo
e. Mampu melaksanakan perencanaan perbaikan pelayanan kesehatan
ibu dan anak di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo
5

f. Mampu mengevaluasi pelayanan kesehatan ibu dan anak di wilayah


kerja Puskesmas Bandarharjo

C. MANFAAT
1. Mahasiswa
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keluarga sesuai dengan
masalah yang ada dengan asuhan yang holistic, dapat mengkaji data
PWS KIA dan menganalisa masalah pelayanan kesehatan ibu dan anak,
dapat melaporkan permasalahan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta
rencana pemecahan masalah tersebut dalam survey audit sosial.
2. Masyarakat
Menumbuhkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan ibu dan anak bahwa kesehatan merupakan hal yang sangat
diperlukan.
3. Puskesmas Bandarharjo
Laporan dan usulan tentang perencanaan perbaikan pelayanan
kesehatan ibu dan anak ini dapat diaplikasikan dan dilaksanakan di
Puskesmas Bandarharjo
4. Institusi Pendidikan
Sebagai salah satu bagian dari gambaran pelaksanaan pemberian asuhan
komunitas selanjutnya.
6

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Profil Puskesmas Bandarharjo


1. Keadaan Geografis
Letak Puskesmas Bandarharjo terletak pada koordinat-6.964649
Lintang Selatan dan 110.422505 Bujur Timur. Secara Geografis
Puskesmas Bandarharjo terletak di wilayah Kelurahan Dadapsari,
tepatnya di JL. Layur RT. 5 RW.IV Kecamatan Semarang Utara
Telp.(024) 3564787 Kode Pos 50173. Luas wilayah Puskesmas
Bandarharjo sebagai salah satu puskesmas yang berada diwilayah
Kecamatan Semarang Utara, yang merupakan puskesmas rawat jalan.
Ditinjau dari letaknya Puskesmas Bandarharjo cukup strategis, dengan
luas wilayah 7,55 Km2 (Profil Puskesmas Bandarharjo, 2019).
UPTD Puskesmas Bandarharjo mempunyai 4 kelurahan binaan
yaitu Tanjungmas dengan luas wilayah 3,24 km2 16 RW dan 129 RT,
Bandarharjo dengan luas wilayah 3,43 km2 12 RW 103 RT, Kuningan
dengan luas wilayah 0,41 km2 11 RW 87 RT, dan Dadapsari dengan luas
wilayah 0,47 km2 10 RW dan 60 RT (Profil Puskesmas Bandarharjo,
2019).
Jalur transportasi ke kelurahan-kelurahan di wilayah kerja
Puskesmas Bandarharjo pada umumnya terjangkau oleh kendaraan roda
4 (empat) (Profil Puskesmas Bandarharjo, 2019).
Jarak antara kelurahan ke Puskesmas Bandarharjo untuk Kelurahan
Bandarharjo ke Puskesmas dengan jarak 1 (Satu ) Km dengan perjalanan
lancar. Untuk kelurahan Tanjungmas ke Puskesmas Bandarharjo dengan
jarak 2 (Dua) Km dengan perjalanan lancar, kelurahan Kuningan dengan
jarak 2(Dua) km perjalanan lancar, kelurahan Dadapsari ke Puskesmas
Bandarharjo1 (Satu) Km perjalanan lancar (Profil Puskesmas
Bandarharjo, 2019).
7

2. Kependudukan
a. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Penduduk yang ada di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo
Kecamatan Semarang Utara mayoritas suku Jawa ada sebagian kecil
Tiongkok dan lain-lain, dengan jumlah penduduk menurut BPS pada
Tahun 2018 sebesar 76.670 jiwa dengan laju pertumbuhan 40,15 %
pertahun dengan jumlah laki-laki 37,281 jiwa dan perempuan 39,389
jiwa (Profil Puskesmas Bandarharjo, 2019).
b. Penyebaran dan Kepadatan Penduduk
Dengan luas wilayah yang besar, penduduk di wilayah Puskesmas
Bandarharjo mempunyai kepadatan penduduk yang cukup tinggi.
Paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Kelurahan Tanjungmas
: 9,419jiwa/km2. Bila dikaitkan dengan banyaknya keluarga atau
rumah tangga, maka rata-rata setiap keluarga di wilayah Puskesmas
Bandarharjo memiliki 5,18 anggota keluarga dan kondisi ini terjadi
pada hampir seluruh kelurahan yang ada. Rasio jenis kelamin
sebesar 99 yang berarti setiap 100 penduduk perempuan, penduduk
laki-laki ada sekitar 99 jiwa (Profil Puskesmas Bandarharjo, 2019).

B. Kebidanan Komunitas
1. Definisi Kebidanan Komunitas
Kebidanan komunitas adalah upaya memberikan asuhan kebidanan
pada masyarakat baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
teerfokus pada pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), Keluarga
berencana (KB), kesehatan reproduksi termasuk usia wanita adiyuswa
secara paripurna (Meilani N dkk, 2009).
Hubungan-hubungan individual dalam sebuah komunitas akan
membangujn dan mendukung terbentuknya suatu sistem kepercayaan atau
keyakinan baik tentang arti keluarga, konsep sehat maupun sakit sehingga
diperlukan bidan di masyarakat. Bidan melaksanakan tugas di keluarga
8

dan kelompok masyarakat untuk mewujudkan sehat untuk semua (Meilani


N dkk, 2009).
Pelaksanaan pelayanan kebidanan komunitas didasarkan pada
empat konsep utama dalam pelayanan kebidanan yaitu manusia,
masyarakat/ lingkungan, kesehatan dan pelayanan kebidanan yang
mengacu pada konsep paradigma kebidanan dan paradiga sehat sehingga
diharapkan tercapainya taraf kesejahteraan hidup masyarakat (Meilani N
dkk, 2009).
2. Sasaran Kebidanan Komunitas
Sasaran pelayanan kebidanan komunitas meliputi bayi baru lahir,
prasekolah dan balita, remaja, dewasa, masa reproduksi (hamil, bersalin,
nifas), interval, klimakterium yang berada di dalam keluarga dan
masyarakat. Sasaran kebidanan komunitas adalah individu, keluarga dan
masyarakat baik yang sehat, sakit maupun yang mempunyai masalah
kesehatan secara umum (Meilani N dkk, 2009).
3. Bekerja di Komunitas
Seorang bidan komunitas agar dapat diterima oleh masyarakat
harus memiliki profil sebagai berikut:
a. Mempunyai kemampuan intelektual yang luas berkaitan dengan
kebidanan, kesehatan masyarakat dan pengetahuan sosial.
b. Terampil dalam teknik kebidanan
c. Menguasai teknik pemecahan masalah kesehatan dan prioritas
pemecahan masalah kesehatan
d. Mempunyai keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain
(hubungan antar manusia)
e. Luwes dalam melakukan pendekatan kepada masyarakat.
f. Memiliki kemampuan komunikasi yang bagus (komunikatif)
g. Memiliki kemampuan berorganisasi
h. Memiliki kemampuan bekerjasama dengan orang lain
i. Mempunyai penampilan yang menarik
j. Mau dan banyak belajar dari orang-orang yang lebih berpengalaman
9

k. Berkeinginan untuk selalu meningkatkan ilmu pengetahuan dan


keterampilan.
l. Berfikir kritis dan logis
m. Mau membagi ilmu dengan orang lain (Meilani N dkk, 2009).

Seorang bidan komunitas apabila berperan sebagai pemimpin tim,


yang harus kita lakukan adalah:
a. Menguasai program/ kegiatan tim baik administratif, teknis dan tujuan
yang akan dicapai.
b. Memiliki kemampuan memimpin, mengkoordinasi dan
mengintegrasikan kegiatan tim
c. Mengenal anggota tim tugas dan fungsinya serta perilaku dalam
melaksanakan tugas
d. Menciptakan dinamika tim dengan berkomunikasi
e. Cepat tanggap terhadap permasalahan yang terjadi (Meilani N dkk,
2009).

Seorang bidan komunitas apabila berperan sebagai anggota tim, yang


harus kita lakukan adalah:

a. Mengenal kegiatan yang akan dilakukan (latar belakang, lingkup


kegiatan dan tujuan yang akan dicapai)
b. Mengenal dan menguasai fungsi dan tugas masing-masing
c. Selalu berkomunikasi dengan pimpinan dan anggota lain
d. Memberi dan menerima saran
e. Turut bertanggungjawab atas keseluruhan kegiatan tim dan hasilnya
(Meilani N dkk, 2009).
Ruang lingkup kerja bidan komunitas meliputi upaya peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), pemeliharaan dan
pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan
mengembalikan serta memfungsikan kembali individu, keluarga,
10

kelompok masyarakt ke lingkungan sosial dan masyarakatnya


(resosiantitatif) (Meilani N dkk, 2009).

Kegiatan-kegiatan ke masyarakat yang dilakukan bidan di komunitas


adalah sebagai berikut:
a. Memberikan asuhan kebidanan langsung kepada individu keluarga
dan kelompok khusus
b. Penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat
c. Konsultasi dan pemecahan masalah
d. Penemuan kasus/ sweeping
e. Sebagai penghubung antara masyarakat dan unit pelayanan kesehatan
f. Melaksanakan asuhan kebidanan komunitas melalui pengenalan
masalah, kesehatan masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan
dan penilaian kegiatan
g. Mengadakan koordinasi
h. Mengadakan kerjasama lintas program dan sektoral terkait
i. Memberikan keteladanan (Meilani N dkk, 2009).

C. Pemantauan Wilayah Setempat-Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)


1. Unsur-Unsur Managemen PWS-KIA Puskesmas Bandarharjo
a. Tenaga Kesehatan (Man-M1)
Tenaga Medis dan Non-Medis di Puskesmas Bandarharjo
berjumlah 41 orang. Tenaga medis berjumlah 27 orang dan tenaga
non-medis berjumlah 14 orang. Tenaga medis profesi dokter
berjumlah 5 orang (4 dokter umum, 1 dokter gigi), perawat
berjumlah 7 orang (6 perawat, 1 perawat gigi), bidan berjumlah 5
orang, epidemiologi berjumlah 1 orang, promkes berjumlah 1 orang,
analis berjumlah 2 orang, apoteker berjumlah 1 orang, asisten
apoteker berjumlah 1 orang, ahli gizi berjumlah 1 orang, perekam
medis berjumlah 1 orang, sanitarian berjumlah 1 orang. Tenaga non
medis yang terdiri dari staff berjumlah 5 orang, tenaga administrasi
11

keuangan berjumlah 2 orang, pramu bakti berjumlah 2 orang,


tenaga kebersihan berjumlah 2 orang, sopir berjumlah 1 orang,
penjaga kantor berjumlah 1 orang, customer service berjumlah 1
orang.
PWS-KIA dikelola oleh bidan dengan jumlah 4 orang tenaga, yaitu
1 bidan koordinator (Bikor) Ibu, 1 bikor anak, 1 bikor KB dan 1
bikor gizi.
b. Sarana dan Prasarana (Material-M2)
Sarana kesehatan di wilayah Puskesmas Bandarharjo terdiri dari 1
RS bersalin di Kelurahan Bandarharjo, 1 Klinik Swasta di Kelurahan
Kuningan, 1 Klinik Swasta di Kelurahan Dadapsari, 3 Klinik Swasta
di Kelurahan Tanjungmas, 1 Pustu di kelurahan Kuningan dan
Dadapsari, Dokter Praktik Swasta (DPS) berjumlah 20 (2 DPS di
Kelurahan Bandarharjo, 5 DPS di Kelurahan Kuningan, 4 DPS di
Kelurahan Tanjungmas, 9 DPS di Kelurahan Dadapsari), tidak ada
Praktik Dokter Gigi, Praktik Mandiri Bidan (PMB) berjumlah 3
PMB (1 PMB di Kelurahan Bandarharjo, 1 PMB di Kelurahan
Tanjungmas, 1 PMB di Kelurahan Dadapsari, Posyandu berjumlah
50 (14 Posyandu Kelurahan Bandarharjo, 10 di Kelurahan Kuningan,
16 di Kelurahan Tanjungmas, 10 di kelurahan Dadapsari).
Pengelolaan PWS-KIA difasilitasi laptop dan buku bantu dari
Puskesmas Bandarharjo. Laptop tersebut digunakan untuk mengolah
data dan menyusun PWS-KIA mulai dari pengumpulan data mentah
hingga proses pelaporan. Buku bantu difungsikan untuk
pengumpulan data dari PMB, tenaga survey kesehatan (Gasurkes)
KIA dan Puskesmas Bandarharjo.
c. Metode Penyusunan PWS-KIA (Methode-M3)
Alur pencatatan dan pelaporan PWS KIA yaitu data di dapatkan
dari Gasurkes, Puskesmas, dan Praktik Bidan Mandiri (PMB). Data
yang telah diperoleh dikumpulkan pada Bikor untuk di saring
kembali agar tidak ada data yang tercatat ulang. Data diolah oleh
12

Bikor untuk di input ke SP3 (Sistem Pencatatan dan Pelaporan


Puskesmas) online yang langsung masuk dalam input Dinas
Kesehatan Kota Semarang.
d. Pembiayaan PWS-KIA (Money-M4)
Pendapatan Rawat Jalan Puskesmas Bandarharjo Tahun 2018
sebesar 106,3% dari taget yang ditetapkan. Kebijakan pemerintah
Kota Semarang tentang Pelayanan Puskesmas di Kota Semarang
bersifat gratis bagi masyarakat yang memiliki KTP Kota
Semarang. Pelayanan gratis ini meliputi pendaftaran, pemeriksaan
oleh tenaga kesehatan, dan obat-obatan.
Pembiayaan kesehatan Puskesmas Bandarharjo Tahun 2018 berasal
dari sumber APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) II
Pemerintah Kota Semarang, Bantuan Biaya Operasional Kesehatan
(BOK), Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
e. Pemasaran PWS-KIA (Marketing-M5)
Pemasaran PWS-KIA melalui Profil Puskesmas Bandarharjo.
Pemasaran PWS-KIA dilakukan ketika seluruh data tiap bulan dalam
satu tahun sudah lengkap.

2. PWS KIA
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS
KIA) adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program
KIA di suatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan
tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud
meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan
komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru
lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Kegiatan PWS KIA terdiri
dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta
penyebarluasan informasi ke penyelenggara program dan pihak/instansi
terkait untuk tindak lanjut (Kemenkes RI, 2010).
13

Definisi dan kegiatan PWS tersebut sama dengan definisi


Surveilens. Menurut WHO, Surveilens adalah suatu kegiatan sistematis
berkesinambungan, mulai dari kegiatan mengumpulkan, menganalisis
dan menginterpretasikan data yang untuk selanjutnya dijadikan
landasan yang esensial dalam membuat rencana, implementasi dan
evaluasi suatu kebijakan kesehatan masyarakat. Oleh karena itu,
pelaksanaan surveilens dalam kesehatan ibu dan anak adalah dengan
melaksanakan PWS KIA.
Dengan PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat
ditingkatkan dengan menjangkau seluruh sasaran di suatu wilayah
kerja. Dengan terjangkaunya seluruh sasaran maka diharapkan seluruh
kasus dengan faktor risiko atau komplikasi dapat ditemukan sedini
mungkin agar dapat memperoleh penanganan yang memadai (Meilani
et al., 2009)
Indikator pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS
KIA meliputi indikator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan
pokok dalam program KIA. Sasaran yang digunakan dalam PWS KIA
berdasarkan kurun waktu 1 tahun dengan prinsip konsep wilayah
(Kemenkes RI, 2010).
a. Akses Pelayanan Antenatal (Cakupan K1)
Cakupan K1 adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali
mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator akses ini
digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta
kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat (Kemenkes
RI, 2010).
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :
Jumlah ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh
tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja dan kurun waktu tertentu
X 100%
Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun
14

Berdasarkan pengamatan cakupan K1 di wilayah Puskesmas


Bandarharjo di dapatkan grafik berikut :

K1
12
9.4 9.7
10
7.9 7.9 7.9
7.4
8

0
NOVEMBER DESEMBER JANUARI
K1 TARGET 7.9 7.9 7.9
K1 CAPAIAN 7.4 9.4 9.7

K1 TARGET K1 CAPAIAN

Grafik 2.1 Cakupan K1 Bulan November, Desember, Januari 2019


Puskesmas Bandarharjo
Berdasarkan grafik diatas didapatkan hasil bahwa cakupan K1 dari
Bulan November, Desember, dan Januari di Puskesmas Bandarharjo
mengalami kenaikan. Target capaian K1 di setiap bulan adalah 7,9%.
Akan tetapi, pada bulan November capaian K 1 kurang dari target yaitu
7,4%.
b. Akses Pelayanan Antenatal (Cakupan K4)
Cakupan K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar, paling
sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-
1, 1 kali pada trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3 disuatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan
antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan
menepati waktu yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat
perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, di samping
15

menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan


program KIA (Kemenkes RI, 2010).
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :
Jumlah ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal minimal 4 kali sesuai
standar oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
X 100%
Jumlah sasaran ibu hamil disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun

Berdasarkan pengamatan cakupan K1 di wilayah Puskesmas Bandarharjo di


dapatkan grafik berikut :

K4
12
9.3 9.7
10
7.5
7.3 7.5 7.5
8

0
NOVEMBER DESEMBER JANUARI
K4 TARGET 7.5 7.5 7.5
K4 CAPAIAN 7.3 9.3 9.7

K4 TARGET K4 CAPAIAN

Grafik 2.2 Cakupan K4 Bulan November, Desember, Januari 2019


Puskesmas Bandarharjo

Berdasarkan grafik diatas didapatkan hasil bahwa cakupan K4 dari


Bulan November, Desember, dan Januari di Puskesmas Bandarharjo
mengalami kenaikan. Target capaian K4 di setiap bulan adalah 7,5%.
Akan tetapi, pada bulan November capaian K4 kurang dari target yaitu
7,3%.
c. Cakupan Pelayanan oleh Tenaga Kesehatan (Pn)
Cakupan ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, di suatu
16

wilayah kerja dalam kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat
diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan
dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam
pertolongan persalinan sesuai standar (Kemenkes RI, 2010).
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :
Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten disuatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
X 100%
Jumlah sasaran ibu bersalin disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun
Berdasarkan pengamatan cakupan PN di wilayah Puskesmas Bandarharjo di
dapatkan grafik berikut :

PN
10 8.9 9.2
9
7.5 7.5
7.3 7.5
8
7
6
5
4
3
2
1
0
NOVEMBER DESEMBER JANUARI
PN TARGET 7.5 7.5 7.5
PN CAPAIAN 8.9 7.3 9.2

PN TARGET PN CAPAIAN

Grafik 2.3 Cakupan PN Bulan November, Desember, Januari 2019


Puskesmas Bandarharjo

Berdasarkan grafik diatas didapatkan hasil bahwa cakupan Pn dari


Bulan November ke Bulan Desember mengalami penurunan yaitu dari
8,9% menjadi 7,3%. Kemudian mengalami kenaikan pada Bulan Januari
yaitu 9,2%. Target capaian Pn di setiap bulan adalah 7,5%. Akan tetapi,
pada bulan Desember capaian Pn kurang dari target yaitu 7,3%.
17

d. Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (KF 3)


Adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai
dengan 42 hari pasca bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali
dengan distribusi waktu 6 jam s/d hari ke-3 (KF1), hari ke-4 s/d hari ke-
28 (KF2) dan hari ke-29 s/d hari ke-42 (KF3) setelah bersalin di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan nifas
secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang
ditetapkan serta untuk menjaring KB Pasca Persalinan), yang
menggambarkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu nifas,
Keluarga Berencana di samping menggambarkan kemampuan
manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Jumlah ibu nifas yang telah memperoleh 3 kali pelayanan nifas sesuai
standar oleh tenaga kesehatan disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
X 100%
tertentu
Jumlah sasaran ibu nifas di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

KF
9
7.8 7.5 7.5
7.4
8
7 7.5 6.2
6
5
4
3
2
1
0
NOVEMBER DESEMBER JANUARI
K F TARGET 7.5 7.5 7.5
K F CAPAIAN 7.8 6.2 7.4

K F TARGET K F CAPAIAN

Grafik 2.4 Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan Bulan


November, Desember, Januari 2019 Puskesmas Bandarharjo
18

Berdasarkan grafik 2.4. Cakupan pelayanan ibu dan nifas di


puskesmas bandarharjo, sasaran ibu nifas oleh tenaga kesehatan di wilayah
kerja puskesmas bandarharjo sebanyak 1185. Sedangkan target capaian
sesuai data SPM untuk ibu nifas sebanyak 90 % sehingga terdapat target
cakupan bulanan sebesar 7,5%. Cakupan pada bulan November 2018
sebanyak 7,8 % melebihi target bulanan, tetapi pada bulan desember 2018
dan bulan januari 2019 cakupan kurang dari target sebanyak 6,2 % dan
7,4%.
Berikut hasil wawancara kepada Bidan E selaku bidan penanggung jawab:
Pertanyaan Jawaban Bidan E
Apa masalah yang muncul Seringkali pelaporan tidak tepat waktu.
dalam pelayanan K1, K4, Pn, Sehingga menyebabkan laporan pencapaian
KF? kurang dari target.
Karena Puskesmas ini bukan Puskesmad
PONED sehingga terkadang dari pihak
PMB,RS laporan yang diberikan tidak tepat
waktu.
Untuk pelayanan KF sama saja berkaiatan
dengan pelaporan yang tidak tepat waktu,
ditambah dengan bisa karena belum waktunya
untuk kunjungan nifas yang selanjutnya.
Solusi apa yang telah Bekerja sama dengan gasurkes, kader agar
dilakukan? pelaporan dapat tercover dengan baik
Bagaimana respon masyarakat ? Masing masing masyarakat memunyai respon
yang berbeda, ada yang mudah dihubungi dan
dikunjungi. Ada juga yang susah dikunjungi
dan terkesan menghindar. Akan tetapi gasurkes
dan kader terus berusaha dan bekerja sama
dengan RT, RW, Kelurahan agar ikut
berkontribusi terhadap jalannya pelaporan.
Tabel 2.1 Hasil Wawancara Indikator K1,K4,Pn, KF
Berdasarkan hasil wawancara didapatkan data bahwa faktor yang
menyebabkan capaian tidak tercapai salah satunya adalah pelaporan yang
tidak tepat waktu. Selain itu untuk KF pada bulan desember 2018 dan
januari 2019 kurang dari target karena ibu nifas yang belum dikunjungi
saat bulan itu karena belum waktunya untuk kunjungan nifas ketiga, ibu
yang yang pindah wilayah lain/ikut rumah suami, dan saat akhir taun
laporan dimajukan sebelum bulan desember selesai sehingga ibu nifas
yang dikunjungi 3 kali saat akhir bulan tidak dimasukan pada laporan.
19

e. Cakupan Peserta KB Aktif


Adalah cakupan dari peserta KB yang baru dan lama yang masih
aktif menggunakan alat dan obat kontrasepsi (alokon) dibandingkan
dengan jumlah pasangan usia subur di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu.
Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan lama yang
masih akti memakai alokon terus-menerus hingga saat ini untuk
menunda, menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan.
Rumus yang dipergunakan:
Jumlah peserta KB aktif di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
X 100%
Jumlah seluruh PUS di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

Keterangan PUS : Pasangan yang istrinya berusia 15-49 tahun atau


lebih dari 49 tahun masih menstruasi.

KB AKTIF
11.2 10.8
12 10.2
10

8
5.8 5.8 5.8
6

0
NOVEMBER DESEMBER JANUARI
KB AKTIF TARGET 5.8 5.8 5.8
KB AKTIF CAPAIAN 11.2 10.8 10.2

KB AKTIF TARGET KB AKTIF CAPAIAN

Grafik 2.5. Cakupan Peserta KB Aktif Bulan November, Desember, Januari


2019 Puskesmas Bandarharjo

Berdasarkan grafik 2.5 Cakupan Peserta KB Aktif, jumlah PUS pada


wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo sebanyak 10.582, sedangkan target
capaian sesuai data SPM untuk pelayanan KB aktif adalah 70% dari
jumlah PUS, sehingga didapatkan target cakupan bulanan sebesar 5,8%.
20

Cakupan pada bulan November 2018 sebanyak 11,8%, bulan Desember


2018 sebanyak 10,8%, dan bulan Januari 2019 sebanyak 10,2%. Hal ini
menunjukan bahwa peserta KB aktif sudah melewati target bulanan
puskesmas Bandarharjo.

f. Cakupan Ibu Hamil dengan Faktor Resiko oleh Masyarakat


Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko yang ditemukan
oleh kader atau dukun bayi atau masyarakat serta dirujuk ke tenaga
kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Masyarakat
disini, bisa keluarga ataupun ibu hamil, bersalin, nifas itu sendiri.
Indikator ini menggambarkan peran serta dan keterlibatan masyarakat
dalam mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan
nifas.
Rumus yang dipergunakan :
Jumlah ibu hamil yang berisiko yang ditemukan kader atau dukun bayi atau
masyarakat di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
X 100%
10% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

DETEKSI RESTI MASYARAKAT


50 43.5
45
40 30.6
35 29.8
30
25
20
15
10 0.83 0.83 0.83
5
0
NOVEMBER DESEMBER JANUARI
DETEKSI RESTI
0.83 0.83 0.83
MASYARAKAT TARGET
DETEKSI RESTI
29.8 30.6 43.5
MASYARAKAT CAPAIAN

DETEKSI RESTI MASYARAKAT TARGET DETEKSI RESTI MASYARAKAT CAPAIAN

Grafik 2.6 Cakupan Ibu Hamil dengan Faktor Resiko oleh Masyarakat Bulan
November, Desember, Januari 2019 Puskesmas Bandarharjo
21

Berdasarkan Grafik 2.6 Cakupan Ibu Hamil dengan Faktor Resiko


oleh Masyarakat, sasaran bulanan didapatkan dari estimasi 10% dari total
ibu hamil disatu wilayah pada kurun waktu 1 tahun. Sehingga didapatkan
target bulanan sebesar 0,83%. Cakupan pada bulan November 2018
sebanyak 29,8% kasus yang ditemukan, bulan Desember 2018 sebanyak
30,6% kasus yang ditemukan, dan pada bulan Januari 2019 sebesar
43,5% kasus yang ditemukan.Hal ini menunjukan bahwa deteksi resti
oleh masyarakat sudah baik karena sudah melebihi target bulanan
puskesmas Bandarharjo.

g. Cakupan Ibu Hamil dengan Faktor Resiko oleh Nakes


Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko yang ditemukan
oleh nakes di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Indikator ini menggambarkan peran serta dan keterlibatan nakes dalam
mendukung upaya peningkatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas.
Rumus yang dipergunakan :
Jumlah ibu hamil yang berisiko yang ditemukan nakes di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu
X 100%
20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
22

DETEKSI RESTI NAKES


20 18.1
18 14.5
16
14 10.5
12
10
8
6
4 1.7 1.7 1.7
2
0
NOVEMBER DESEMBER JANUARI
DETEKSI RESTI NAKES
1.7 1.7 1.7
TARGET
DETEKSI RESTI NAKES
10.5 18.1 14.5
CAPAIAN

DETEKSI RESTI NAKES TARGET DETEKSI RESTI NAKES CAPAIAN

Grafik 2.7 Cakupan Ibu Hamil dengan Faktor Resiko oleh Nakes Bulan
November, Desember, Januari 2019 Puskesmas Bandarharjo

Berdasarkan grafik 2.7 Cakupan Ibu Hamil dengan Faktor Resiko oleh
Nakes, sasaran bulanan didapatkan dari estimasi 20% dari total ibu hamil
disatu wilayah pada kurun waktu 1 tahun. Sehingga didapatkan target
bulanan sebesar 1,7%. Cakupan pada bulan November 2018 sebanyak
10,5% kasus yang ditemukan, bulan Desember 2018 sebanyak 18,1%
kasus yang ditemukan, dan pada bulan Januari 2019 sebesar 14,5% kasus
yang ditemukan.Hal ini menunjukan bahwa deteksi resti oleh masyarakat
sudah baik karena sudah melebihi target bulanan puskesmas Bandarharjo.
h. Cakupan Penanganan Komplikasi Obstetri (PK)
Adalah cakupan Ibu dengan komplikasi kebidanan di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani secara definitif sesuai
dengan standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan
dasar dan rujukan. Penanganan definitif adalah penanganan/pemberian
tindakan terakhir untuk menyelesaikan permasalahan setiap kasus
komplikasi kebidanan.
23

Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA


dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara professional
kepada ibu hamil bersalin dan nifas dengan komplikasi.
Rumus yang dipergunakan :
Jumlah komplikasi kebidanan yang mendapatkan penanganan definitif di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
X 100%
20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

KOMPLIKASI OBSTETRI
40 34.2
32.2
35
30
25
20 14.1
15
10
1.7 1.7 1.7
5
0
NOVEMBER DESEMBER JANUARI
KOMPLIKASI OBSTETRI
1.7 1.7 1.7
TARGET
KOMPLIKASI OBSTETRI
32.2 14.1 34.2
CAPAIAN

KOMPLIKASI OBSTETRI TARGET KOMPLIKASI OBSTETRI CAPAIAN

Grafik 2.8 Cakupan Penanganan Komplikasi Obstetri (PK) Bulan November,


Desember, Januari 2019 Puskesmas Bandarharjo

Berdasarkan grafik 2.8 Cakupan Penanganan Komplikasi Obstetri


(PK), sasaran satu tahun dari estimasi 20% total ibu hamil di satu wilayah
pada kurun waktu yang sama. Sehingga di dapatkan target bulanan adalah
1,7 % . Cakupan pada bulan November 2018 sebanyak 32,2%, bulan
desember 2018 sebanyak 14,1% dan bulan januari 2019 sebanyal 34,2%.
Hal ini menunjukkan penanganan koplikasi obstetric sudah baik karena
sudah melebihi target.
i. Cakupan Pelayanan Neonatus Pertama (KN 1)
Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai
standar pada 6 - 48 jam setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun
24

waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui akses/jangkauan


pelayanan kesehatan neonatal.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
X 100%
Jumlah seluruh sasaran bayi di wilayah kerja 1 tahun
Jumlah sasaran bayi bisa didapatkan dari perhitungan berdasarkan
jumlah perkiraan (angka proyeksi) bayi dalam satu wilayah tertentu
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Jumlah sasaran bayi = Crude Birth Rate x jumlah penduduk

KN 1
9.4 9.2
10
9 8.3 8.3 8.3
7.6
8
7
6
5
4
3
2
1
0
NOVEMBER DESEMBER JANUARI
KN 1 TARGET 8.3 8.3 8.3
KN 1 CAPAIAN 9.4 7.6 9.2

KN 1 TARGET KN 1 CAPAIAN

Grafik 2.9 Cakupan Pelayanan Neonatus Pertama (KN 1) Bulan November,


Desember, Januari 2019 Puskesmas Bandarharjo

Berdasarkan grafik 2.6 Cakupan Pelayanan Neonatus Pertama (KN 1),


Sasaran capaian KN 1 sebesar 100% sehingga, sasaran bulanan sebesar
8,3%. Capaian kunjungan neonatal bulan November 2018 melebihi target
sebanyak 9,4%, tetapi pada bulan desember 2018 mengalami penurunan
menjadi 7,6 % kemudian di bulan januari 2019 meningkat menjadi 9,2%.
Hal ini menunjukkan capaian neonatus mengalami kenaikan dan
penurunan di setiap bulannya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bidan E pada tanggal 27
Februari 2019 di daatkan informasi bahwa masalah yang muncul dalam
25

pelayanan KN 1 adalah pada bulan desember akhir tahun laporan


dimajukan sehingga KN 1 pada akhir bulan tidak dimasukkan .serta bayi
yang masih berada di rumah sakit tidak dimasukka ke dalam laporan.

j. Cakupan Pelayanan Kesehatan Neonatus 0-28 hari (KN Lengkap).


Adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai
standar paling sedikit tiga kali dengan distribusi waktu 1 kali pada 6
48 jam, 1 kali pada hari ke 3 hari ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8 hari
ke 28 setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas dan kualitas pelayanan
kesehatan neonatal.
Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
Jumlah neonatus yang telah memperoleh 3 kali pelayanan kunjungan
neonatal sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
X 100%
Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

KN LENGKAP
9.4 9.2
10
9 8.3 8.3 8.3
7.6
8
7
6
5
4
3
2
1
0
NOVEMBER DESEMBER JANUARI
KN LENGKAP TARGET 8.3 8.3 8.3
KN LENGKAP CAPAIAN 9.4 7.6 9.2

KN LENGKAP TARGET KN LENGKAP CAPAIAN

Grafik 2.10 Cakupan Pelayanan Kesehatan Neonatus 0-28 hari (KN Lengkap)

Berdasarkan grafik 2.7 Cakupan Pelayanan Kesehatan Neonatus 0-28


hari (KN Lengkap). Sasaran KN Lengkap sebesar 100% sehingga sasaran
26

bulanan sebesar 8,3 % Capaian pada bulan November 2018 sebesar 9,4% ,
Pada bulan desember mengalami penurunan menjadi 7,6% serta pada
bulan desember kembali meningkat menjadi 9,2 %.

k. Cakupan Pelayanan Anak Balita (12-59 bulan).


Cakupan playanan anak balita dalah cakupan anak balita (12-59
bulan) yang memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi
pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantauan
perkembangan minimal 2x setahun, pemberian vitamin A 2x setahun
(Kemenkes RI, 2010).
Rumus yang digunakan adalah:
Jumlah anak balita yg memperoleh pelayanan sesuai standar disuatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu
X 100%
Jumlah seluruh anak balita disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun

CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA


(12-59 BULAN)
120
97.2
100
80
60
40
20 8.3 8.3 8.3
0.8 0.0
0
NOVEMBER DESEMBER JANUARI
BALITA TARGET 8.3 8.3 8.3
BALITA CAPAIAN 97.2 0.8 0.0

BALITA TARGET BALITA CAPAIAN

Grafik 2.11. Cakupan Pelayanan Anak Balita (12-59 bulan) Bulan


November, Desember, Januari 2019 Puskesmas Bandarharjo

Berdasarkan grafik diatas didapatkan hasil bahwa cakupan pelayanan


anak balita (12-59 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo pada
bulan November, Desember dan Januari. Pada bulan November capaian
27

pelayanan anak balita mencapai 97,2%, bulan Desember mencapai 0,8%


dan pada bulan Januari 0%. Cakupan pelayanan anak balita ini terhitung
berdasarkan pemberian vitamin A pada bulan Februari hingga bulan
Agustus 2018. Cakupan bulan Desember dan Januari akan dikomulatifkan
dengan bulan Februari 2019 sesuai dengan bulan pemeberian vitamin A
pada balita. Hal ini menunjukkan bahwa cakupan pelayanan anak balita di
Puskesmas Bandarharjo sudah mencapai target (Kemenkes RI, 2010).
l. Cakupan Komplikasi Neonatus
Cakupan komplikasi neonatus adalah cakupan neonatus dengan
komplikasi yang ditangani secara definitif oleh tenaga kesehatan
kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu. Penanganan definitif adalah pemberian
tindakan akhir pada setiap kasus komplikasi neonatus yang
pelaporannya dihitung 1 kali pada masa neonatal. Kasus komplikasi
yang ditangani adalah seluruh kasus yang ditangani tanpa melihat
hasilnya hidup atau mati (Kemenkes RI, 2010).
Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan kesehatan
dalam menangani kasus-kasus kegawatdaruratan neonatal, yang
kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan kewenangannya, atau dapat
dirujuk ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi (Kemenkes RI, 2010).
Rumus yang digunakan adalah:
Jumlah neonatus dengan komplikasi yang mendapat penanganan definitif di
suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
X 100%
15 % x jumlah sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun
28

CAKUPAN KOMPLIKASI NEONATUS


8.3 8.3 8.3
9 7.6
8
7 5.9
6
5
4
3
2
1
0
NOVEMBER DESEMBER JANUARI
KOMPLIKASI NEONATUS
8.3 8.3 8.3
TARGET
KOMPLIKASI NEONATUS
8.3 5.9 7.6
CAPAIAN

KOMPLIKASI NEONATUS TARGET KOMPLIKASI NEONATUS CAPAIAN

Grafik 2.12. Cakupan Komplikasi Neonatus Bulan November, Desember,


Januari 2019 Puskesmas Bandarharjo

Berdasarkan grafik diatas didapatkan hasil bahwa cakupan komplikasi


neonatus di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo pada bulan November,
Desember dan Januari. Pada bulan November mencapai 8,3%, bulan
Desember mencapai 5,9% dan pada bulan Januari 7,6%. Hal ini
menunjukkan bahwa cakupan komplikasi di puskesmas Bandarharjo sudah
mencapai target.

m. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi (29 hari-12 bulan) (Kunjungan


Bayi)
Adalah cakupan bayi yang mendapatkan pelayanan paripurna
minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 29 hari-2 bulan, 1 kali pada
umur 3-5 bulan, dan satu kali pada umur 6-8 bulan dan 1 kali pada
umur 9-11 bulan sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas,
continuum of care dan kualitas pelayanan kesehatan bayi (Kemenkes
RI, 2010).
29

Rumus yang digunakan adalah:


Jumlah bayi yang telah memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan sesuai
standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu
X 100%
Jumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun

CAKUPAN KUNJUNGAN BAYI


9 8.9
8.9
8.8 8.7 8.7
8.7
8.6
8.5
8.4 8.3 8.3 8.3
8.3
8.2
8.1
8
NOVEMBER DESEMBER JANUARI
KUNJUNGAN BAYI
8.3 8.3 8.3
TARGET
KUNJUNGAN BAYI
8.7 8.7 8.9
CAPAIAN

KUNJUNGAN BAYI TARGET KUNJUNGAN BAYI CAPAIAN

Grafik 2.13 Cakupan Kunjungan Bayi Bulan November, Desember, Januari 2019
Puskesmas Bandarharjo

Berdasarkan grafik diatas didapatkan hasil bahwa cakupan kunjungan


bayi di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo pada bulan November,
Desember dan Januari. Pada bulan November mencapai 8,7%, bulan
Desember mencapai 8,7% dan pada bulan Januari 8,9%. Hal ini
menunjukkan bahwa cakupan kunjungan bayi di puskesmas Bandarharjo
sudah mencapai target
30

n Komplikasi Ibu Hamil


Grafik 2.14 Komplikasi Ibu Hamil

KOMPLIKASI IBU HAMIL


16

14

12

10

0
ANEMIA RINGAN ANEMIA BERAT KEK PU + GD >140G/DL HEPATITIS B HEPATITIS DIOBATI
NOVEMBER 13 0 10 3 0 2 0
DESEMBER 9 1 10 2 0 4 0
JANUARI 9 0 14 9 1 3 0

NOVEMBER DESEMBER JANUARI

Berdasarkan grafik tersebut didapatkan bahwa kasus komplikasi ibu hamil yang terus meningkat adalah KEK
(Kekurangan Energi Kronik). Selain itu terdapat kasus yang melonjak tinggi yaitu ibu hamil dengan protein urin +, GD >
140/DL.
31

o Faktor Risiko Kehamilan.


Grafik 2.15 Faktor Risiko Ibu Hamil

FAKTOR RISIKO IBU HAMIL


60
50
40
30
20
10
0
Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu
Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu
Ibu Ibu Hamil Ibu Hamil Ibu hamil Ibu hamil Hamil
Hamil Hamil Hamil Hamil Hamil Hamil hamil Ibu Hamil
Hamil Hamil denga Hamil denga Hamil denga hamil denga denga
denga denga denga denga denga denga denga hamil denga
Umur Umur n jarak denga n denga n sifilis denga n n
n n TB ≤ n n Pre n n Hb < n denga n
< 20 > 35 keham n BB < Lingka n positif n HIV hipert Penya
paritas 145 perdar eklam Eklam 11 gr malari n TB HbsAg
th th ilan < 38 kg r Infeksi (labor positif ensi kit /
>4 cm ahan sia sia % a positif
2 th Leng… atori… kronis Risik…
BULAN NOVEMBER 6 12 1 7 1 10 0 5 0 3 0 13 0 0 0 0 5 2 40
BULAN DESEMBER 11 15 1 5 1 10 1 3 0 2 0 9 0 0 0 0 2 4 55
BULAN JANUARI 6 27 3 9 2 14 3 2 0 9 0 9 0 0 0 0 9 3 50

BULAN NOVEMBER BULAN DESEMBER BULAN JANUARI

Bersadarkan grafik tersebut didapatkan bahwa ibu hamil umur <20 tahun, ibu hamil dengan preeklamsia, , ibu hamil
dengan hipertensi kronis, ibu hamil dengan HbsAg positif, ibu hamil dengan penyakit/risiko mengalami tren yang fluktuatif.
Ibu hamil umur >35 tahun, ibu hamil dengan paritas >4, hamil dengan jarak kehamilan <2 tahun, ibu hamil dengan BB <38 kg,
32

hamil dengan lingkar lengan < 22,5 cm, ibu hamil dengan TB ≤ 145 cm mengalami peningkatan setiap bulan. Ibu hamil dengan
perdarahan, ibu hamil dengan Hb <11gr% menurun.
Ibu hamil dengan infeksi, ibu hamil dengan eklamsia, ibu hamil dengan malaria, ibu hamil dengan TB, ibu hamil dengan sifilis
positif (laboratorium), ibu hamil dengan HIV positif tidak ada dalam 3 bulan terakhir.
p Penggunaan Alat Kontrasepsi
Grafik 2.16 Penggunaan Kontrasepsi

PENGGUNAAN KONTRASEPSI
1400

1200

1000

800

600

400

200

0
IUD Implan Tubektomi Vasektomi Suntik Pil Kondom
BULAN NOVEMBER 47 10 2 0 1147 37 10
BULAN DESEMBER 17 2 0 0 1133 24 12
BULAN JANUARI 17 2 2 0 1060 24 7

BULAN NOVEMBER BULAN DESEMBER BULAN JANUARI


33

Berdasarkan data tersebut didapatkan bahwa penggunaan alat kontrasepsi yang menempati urutan pertama adalah
suntik, kedua adalah IUD, ketiga adalah PIL, keempat adalah kondom, kelima adalah Implant, Keenam adalah Tubektomi, dan
yang terakhir adalah Vasektomi.
34

BAB III

ANALISIS

1. ANALISA UNSUR INPUT, PROSES, OUTPUT


A. UNSUR INPUT
a. Pasien
Pasien Puskesmas Bandarharjo adalah seluruh warga diwilayah kerja
Puskesmas Bandarharjo meliputi (Kelurahan Bandarharjo,kelurahan
Tanjungmas, kelurahan Dtadapsari, dan kelurahan Kuningan)
b. Ketenagaan
Bidan Puskesmas Bandarharjo berjumlah 5 orang, 2 PNS dan 2 bidan
BLUD.
c. Sumber dana
Sumber dana di Puskesmas Bandarharjo didapat dari BLUD (Badan
Layanan Umum Daerah), BOK (Bantuan Biaya Operasional Kesehatan)
dan APBD Pemkot. Dana tersebut masuk dan dikelola oleh manajemen
keuangan.
d. Fasilitas
Terdapat 2 ruang pelayanan yang melayani (KB,Imunisasi,dan kegiatan
KIA lainnya)
e. Method
Data PWS diperoleh PMB,Gasurkes, dan Puskesmas Bandarharjo data
yang yang diperoleh dikumpulkan oleh bidan koordinator, dengan buku
bantu bikor memilih dan memilah data yang ada sehingga data tidak
ganda mengingat ada pasien yang melakukan pemeriksaan ditempat
yang tidak tetap, data yang sudah jadi masuk komputer dan diproses
untuk SP3 Online untuk dilaporkan ke DDK semarang (laporan
bulanan). Untuk laporan tahunan dimasukan dalam profil Puskesmas
Bandarharjo.
35

B. UNSUR PROSES
Proses asuhan kebidanan dilakukan di Puskesmas Bandarharjo, oleh bidan
dan berkolaborasi dengan Dokter (jika ada indikasi tertentu). Jumlah
tenaga kebidanan dan jumlah pasien tidak memenuhi kriteria ideal.
C. UNSUR OUTPUT
Hasil penerapan asuhan kebidanan di Puskesmas Bandarharjo sesuai
dengan SOP Puskesmas Bandarharjo.
2. ANALISIS SEDERHANA
A. Cakupan K1 Puskesmas Bandarharjo
Tabel 3.1 Cakupan K1

Terhadap target Terhadap bulan lalu


Data Perbulan Status
Diatas Dibawah Tetap Naik Turun Tetap
Desember + + Baik
Januari + + Baik
Berdasarkan tabel 3.1 Cakupan K1 pada bulan Desember dan Januari sudah baik.

B. Cakupan K4 Puskesmas Bandarharjo


Tabel 3.2 Cakupan K4

Terhadap target Terhadap bulan lalu


Data Perbulan Status
Diatas Dibawah Tetap Naik Turun Tetap
Desember + + Baik
Januari + + Baik
Berdasarkan tabel 3.2 Cakupan K4 pada bulan Desember dan Januari Januari
sudah baik.

C. Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Puskesmas Bandarharjo


Tabel 3.3 Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan

Terhadap target Terhadap bulan lalu


Data Perbulan Status
Diatas Dibawah Tetap Naik Turun Tetap
Desember + + Jelek
Januari + + Baik
Berdasarkan tabel 3.3 Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan pada bulan
Desember jelek tetapi pada bulan Januari sudah baik.
36

D. Cakupan Pelayanan Nifas Oleh Tenaga Kesehatan Puskesmas


Bandarharjo
Tabel 3.4 Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan

Terhadap target Terhadap bulan lalu


Data Perbulan Status
Diatas Dibawah Tetap Naik Turun Tetap
Desember + + Jelek
Januari + + Cukup
Berdasarkan tabel 3.4 Cakupan pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan pada bulan
Desember jelek tetapi pada bulan Januari mengalami peningkatan status menjadi
baik.

E. Cakupan Peserta Kb Aktif (Contraceptive Prevalence Rate)


Puskesmas Bandarharjo
Tabel 3.5 Cakupan peserta KB aktif

Terhadap target Terhadap bulan lalu


Data Perbulan Status
Diatas Dibawah Tetap Naik Turun Tetap
Desember + + Kurang
Januari + + Kurang
Berdasarkan tabel 3.5 Cakupan peserta KB aktif pada bulan Desember dan Januari
masih kurang karena pada setiap bulannya mengalami penurunan.

F. Cakupan Penjaringan (Deteksi) Ibu Hamil Dengan Faktor Risiko


Oleh Masyarakat Puskesmas Bandarharjo
Tabel 3.6 Cakupan Penjaringan (Deteksi) Ibu Hamil Dengan Faktor
Risiko Oleh Masyarakat

Terhadap target Terhadap bulan lalu


Data Perbulan Status
Diatas Dibawah Tetap Naik Turun Tetap
Desember + + Baik
Januari + + Baik
Berdasarkan tabel 3.6 Cakupan deteksi ibu hamil dengan factor resiko oleh
masyarakat pada bulan Desember dan Januari sudah baik.
37

G. Cakupan Penjaringan (Deteksi) Ibu Hamil Dengan Faktor Risiko


Oleh Tenaga Kesehatan Puskesmas Bandarharjo
Tabel 3.7 Cakupan Penjaringan (Deteksi) Ibu Hamil Dengan Faktor
Risiko Oleh Tenaga Kesehatan

Terhadap target Terhadap bulan lalu


Data Perbulan Status
Diatas Dibawah Tetap Naik Turun Tetap
Desember + + Baik
Januari + + Kurang
Berdasarkan tabel 3.7 Cakupan deteksi ibu hamil dengan factor resiko oleh tenaga
kesehatan pada bulan Desember sudah baik dan mengalami penurunan status
pada bulan Januari menjadi kurang.

H. Cakupan Penanganan Komplikasi Obstetri (Pk) Puskesmas


Bandarharjo
Tabel 3.8 Cakupan Penanganan Komplikasi Obstetri (Pk)

Terhadap target Terhadap bulan lalu


Data Perbulan Status
Diatas Dibawah Tetap Naik Turun Tetap
Desember + + Kurang
Januari + + Baik
Berdasarkan tabel 3.8 Cakupan penanganan komplikasi obstetric (PK) pada bulan
Desember kurang dan mengalami peningkatan status pada bulan Januari menjadi
baik.

I. Cakupan Pelayanan Neonatus Pertama (Kn 1) Puskesmas


Bandarharjo
Tabel 3.9 Cakupan Pelayanan Neonatus Pertama (Kn 1)

Terhadap target Terhadap bulan lalu


Data Perbulan Status
Diatas Dibawah Tetap Naik Turun Tetap
Desember + + Jelek
Januari + + Baik
38

Berdasarkan tabel 3.9 Cakupan pelayanan noenatus pertama (KN1) pada bulan
Desember kurang dan mengalami peningkatan status pada bulan Januari menjadi
baik.

J. Cakupan Pelayanan Kesehatan Neonatus 0-28 Hari (Kn Lengkap)


Puskesmas Bandarharjo
Tabel 3.10 Cakupan Pelayanan Kesehatan Neonatus 0-28 Hari (Kn
Lengkap)

Terhadap target Terhadap bulan lalu


Data Perbulan Status
Diatas Dibawah Tetap Naik Turun Tetap
Desember + + Jelek
Januari + + Baik
Berdasarkan tabel 3.10 Cakupan pelayanan kesehatan Nenatus 0-28 hari (KN
lengkap) pada bulan Desember jelek disebabkan karena masih dibawah target dan
terhadap capaian bulan lalu turun dan mengalami peningkatan status pada bulan
Januari menjadi baik.

K. Cakupan Pelayanan Anak Balita (12-59 Bulan) Puskesmas


Bandarharjo
Tabel 3.11 Cakupan Pelayanan Anak Balita (12-59 Bulan)

Terhadap target Terhadap bulan lalu


Data Perbulan Status
Diatas
Dibawah Tetap Naik Turun Tetap
Desember + + Jelek
Januari + + Jelek
Tabel 3.11 Cakupan Pelayanan Anak Balita (12-59 Bulan) pada bulan Desember
dan Januari jelek. Ini disebabkan karena indikator balita di Puskesmas
Bandarharjo adalah balita yang sudah mendapatkan Vitamin A, ini yang
menyebabkan cakupan pelayanan anak balita (12-59 bulan) jelek.
39

L. Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Puskesmas Bandarharjo


Tabel 3.12 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal

Terhadap target Terhadap bulan lalu


Data Perbulan Status
Diatas
Dibawah Tetap Naik Turun Tetap
Desember + + Jelek
Januari + + Cukup
Tabel 3.12 Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal pada bulan Desember
jelek. Sedangkan cakupan pada bulan Januari cukup.

M. Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi 29hari – 12 Bulan (Kunjungan


Bayi) Puskesmas Bandarharjo
Tabel 3.13 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi 29hari – 12 Bulan
(Kunjungan Bayi)

Terhadap target Terhadap bulan lalu


Data Perbulan Status
Diatas Dibawah Tetap Naik Turun Tetap
Desember + + Baik
Januari + + Baik
Tabel 3.13 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi 29hari – 12 Bulan (Kunjungan
Bayi) pada bulan Desember dan Januari sudah baik.

3. Analisis Lanjut Pws Kia Puskesmas Bandarharjo


a. Perbandingan K1 dengan K4
Tabel 3.14 Perbandingan K1 dengan K4
Cakupan Cakupan
Data Perbulan K1-K4 Keterangan
K1 K4
Desember 9,4% 9,3% 0,1% Sesuai standart

Januari 9,7% 9,7% 0 Terselesaikan


Berdasarkan tabel 3.14 Perbandingan K1 dengan K4 diketahui bahwa
cakupan K1 dan K4 sudah baik karena sudah sesuai standart bulan
desember dan terselesikan pada bulan januari.
40

b. Perbandingan K1 dengan Deteksi Risti oleh Nakes


Tabel 3.15 Perbandingan K1 dengan Deteksi Risti oleh Nakes
Data Cakupan Cakupan K1- Deteksi Keterangan
Perbulan K1 Deteksi Bumil Bumil Risti
Risti oleh Nakes oleh Nakes
Desember 112,5% 43,3% 69,2% Baik
Januari 115,4% 37,4% 78% Baik
Berdasarkan Tabel 3.15 Perbandingan K1 dengan Deteksi Risti oleh Nakes
diketahui bahwa pada bulan desember-januari deteksi bumil resti oleh akes
sudah baik karena peran serta nakes tinggi, disisi lain angka risti pada ibu
hamil tinggi.
c. Perbandingan K1 dengan Deteksi Risti oleh Masyarakat
Tabel 3.16 Perbandingan K1 dengan Deteksi Risti oleh Masyarakat

Data Cakupan Cakupan K1- Deteksi Keterangan


Perbulan K1 Deteksi Bumil Bumil Risti oleh
Risti oleh Masyarakat
Masyarakat
Desember 112,5% 36,5% 76% Baik
Januari 115,4% 51,9% 63,5% Baik
Berdasarkan Tabel 3.16 Perbandingan K1 dengan Deteksi Risti oleh
masyarakat diketahui bahwa pada bulan desember-januari deteksi bumil
resti oleh masyarakat sudah baik karena peran serta masyarakat tinggi,
disisi lain angka risti pada ibu hamil tinggi.

4. ANALISA NARASI
Pelayanan antenatal di wilayah kerja Puskesmas Bandarharjo baik
yang dilaksanakan di puskesmas, PMB,dan Klinik/RS yang
bekerjasama dengan Puskesmas Bandarharjo telah memenuhi prinsip
ANC terintegrasi (10T) dan memberikan KIE serta pemberian terapi
sesuai kebutuhan ibu hamil. Berdasarkan sumberdaya manusia, dengan
5 bidan yang bekerja dapat melaksanakan pencatatan dan pelaporan
PWS KIA dengan baik. Pelaporan PWS KIA bisa tepat sesuai waktu.
41

Untuk ketentuan waktu kunjungan pada kunjungan pertama selalu


dianjurkan untuk datang memeriksakan kehamilannya sesuai dengan
saran bidan sehingga diharapkan target K4 dapat tercapai. Apabila
terjadi komplikasi obstetri maka petugas kesehatan puskesmas segera
memberikan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi atau yang
menyediakan sarana yang lebih memadai.
Target K1 Puskesmas Bandarharjo sebesar 95 % dalam satu tahun
dan target perbulannya adalah sebesar 7,9%. Pada bulan Desember
sampai Januari Puskesmas Bandarharjo sudah mencapai target yang
ditentukan. Sehingga untuk kedepannya dapat diterapkan pola yang
sama dengan ditingkatkan kualitasnya, mulai dari pergerakan
masyarakat, kesiapan petugas, dan koordinasi lintas sektor.
Cakupan K4 pada bulan Desember sampai Januari diukur dengan
target puskesmas yaitu sebesar 90% dan target perbulannya 7,5%.
Pencapaian cakupan K4 Puskesmas Bandarharjo sudah mencapai
target yang ditentukan. Sehingga untuk kedepannya dapat diterapkan
pola yang sama dengan ditingkatkan kualitasnya, mulai dari
pergerakan masyarakat, kesiapan petugas, dan koordinasi lintas sektor.
Beberapa penyebab yang mengakibatkan capaian target pada bulan
November kurang yaitu karena Puskesmas Bandarharjo berada di kota
dan beberapa penduduknya hidup di Bandarharjo tidak menetap dan
tidak mempunyai KTP Bandarharjo sehingga terkadang penduduk
kembali ke tempat asalnya untuk persalinan di tempat asalnya sehingga
hal tersebut dapat mengurangi target cakupan K4. Selain itu ada
beberapa penyebab lain diantaranya terjadi abortus, partus prematurus
sehingga mereka tidak melakukan kunjungan K4.
Peran serta nakes tinggi, sudah baik deteksi yang dilakukan pada
ibu hamil risti. Tetapi, disisi lain angka risti di Puskesmas Bandarharjo
setiap bulannya >20%. Hal ini menunjukan angka risti pada ibu hamil
memang tinggi dan dibutuhkan peran serta dari semua sektor agar
angka risti dapat berkurang. Begitupun dengan peran serta dan
42

kesadaran masyarakat tinggi, baik dari masyarakat sendiri maupun dari


sektor lain (FKD, PKK, TOGA, TOMA, dll).
43

BAB IV
POA DAN IMPLEMENTASI

A. Analisa Masalah
1. Cakupan KB setiap bulan menurun [A]
2. Penanganan komplikasi neonatus yang belum memenuhi target [B]
3. Ibu hamil Risiko Tinggi usia < 20 tahun [C]

B. Prioritas Masalah
1. Urgency (U)
Masalah A B C Horisontal
A - - 0
B - 0
C 0
Vertikal 0 1 2
Horisontal 0 0 0
Total 0 1 2

2. Seriousness (S)

Masalah A B C Horisontal
A - - 0
B - 0
C 0
Vertikal 0 1 2
Horisontal 0 0 0
Total 0 1 2
44

3. Growth (G)

Masalah A B C Horisontal
A + + 2
B - 0
C 0
Vertikal 0 0 1
Horisontal 2 0 0
Total 2 0 1

Rekapitulasi Hasil Prioritas Masalah

Masalah U S G Jumlah / Prioritas


A 0 0 2 2 / II
B 1 1 0 2 / II
C 2 2 1 5/I

Jadi prioritas masalah yang didapatkan, yaitu :


1. Ibu hamil Risiko Tinggi usia < 20 tahun
2. Cakupan KB setiap bulan menurun
2. Penanganan komplikasi neonatus yang belum memenuhi target
45

C. POA

MASALA BIAYA/ PENANGGUNG RENCANA KETERANG


NO KEGIATAN TUJUAN SASARAN WAKTU
H SUMBER JAWAB PENILAIAN AN
1. Ibu Hamil 1. Pendampingan 1. Untuk memantau 1. Ibu hamil 1. Puskes 25 Mahasiswa
Risiko pada Ibu hamil keadaan ibu Risiko Tinggi mas Februari –
Tinggi Risiko Tinggi hamil Risiko 6 Maret
dibawah 20 Tinggi 2. Remaja 2019
tahun 2. Posyandu Remaja
2. Untuk mencegah 2. Kelurah
terjadi kehamilan an
diluar nikah dan
memantau
3. Penyuluhan kesehatan remaja 3. Remaja dan
tentang kesehatan PUS dibawah
reproduksi 3. Untuk mencegah 20 tahun
kehamilan 3. Puskes
4. Pembuatan dibawah usia 20 4. Remaja mas
konsep aplikasi tahun
kesehatan
reproduksi
remaja 4. Sebagai sarana
untuk 4. Puskes
5. Perencanaan memudahkan 5. Remaja mas
Pembentukan remaja dalam
Konselor Remaja menerima
Sebaya informasi tentang
kespro

5. Meningkatkan 5. Puskes
pengetahuan mas dan
46

tentang masalah Masyar


remaja dengan akat
teman sebaya

2. Penangana Sosialisasi tanda Untuk Masyarakat Puskesma 25 Mahasiswa


n bahaya neonatus memberdayakan s Februari –
komplikasi kepada masyarakat. masyarakat 6 Maret
neonatus terhadap tanda 2019
yang belum bahaya neonatus
memenuhi yang terjadi
target. disekitar dan
melaporkan pada
petugas kesehatan.
3. Cakupan 1. Sosialisasi kepada 1. Agar masyarakat 1. Masyarakat 1. Puskes 25 Mahasiwa
KB setiap masyarakat mengerti tentang mas Februari –
bulan tentang KB pentingnya 6 Maret
menurun menggunakan 2019
2. Rencana KB
pemberikan 2. PUS
reward kepada 2. Untuk 2. Puskes
PUS yang telah memotivasi agar mas
menggunakan KB PUS
jangka panjang. menggunakan
KB
47

D. Implementasi
1. Masalah : Ibu Hamil Risiko Tinggi dibawah 20 tahun
Implementasi : 25 Februari – 6 Maret 2019
a) Melakukan pendampingan pada Ibu hamil Risiko Tinggi
Hasil : pendampingan dilakukan saat kunjungan keluarga binaan
dan ibu beserta keluarga bersedia untuk menangani risiko
tinggi. Pada risiko tinggi anemia dan kek, ibu beserta
keluarga bersedia untuk memperbaiki status gizi ibu hamil.
b) Melaksanakan Posyandu Remaja
Hasil : posyandu remaja telah dilaksanakan pada tanggal 2 Maret
2019 di kelurahan Bandarharjo yang diikuti oleh 20 remaja.
c) Melakukan Penyuluhan tentang kesehatan reproduksi
Hasil : penyuluhan tentang kesehatan reprodusi dilaksanakan
pada saat posyandu remaja di kelurahan Bandarharjo pada
tanggal 2 Maret 2019, dan di kelurahan Tanjungmas pada
tanggal 3 Maret 2019.
d) Membuatan konsep aplikasi kesehatan reproduksi remaja
Hasil : konsep aplikasi kesehatan reproduksi remaja telah
disusun.
e) Merencanaan Pembentukan Konselor Remaja Sebaya
Hasil : rencana pembentukan konselor remaja telah disusun dan
telah dibuat modul serta telah dikonsulkan.

2. Masalah : Penanganan komplikasi neonatus yang belum


memenuhi target.
Implementasi : 25 Februari – 6 Maret 2019
Melakukan sosialisasi tanda bahaya neonatus kepada masyarakat.
Hasil : sosialisasi tanda bahaya neonatus telah dilaksanakan saat
melakukan keluarga binaan di wilayah kerja puskesmas
Bandarharjo.
48

3. Masalah : Cakupan KB setiap bulan menurun


Implementasi : 25 Februari – 6 Maret 2019
a) Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang KB
Hasil : sosialisasi KB telah disampaikan kepada keluarga dengan
PUS saat keluarga binaan, dan keluarga dengan PUS sudah
mengerti tentang pentingnya KB. Sebagian keluarga PUS
mendukung program KB dan sebagian dari keluarga binaan
suami tidak mendukung program KB.
b) Merencanakan pemberian reward kepada PUS yang telah
menggunakan KB jangka panjang.
Hasil : perencanaan pemberian reward telah diusulkan.
49

Anda mungkin juga menyukai