ISSN : 1858-4551
1,2S, eMpatreemt b2e0r121016
Sulistyowati
Tihadanah
Erna Amalia
Nursyamsuddin
Penanggung jawab:
Dekan Fakultas Hukum
DEWAN REDAKSI
Redaksi Pelaksana:
Dr. Dra. Istiyani, MM
Dr. Maspul Aini Kambry, M.Sc.
H. Hamidullah Mahmud, Lc, MA
Penerbit:
Universitas Tama Jagakarsa (UTAMA)
Alamat Redaksi:
LPPM Universitas Tama Jagakarsa
J1.Letjen T.B. Simatupang No. 152, Tanjung Barat, Jakarta Selatan 12530
Telp.(021) 7890965-66
Fx.(021) 7890966, Email : info@jagakarsa.ac.id
Website : http;//www.jagakarsa.ac.id
DAFTAR ISI
Alamat Redaksi:
LPPM Universitas Tama Jagakarsa
J1.Letjen T.B. Simatupang No. 152, Tanjung Barat, Jakarta Selatan 12530
Telp.(021) 7890965-66
Fx.(021) 7890966, Email : info@jagakarsa.acid
Website : http;//www.jagakarsa.ac.id
PERBANDINGAN FILSAFAT ILMU MODERN DAN
FILSAFAT ILMU ISLAMI
Oleh :
Nursyamsuddin
Abstrak
N
a
t
u
r
a
l
i
s Judicial, Volume XII Nomor 1, September 2016
Judicial, Volume XII Nomor 1, September 2016
waktu, dan tidak memperoleh kenyataan sehingga paham
dapat dipahami sesuatu supranatural. ini disebut
melalui ilmu kejelasan Inti ajaran dari dengan aliran
yang dilalui oleh mengenai aliran ini adalah mat
ilmu tidak realitas. hakekat eria
dinyatakan kenyataan atau lism
sebagai c. Bagi hakekat e
kenyataan. manusia terdalam adalah atau
Dengan corak berpandanga bertitik tolak men
pandangan n dari suatu talis
ontologis ilmu humanisme, pandangan me.
seperti ini, maka naturalistik yang sama yaitu Pandangan ini
sebagai dengan kenyataan sangat diakui di
implikasi menempatka terdalan adalah Jerman, yang
lanjutan menurut n manusia bersifat materi. muncul dengan
Fuad Rumi hanya salah dua tipe yaitu
(1999 : 34), satu wujud 2 keunggulan
adalah sebagai dari . pikiran serta
berikut: perwujudan 3 gerakan
yang bersifat . dialektika.
a. Cenderung alam. Secara sederhana
monotoisme, I dikatakan bahwa
karena yang d rasio sebagai ide
dipandang 2 e dan basis
sebagai . a primordial
realita hanya 2 l mutlak
alam, dalam . i mengendalikan
hal ini alam s dirinya sendiri
dipandang M m dan yang ada
tidak terjadi a e dalam dirinya itu
dari atau t Aliran ini adalah momen-
tergantung e merupakan momen yang
pada suatu r suatu corak berkembang
yang alami, i aliran sendiri dan rasio
supranatural a filsafat yang merupakan
atau suatu l berangkat dari sumber dan jalan
yang i dua pandangan yang diikutinya
transenden, s yang berbeda serta dapat diatur
namun m (naturalisme dengan dialektis.
demikian e dan
dikatakan Doktrin aliran materialisme). 2
hanya ini bahwa Maka . 55
cenderung hakekat sesuatu mengambil 3
pada adalah materi, suatu .
monotoisme. dengan kesimpulan 1
anggapan bahwa bahwa hakekat .
b. Berpandangan sesuatu yang dari ilmu
scientisme, dikatakan nyata adalah bersifat H
karena berawal dari rohani atau i
memutlakka materi, oleh spiritual, l
n ilmu-ilmu karena itu o
kealaman materialisme n
sebagai satu- menyatakan o
satunya tidak ada r
keniscayaan identitas non v
pasti Volume
Judicial, material dan 2016
dalam XII Nomor 1, September i
s yang disebut keberadaan
m sebagai keadaan tersebut.
e dan diverifikasi.
Aliran ini Dari lima aliran 3.
menyatakan ontologis science Pandan
bahwa hakekat sekuler tersebut, gan
sesuatu tidak bisa maka dapat Epistim
dipisahkan dari dilihat ologi
esensi dan implikasinya Ilmu
eksistensi, aliran sebagai berikut :
ini jauh
meletakkan a. Memandang
doktrin bahwa obyek materi
semua benda fisis ilmu tidak
tersusun dari dalam
materi dan fona, kerangka
yaitu prinsip pandangan
akutualitas dan adanya
aktifitasnya. pencipta
yang
2 memandang
. segala
3 sesuatu selain
. pencipta
2 adalah
. ciptaan.
b. Memandang
P sesuatu
o sebagi satu
s obyek materi
i ilmu sejauh
t ia berada
i dalam
v jangkauan
i indra
s manusia
m untuk dapat
e memahaminy
Menurut aliran a dan
ini bahwa pemahaman
pertanyaan- atasnya
pertanyaan merupakan
metafisis tidak fungsi dari
mengandung indra.
makna, oleh c. Memandang
karena tidak obyek materi
dapat ilmu diatur
dipertanggung oleh
jawabkan. Akan
tetapi satu- hukum-
satunya yang hukum
diambil sebagai keberadaan,
tolak ukur, untuk namun tidak
dapat menguji mempersoalk
hakekat sesuatu an asal
itu Judicial,
adalah Volume
apa XII Nomor
hukum
1, September 2016
Judicial, Volume XII Nomor 1, September 2016
Epistimologi ditentukan oleh berfikir yang yaitu ada pada
ilmu atau teori cara berfikir pertama, yaitu pikiran manusia,
pengetahuan, yang dilakukan cara berfikir tanpa ada pikiran
membahas menurut yang dikenal pengetahuan
secara mendalam persyaratan sebagai tidak akan etis.
segala proses keilmuan, oleh empirisme. Jadi Oleh karena itu
usaha manusia karena ilmu yang penting keterkaitan
untuk tersebut bersifat pada antara
memperoleh terbuka, epistimologi pengetahuan dan
pengetahuan. demokratis dan adalah asal usul pikiran
Ilmu merupakan menjunjung pengetahuan, merupakan
pengetahuan kebenaran diatas dimana peran sesuatu yang
yang diperoleh segala-galanya. pengalaman dan kodrati.
melalui suatu Selanjutnya akal dalam Sedangkan
proses tertentu ditinjau dari segi mencari ilmu menurut Rizal
yang bisa pula perkembangann yang melahirkan Mustamsir
disebut dengan ya merupakan beberapa hal, (2001:18-19)
metode ilmiah gabungan dari yang menurut membagi
(Jujun S. cara-cara Jujun S. struktur pikiran
Suriasumantri, manusia Suriasumantri sebagai berikut
1999 : 9). sebelumnya (1999:17)
Ditinjau dari dalam mencari bahwa: a. Mengamati,
pengetahuan ilmu. Dilihat Bagaimana pikiran
atau cara untuk dari segi cara hubungan antara berperan
memperoleh berfikir pengetahuan dan dalam
ilmu selama ini, manusia, dengan kebenaran, mengamati
terbatas pada menggunakan pengetahuan dan obyek-
obyek empiris rasio sebagai keniscayaan. obyek, dalam
dan suatu ilmu alat untuk dapat Semua melaksanaka
diperoleh dengan memahami ilmu pengetahuan n
metode pengetahuan, dikenal oleh pengamatan
keilmuan, dengan rasio itu science sekuler terhadap
asalkan dalam ide tentang obyek itu
proses pengetahuan dan maka pikiran
pengkajian kebenarannya harus
masalah tersebut sudah ada. mengandung
dia telah Pikiran manusia kesadaran,
memenuhi dapat namun
persyaratan yang mengetahui ide pikiran juga
telah digariskan. tersebut, namun terlalu sadar,
Sebaliknya tidak tidak maka perlu
semua orang menciptakan dicari pikiran
diasosiasikan lain. Ide tentang baru, yaitu
dengan kebenaran yang pikiran
eksistensi ilmu menjadi dasar bawah sadar,
adalan keilmuan. bagi pikiran tanpa
Seorang sarjana pengetahuannya sadar, serta
mempunyau yang diperoleh berbagai
profesi bidang melalui berfikir wujud
ilmu, maka secara rasional,
belum tentu dan muncul pola kejiwaan
mendekati berfikir lain lainnya,
ilmunya secara yang merupakan karena 56
keilmuan oleh cara yang kesadaran
karena hakekat berlawanan adalah suatu
keuilmuan dengan
Judicial, Volume XII Nomor cara 2016
1, September karakteristik
atau fungsi biologis dan
pikiran. interaksi
dialektrik
b. Menyelidiki, antara tubuh
yaitu dengan jiwa.
keterkaitan Karena
pada obyek pikiran
yang ditumbuhkan
dikondisikan untuk
oleh jenis- aktualisasi
jenis obyek hasrat, maka
yang tampil. kita dapat
Obyek-obyek katakan
secara kodrati sebagai
merupakan hasrat
suatu cara pikiran.
penampakan, Tanpa pikiran
cara persepsi, tak mungkin
diantisipasi ada hasrat,
secara seperti hasrat
sederhana yang muncul
atau secara dari tubuh
kompleks. manusia,
misalnya
c. Percaya, hasrat
manakala makan,
suatu obyek hasrat
muncul dalam memiliki
kesadara, pasangan
biasanya wanita bagi
obyek-obyek seorang laki-
itu diterima laki, dan
sebagai obyek begitu pula
yang sebaliknya.
nampak.kata Dari hasrat
percaya ini
biasanya melibatkan
dilawankan beberapa
dengan perasaan
keraguan. puas,
Sikap yang
nampak
sebagai suatu
pengertian
yang
memadai
setelah
keraguan
dinamakan
kepercayaan.
d. Hasrat, yaitu
mencakup
kondisi-
kondisi
Judicial, Volume XII Nomor 1, September 2016
Judicial, Volume XII Nomor 1, September 2016
dan frustasi kesadaran gan pada pihak lain
serta kenampakan Aks bisa terjadi
berbagai untuk iolo sebaliknya, yaitu
respon menghasilka gi membawa
terhadap n kesadaran Ilm manusia pada
perasaan lebih lanjut u penciptaan bom
tersebut. seperti rasa Pandangan ini atom yang dapat
bangun membahas menimbulkan
e. Maksud, tidur. mengenai pula pada
kendatipu kegunaan ilmu petaka. Usaha
seseorang g. itu bagi manusia memerangi
memiliki Menyesuaik (aksiologi ilmu), kaum yang
maksud an pikiran yang membunuh
ketika akan sekaligus menyatakan manusia
mengobserva pembatasan- bahwa: Ilmu sekaligus
lingkungan
si, sosial, kultur
pembatasandan telah banyak menghasilkan
keuntungan yang terhindar
menyelidiki yang pada mengubah dunia senjata kuman
dan dibedakan dalam yang
berhasrat, pad apikiran memberantas dipergunakan
namun melalui penyakit, sebagai alat
sekaligus kondisi kelaparan, untuk
perasaannya keberadaan kemiskinan dan membunuh
tidak berbeda yang berbagai macam sesama umat
bahkan tercakup wajah yang manusia.
terdorong dalam otak duka. Ilmu telah Einstein (Jujun
ketika dan tumbuh menjadi S. Surisumantri,
melakukanny didalam penyelamat bagi 1999 : 35)
a. fisik, segenap mengeluh
biologis, manusia, dihadapan
merangsang manusia
f. Mengatur,
dengan jalan California
setiap
tindakan, mempelajari Institute of
pikiran
hasrat dan atom. Manusia Technology, ia
adalah
kepuasan. bisa menyatakan
organisme
memanfaatkan bahwa :
yang teratur
wujud tersebut
dalam diri h. Menikmati,
sebagai sumber “ Dalam
seseorang. yaitu
energi bagi peperangan
Pikiran pikiran
manusia, akan ilmu
melalui mendatangk
tetapi pengetahuan kita
kesadaran an
yang telah keasyikan, saling meracun
menjadi orang yang dan saling
kesadaran asyik dalam menjagal. Dalam
adalah suatu menekuni perdamaian dia
kondisi dan suatu membuat hidup
fungsi persoalan, kita dikejar
mengetahui maka ia akan waktu dan penuh
secara menikmati tak tentu.
bersama, itu dalam Mengapa ilmu
pikiran pikirannya. yang amat indah
mengatur ini, yang
melalui menghemat kerja
intuisi, 4. dan membuat
yakni Pan hidup lebih
melalui dan mudah, hanya
Judicial, Volume XII Nomor 1, September 2016 membawa 57
kebahagiaan yang ternyata putih
sedikit kepada maka katakan
kita.” putih, dia tidak
berpihak kepada
Apabila mengkaji siapapun juga
pernyatan di atas, selain kepada
maka masalahnya kebenaran yang
terletak dalam nyata.
hakekat ilmu itu Sedangkan
sendiri. secara ontologis
Francis bacon dan aksiologis,
(Jujun S. para ilmuan
Suriasumantri, harus menilai
1999:35) antara yang baik
menyatakan: dan buruk, yang
“Pengetahuan pada hakekatnya
adalah mengharuskan
kekuasaan, dia menentukan
apakah kekuasaan sikap.
akan merupakan
berkah atau
malapetaka bagi
umat manusia,
selama ini
terletak pada
orang yang
menggunakan
kekuasaan
tersebut. Ilmu itu
sendiri bersifat
netral, ilmu tidak
mengenal sifat
baik atau buruk,
dan si pemilik
ilmu itulah yang
harus
mempunyai sikap
jalan mana yang
akan ditempuh
dalam
memanfaatkan
kekuasaan yang
besar tersebut,
terletak pada
kekuasaan nilai
si pemilik itu
atau dengan
perkataan lain,
netralitas ilmu
hanya terletak
pada dasar
epistimologinya
saja.”
Jika dikatakan
hitam, dan XII Nomor 1, September 2016
Judicial, Volume
Judicial, Volume XII Nomor 1, September 2016
Kekuasaan ilmu mempunyai ilmu. Hal ini
yang besar itu pandangan Allah Swt yang menunjukkan
mengharuskan tentang ilmu telah bahwa manusia
seorang ilmuan pengetahuan, mengajarkan bukanlah
mempunyai yang paling kepada manusia merupakan
landasan moral lengkap dan tentang apa sumber ilmu,
yang kuat, tanpa sempurna. yang tidak yang layak
suatu landasan Dalam uraian diketahuinya, disebut sebagai
moral yang kuat dibawah ini dan melengkapi sumber ilmu
seorang ilmuan dapat dijadikan manusia dengan adalah Allah Swt
akan lebih perbandingan segala sebagai yang
merupakan dalam perlengkapan, Maha
seorang tokoh mengetahui mendengar, Mengetahui dan
yang penuh ilmu tentang filsafat melihat dan Maha berilmu
akan tetapi tiada ilmu yang hati sebagai (Al-Alim).
manfaatnya. sesungguhnya timbangan atas Fuad Rumi
menurut Agama apa yang hendak (1999 : 30)
C Islam. dibuat oleh berpandangan
. seorang bahwa Allah Swt
1. Sumber manusia. Firman adalah sumber
F Ilmu Menurut Allah Swt dalam ilmu, tidak
i Pandangan Surah An-nahl berarti 58
bahwa
l I ayat 768, yang manusia tidak
s s artinya : “ Allah memiliki ilmu,
a l Swt keluarkan tetapi Allah Swt
f a manusia dari sebagai sumber
a m dalam perut ilmu yang
t Menurut ibunya masih mengajarkan
Agama Islam dengan tidak kepada manusia
I mengenai tahu apa-apa, hal-hal yang
l sumber dan pada saat itu belum
m ilmu, Islam Allah Swt diketahuinya,
u melihat Allah melengkapi dan Allah Swt
Swt sebagai pada manusia melengkapi
I Maha Pencipta itu alat manusia dengan
s dan yang pendengaran, segala
l diciptakan penglihatan, perlengkapan
a sebagai agar manusia itu dan jalan yang
m makhluknya. dapat menyadari meniscayakan
i Manusia dan bersyukur manusia
Islam sebagai termasuk yang atas apa yng mengusahakan
Agama yang diciptakan, diberikan oleh untuk
paling maka yang Allah Swt “. memperoleh
sempurna diciptakan oleh Kemudian pada ilmu. Dan
diturunkan oleh manusia ayat yang lain manusia dapat
Allah Swt memiliki Allah Swt menjadi
kepada umat kekurangan dan memerintahkan perantara bagi
manusia melalui kelemahan- kepada manusia manusia lainnya
Rasulullah kelemahan. untuk selalu untuk dapat
Muhammad Oleh karena itu belajar, memperoleh
SAW telah yang menuntut ilmu ilmu dan orang
menurunkan mempunyai dengan melalui seperti itu adalah
kebenaran kekurangan dan pendidikan. orang-orang
kepada hamba- kelemahan tidak yang mempunyai
Nya. Dalam layak disebut otoritas yang
Agama Islam XII Nomor
Judicial, Volume sebagai sumber 2016
1, September diperoleh dari
Allah Swt dialami dan
sebagai jalan bagi dirasakan karena
manusia lain ia merupakan
untuk suatu tatanan.
memperoleh Dan tatanan itu
sebagian kecil adalah suatu cara
dari ilmu Allah yang bisa
Swt yang banyak terwujud bila
itu. terdapat hukum-
hukum universal
2. yang teratur
Pandan secara sistematis.
gan Hukum-hukum
Ontolog universal itu,
i tidak mungkin
Qur’ani merupakan hasil
Dalam dari suatu
memahami ciptaan, dan tidak
hakekat sesuatu mungkin yang
yang dicipta
dipahami selama menciptakan
ini hanyalah sesuatu yang
akibat dari universal dan
kerendahan diri teratur, tetapi
bagi ciptaan kalau hal tersebut
Allah. Dengan terjadi adalah
tidak melepaskan suatu kebetulan.
diri dari landasan Keterciptaan
Al- qur’an dapat manusia adalah
dikatakan bahwa dilalui oleh
sejauh kita akan ketidak-ada-
berbicara annya, karena
mengenai itu salah satu
hakekat realitas
yang diciptakan
oleh Allah Swt
selama ini, maka
harus harus
berangkat dari
satu keyakinan
yang mendalam
bahwa Allah Swt
menciptakan
sesuatu dan Allah
Swt lah yang
lebih mengetahui
hakekat
ciptaannya. Fuad
Rumi, (1999:48)
dari segi lain
tentang realitas
ciptaann Allah
Swt adalah suatu
realita yang tidak
bisa dipungkiri,
hanya dapat XII Nomor 1, September 2016
Judicial, Volume
Judicial, Volume XII Nomor 1, September 2016
implikasinya pemahaman kita petunjuk dari dengan metode
ialah makhluk sehari-hari, sumber dan cara yang
tidak berkualitas harus berawal pengetahuan berbeda- beda
abadi, sebab dari al-Haq, yang ditujukan untuk
yang abadi sebagai pada manusi memperoleh
hanyalah Yang kebenaran yang untuk berilmu. ilmu. Kalimat
Mencipta (Allah mutlak. Dalam Al- bil qalam pada
Swt). Qur’an (ayat 1- ayat ini adalah
Berdasarkan 3. Pandangan 5) surat Al- mengandung
petunjuk ini, Epistimologi Alaq, bahwa makna bahwa
maka standar Qur’ani Allah Swt potensial
yang digunakan Sumber mengajarkan manusia yang
untuk pengetahuan pada manusia mempunyai ilmu
memahami meletakkan dengan melalui dan kesempatan
hakekat realitas dasar pertama kalam, menurut dapat dilakukan
tidak bisa secara bagi manusia, Fuad Rumi dengan suatu
ekstrim bahwa dalam (1999 : 85) ayat proses yang
menggunakan memperoleh itu dapat dalam proses itu
satu untuk ilmu dipahami ditempuh
seluruh yang pengetahuan, secara langkah-langkah
ada. Maguit al- terlebih dahulu epistimologi dengan peralatan
attas (Fuad harus bahwa yang ada pada
Rumi, 1999: 50) memperoleh manusia dirinya maupun
menyatakan: petunjuk Al- potensial yang ada diluar
keadaan yang qur’an sebagai memperoleh dirinya untuk
dimiliki semua referensi pengetahuan ilmu itu
yang ada dalam utama, sebab karena diperoleh. Untuk
beragam tingkat melalui kesempurnaan memperoleh
eksistensi, dan penggunaan Allah Swt. ilmu itu dapat
walaupun tingkat Al-qur’an Dalam hal ini diakui melalui
eksistensi itulah indikasi bukan berarti dua jalan, yaitu
merupakan pertama dari bahwa Allah indra lahiriah
bahan konsistensi Swt berikan dan indra
pembentuk pandangan ilmu itu pada bathinia. Fuad
realitas, bahwa Allah tangan manusia Rumi (1999 : 86)
sebenarnya yang Swt sebagai tetapi manusia bahwa :
membuat sesuatu sumber dengan
yang menjadi pengetahuan. langkah- a. 59
Indra
dirinya sendiri Qur’an langkah yang lahiriah
bukanlah apa sebagai maju dan mempersepsi
yang dimilikinya pandangan positif berusaha fenomena
atau berlaku epistimologi alam sebagai
baginya, tetapi adalah fenomena
sesuatu yang merupakan fisik.
membedakannya suatu Misalnya
dari yang lain. konsistensi Al- benda, unsur,
Oleh karena itu, qur’an, sumber warna, dan
realitas dipahami ilmu sebagainya.
karena adanya pengetahuan, b. Indra bathinia
perbedaan, dan yakni : Allah sebagai indra
inilah yang kita Swt sebagai qalbum
maksudkan sumber mempersepsi
sebagai keunikan pengetahuan, terwujudnya
kejadian. Untuk dalam konteks kwalitas dari
melihat hakekat ilmu, Al-qur’an sifat-sifat
realitas dalam XII Nomor
Judicial, Volume adalah
1, September 2016 Allah Swt
pada obyek bahwa
alam phisik tujuan utama
tersebut. manusia dalam
Namun dapat hidup ini adalah
ditekankan ibadah. Artinya
bahwa bila segala yang
potensi indra dilakukan
lahiriah diperuntukkan
manusia itu sebagai ibadah.
berkembang Maka Islam
secara alami, mengajarkan
maka indra lebih rinci lagi.
batiniah bisa (Fuad Rumi,
berkembang 1999 : 110) :
bila diasah
dengan dzikir a. Tiap
dan qalbu melakukan
harus bersih sesuatu
sehingga yang harus
muncul diniatkan
adalah ibadah
kualitas yang kepada Allah
bersih, Swt.
kebersihan itu b. Cara
diperoleh melakukan
melalui sesuatu itu
ketaatan harus diridhai
beribadah, Allah Swt.
karena c. Hasil kerja
dengan itu harus
ketaatan bermanfaat
ibadah itu untuk
mempunyai manusia, dan
keterkaitan makkluk lain.
dengan
keilmuan.
Dengan
demikian dapat
disimpulkan
bahwa ilmu itu
dapat diperoleh
harus dengan
kebersihan hati,
yang diperoleh
dengan kualitas
ibadah yang
tinggi.
4.
Pandang
an
Aksiologi
Qur’ani
Qur’an
mengajarkan
padaJudicial,
manusia
Volume XII Nomor 1, September 2016
Judicial, Volume XII Nomor 1, September 2016
panca indra dan sendirinya Mengenai
Tujuan dari ilmu intuisi semuanya karena hakekat ilmu
dalam Islam juga berasal dari intelegensi pengetahuan,
demikian, proses manusia, pertama science sekuler,
ilmu itu harus ternyata munculkan melihat dengan
dimulai memiliki kemampuan dan beberapa
diniatkan untuk kelemahan intelegensi pandangan para
ibadah kepada sesuai dengan kedua melalui beberapa aliran,
Allah Swt. Pada kelemahan kebaikan yaitu yaitu aliran
saat ilmu itu manusia itu ego tertinggi hukum alam,
mau digunakan sendiri. Karena dari adanya yang
harus benar- Allah Swt aktualitas. Dari menyatakan ilmu
benar dilihat menyatakan kemampuan itu hakekatnya
kemanfaatannya yang diberikan semacam inilah bersifat
buat manusia, kepada manusia science sekuler kealamian, yaitu
pada saat ilmu itu sedikit sekali menilai manusia memiliki metode
mau diperoleh dari yang Allah sebagai sumber ilmiah, dan
harus Swt miliki. Tapi ilmu karena aliran lain
berdasarkan Allah Swt science sekuler menyatakan
qur’ani. Dengan mengakui melihat yang hakekat ilmu itu
demikian ajaran bahwa manusia nampak saja, adalah yang
Islam sangat dengan yang bisa bersifat materi,
memperhatikan kelemahannya dijangkau oleh yang bukan
nilai ilmu tapi berani indra manusia materi itu bukan
sebenarnya tidak memikul yang dan itu harus hakekat, sebab
hanya diletakkan berat, bahkan ia diakui hakekat itu tidak
oada nilai-nilai melebihi kebenarannya, mungkin ada
ilmiah belaka malaikat. walaupun kalau tidak
dan nilai Kemampuan kebenaran itu dengan melalui
kegunaan manusia dalam menurut agama yang ada.
semata, tetapi menangkap tidak tepat. Sementara aliran
nilai etika dan isyarat-isyarat lain menyatakan
ibadah, bahkan Allah Swt hakekat ilmu itu
untuk itulah, maka adalah bersifat
mewujudkan hal ilmuan sekuler rohani atau
itu harus menyatakan spoiritual, aliran
berpangkal pada sumber ilmu itu ini mencibe
suatu nilai utama dari manusia. melihat yang
yaitu nilai tauhid Kemampuan gaib, hanya
akan manusia itu tidak
menurunkan menurut Ibnu menyatakan
nilai lain. Sina (Editor, yang gaib ada di
M.M. Syarif, mana.
D. 1994 : 703)
Perbandingan menyatakan Gambaran
Filsafat Ilmu bahwa: manusia science sekuler
Modern mendapatkan melihat hakekat
Dan Filsafat tahapan ilmu seperti ini
Ilmu Islami pencaran dari karena asumsi
Sumber ilmu Allah Swt, dasarnya lepas
menurut intelegensi dari keyakinan
science sekuler pertama tidak adanya Tuhan,
adalah berasal selamanya pandangan
dari orang yang mutlak satu, mereka itu
memiliki karena ia ada dibenarkan oleh
otoritas, bukan
akal, XII Nomor
Judicial, Volume dengan 2016
1, September ilmu-ilmu
60
sekuler saja, dasar ilmuan
sementara di nilai sebelumnya.
dengan Karena mungkin
pendekatan kedekatan ilmuan
agama, maka sebelumnya
kebenaran itu dengan jalan dan
hanya sebatas metode yang
cara dan berbeda akhirnya
kemampuan akal menyesuaikan
mereka. Sehingga diri pada aplikasi
tidak memiliki ilmu itu sendiri.
kekuatan untuk Secara
bertahan lama, epistimologi
karena pasti islami, jelas
dikalahkan oleh pendekatannya
akal-akal ilmuan karena pertama-
yang akan tama mengakui
muncul dari yang satu
dibelakang hari. Allah Swt dan
diperkuat dengan
Beda dengan keyakinan bahwa
kebenaran agama manusia punya
dia tetap dan kelemahan, dan
bertahan lama metode
serta semakin
diuji semakin
menunjukkan
kebenarannya.
Segi epistimologi
ilmu, bahwa
ilmu itu
diperoleh dengan
obyek empiris
yang dilakukan
oleh ilmuan-
ilmuan, namun
para ilmuan itu
sendiri tidak
bisa aplikasikan
ilmu itu dengan
perilakunya
sebagai seorang
ilmuan, maka
dapat dikatakan
profesi ilmuan
sulit
memproyeksikan
keilmuannya
dengan
kedekatannya.
Hal itu terjadi
karena ia tidak
melahirkan ilmu
sendiri, tapi
menciplak dari
pikira-pikiran
Judicial, Volume XII Nomor 1, September 2016
Judicial, Volume XII Nomor 1, September 2016
yang digunakan Nilai yang benar pengetahua proses dan
bersumber dari dirasakan n, ilmu pernyataann
wahyu, dan manusia adalah adalah : ya harus
diketahui wahyu nilai-nilai pengetahua bebas dari
dibawa oleh amaliah yang n ilmiah nilai-nilai
makhluk yang berorientasi manusia selain nilai-
lain, kemudian ibadah, karena mengenai nilai ilmiah.
pada makhluk denga ibadahlah realitas 2. Berdasarkan
yang lain itu ilmuan akan yang aspek-aspek
dapat menyadari diperoleh pembahasan
interpretasikan dirinya sebagai dari Filsafat Ilmu
dengan metode yang diciptakan beberapa Islami : Dari
yang yang dan dia yakin kemungkina sudut
khusus, yaitu bahwa suatu n sumber, pandang
cara- caranya saat pasti dia yakni : sumber
harus menguasai mempertanggun Indra, akal, pengetahuan
bidang-bidang g jawabkan intuisi atau , ilmu
ilmu lain, agar untuk apa ilmu orang-orang adalah :
dapat memahami yang telah yang pengetahuan
dengan benar diamanatkan memiliki ilmiah
wahyu yang kepada manusia otoritas manusia
dibawakan oleh dipergunakan keilmuan mengenai
utusan itu. tertentu. realitas yang
Aksiologi, dapat P Dari sudut sumbernya
diakui bahwa E pandang hanya Allah
aksiologi banyak N Ontologi, Swt. Dari
mengubah U ilmu adalah sudut
pandangan- T pengetahua pandang
pandangan U n ilmiah ontology,
keduanya P yang harus ilmu
dengan hasil- A diperoleh adlaah :
hasil yang . melalui pengetahuan
diperoleh Rasid metode ilmiah
Mansir dan K ilmiah yang manusia
betapa banyak e mewujudka mengenai
yang s n prinsip- realitas, baik
merasakannya, i prinsip realitas
namun disisi m empirisme syahadah
lain, betapa p dan atau maupun
banyak juga u reasionalis realitas gaib.
yang menderita l me. Dari Dari sudut
dari hasil yang a sudit pandang
diperoleh ilmu n pandang epistemolog
itu. Maka untuk aksiologi y, ilmu
memberikan Berdasarkan ilmu adalah adalah :
kelegaan bagi Aspek-aspek pengetahua pengetahuan
manusia harus pembahasan n ilmiah ilmiah
memiliki nilai- Filsafat ilmu yang dalam manusia
nilai yang modern (Filsafat yang
diperoleh dari Science diperoleh
ilmu itu, karena Modern) dapat dengan
dengan nilai disimpulkan : melalui
yang benarlah 1. Dari pemanfaatan
bisa memberikan sudut petunjuk
kebahagiaan pandang (Al-Qur’an)
pada manusia.
Judicial, sumber
Volume XII Nomor 1, September 2016 sumber 61 ilmu
melalui Penelitia
pelaksanaan n Filsafat,
metoode Penerbit
ilmiah yang Kanisius.
secara Yogyakart
relevan a
mengaktualk 1990.
an potensi Fuad Rumi,
internal Filsafat Ilmu,
berupa indra, Univesitas
fuad, aql dan Muslim
lubb serta Indonesia.
potensi Makassar,
eksternal 1999.
yaitu ahl al
zikr. Dari Jujun S.
sudut Suriasum
pandang antri,
aksiologi, Ilmu
ilmu adalah : Dalam
pengetahuan Perspekti
ilmiah yang f (Sebuah
melalui Kumpula
proses, n
pernyataan Karanga
bahasa dan n Tentang
penggunaann Hakekat
ya Ilmu),
mengakomod Penerbit
ir secara Yayasan
relevan dan Obor
proporsional Indonesia
nilai-nilai . Jakarta,
ilmiah, 1999.
tauhid,
syar’i dan ………….,
akhlaqi.
Filsafat
DAFTAR Ilmu
PUSTAKA Sebuah
Penganta
Anonim, Al- r
Qur’anul Qarim. Populer,P
Penerbit enerbit
Bumi Sinar
Restu. Harapan.
Jakarta. Jakarta,19
1976. 96.
Anton Bakker
dan
Achmad
Charris
Zubair,
Metodolo
gi Volume XII Nomor 1, September 2016
Judicial,
M.M. Syarif, Para Filosof Muslim,
Penerbit Mizan. Bandung, 1994.