Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
DAFTAR ISI
menjadi dua masa, yaitu masa penjajahan Belanda dan masa sesudah
Belanda sangat tidak menguntungkan bagi bangsa Indonesia. Hal ini karena
agraria) masih langsung berlaku selama belum diadakan yang baru menurut
Belanda di bidang hukum agraria. Upaya tersebut dapat dibagi ke dalam lima
periode, yaitu:
Presiden Republik Indonesia tanggal 21 Mei 1948 No. 16, dibentuklah Panitia
Republik Indonesia;
lama, baik dari sudut legislatif maupun dari sudut praktik; dan
Hasil kerja dari Panitia Agraria Yogya adalah beberapa usulan sebagai
berikut:
untuk menentukan apakah orang asing dapat mempunyai hak milik atas
tanah;
f. Skema hak-hak tanah berupa hak milik dan hak atas tanah kosong dari
negara dan daerah-daerah kecil serta hak-hak atas tanah orang lain yang
(annex kadaster).
Republik Indonesia tanggal 19 Maret 1951 No. 36/1951, Panitia Agraria Yogya
dibubarkan dan dibentuk Panitia Agraria Jakarta.8 Panitia ini diketuai oleh
dan beranggotakan:
Tugas dari Panitia Agraria Jakarta hampir sama dengan tugas Panitia
Agraria Yogya. Hasil kerja dari Panitia Agraria Jakarta adalah sebagai berikut:
a. Batas luas minimum adalah 2 hektar dan perlu dikaji lebih lanjut mengenai
bukan asli;
d. Skema hak-hak tanah berupa hak milik, hak usaha, hak sewa dan hak
pakai;
Pokok Agraria.15 Pada tahun 1957 Panitia Negara Urusan Agraria berhasil
d. Hak-hak atas tanah berupa hak milik, hak usaha, hak bangunan dan hak
pakai;
e. Hak milik hanya boleh dipunyai oleh Warganegara Indonesia tanpa
oleh pemiliknya;
diajukan oleh Menteri Agraria Soenarjo kepada Dewan Meneri pada tanggal
14 Maret 1958 dan disetujui oleh Dewan Menteri pada tanggal 1 April 1958.
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau yang lebih dikenal sebagai
Tambahan Lembaran Negara No. 2043, serta mulai berlaku pada tanggal 24
September 1960.
tersebut pada ayat (2) pasal ini digunakan untuk mencapai sebesar-besar
(1)“Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam
yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh
(2)Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini memberi
pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada di atasnya sekedar
Negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat
dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang
“Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat
dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam pasal 6.”.
Analisa :
wilayah Indonesia adalah kesatuan, tanah, air dari seluruh rakyat Indonesia
yang bersatu sebagai bangsa Indonesia dan seluruh bumi, air dan ruang
karunia tuhan yang maha esa dan merupakan kekayaan nasional indonesia.
Karena kekayaan baik bumi, air, dan ruang angkasa sebagai karunia tuhan
maka negara dalam hal ini membuat aturan yang memakmurkan rakyat demi
kesatuan bangsa indonesia itu sendiri dengan membuat UUPA. Karena kita
tahu pada masa Hindia belanda hukum agraria yang di terapkan tidak ada
perbedaan antara hukum yang berlaku bagi golongan orang eropa dan timur
asing, serta golongan pribumi. Golongan Eropa berlaku KUUHpdt, orang
China dan timur asing berlaku hukum barat sebagian dan hukum waris
masing. Yang jadi pertanyaan apabila terjadi hubungan hukum antara orang
pribumi dengan orang Eropa ataupun dengan orang China dan timur asing
hukum mana yang berlaku disinilah sifat dualistik itu terjadi. Asas
UUPA agar bangsa atau nenagara ini menjadi bersatu dan makmur serta
tersebut pada ayat (2) pasal ini digunakan untuk mencapai sebesar-besar
Analisa :
Arti dari bunyi pasal 2 ayat 3 tersebut adalah dengan demikian negara
badan hokum dengan bumi,air dan ruang angkasa dan kekayaan alam yang
terkandung didalamnya.
tersebut meliputi atas bumi,air dan ruang angkasa, jadi baik yang sudah ada
mengenai tanah yang sudah dipunyai orang dengan sesuatu hak dibatasi
oleh isi dari hak itu, artinya sampai seberapa jauh negara memberi
(1)“Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam
yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh
(2)Hak-hak atas tanah yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini memberi
pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada di atasnya sekedar
Analisa :
Maksud dari isi pasal ini adalah Berdasarkan bdapat diartikan
bahwa hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang kepada
Negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat
dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang
Analisa :
Maksud dari isi pasal ini adalah Pasal ini merupakan jaminan bagi
yang layak
Pencabutan Hak atas Tanah dan Benda-benda yang ada di atasnya. Dengan
mengacu kepada UUPA No.5 1960, kita dapat menarik kesimpulan bahwa
pokok yaitu dalam rangka menciptakan keadilan sosial bagi rakyat dan sudah
memberikan jaminan ganti kerugian yang layak bagi rakyat yang tanahnya
“Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat
dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam pasal 6.”.
Analisa ;
Maksud dari isi pasal ini ialah memuat ketentuan hukum mengenai
definisi hak milik yaitu sebagai hak turun temurun, terkuat, dan terpenuh
yang dapat dimiliki orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan Pasal 6
meninggal dunia, maka hak milik tersebut dapat dilanjutkan oleh ahli
Terkuat, yaitu bahwa hak milik atas tanah lebih kuat dibandingkan
dengan hak atas tanah lainnya, tidak memiliki batas waktu tertentu, mudah
atas tanah lainnya, dapat menjadi induk dari hak atas tanah lainnya, tidak
berinduk pada hak atas tanah lainnya, dan penggunaan tanahnya lebih luas
walaupun hak milik atas tanah merupakan hak atas tanah yang terkuat dan
terpenuh, namun bukan berarti hak milik merupakan hak yang mutlak, tak
jumlah penduduk dan meningkatnya kebutuhan lain yang berkaitan dengan tanah.
Tanah tidak saja sebagai tempat bermukim, tempat untuk bertani tetapi juga
dipakai sebagai jaminan mendapatkan pinjaman di bank, untuk keperluan jual
umum bagi orang atau badan hukum menuntut adanya jaminan kepastian
Disatu sisi berlaku hukum-hukum tanah hak kolonial belanda, tanah yang
tunduk dan diatur Hukum Perdata Barat yang sering disebut Tanah Barat atau
Tanah Eropa misalnya tanah hak eigendom, hak opstall, hak erfpacht dan lain-
lainnya. Penguasaan tanah dengan hak penduduk asli atau bumi putera yang
tunduk pada Hukum Adat yang tidak mempunyai bukti tertulis, yang dipunyai
penduduk setempat sering disebut tanah adat misalnya tanah hak ulayat, tanah
pada zaman penjajahan antara lain yaitu Agrarische Wet (Stb. 1870 Nomor 55),
II tentang Kebendaan, salah satunya yang mengatur tentang masalah hak atas
tanah.
Dengan adanya Hukum Pertanahan Nasional diharapkan terciptanya
• bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha, hak
• tanah wakaf;
• hak tanggungan;
• tanah negara;
eigendom, hak opstal, hak erfpacht serta hak penduduk asli atau bumi putera
yang tunduk pada Hukum Adat yang tidak mempunyai bukti tertulis, yang dipunyai
penduduk setempat sering disebut tanah adat misalnya tanah hak ulayat, tanah
yang berasal dari hak-hak barat tidak bisa didaftar. Jika tanah- tanah ini tidak
bisa didaftarkan tentukan akan merugikan para pemilik tanah, karena mereka
tentu akan kehilangan haknya. Oleh karena itu diperlukan suatu cara agar tanah
ini dapat didaftarkan, maka cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan
konversi terhadap tanah yang bersumber dari hak barat tersebut. Dengan
adanya konversi tanah dari hak-hak barat diharapkan masyarakat tidak ada yang
didaftarkan.
Tahun 1960. Peraturan Menteri Pertanahan dan Agraria (PMPA) Nomor 2 Tahun
1960.
perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah atau menghasilkan Surat
Tanda Bukti Hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.
tidak serta merta hapus dan tetap diakui, akan tetapi untuk dapat menjadi hak
milik atas tanah sesuai dengan sistem yang diatur oleh UUPA, harus
a. Prinsip Nasionalitas
Dalam Pasal 9 UUPA, secara jelas menyebutkan bahwa hanya
Hukum yang dapat mempunyai hak Milik atas Tanah, antara lain : Bank-
sosial yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian atau mendengar Menteri Sosial.
yang pernah tunduk kepada Hukum Barat maupun Hukum Adat yang
UUPA.
maka hak-hak atas tanah yang pernah tunduk kepada Hukum Barat dan
Hukum Adat harus disesuaikan dengan hak-hak yang diatur oleh UUPA.
hak baru atas tanah-tanah yang akan tunduk kepada Hukum Barat. Setelah
Pokok Agraria seperti Hak milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan
dan Hak Pakai. Seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya
tanah milik orang lain. Hak Opstal menurut Pasal 711 KUH Perdata
Swapraja
Khusus konversi hak atas tanah yang berasal dari tanah hak
barat terdapat 3 (tiga ) hak yang dikonversi ke dalam UUPA, yaitu; Hak
Eigendom, Hak Erfpacht, Hak Opstall. Apabila kita cermati arti konversi
diatas, bahwa ada suatu peralihan atau perubahan dari hak tanah
tertentu kepada hak tanah yang lain, yaitu perubahan hak lama yang
khususnya sebagaimana diatur dalam pasal 16 ayat (1) antara lain hak
milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak pakai.
hak atas tanah yang berasal dari tanah hak barat, sebagaimana
PASAL I:
undang ini menjadi hak pakai tersebut dalam Pasal 41 ayat 1, yang
tersebut diatas.
20 Tahun.
(4)Jika hak eigendom tersebut dalam ayat (1) pasal ini dibebani
dengan hak opstal atau hak erfpacht, maka hak opstal dan hak
Tahun.
(5)Jika hak eigendom tersebut dalam ayat 3 Pasal ini dibebani dengan
hak guna bangunan tersebut dalam ayat (1) dan ayat (3) pasal ini,
Undang ini.
PASAL III:
menjadi hak guna usaha tersebut dalam Pasal 28 ayat 1 yang akan
selama-lamanya 20 Tahun
PASAL V:
Hak Opstall dan hak Erfpacht untuk perumahan, yang ada pada
selama sisa waktu hak opstall dan erfpacht tersebut, tetapi selama-
lamanya.
PASAL VIII:
(1)Terhadap hak-guna-bangunan tersebut dalam Pasal I ayat 3 dan
ayat 2.
ayat 2.
penggolongan konversi hak atas tanah yang bersumber dari hak barat
sebagai berikut:
ayat 3 ).
bagi individu atau badan hukum selaku pemegang hak yang sah secara
hukum.
membuktikan bahwa dialah yang berhak atas sebidang tanah, apa hak
berasal dari hak barat sebagaimana diatur dalam UUPA, pendaftarn tanah
adalah Warga Negara Indonesia tunggal maka hak itu akan dikonversikan
berlakunya UUPA harus diubah status hak atas tanah menurut ketentuan
konversi yang diatur dalam UUPA. Cara mengubah status hak atas tanah
kepemilikan yang baru, yaitu sertifikat hak atas tanah, dengan catatan hal itu
1980, jika permohonan atau pendaftaran hak atas tanah tidak dilakukan maka
a. Jika pemohon memiliki bukti hak atas tanah yang diakui berdasarkan
atas tanah, maka carra yang ditempuh adalah melalui Penegasan Konversi
Terdapat 3 ( tiga ) bukti tertulis yang dapat diajukan oleh pemilik tanah,
yaitu:
tambahan alat bukti, jika buktinya sebagian maka harus diperkuat dengan
tertulisnya senuanya tidak ada lagi maka harus diganti keterangan saksi atau
tanah dari pemohon dan dikuatkan oleh keterangan saksi tentang kepemilikan
tanah tersebut, tapi juga tergantung pada lamanya penguasaan fisik tanah
lebih secara berturut-turut atau dari pihak lain yang telah menguasainya.
c. Penguasaan tanah itu tidak pernah diganggu gugat dan diakui serta
e. Bahwa jika pernyataan tersebut memuat hal-hal yang tidak sesuai dengan
sebagai berikut:
sebagaimana dimaksud dalam pasal 60 ayat (2) dan yang alat bukti
2) Hak atas tanah yang bukti kepemilikannya tidak ada tetapi telah
milik.
b. Untuk pengakuan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, tidak
4) Kartu keluarga.
7) Surat uukur/ gambar situasi ( bila sudah ada dan masih dapat
digunakan ).
dibutuhkan adalah:
3) Kartu Keluarga.
7) Surat ukur/ gambar situasi ( apabila sudah ada dan masih dapat
digunakan ).
kebijaksanaan dalam rangka pemberian hak baru atas tanah asal konversi
hak barat, pasal 1 ayat (1); “ Tanah Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan,
dan hak pakai asal konversi hak barat, yangg jangka waktunya akan berakhir
b. Surat pengantar.
Hak milik dapat diberikan kepada warga negara Indonesia dan badan-
Keagamaan, dan Badan Sosial yang ditunjuk pemerintah. Hak ini bersifat turun
temurun, terkuat, dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan
mengingat fungsi sosial tanah, maka jangka waktu berlakunya hak milik dalah
untuk waktu yang tidak ditentukan. Terhadap hak ini juga dapat hapus, apabila;
(1) Karena pencabutan hak, (2) Karena penyerahan dengan sukarela oleh
pemiliknya, (3) Karena ditelantarkan, (4) Beralih kepada orang asing, (5)
Tanahnya musnah.
Sementara ittu terhadap hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak
waktu berlakunya HGU adalah 5 tahun dan dapat diperpanjang paling lama
25 tahun, dan apabila waktu tersebut berakhir maka kepada pemegang hak
b. Hak Guna Bangunan (HGB) diberikan kepada WNI, badan hukum yang
hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh negara atau milik orang lain,
tahun atau untuk jangka waktu yang tidak ditentukan dengan syarat selama
pemerintah daerah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah,
e. Hak milik atas satuan rumah susun; hak milik ini diberikan atas pemilikan
secara terpisah, terutama untuk tempat hunian atau bukan hunian, yang
Kesimpulan
berlakunya UUPA untuk masuk kedalam sistem dari UUPA, atau dengan kata
lain adanya peralihan, perubahan (omzetting) dari suatu hak kepada suatu hak
lain. Adapun yang menjadi landasan hukum bagi pelaksanaan konversi hak
yang terdiri atas 9 (sembilan) pasal yang mengatur tiga jenis konversi yaitu;
konversi hak atas tanah yang bersumber dari hak- hak Indonesia,konversi hak
atas tanah bekas Swapraja dan konversi hak atas tanah yang berasal dari
hak-hak barat. Khusus mengenai hak atas tanah yang berasal dari hak-hak
barat seperti, hak eigendom, hak opstal, hak erfpacht, dengan berlakunya
dinyatakan bahwa semua hak yang ada sebelum berlakunya UUPA beralih
menjadi hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, dan hak pakai.
berarti telah diberikan jangka waktu yang relative lama sampai 20 tahun sejak
dengan segala sifatnya yang tidak sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Dengan demikian setiap hak atas tanah barat hanya dapat dikonversi
sesuai jangka waktu yang telah ditetapkan, apabila lewat jangka waktu tersebut
maka hak atas tanah tersebut akan dibawah kekuasaan negara. Selanjutnya
bukti hak atas tanah yang muncul setelah jangka waktu tersebut, maka kepada
tanah. Untuk selanjutnya akan di proses sebagai pemegang hak yang sah atas
berasal dari hak barat meliputi 2 kondisi yakni; (1) hak-hak yang dapat
dikonversi langsung, (2) pengakuan hak/ penegasan konversi, jadi setiap hak-
hak atas tanah perlu dilakukan legalisasi kepemilikan hak baik secara fisik
Pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo fungsi dan tugas dari
b. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak
Nasional.
Nasional.
9 tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas
Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia.
Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan
Pada era 1960 sejak berlakunya Undang – Undang Pokok Agraria (UUPA)
sampai pada tingkat Kantah, namun ketika dalam naungan Departemen Dalam
Negeri hanya melalui Dirjen Agraria sampai ketingkat Kantah. disamping itu
a. 1960
pemerintah karena pada saat itu Indonesia masih mengalami masa transisi.
b. 1965
Pada tahun 1965 agraria dipisah dan dijadikan sebagai lembaga yang
terpisah dari naungan menteri pertanian dan pada saat itu menteri agraria
c. 1968
saat itu dimasukan dalam bagian departemen dalam negeri dengan nama
direktorat jenderal agraria. selama periode 1968 – 1990 tetap bertahan tanpa
ada perubahan secara kelembagaan begitupula dengan peraturan yang
diterbitkan.
d. 1988 – 1990
nasional yang kemudian dipimpin oleh Ir.Soni Harsono dengan catur tertib
e. 1990
Harsono. pada saat itu penambahan kewenangan dan tanggung jawab yang
f. 1998
Pada tahun ini masih menggunakan format yang sama dengan nama
hanya pada puncuk pimpinan saja yakni Ir.Soni Harsono diganti dengan
g. 2002–2006
h. 2006 – 2012
Pada tahun 2006 sampai 2012 BPN RI dipimpin oleh Joyo Winoto,
Ph.D. dengan 11 agenda kebijakannya dalam kurun waktu lima tahun tidak
sebelumnya.
i. 2012 – 2014
j. 2014 – sekarang
naungan Menteri Agraria dan Tata Ruang. Jabatan Kepala BPN dijabat
oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang yang dijabat oleh Sofyan Djalil.
Nasional Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian
Pasal 721
Pasal 722
Pasal 723
peraturan perundang-undangan.
Pasal 724
Pasal 725
berkala.
Pasal 726
Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata
laporan tepat pada waktunya serta laporan akuntabilitas kinerja sesuai dengan
Pasal 727
Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan satuan organisasi wajib diolah
dan dipergunakan sebagai bahan untuk menyusun laporan lebih lanjut dan
Pasal 728
Para Direktur Jenderal, Inspektur Jenderal, Staf Ahli dan Kepala Pusat
Pasal 729
laporan wajib disampaikan pula kepada satuan organisasi lain yang secara
4. FUNGSI BPN
Badan Pertanahan Nasional juga tidak lepas dari fungsi yang harus dijalankan.
pemetaan;
terdapat dalam Bab XIV tentang kesejahteraan sosial, Pasal 33 ayat (3) yang
berbunyi sebagai berikut: “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung dalam bumi adalah
pokok-pokok kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh negara dan
serta mendukung program yang telah dilaksanakan sektor lain pada tahaptahap
a. Pertumbuhan penduduk.
kualitas hidup.
dimanfaatkan.
e. Meningkatnya pembangunan.
penting.
yaitu:
masyarakat.
Untuk merealisasikan hal tersebut serta dalam rangka peningkatan
sekaligus merupakan gambaran tentang kondisi atau sasaran antara yang ingin
sumber informasi bagi yang memerlukan tanah sebagai sumber daya, uang
pelayanan umum yang adil dan merata. Tertib administrasi yang diharapkan
lengkap.
keamanannya.
keadaan di mana:
1) Tanah telah digunakan secara optimal, serasi dan seimbang, sesuai
penggunaan tanah.
memulihkan kesuburan tanah dan menjaga kualitas sumber daya alam serta
lingkungan hidup, baik karena alam atau tingkah laku manusia. Tertib yang
berwawasan lingkungan.
Peta merupakan gambaran permukaan bumi yang dibuat pada bidang datar
seperti kertas. Peta diambil dari Bahasa Yunani yaitu mappa yang berarti kain
penutup meja. Secara umum, pengertian dari peta adalah lembaran dari seluruh
atau sebagian permukaan bumi yang diperkecil dengan skala tertentu pada
besar objek pada peta dengan kondisi yang sebenarnya. Ilmu untuk mempelajari
kenampakan yang dipilih dari permukaan bumi atau yang ada kaitannya dengan
suatu bidang datar dan diperkecil atau diskalakan. Erwin Raiz dalam Dedy Miswar
permukaan bumi yang diperkecil sebagai kenampakannya jika dilihat dari atas
grafis dari bentuk ruang dan hubungan keruangan antara berbagai perwujudan
selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimensional. Melalui sebuah
peta kita akan mudah melakukan pengamatan terhadap permukaan bumi yang
bentuk dua dimensi yang diproyeksikan dengan sistem proyeksi tertentu dan
Terdapat 2 jenis peta berdasarkan isinya yaitu peta umum dan peta
a. Peta Umum
untuk melengkapinya.
b. Peta khusus
Peta khusus atau peta tematik yaitu peta yang menggambarkan atau
bumi. Pada peta ini, penggunaan simbol merupakan ciri yang ditonjolkan
sesuai tema yang dinyatakan pada judul peta. Termasuk pada jenis peta
3) Peta Tata Guna Lahan, menyajikan tema pola pegunungan lahan suatu
tertentu.
2. Jenis peta berdasarkan bentuk
datar, peta timbul dan peta digital. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
a. Peta datar disebut juga dengan peta dua dimensi atau peta biasa. Peta ini
dibuah di atas bidang datar seperti kertas, kanvas, kain, dll. Seperti peta
b. Peta timbul disebut juga dengan peta tiga dimensi atau peta stereometri.
Peta ini adalah peta yang dibuat dengan bentuk 3 dimensi sesuai dengan
bentuk dari permukaan bumi yang sebenarnya. Jadi akan terbentuk miniatur
c. Peta digital Merupakan peta yang tidak nyata karena tidak bisa disentuh
secara langsung oleh tangan kita. Proses pembuatan peta digital adalah
dengan menggunakan komputer. Salah satu contoh dari peta digital saat
sekarang ini adalah Google Mapas. Di jaman sekarang ini, peta ini yang
kadaster, skala besar, skala menengah dan skala kecil. Penjelasannya adalah
sebagai berikut.
a. Peta kadaster
tanah.
b. Peta skala besar
peta ini digunakan untuk menggambarkan suatu wilayah yang sempit seperti
Biasanya peta ini digunakan untuk menggambarkan wilaya yang cukup luas
seperti Provinsi.
Skala yang dimiliki oleh peta skala kecil adalah 1:500.000 atau lebih.
Peta skala kecil digunakan untuk menggambarkan wilayah yang paling luas
a. Peta induk
Peta induk adalah peta yang dihasilkan dari kegiatan survei langsung
pembuatan peta topografi sehingga peta ini juga dapat disebut sebagai peta
dasar. Tidak hanya peta topografi, peta-peta lainnya pun juga dapat dibuat
b. Peta turunan
Peta ini merupakan peta yang dibuat berdasarkan acuan peta yang
sudah ada sehingga tidak diperlukan lagi kegiatan survei secara langsung
ke lapangan.
a. Peta dinamik
b. Peta stasioner
berikut:
bentuk, batas, letak, nomor bidang dari setiap bidang tanah dan digunakan
untuk keperluan pembukuan bidang . Hal ini sesuai dengan bunyi pasal
pada suatu lembar peta pendaftaran harus digambar pada peta tersebut.
dipetakan, kecuali unsur tersebut merupakan bagian data yang penting atau
dapat digunakan untuk rekonstruksi batas bidang tanah jika diperlukan (pasal
141). Nomor identifikasi bidang (NIB) digunakan sebagai identifier untuk dapat
berhubungan atau korelasi dengan data lain yang menyangkut satu bidang atau
bidang-bidang tanah (pasal 21 PP24/1997 dan pasal 142 ayat 3). Dalam
peta pendaftaran hanya ditulis 5 (lima) digit terakhir mengingat batas wilayah
menggunakan sistim koordinat lokal atau nasional. Semua bidang tanah yang
tercakup pada lembar peta harus dapat dipetakan sesuai keadaan dilapangan.
Sehingga pada suatu lokasi administrasi desa/ kelurahan tidak perlu lagi
menggunakan banyak peta dengan banyak sistim koordinat, tetapi hanya ada
satu sistim koordinat yaitu lokal/ nasional. Apabila menggunakan sistim lokal,
seperti yang ditentukan oleh peraturan ini. Peta pendaftaran yang masih
menggunakan format lama disalin menjadi peta pendaftaran format yang telah
dipetakan/ dikartir diatas peta dasar pendaftaran yang berupa drafting film atau
sepia . Sebelum digunakan peta dasar pendaftaran harus terdiri atas 2 (dua)
pendaftaran :
a. Berupa peta garis atau peta foto. Jika tersedia peta foto, untuk salinan
dengan skala selain yang ditetapkan ditransformasi ke salah satu skala peta
pendaftaran yang telah ditetapkan. Peta yang dihasilkan oleh BPN atau
instansi lain, baik skala, format dan sistim koordinatnya masih belum sesuai,
ke sistim koordinat nasional jika telah tersedia titik-titik dasar teknik nasional.
e. Format peta nasional atau sistim lokal. Jika format peta masih sistim lokal,
transformasi peta.
Peta dasar pendaftaran yang memenuhi kriteria diatas akan berubah
fungsi menjadi peta pendaftaran setelah di sahkan dan selanjutnya disebut peta
pendaftaran.
skema berikut :
2) Satu Zona UTM dibagi menjadi dua zona TM3. Misalnya UTM Zona 50
Mercator.
adalah 500000.
adalah 10000000.
sama. Zona-zona UTM dibagia dua, meridian di setiap zona yang dibagi
Meskipun dari perbedaan TM3 dan UTM di atas dapat dilihat bahwa
koordinat geografis atau UTM yang telah secara luas digunakan dalam
berbagai data seperti citra satelit, GPS dan sebagainya. Perangkat pun
mendukung TM3 sangat terbatas. Selain itu dalam penggunaan di sektor lain
geografis. Berikut adalah beberapa alteratif cara konversi TM3 ke UTM yang
metode RTK ( Real Time Kinematic). Bagi yang belum tahu mengenai
sertipikat tentunya data pendukung bidang tanah yang terdaftar dan yang
bidang yang diukur sudah sesuai dengan identitas pemohon dan jumlah
masyarakat
agar tidak terjadi miss komunikasi ketika panitia mengantarkan tim ukur
Contoh data pendukung adalah data citra satelit atau foto udara pada
jalan, sungai, dan batas bidang yang sudah dan belum tersertifikat.
atau dapat berupa pematang sawah, pematang tambak atau tanda batas
tanah/kuasanya.
2) Dalam hal pengukuran dan pemetaan bidang tanah sistematis lengkap,
pemilik tanah/kuasanya.
bidang tanah yang belum terdaftar maupun bidang-bidang tanah yang telah
1) Metode Terestrial
secara langsung di lapangan dengan cara mengambil data ukuran sudut dan
menggunakan alat pita ukur, distometer, teodolit, dan elektronik total station.
2) Metode Fotogrametri
sebagai berikut :
a) Pengukuran dilakukan dengan cara melakukan identifikasi batas bidang-
bidang tanah dengan menggunakan peta foto atau peta garis hasil
fotogrametris dan menarik garis ukur (deliniasi) untuk batas bidang tanah
yang jelas dan memenuhi syarat. Metode ini hanya dapat dilaksanakan
• Minimal 1 (satu) sisi bidang tanah untuk pekerjaan dengan skala peta
kerja paling kecil 1 : 2.500 atau lebih besar (misal : skala 1 : 2.500,
• Semua sisi bidang tanah untuk pekerjaan dengan skala peta kerja
c) lebih kecil dari 1 : 2.500 (misal : skala 1 : 3.000, skala 1 : 5.000, dsb.)
bidang tanah yang sudah terdaftar dan belum terpetakan, maka bidang-
e) Untuk bidang tanah yang sudah terdaftar dan sudah terpetakan pada peta
• Sumber data
• Proyeksi Peta
• Coordinate Reference Frame yang digunakan
• Waktu perekaman
Pengukuran bidang tanah dengan GPS dapat dilakukan dengan metode Real
4) Metode Kombinasi
1. Kasus
Penyelesaian sengketa atas tanah berbasis keadilan
2. Contoh Kasus
Kasus yang terjadi ialah sengketa tanah Prokimal (proyek pemukiman TNI AL)
yang terjadi pada tahun 1998. Warga di sekitar Prokimal menggelar unjuk rasa
dengan cara memblokade jalur lintas sumatra untuk menuntut pembebasan lahan
yang dianggap miliknya. Di pihak lain, menurut keterangan TNI AL, lahan yang
diinginkan warga itu merupakan milik TNI AL yang diperoleh dengan pembelian
yang sah pada tahun 1960 seluas 3.569,205 hektare dengan lokasi yang tersebar
Indonesia) jilid 1, Jakarta: Prestasi Pustaka, hlm 328. 2 Adrian Sutedi, 2009,
Perahhan Hak atas Tanah dan Pendaftarannya, Jakarta: Penerbit Sinar Grafika,
hlm 23. Analisis Hukum Sistem Penyelesaian Sengketa Atas Tanah Berbasis
kedondong, serta di 11 desa, yakni Desa waylatai, desa kedondong, desa mutun,
desa kelapa rapat. Saat itu tanah tersebut dibeli seharga Rp 77,66 juta dan
rencananya digunakan untuk pusat pendidikan dan latihan TNI AL yang terlengkap
dan terbesar. Karena belum memiliki dana, agar tidak telantar, tanah tersebut
Saat itu tanah tersebut dibeli seharga Rp 77,66 juta dan rencananya digunakan
untuk pusat pendidikan dan latihan TNI AL yang terlengkap dan terbesar. Karena
belum memiliki dana, agar tidak telantar, tanah tersebut kemudian dijadikan area
dilaksanakan Lantamal III Surabaya sejak 20 Januari 1986 dapat terealisir BPN
pada 1993 dengan terbitnya sertifikat sebanyak 14 bidang dengan luas 3.676
hektare. Meski demikian masih ada penduduk yang belum melaksanakan pindah
dari tanah yang telah dibebaskan TNI AL. Pada 20 November 1993 Bupati
Lampung selatan saat itu mengirimkan surat kepada Komandan Lantamal III
Prokimal Grati. Kemudian Bupati Pasuruan mengajukan surat kepada KSAL pada
3 Januari 1998 untuk mengusulkan bahwa tanah relokasi untuk penduduk non
pemukim TNI AL agar diberikan seluas 500 meter persegi per kepala keluarga. 3
Secara makro penyebab munculnya kasuskasus pertanahan tersebut adalah
sangat bervariasi yang antara lain Harga tanah yang meningkat dengan cepat.
Kondisi masyarakat yang semakin sadar dan peduli akan kepentingan dan haknya.
B. Rumusan Masalah
Dari fakta yang ada penulis menentukan perumusan masalah yang akan di
keadilan?
doctrinal adalah penelitian pustaka yang mencakup bahan hukum primer, bahan
hukum sekunder maupun bahan hukum tersier. Adapun bahan hukum yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan hukum primer serta bahan hukum
tersier yang bersumber dari hasil-hasil penelitian sebelumnya dan kamus. Bahan
hukum tersebut merupakan data sekunder, sedangkan data primer diperoleh dari para
informan yang merupakan data pendukung. Analisis data dilakukan secara analisis
kualitatif.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
atas tanah yang berbasis berkeadilan dapat dicapai apabila penegak hukum memiliki
Kemampuan ini bukan hanya sekedar menjalankan suatu prosedur yang tekstual
karena apabila penegak hukum itu sendiri memberikan keputusan secara tekstual
dalam proses peradilan maka tidak akan tercapai penyelesaian sengketa yang
berkeadilan. Pola pikir penegak hukum haruslah mencakup hal-hal tentang keadilan,
bukan hanya sekadar insiden, tetapi merupakan tragedi. Celakanya, tragedy tersebut
terjadi secara berulang-ulang hingga semakin menambah panjang daftar korban dari
merupakan konflik laten. Dari berbagai kasus yang terjadi, bangkit dan menajamnya
sengketa tanah tidaklah terjadi seketika, namun tumbuh dan terbentuk dari benih-
Pihak-pihak yang bersengketa pun sebagian besar kalaupun tidak bisa disebut
meledak, rakyat lah yang kerap menanggung akibat yang paling berat.
Pada konteks kasus-kasus sengketa tanah ini, kiranya bukan sekadar desas
desus jika ada cerita, negara justru kerap melakukan kesepakatan jahat dengan para
pemilik modal. Rakyat cukup diberi ilusi semua demi negeri ini, demi terwujudnya
kehidupan masyarakat yang gemah ripah loh jinawi repeh rapih toto tengtrem kerto
raharjo. Mereka yang menolak ilusi tersebut, gampang saja solusinya tinggal
secara tanah maka semakin besar biaya yang besar dikeluarkan. dampak lanjutan
yang potensial terjadi adalah penurunan produktivitas kerja atau usaha karena selama
sengketa berlangsung, pihak- pihak yang terlibat harus mencurahkan tenaga dan
mengurangi curahan hal yang sama terhadap kerja atau usahanya. Dampak sosialnya
atas suatu wilayah dan atas tanah yang menjadi objek konflik biasanya berada dalam
keadaan status quo sehingga ruang atas tanah yang bersangkutan tidak dapat
pengadilan tata usaha negara dan namun pada kenyatannya penyelasaian yang
dilakukan oleh peradilan sebagian besar diselesaikan dengan hasil yang kurang
memuaskan, diantaranya ada perbedaan putusan yang dilakukan oleh pengadilan
umum dan Pengadilan Tata Usaha Negara untuk kasus sengketa atas tanah yang
sama. Dalam sebagian besar kasus, keputusan yang telah memiliki kekuatan hukum
tetap (inkracht van gewijsde) pun tidak dapat dieksekusi. Penyebabnya, untuk
sengketa tanah yang sama bisa terdapat beberapa putusan lain yang juga telah
bisa terjadi akibat tidak adanya data yang akurat di pengadilan atau penegak hukum.
kode etik Hakim. terhadap konflik tersebut, yang diharapkan dapat mengakomodir
Sumber Daya Alam telah mengamatkan bahwa “menghormati dan menjunjung tinggi
hak asasi manusia” adalah salah satu prinsip yang wajib ditegakkan oleh (aparat)
negara dalam penanganan sengketa agraria. Dengan merujuk pada Tap MPR ini,
cara-cara yang ditempuh oleh (aparat) negara itu tentu saja menjadi tindakan yang
tragis-ironis. Sekali lagi hal itu pun bisa menunjukkan, betapa bobroknya implementasi
hukum kita, dan betapa masyarakat yang semestinya dilindungi selalu berada dalam
posisi tidak berdaya, selalu dipersalahkan, dan menjadi korban. Malangnya, hampir
dalam setiap kasus sengketa tanah, posisi masyarakat selalu lemah atau dilemahkan.
historis” dimana tanah yang mereka miliki telah ditempati dan digarap secara turun
temurun.
sebenarnya termaktub satu ketentuan akan adanya jaminan bagi setiap warga negara
untuk memiliki tanah serta mendapat manfaat dari hasilnya (pasal 9 ayat 2). Jika
mengacu pada ketentuan itu dan juga merujuk pada PP No. 24/1997 tentang
dapat menerbitkan dokumen legal (sertifikat) yang dibutuhkan oleh setiap warga
negara dengan mekanisme yang mudah, terlebih lagi jika warga negara yang
bersangkutan sebelumnya telah memiliki bukti lama atas hak tanah mereka. Namun
sangat disayangkan pembuktian dokumen legal melalui sertifikasi pun ternyata bukan
solusi yang terbaik dalam kasus sengketa tanah. Seringkali sebidang tanah
bersertifikat lebih dari satu, pada kasus Meruya yang belakangan sedang mencuat,
misalnya. Bahkan, pada beberapa kasus, sertifikat yang telah diterbitkan pun
Dari hal tersebut setidaknya ada 3 (tiga) faktor penyebab sering munculnya
1. Sistem administrasi pertanahan, terutama dalam hal sertifikasi tanah, yang tidak
beres. Masalah ini muncul boleh jadi karena sistem administrasi yang lemah dan
mungkin pula karena banyaknya oknum yang pandai memainkan celah-celah
dalam distribusi kepemilikan tanah ini baik untuk tanah pertanian maupun bukan
sosiologis. Dalam hal ini, masyarakat bawah, khususnya petani atau penggarap
tanah memikul beban paling berat. Ketimpangan distribusi tanah ini tidak terlepas
jure), boleh jadi banyak tanah bersertifikat dimiliki oleh perusahaan atau para
pemodal besar, karena mereka telah membelinya dari para petani atau pemilik
tanah, tetapi tanah tersebut lama ditelantarkan begitu saja. Ironisnya ketika
Daerah, dan Keppres No.34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional dibidang
sebagaimana yang pernah diusulkan oleh berbagai kalangan, kiranya menjadi relevan
agraria secara serius. Belajar dari tragedi ini, jika Badan Pertanahan Nasional
mencatat ada 2.810 kasus sengketa tanah yang berskala nasional, maka dapat
dibayangkan bagaimana hebatnya bom waktu yang akan meledak jika kasus-kasus
tersebut tidak segera mendapatkan penanganan dan penyelesaian yang layak dan
yang sama antara sesama pengelola negara mengenai makna penguasaan tanah
kebutuhan penduduk akan tanah terhadap tanah yang bersifat tetap, pemerintah
peraturan penyediaan tanah untuk kepentingan perorangan dan Badan Hukum atas
kemakmuran rakyat, namun sampai hari ini barangkali masih hanya sebatas retorika.
Yang kerap terjadi justru sebaliknya dimana rakyat yang kehilangan kemakmuran
masalah pokok hingga kini belum mendapat pengaturan yang tuntas adalah masalah
tanah. Permasalahan tanah yang dari segi empiris sangat lekat dengan peristiwa
bebas.
inkonsisten dan ambivalen antara satu kebijakan dengan yang lain, atau bahkan tidak
jarang berbau politis. Struktur hukum tanah menjadi tumpang tindih. Undang- Undang
Pokok Agraria (UUPA) No. 5 Tahun 1960 yang awalnya merupakan payung hukum
peluang pada perbedaan interpretasi para birokrat, tetapi juga secara substansial
Sebagai contohnya banyak konflik- konflik dari sengketa tanah itu misalnya
sengketa tanah oleh lembaga negara dengan masyarakat, misalnya antara TNI dan
masyarakat. Dengan memiliki bekal bahwa TNI adalah ijin latihan dan menganggap
tanah itu tanah negara dan mereka juga menjalankan tugas negara maka mereka
sangat kuat untuk mengambil tanah itu tetapi dari masyarakat juga dikuatkandari
faktor sejarah yang dari turuntemurun keluarganya sudah memakai tanah tersebut.
pertanahan kita harus mengidentifikasi terlebih dahulu tanah tersebut termasuk hak
atas tanah apa, serta siapa subyeknya. Proses identifikasi itu penting, karena
Tanah. Hal ini tentunya berguna untuk dalam penyelesaian sengketa di Pengadilan
Negeri.
indonesia adalah negara hukum. Salah satu prinsip negara hukum adalah adanya
segala putusan tanpa ada intervensi atau campur tangan dari pihak lain. Sehingga
bersifat tidak memihak dalam menjalankan tugas memutus suatu perkara di peradilan.
individu penegak hukum dimana penegak hukum berfungsi sebagai penerapan teks
hukum juga memberikan penafsiran yang tepat tentang hukum, dalam rangka
meluruskan peristiwa hukum yang konkrit sehingga penegak hukum dapat bebas
besar masih merupakan warisan belanda. Pola pikir penegak hukum yang
terbelenggu legalitas formal akan menghasilkan penegakan hukum yang tidak adil.
rakyat. Untuk itu penegak hukum dalam hal ini penegak hukum haruslah seorang yang
ahli atau menguasai atas objek kasus yang ditanganinya serta memegang teguh kode
Penguasaan tanah dilakukan oleh rakyat tanpa alas hak yang sah dan dokumen
kepemilikan tanah yang tidak lengkap. Maka dalam posisi yang demikian pemerintah
dihadapkan pada suatu keadaan yang dilematis. Keadaan ini dapat melemahkan
masalah, yaitu rakyat tidak memilik bukti yang lengkap dan cukup atas tanah yang
dimilikinya. Hal ini terutama terjadi pada tanah-tanah yang belum bersertifikat, yang
disebabkan oleh pandangan adat yang masih melekat pada rakyat bahwa tanah
merupakan hak milik komunal (hak ulayat), sehingga mereka menganggap hak
penguasaan otomatis melekat pada hak penghunian atas tanah tersebut secara turun-
temurun. Keadaan itu bukannya tidak diketahui oleh pihak yang memerlukan tanah
dalam hal ini perkebunan, tetapi dengan berbagai alasan untuk melaksanakan usaha
yang telah direncanakan tetap dilakukan penguasaan lahan. Akibatnya sulit bagi pihak
yang membutuhkan tanah untuk menentukan tentang keabsahan pemegang hak
penguasaan lahan yang diakui oleh rakyat. Dalam upaya meminimalisir terhadap
itu perlu dilaksanakan beberapa upaya strategi sistem penyelesaian sengketa atas
berdasar produk (komoditas) tetapi struktur organisasi atas dasar proses. Hal ini
berdampak kebijakan yang dibuat menteri sebenarnya hanya hasil salah satu
multidisiplin).
bagi para pencari keadilan atau masyarakat yang berkonflik dan peradilan tersebut
A. Kesimpulan
1. faktor penyebab sering munculnya masalah sengketa tanah antara lain; Sistem
kepentingan negara, begitu juga dengan kasus diatas yang merupakan sengketa
dengan masyarakat tetapi hukum itu milik negara dan haruslah kembali pada
negara.
b. Yudikatif,
c. Strategi legislatif,
atas tanah.
B. Saran
Dari uraian yang telah di kemukakan di atas, maka dapat disarankan bahwa
semua hukum yang ada pada negara ini, telah dimasuki kepentingan negara claim
rangka mencapai cita-cita bangsa dan tujuan negara. Jadi hukum tersebut bisa
dikatakan sebagai salah satu cara yang dilakukan pemerintah untuk mencapai cita-
cita bangsa dan tujuan negara Indonesia yang sudah tertera pada Pembukaan
Undang-undang Dasar 1945. Salah satunya yaitu mensejahterakan rakyat. Menjadi
warga negara yang baik harus tahu akan hukum serta tidak hanya tahu, juga haruslah
melaksanakan hukum tersebut. Untuk menjadi warga negara Indonesia yang baik
(good citizen), maka harus taat dan mengerti akan hukum. Hal itulah yang ditujukan
ditingkatkan di Indonesia agar tidak terjadi konflik-konflik dari yang ditimbulkan oleh