Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN MENTORING PERIODE SATU

Nama Peserta :
NUPTK :
Nomor Peserta PLPG :
Bidang Studi Sertifikasi :
Sekolah Asal :

A. Ringkasan Materi
1. Karakteristik Peserta Didik
Penting bagi guru untuk memahami karakteristik anak didiknya,
sehingga tujuan pembelajaran, materi yang disiapkan dan metode yang
dirancang untuk menyampaikan materi benar- benar sesuai dengan
karakteristik peserta didiknya. Perbedaan karakteristik anak, salah
satunya dapat dipengaruhi oleh perkembangannya. Ada dua metode
untuk meneliti perkembangan manusia, yaitu: longitudinal dan cross
sectional. Dalam metode longitudinal, peneliti mengamati dan
mengkaji perkembangan satu atau banyak orang yang sama usianya
dalam waktu yang lama. Sementara, pada metode cross sectional,
peneliti mengamati dan mengkaji banyak anak dengan berbagai usia
dalam waktu yang sama.
Beberapa teori perkembangan yang menjadi acuan dalam bidang
pendidikan, antara lain:
a. Jean Jacques Rousseau
Menurut Rousseau, perkembangan anak terbagi menjadi empat
tahap, yaitu: 1) masa bayi infancy (0-2 tahun), yang merupakan
masa perkembangan fisik; 2) masa anak/ childhood (2-12
tahun). Pada masa ini, aspek- aspek seperti: kemampuan
berbicara, berpikir, intelektual, moral mulai berkembang; 3)
masa remaja awal (12-15 tahun), ditandai dengan
perkembangan kemampuan bernalar dan intelektual; 4) masa
remaja (15- 25 tahun). Pada masa ini terjadi perkembangan
pesat pada aspek seksual, sosial, moral dan nurani.
b. Stanley Hall
Menurut Stanley Hall, cepat lambatnya perkembangan
psikologis manusia dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Stanley Hall membagi masa perkembangan manusia menjadi
empat tahap, yaitu: 1) masa kanak- kanak (0- 4 tahun); 2) masa
anak (4- 8 tahun). Pada masa ini, anak mulai mempelajari
lingkungan sekitarnya; 3) masa puber (8- 12 tahun). Pada masa
ini, anak mulai belajar pada aspek sosial, emosi, moral dan
intelektual; 4) masa remaja (12- dewasa). Anak sudah dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang selalu berubah.
c. Robert J. Havigurst
Robert J. Havigurst menyusun tahap- tahap perkembangan
menjadi lima tahap berdasarkan problema yang harus

dipecahkan dalam setiap fase, yaitu: masa bayi (0- tahun),

masa anak awal ( tahun), masa anak ( tahun – pubesen),

masa adolesense awal (pubesen- pubertas), dan masa


adolesence (pubertas- dewasa).
d. Jean Piaget
Piaget lebih memfokuskan kajiannya dalam aspek
perkembangan kognitif anak dan mengelompokkannya dalam
empat tahap, yaitu: 1) tahap sensorimotorik (0- 2 tahun). Pada
masa ini, kemampuan anak terbatas pada gerak- gerak reflek,
bahasa awal dan ruang waktu sekarang saja; 2) tahap
praoperasional (2- 4 tahun). Pada tahap pra operasional,
kemampuan bahasa mulai berkembang, tetapi anak belum
dapat berpikir abstrak, dan kemampuan persepsi waktu ruang
juga masih terbatas; 3) tahap operasional konkrit (7- 11 tahun).
Pada masa ini, anak sudah mampu menyelesaikan tugas- tugas
menggabungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan,
melipat dan membagi; 4) tahap operasional formal (11- 15
tahun). Pada tahap operasional formal, anak sudah mampu
berpikir tingkat tinggi, seperti berpikir secara deduktif,
induktif, menganalisis, mensintesis, mampu berpikir secara
abstrak dan secara reflektif, serta mampu memecahkan
berbagai masalah.
e. Lawrence Kohlberg
Menurut Kohlberg, perkembangan moral kognitif anak terbagi
menjadi tiga tahapan, yaitu: 1) Preconventional moral
reasoning, meliputi: obidience and paunisment orientation
(berorientasi pada konsekuensi fisik dari perbuatan benar-
salahnya/ hukuman dan kepatuhan) dan Naively egoistic
orientation (berorientasi pada perbuatan yang menguntungkan/
memuaskan keinginan sendiri); 2) conventional moral
reasoning, meliputi: good boy orientation (anak berorientasi
pada perbuatan yang baik, adalah yang menyenangkan,
membantu/ disepakati oleh orang lain) dan authority and social
order maintenance orientation (anak berorientasi pada aturan
dan hukum); 3) Post conventional moral reasoning, yaitu:
contranctual legalistic orientation (anak peduli pada hak azasi
individu, dan menganggap bahwa segala sesuatu yang baik
adalah yang disepakati oleh mayoritas masyarakat) dan
conscience or principle orientation (berorientasi pada prinsip-
prinsip etika yang bersifat universal)
f. Erick Homburger Erickson
Erickson mengemukakan delapan tahap perkembangan
psikososial, antara lain: (1) Basic trust vs mistrust (0- 1 tahun).
Anak percaya pada sosok yang mampu menyediakan rasa
nyaman/ aman; (2) Autonomy vs shame and doubt ((2- 3
tahun). Anak mulai mempunyai keinginan dan kemauan
sendiri, serta tidak menggantungkan pada orang lain; 3)
Initiative vs guilt; 4) industry and inferiority (masa sekolah).
Anak cenderung mudah mengendur mentalnya saat mereka
mengalami kegagalan dalam melakukan sesuatu; 5) Identity vs
role confusion (remaja). Anak dihadapkan pada proses
pencarian jati diri, yang amat dipengaruhi lingkungan; 6)
intimacy vs isolation (dewasa awal). Dari segi komunikasi
dengan orang lain, anak sudah mulai bisa memilah sesuatu
yang bersifat pribadi dan umum; 7) Generativity vs stagnation
(pertengahan dewasa). Ditandai munculnya rasa tanggung
jawab, melalui bentuk perhatian dan kepedulian terhadap orang
lain; 8) Ego integrity vs despair (dewasa akhir ), merupakan
tahap akhir pada siklus kehidupan, dimana individu akan
melakukan introspeksi dan mereview kembali perjalanan
kehidupan yang telah dilaluinya.
2. Teori Belajar
a. Teori Belajar Behavioristik
Menurut teori belajar behavioristik (tingkah laku), belajar
adalah perubahan dari tingkah laku sebagai akibat dari hubungan
antara stimulus (rangsangan) dan respon. Tokoh-tokoh pada aliran
behavioristik diantaranya: Edward Lee Thorndike, Skinner, Ivan
Petrovich Pavlov dan Alberta Bandura. Thorndike mengemukakan
bahwa, belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan
respon. Lebih lanjut, Thorndike menyatakan bahwa, hubungan
antara stimulus dan respon akan mudah terbentuk apabila ada
kesiapan dari diri seseorang. Dimana, perilaku belajarnya diawali
dengan proses trial dan error (mencoba salah – mencoba sampai
benar). Selain ditentukan oleh interaksi stimulus dan respon,
perilaku belajar seseorang juga ditentukan oleh keadaan yang ada
dalam diri seseorang, baik kognitif, emosi, sosial maupun
psikomotornya.
Teori belajar stimulus- respon yang dikemukan Thorndike ini
disebut juga teori belajar koneksionisme. Seseorang dapat
melakukan respon pada situasi yang belum pernah dialami dengan
menghubungkan situasi baru tersebut dengan situasi lama yang
pernah dialami, sehingga terjadi proses perpindahan unsur-unsur
yang telah dikenal ke situasi baru. Proses perpindahan ini, juga
dapat dilakukan dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit
unsur lama. Sedangkan Pavlov mengemukakan konsep pembiasaan
(pengkondisian). Agar diperoleh respon yang diinginkan, perlu
dilakukan rangsangan secara berulang-ulang sehingga akan
membentuk suatu kebiasaan.
Lebih lanjut, Skinner berpendapat bahwa penguatan
mempunyai peranan yang amat penting dalam proses belajar
seseorang. Karena, pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan
stimulus- respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner
membagi penguatan ini menjadi dua bentuk, yaitu penguatan
positif (hadiah, pujian) dan penguatan negatif (teguran,
peringatan). Tokoh aliran behavioristik yang lain (Bandura),
berpendapat bahwa seseorang (siswa) belajar melalui meniru.
Bandura memandang, tingkah laku manusia bukan semata- mata
refleks otomatis atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang
timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan skema
kognitif manusia itu sendiri.
b. Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif berbicara tentang bagaimana
mengembangkan fungsi kognitif agar siswa dapat belajar dengan
maksimal. Tokoh- tokoh pada aliran kognitif diantaranya: David
Ausubel dan Jerome Bruner.
1. Teori Belajar dari Ausubel
Ausubel mengemukakan bahwa belajar bermakna adalah
suatu proses dikaitkannya konsep baru atau informasi baru
pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur
kognitif siswa. Menurut Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan
ke dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan
cara informasi yang disajikan pada siswa, yaitu melalui
penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara
bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada
informasi yang telah ada pada struktur kognitifnya (belajar
bermakna) dan dapat juga hanya mencoba-coba menghafalkan
informasi baru, tanpa menghubungkannya pada konsep/
informasi yang telah ada pada struktur kognitifnya (belajar
hapalan).
Oleh karenanya, pembelajaran dapat dikatakan bermakna,
apabila memenuhi prasyarat berikut. (1) Materi yang akan
dipelajari harus bermakna secara potensial; yang berarti materi
tersebut memiliki kebermaknaan secara logis dan gagasan-
gagasan yang relevan harus terdapat pada struktur kognitif
siswa. (2) Siswa yang akan belajar harus bertujuan
melaksanakan pembelajaran bermakna sehingga mempunyai
kesiapan dan niat untuk belajar bermakna.
Untuk menerapkan teori Ausubel dalam pembelajaran,
terdapat prinsip- prinsip yang harus diperhatikan, antara lain:
1) Pengaturan awal (Advance Organizer). Pengaturan awal
mengarahkan para siswa ke materi yang akan dipelajari dan
mengingatkan siswa pada materi sebelumnya, yang dapat
digunakan siswa dalam membantu menanamkan pengetahuan
baru; 2) Diferensiasi progresif. Selama pembelajaran bermakna
berlangsung terjadi pengembangan dan elaborasi konsep.
Pengembangan berlangsung paling baik, apabila unsur-unsur
yang paling umum diperkenalkan terlebih dahulu, kemudian
baru diberikan unsur yang lebih detail dan lebiih khusus; 3)
Belajar superordinat. Belajar superordinat terjadi, apabila
konsep- konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal
sebagai unsur- unsur dari suatu konsep yang lebih luas; 4)
Penyesuaian integratif. Dalam pembelajaran, bagaimana
konsep- konsep baru dihubungkan pada konsep- konsep
superordinat juga perlu diperhatikan. Guru harus
memperlihatkan secara eksplisit, bagaimana arti- arti baru
dibandingkan dan dipertentangkan dengan arti- arti
sebelumnya yang lebih sempit, dan bagaimana konsep- konsep
yang tingkatannya lebih tinggi sekarang mengambil arti baru.
2. Teori Belajar dari Bruner
Jerome Bruner memandang belajar sebagai proses kognitif,
dimana dalam belajar ini melibatkan tiga proses yang
berlangsung secara bersamaan. Tiga proses tersebut meliputi:
1) memperoleh informasi baru, 2) transformasi informasi,
dapat dilakukan dengan cara ekstrapolasi maupun dengan
mengubah menjadi bentuk lain, 3) menguji relevan informasi
dan ketepatan pengetahuan.
Lebih lanjut Bruner mengemukakan bahwa terdapat tiga
sistem ketrampilan untuk menyatakan kemampuan-
kemampuan secara sempurna, yang lebih dikenal dengan tiga
cara penyajian (modes of present), yaitu: 1) cara penyajian
enaktif. Cara penyajian enaktif merupakan bentuk representasi
sensori motor yang dibentuk melalui aksi, gerakan atau
tindakan. Anak terlibat secara langsung dalam memanipulasi
benda- benda konkrit; 2) Cara penyajian ikonik. Cara
penyajian ikonik didasarkan pada pikiran internal, yang
berkaitan dengan persepsi (tanggapan atau penerimaan dari
sesuatu) dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian
gambar- gambar atau grafik; 3) Cara penyajian simbolik. Pada
tahap ini anak mulai memanipulasi simbol- simbol atau
lambang- lambang tertentu.
c. Teori Belajar Vygotsky
Menurut Vygotsky, seseorang (siswa) dalam mengonstruksi
suatu konsep diperoleh melalui interaksi dengan lingkungan
sosialnya. Perkembangan kemampuan yang diperoleh melalui
proses belajar mandiri pada saat melakukan pemecahan masalah
disebut sebagai actual development. Sedangkan perkembangan
yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi dengan orang dewasa
(guru) maupun dengan teman sejawat yang kemampuannya lebih
tinggi disebut potential development. Area atau jarak antara actual
development dan potential developmen dikenal dengan istilah zone
of proximal development (ZPD).
Siswa bekerja dalam ZPD, manakala siswa tidak dapat
memecahkan masalah secara mandiri, tetapi dapat memecahkan
masalah tersebut setelah mendapatkan bantuan (scaffolding) dari
guru/ teman sejawatnya. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk,
dorongan, memberikan contoh dan tindakan- tindakan lain yang
memungkinkan siswa itu belajar mandiri. Dalam pembelajaran,
guru dapat memberikan bantuan sementara kepada siswa kemudian
mengurangi bantuan tersebut dan pada akhirnya menghilangkan
sama sekali, sehingga mendorong siswa untuk mengonstruksi
pengetahuannya secara mandiri.
d. Teori Belajar Van Hiele
Dalam memahami geometri, siswa akan melalui lima tahap
perkembangan berpikir. Kelima tahap tersebut antara lain: 1) Tahap
Visualisasi. Pada tahap ini, siswa hanya mengenal nama bangun
geometri, sseperti: segitiga, persegi dan lainnya. Namun, belum
dapat memahami sifat-sifat dari objek tersebut, ia hanya mengenal
berdasarkan bentuk visual dan penampilannya; 2) Tahap Analisis.
Pada tahap ini, siswa sudah mengenal bangun- bangun geometri
berdasarkan sifat- sifat yang dimilikinya; 3) Tahap Deduksi
Informal. Pada tahap ini, siswa sudah bisa memahami hubungan
antara sifat/ ciri yang satu dengan ciri yang lain pada suatu bangun,
serta memahami hubungan antara bangun yang satu dengan bangun
yang lain; 4) Tahap Deduksi. Pada tahap ini, siswa sudah dapat
menarik kesimpulan dari hal- hal yang bersifat khusus dan mampu
menyusun bukti secara formal; 5) Tahap Akurasi. Tahap ini
merupakan tahap tertinggi dalam memahami geometri. Pada tahap
ini, siswa bernalar secara formal dan dapat memahami keterkaitan
antara bentuk yang tidak didefinisikan, aksioma, definisi dan
teorema.
Menurut Van Hiele, semua siswa mempelajari geometri dengan
melalui tahap- tahap tersebut secara hierarkis. Akan tetapi, kapan
seorang siswa mulai memasuki suatu tingkat yang baru tidak selalu
sama, antara siswa yang satu dengan lainnya. Proses perkembangan
dari tahap yang satu ke tahap berikutnya bergantung pada
pengajaran dari guru dan proses belajar yang dilalui siswa.
3. Model – model pembelajaran
a. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)
Pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan
pembelajaran yang menggunakan masalah nyata dalam kehidupan
sehari- hari yang bersifat terbuka untuk diselesaikan oleh peserta
didik, yang bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan berpikir,
ketrampilan menyelesaikan masalah, ketrampilan sosial,
ketrampilan untuk belajar mandiri dan membangun atau
memperoleh pengetahuan baru. Prinsip- prinsip PBM antara lain:
penggunaan masalah nyata, berpusat pada peserta didik (student
centered), guru berperan sebagai fasilitator, kolaborasi antar
peserta didik, menekankan peserta didik untuk secara aktif
memperoleh pengetahuannya sendiri.
Adapun langkah- langkah PBM adalah sebagai berikut.
Langkah Deskripsi
Langkah 1  Guru menyajikan fenomena yang
Klarifikasi
mengandung masalah yang sesuai dengan
Permasalahan
KD atau indikator. Bentuknya bisa berupa
gambar, teks, video, vignettes, fenomena
riil, dan sebagainya.
 Peserta didik melakukan identifikasi
terhadap fenomena yang ditampilkan guru
untuk menemukan masalah dari fenomena
yang ditampilkan.
 Peserta didik melakukan klarifikasi
terhadap masalah yang ditemukan
Langkah 2  Peserta didik mengidentifikasi masalah
Brainstorming
dan melakukan brainstorming dengan
fasilitasi guru
 Guru memfasilitasi peserta didik untuk
mengklarifikasi fakta, konsep, prosedur
dan kaidah dari masalah yang ditemukan.
 Peserta didik melakukan brainstorming
dengan cara sharing information,
klarifikasi informasi dan data tentang
masalah yang ada, melakukan peer
learning dan bekerjasama.
 Peserta didik mendapatkan deskripsi dari
masalah, apa saja yang perlu dipelajari
untuk menyelesaikan masalah, deskripsi
konsep yang sudah dan belum diketahui,
menemukan penyebab masalah, dan
menyusun rencana untuk menyelesaikan
masalah
 Peserta didik mengembangkan alternatif
penyelesaian masalah
 Peserta didik menyusun dan
mengembangkan action plan untuk
penyelesaian masalah.
Langkah 3  Peserta didik melakukan kegiatan
Pengumpulan
pengumpulan data dan informasi terkait
informasi dan
dengan penyelesaian masalah,
data
perpustakaan, web, dan berbagai sumber
data yang lain serta melakukan observasi.
 Peserta didik secara mandiri mengolah
hasil pengumpulan informasi/data untuk
dipergunakan sebagai solusi dalam
menyelesaikan masalah.
Langkah 4  Peserta didik kembali melakukan
Berbagi
brainstorming, klarifikasi informasi,
informasi dan
konsep dan data terkait dengan
berdiskusi untuk
permasalahan yang ada dan menemukan
menemukan
solusinya, melakukan peer learning dan
solusi
bekerjasama (working together).
penyelesaian  Peserta didik merumuskan dan
masalah menetapkan solusi (pemecahan masalah).
 Peserta didik menyusun laporan hasil
diskusi penyelesaian masalah
Langkah 5  Peserta didik mempresentasikan hasil
Presentasi hasil
brainstormingnya tentang solusi yang
penyelesaian
dikemukakan untuk penyelesaian masalah.
masalah
 Peserta didik mempresentasikan hasil
kerjanya di depan kelas.
 Peserta didik mereviu, menganalisis,
mengevaluasi dan refleksi terhadap
pemecahan masalah yang ditawarkan
beserta reasoningnya dalam diskusi kelas.
 Peserta didik melakukan perbaikan
berdasarkan hasil diskusi
Langkah 6  Peserta didik mengemukakan ulasan
Refleksi
terhadap pembelajaran yang dilakukan.
 Guru dan siswa memberikan apresiasi atas
partisipasi semua

b. Pembelajaran Berbasis Proyek (Project- Based Learning)


Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) adalah kegiatan
pembelajaran yang menggunakan projek atau kegiatan sebagai
proses pembelajarannya untuk mencapai kompetensi sikap,
pengetahuan dan ketrampilan. Penekanan pembelajaran terletak
pada aktivitas- aktivitas peserta didik untuk menghasilkan produk
dengan menerapkan ketrampilan meneliti, menganalisis, membuat
sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran
berdasarkan pengalaman nyata.
Tujuan pembelajaran berbasis proyek ini adalah sebagai
berikut: 1) Memperoleh pengetahuan dan ketrampilan baru dalam
pembelajaran; 2) Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
pemecahan masalah proyek; 3) Membuat peserta didik lebih aktif
dalam memecahkan masalah projek yang kompleks dengan hasil
produk nyata berupa barang/ jasa; 4) Mengembangkan dan
meningkatkan ketrampilan peserta didik dalam mengelola sumber/
bahan/ alat untuk menyelesaikan tugas/ projek; 5) Meningkatkan
kolaborasi peserta didik khususnya yang bersifat kelompok.
Prinsip- prinsip dalam pembelajaran berbasis projek antara
lain: 1) Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkan
tugas- tugas projek pada kehidupan nyata untuk memperkaya
pembelajaran; 2) Tugas projek menekankan pada kegiatan
penelitian berdasarkan suatu tema atau topik yang telah ditentukan
dalam pembelajaran; 3) Tema atau topik yang dibelajarkan dapat
dikembangkan dari suatu kompetensi dasar (KD) tertentu atau
gabungan beberapa KD dalam suatu mata pelajaran, atau gabungan
beberapa KD antar mata pelajaran. Oleh karena itu, dalam satu
semester diperbolehkan hanya satu kali penugasan projek dalam
suatu mata pelajaran; 4) Penyelidikan/ eksperimen dilakukan
secara otentik dan menghasilkan produk nyata yang telah dianalisis
dan dikembangkan berdasarkan tema/ topik yang disusun dalam
bentuk produk (laporan/ hasil karya). Selanjutnya, produk tersebut
dikomunikasikan untuk mendapatkan tanggapan dan umpan balik
untuk perbaikan produk; 5) Pembelajaran dirancang dalam
pertemuan tatap muka dan tugas mandiri dalam dalam fasilitasi dan
monitoring oleh guru. Pertemuan tatap muka dapat dilakukan di
awal pada langkah penentuan projek dan di akhir pembelajaran
pada langkah penyusunan laporan dan presentasi hasil projek, serta
evaluasi proses dan hasil projek.
Langkah- langkah pembelajaran berbasis projek dijelaskan pada
tabel berikut.
Langkah Deskripsi
Langkah 1 Guru bersama dengan peserta
Penentuan projek didik menentukan tema/topik
projek
Langkah -2 Guru memfasilitasi Peserta didik
Perancangan untuk merancang langkah-langkah
langkah-langkah kegiatan penyelesaian projek beserta
pengelolaannya
penyelesaian projek
Langkah -3 Guru memberikan pendampingan
Penyusunan jadwal kepada peserta didik melakukan
pelaksanaan projek penjadwalan semua kegiatan yang
telah dirancangnya
Langkah -4 Guru memfasilitasi dan memonitor
Penyelesaian projek peserta didik dalam melaksanakan
dengan fasilitasi dan rancangan projek yang telah dibuat
monitoring guru
Langkah -5 Guru memfasilitasi Peserta didik
Penyusunan laporan dan untuk mempresentasikan dan
presentasi/publikasi hasil mempublikasikan hasil karya
projek
Langkah -6 Guru dan peserta didik pada akhir
Evaluasi proses dan hasil proses pembelajaran melakukan
projek refleksi terhadap aktivitas dan hasil
tugas projek

c. Pembelajaran Inquiry/ Discovery


Dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016, pembelajaran
inquiry disebut bersama dengan discovery. Hal ini dikarenakan,
pembelajaran ini memiliki dua proses utama, yaitu melibatkan
siswa dalam mengajukan pertanyaan (to inquire) dan peserta didik
menemukan (to discover) jawaban atas pertanyaan mereka melalui
serangkaian kegiatan penyelidikan dan kegiatan sejenis.
Pada pembelajaran Inquiry/ Discovery, pengetahuan bukan
sekedar sekumpulan fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil
dari proses menemukan/ mengkontruksi. Terdapat beberapa tujuan
pembelajaran Inquiry/ Discovery yakni: membantu peserta didik
berpikir secara analitis, mendorong siswa agar semakin berani dan
kreatif imajinasi.
Lima langkah pembelajaran Inquiry/ Discovery, nampak
pada tabel berikut.

1. Merumuskan Merumuskan pertanyaan, masalah


pertanyaan atau topik yang akan diselidiki

2. Merencanakan Merencanakan prosedur atau


langkah- langkah pengumpulan
data dan analisis data

3. Mengumpulkan Kegiatan mengumpulkan informasi,


dan menganalisis fakta, maupun data, dilanjutkan
data dengan kegiatan menganalisanya

4. Menarik simpulan Menarik simpulan- simpulan

Menerapkan hasil dan


5. Aplikasi dan mengeksplorasi pertanyaan-
Tindak lanjut pertanyaan atau permasalahan
lanjutan untuk dicari jawabnya.

4. Evaluasi hasil belajar


Berdasarkan Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015, penilaian
hasil belajar adalah proses pengumpulan informasi/ bukti tentang
capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap, pengetahuan,
dan aspek ketrampilan yang dilakukan secara terencana dan
sistematis, yang dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar,
dan perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil
belajar.
Selanjutnya, berdasarkan Permendikbud Nomor 81A tahun 2013
istilah penilaian terbagi menjadi tiga kegiatan, meski berbeda
maknanya namun ketiganya saling berkaitan. Ketiga kegiatan tersebut
meliputi: pengukuran (kegiatan membandingkan hasil pengamatan
dengan suatu kriteria/ ukuran), penilaian (proses mengumpulkan
informasi/ bukti melalui pengukuran, menafsirkan, mendeskripsikan
dan menginterpretasi bukti- bukti hasil pengukuran) dan evaluasi
(proses mengambil keputusan berdasarkan hasil- hasil penilaian).
Pada kurikulum 2013, lingkup penilaian hasil belajar yang
dilakukan oleh pendidik mencakup tiga aspek, yaitu:
a. Aspek sikap
Merujuk pada Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 dan
Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015, penilaian sikap dilakukan
untuk mengetahui tingkat perkembangan sikap spiritual dan sikap
sosial siswa. Berdasarkan Permendikbud Nomor 21 Tahun 2016,
sikap spiritual yang dimaksud meliputi keimanan dan ketakwaan.
Sementara itu, sikap sosial mencakup kejujuran, kedisiplinan,
kesantunan, kepercayaan diri, kepedulian (toleransi, kerjasama dan
gotong-royong) serta rasa tanggung jawab. Namun demikian,
sekolah dapat menambah butir- butir nilai sikap sosial dan spiritual
tersebut sesuai dengan visi misi sekolah sebagaimana tercantum
dalam KTSP sekolah yang bersangkutan. Selanjutnya, dalam
Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016, pada mata pelajaran
Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan PPKn memiliki KD- KD
yang diturunkan dari KI-1 dan KI- 2. Oleh karena itu, penilaian
perolehan butir- butir nilai sikap spiritual dan sikap sosial pada
kedua mata pelajaran tersebut selalu dikaitkan pada substansi yang
dipelajarinya. Hal ini berbeda dengan mata pelajaran lainnya
selain Pendidikan agama dan Budi pekerti, penilaian sikap
diperoleh berdasarkan hasil pembelajaran tidak langsung (indirect
teaching).
b. Aspek pengetahuan
Penilaian pengetahuan dilakukan untuk mengetahui tingkat
penguasaan kecakapan berpikir siswa dalam dimensi pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural maupun metakognitif.
Kemampuan proses berpikir dalam keempat dimensi tersebut,
berturut- turut dari tingkatan yang rendah ke tinggi, meliputi
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi
dan mencipta. Proses berpikir mengingat, memahami dan
menerapkan dikategorikan sebagai kecakapan/ kemampuan
berpikir tingkat rendah (Lower Order Thinking Skills/ LOTS).
Sementara, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta
dikelompokkan dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher
Order Thinking Skills/ HOTS). Penilaian harus mencakup semua
dimensi pengetahuan dengan seluruh tingkatan kecakapan
berpikir tersebut sesuai dengan tuntutan indikator pencapaian
kompetensi yang telah dirumuskan dari KD.
c. Aspek ketrampilan
Penilaian ketrampilan adalah penilaian yang dilakukan
untuk menilai kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan
yang meliputi aspek berpikir dan bertindak sesuai dengan
indikator pencapaian kompetensi.
Adapun fungsi penilaian ialah untuk memantau kemajuan
belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan
perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
Poin penting dari pemanfaatan penilaian adalah bagaimana
penilaian mampu meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
proses belajar. Namun, selama ini penilaian dilakukan hanya
sekedar untuk mengetahui pencapaian hasil belajar peserta didik.
Oleh karena itu, agar fungsi penilaian dapat berjalan dengan baik,
penilaian seharusnya dilaksanakan melalui tiga pendekatan
berikut, yaitu: 1) Assessment of learning, merupakan penilaian
yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Bentuk
Assessment of learning berupa ujian nasional, ujian sekolah dan
berbagai bentuk penilaian sumatif yang lain; 2) Assessment for
learning, dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan
digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses
belajar mengajar. Secara lebih spesifik, manfaat Assessment of
learning antara lain dapat memberikan umpan balik terhadap
proses belajar peserta didik, memantau dan menentukan kemajuan
belajarnya serta meningkatkan performa pendidik dalam
memfasilitasi peserta didik. Assessment of learning dapat
berbentuk tugas, presentasi, proyek dan kuis; 3) Assessment as
learning, memiliki fungsi yang hampir sama dengan Assessment
of learning. Perbedaannya, Assessment as learning melibatkan
peserta didik secara aktif dalam proses penilaian, seperti
merumuskan prosedur penilaian, kriteria dan pedoman/rubrik
penilaian. Sehingga mereka mengetahui dengan pasti apa yang
harus dilakukan agar memperoleh capaian belajar yang maksimal.
Assessment as learning dapat berupa penilaian diri dan penilaian
antar teman.
Agar hasil penilaian akurat dan dapat diterima oleh semua
pihak, maka dalam pelaksanaannya harus memperhatikan prinsip-
prinsip berikut: 1) sahih. Penilaian harus dilakukan berdasar pada
data yang mencerminkan kemampuan yang diukur; 2) Objektif.
Penilaian didasarkan pada kriteria dan prosedur yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai; 3) Adil. Penilaian tidak
menguntungkan atau merugikan peserta didik karena perbedaan
latar belakang agama, suku, budaya, status ekonomi, gender dan
hal lain; 4) Terpadu. Penilaian merupakan salah satu komponen
yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran; 5) Terbuka.
Prosedur dan kriteria penilaian harus terbuka, jelas dan dapat
diketahui oleh siapapun; 6) Menyeluruh dan berkesinambungan.
Penilaian memncakup semua aspek kompetensi dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk
memantau perkembangan kemampuan peserta didik; 7) Sistematis.
Penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah- langkah baku; 8) Beracuan kriteria. Penilaian
didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan;
9) Akuntabel. Penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari
segi teknik, prosedur maupun hasilnya.
Penilaian sikap dilakukan dengan teknik observasi/
pengamatan, penilaian diri maupun penilaian antar teman, dengan
instrumen berupa lembar observasi atau jurnal. Hasil penilaiannya
disampaikan dalam bentuk deskriptif. Penilaian pengetahuan dapat
dilakukan dengan berbagai teknik, yang disesuaikan dengan
karakteristik KD, indikator atau tujuan pembelajaran yang akan
dinilai. Teknik penilaiannya dapat berupa tes tertulis, tes lisan dan
penugasan.
Sedangkan penilaian ketrampilan dapat dilakukan dengan
teknik penilaian praktik, penilaian produk, penilaian proyek dan
penilaian portofolio. Teknik penilaian ketrampilan yang digunakan
dipilih sesuai dengan karakteristik KD pada KI- 4.Hasil penilaian
pencapaian pengetahuan dan ketrampilan dinyatakan dalam bentuk
predikat dan deskripsi.
Secara umum, prosedur penilaian hasil belajar mencakup
tiga hal, yakni: perencanaan penilaian, pelaksanaan penilaian dan
pengolahan hasil penilaian. Adapun langkah- langkah pengolahan
hasil penilaian untuk membuat deskripsi nilai sikap selama satu
semester, antara lain: (1). Guru mata pelajaran, wali kelas dan guru
BK masing- masing mengelompokkan catatan- catatan sikap pada
jurnal yang dibuatnya ke dalam sikap spiritual dan sosial; (2) Guru
mata pelajaran, wali kelas dan guru BK masing- masing membuat
rumusan deskripsi singkat sikap spiritual dan sosial berdasarkan
catatan-catatan jurnal; (3). Wali kelas mengumpulkan deskripsi
singkat sikap dari guru mata pelajaran dan guru BK. Dengan
memperhatikan deskripsi singkat sikap spiritual dan sosial dari
guru mata pelajaran, BK dan wali kelas yang bersangkutan, wali
kelas menyimpulkan capaian sikap spiritual dan sosial setiap
peserta didik. Sementara pada penilaian pengetahuan, nilai
pengetahuan diperoleh dari hasil penilaian harian (PH), penilaian
tengah semester (PTS) dan penilaian akhir semester (PAS). Pada
penilaian ketrampilan, nilai ketrampilan diperoleh dari hasil
penilaian proyek, praktik, produk dan portofolio. Hasil penilaian
dengan teknik praktik dan proyek dirata- rata untuk memperoleh
nilai akhir ketrampilan pada setiap mata pelajaran. Penulisan
capaian pengetahuan dan ketrampilan pada rapor menggunakan
angka pada skala 0 – 100, predikat (A, B, C atau D) dan deskripsi.
Hasil analisis penilaian pengetahuan berupa informasi tentang
peserta didik yang telah mencapai KKM dan belum mencapai
KKM. Bagi peserta didik yang belum mencapai KKM perlu
ditindaklanjuti dengan program remidial, sedangkan bagi peserta
didik yang telah mencapai KKM diberikan pengayaan.
Pelaporan hasil penilaian dapat berupa rekap nilai peserta
didik maupun dalam bentuk rapor untuk tiap semester. Hasil
penilaian dapat digunakan untuk: mengetahui materi yang sudah/
belum dikuasai sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk
belajar lebih sungguh- sungguh, mengetahui kemampuan dan
perkembangan peserta didik, serta dapat digunakan untuk memberi
gambaran tingkat keberhasilan pendidikan pada satuan
pendidikan. Berdasarkan hasil penilaian, kita dapat menentukan
langkah atau upaya yang harus dilakukan dalam meningkatkan
kualitas proses dan hasil belajar oleh pendidik, satuan pendidik,
orang tua, peserta didik maupun pemerintah.
B. Materi yang dianggap sulit
Semua materi dalam kompetensi pedagogik telah diuraikan secara jelas,
runtut dengan bahasa yang mudah dipahami. Selain itu, antara judul
dengan isi materi sudah sesuai.
C. Materi Esensial yang tidak ada dalam sumber belajar
Menurut saya, terdapat materi esensial yang tidak ada dalam sumber
belajar, yaitu materi tentang media pembelajaran dengan pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi. Bahwasanya dalam kompetensi
pedagogik, guru hendaknya mampu mengaplikasikan media teknologi
informasi dan komunikasi untuk mengoptimalkan pembelajaran,
khususnya dalam pembelajaran matematika. Dalam materi, perlu disajikan
pula, pentingnya penggunaan media dalam pembelajaran matematika,
seperti halnya pentingnya pengalaman dalam mengkonstruksi
pengetahuan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Edgar Dale.
D. Materi yang tidak esensial namun ada dalam sumber belajar
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan seorang pendidik dalam
mengelola pembelajaran siswa, kemampuan ini dapat dilihat dari
kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan
melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar dan
kemampuan melakukan penilaian. Semua materi yang ada dalam sumber
belajar merupakan materi yang esensial/ mendasar sehingga perlu
dipelajari supaya pendidik menguasai kompetensi pedagogik seperti yang
diharapkan. Salah satunya yaitu materi tentang teori belajar. Teori belajar
merupakan salah satu factor yang dapat menjadi pedoman atau tolak ukur
bagi seorang guru untuk melakukan proses belajar mengajar yang diingink
an. Oleh karena itu, guru sangatlah perlu untuk memahami dan mempelaja
ri teori belajar, yang akan digunakan ketika mengajar. Lebih lanjut
disebutkan dalam Permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang standar
kualifikasi akademik dan kompetensi guru, bahwa penguasaan teori belajar
dan prinsip- prinsip pembelajaran yang mendidik menjadi salah satu unsur
kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru.
E. Jawaban soal uraian
Bab 1: Karakteristik Peserta Didik
1. Ada dua metode untuk mengkaji perkembangan dan pertumbuhan
anak, yaitu: metode longitudinal dan cross sectional. Dalam metode
longitudinal, peneliti mengamati dan mengkaji perkembangan satu
atau banyak orang dari masa pra sekolah sampai masa dewasa.
Kelebihan metode ini yakni, kesimpulan yang dihasilkan lebih
menyakinkan, karena mampu mengamati tahap perkembangan dan
pertumbuhan anak pada karakteristik yang sama, sedangkan
kelemahannya, metode ini membutuhkan waktu yang sangat lama
untuk dapat mengamati perkembangan seorang anak. Sementara, pada
metode cross sectional, peneliti mengamati dari segi fisik, mental, pola
perkembangan dan kemampuannya, serta perilaku banyak anak dengan
berbagai usia dalam waktu yang sama. Kelebihan metode ini yaitu
diperlukan waktu yang singkat untuk mendapatkan hasilnya,
sedangkan kelemahannya yaitu memerlukan kehati-hatian dalam
pengambilan kesimpulan, karena perbedaan karakteristik anak juga
berpengaruh pada tahapan perkembangannya.
2. Peserta didik SMP (umur 12- 18 tahun) sudah mampu berpikir abstrak
dengan menggunakan simbol- simbol tertentu atau mengoperasikan
kaidah- kaidah logika formal tanpa memerlukan objek yang bersifat
konkrit atau bahkan objek yang visual, seperti: peningkatan
kemampuan analisis, kemampuan mengembangkan suatu
kemungkinan berdasarkan dua atau lebih kemungkinan yang ada, serta
kemampuan menarik kesimpulan. Mereka juga telah memahami hal-
hal yang bersifat imajinatif. Meskipun kemampuan kognitifnya telah
berkembang dengan cukup baik, namun perkembangan emosionalnya
masih cukup bergejolak/ belum stabil. Saat mereka berhasil melakukan
sesuatu, mereka akan merasa bangga dan puas. Namun, jika gagal,
mereka akan merasa rendah diri. Sebagian besar dari mereka masih
belum mampu mengendalikan dan mengelola emosi dengan baik.
Sementara, dari segi pertumbuhan fisiknya, organ organ seksualnya
telah mampu mempengaruhi perkembangan emosinya dan dorongan
baru seperti perasaan cinta.
3. Bahan ajar merupakan bahan atau materi yang disusun secara
sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Bahan ajar diperlukan oleh setiap guru dan siswa untuk mencapai
tujuan belajar pada setiap mata pelajaran. Oleh karenanya, bahan ajar
sebagai salah satu komponen penting dalam pembelajaran, perlu
dirancang sesuai dengan karakteristik peserta didik pada setiap satuan
pendidikan. Materi dan bahan ajar yang ada, telah sesuai dengan
karakteristik peserta didik SMP. Materi telah dirancang dengan baik
dan kreatif, dengan memanfaatkan teknologi multimedia, sehingga
mampu mengakomodir karakteristik peserta didik saat ini yang melek
teknologi. Namun, konten materi yang harus dikuasai oleh peserta
didik terlalu luas jangkauannya, khususnya untuk mata pelajaran
matematika. Sementara, waktu efektif dalam proses pembelajaran
terbatas.
4. Matematika merupakan suatu pengetahuan yang berkenaan dengan
jumlah, ukuran, penghitungan, dan sebagainya, yang dinyatakan dalam
simbol dan angka. Selain itu, matematika juga identik dengan
pemecahan masalah dan pembuktian. Oleh karena itu,
pendekatan/strategi/ metode pembelajaran hendakanya diawali dari
konkret ke abstrak, sederhana ke konsep yang kompleks serta dari
sesuatu yang mudah ke sulit. Jika dilihat dari usia SMP, metode yang
cocok untuk diterapkan, dapat berupa metode pembelajaran dengan
bantuan media/ alat peraga, khususnya benda-benda konkrit yang ada
di sekitar siswa, sehingga siswa bisa melihat kegunaan/ manfaat
mempelajari matematika kaitannya dengan permasalahan yang mereka
jumpai di kehidupan sehari-hari. Metode permainan juga dapat
diterapkan, untuk menghilangkan kejenuhan dan mengupayakan
suasana kelas yang menyenangkan, sehingga dapat memancing
kreatifitas dan keaktifan siswa.

Bab 2: Teori Belajar


1. Dalam pembelajaran matematika, ketrampilan berhitung menjadi
kemampuan yang mendasar untuk dikuasai siswa. Selain itu,
karakteristik matematika itu sendiri yang saling terkoneksi antara satu
konsep dengan konsep yang lain, satu materi dengan materi yang lain.
Dan memandang bahwa matematika, merupakan pengetahuan yang
objektif, pasti dan tidak berubah. Berdasarkan cara pandang tersebut,
seringkali, kegiatan pembelajaran yang selama ini saya lakukan
merupakan penerapan teori belajar behavioristik.
Contoh pada KD: Menjelaskan dan melakukan operasi hitung bilangan
bulat dan pecahan dengan memanfaatkan berbagai sifat operasi.
Seringkali pembelajaran yang saya lakukan pada KD ini lebih
mengutamakan pada ketrampilan berhitung siswa yaitu dengan
memperbanyak drill latihan soal. Hal ini sesuai dengan hukum latihan
pada teori belajar Thorndike.
2. Contoh permasalahan dalam pembelajaran matematika, yaitu
permasalahan dalam menentukan KPK dan FPB bentuk aljabar.
Scaffolding yang diberikan guru, antara lain: langkah pertama yaitu
dengan mengidentifikasi pemahaman siswa, untuk melihat sejauh
mana kesulitan siswa dalam memahami permasalahan KPK dan FPB,
kemudian diberikan scaffolding disesuaikan dengan tingkat kesulitan
pembelajaran. Scaffolding pada pembelajaran KPK dan FPB bisa
dilakukan dengan beberapa pendekatan. Yang pertama, pada tingkat
kesulitan dimana siswa mengalami kendala saat mengoperasikan
bilangan bulat. Pemberian scaffolding yang dilakukan guru dapat
berupa melatih berulang-ulang atau drill operasi hitung bilangan bulat.
Pada tahap menentukan operasi KPK dan FPB, terdapat siswa yang
kesulitan dalam menentukan faktor yang dikalikan. Pengorganisasian
kelas juga perlu dilakukan, yaitu dengan pembentukan kelompok kecil,
dengan memilih teman yang mampu berkomunikasi dengan siswa
yang kurang pemahamannya. Selanjutnya, pada kondisi dimana siswa
kesulitan dalam menggunakan pohon faktor, maka guru dapat
menyediakan alternatif lain dalam menentukan KPK dan FPB selain
menggunakan pohon faktor.
3. Siswa dalam suatu kelas, biasanya terdiri dari berbagai level
pengetahuan (tinggi, sedang, rendah). Agar semua siswa dapat
mengkontruksi pengetahuan dengan sempurna, guru hendaknya
mampu mengelola pembelajaran dengan tepat. Pengelolaan
pembelajaran yang dapat dilakukan antara lain: 1) guru dapat
menempatkan siswa dalam kelompok secara heterogen. Guru perlu
mengatur, kapan siswa bekerja perorangan, berpasangan maupun
berkelompok; 2) guru dapat menempatkan diri sesuai dengan peran
guru sebagai fasilitator dan motivator, sehingga terciptalah situasi yang
kondusif; 3) penggunaan strategi ataupun metode pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik setiap mata pelajaran, serta sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan; serta 4) menciptakan/ menyediakan
iklim belajar yang kondusif. Iklim belajar yang kondusif merupakan
faktor pendorong yang dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi
proses pembelajaran.
4. Contoh soal dan jawaban, beserta prediksi jawaban siswa
Tentukan hasil penjumlahan pecahan berikut!
2 3
  ...
5 7
2 3 2  7 3  5 14 15 29
Penyelesaian:      
5 7 5  7 7  5 35 35 35
Alternatif jawaban siswa, antara lain:
2 3 2  7 3  5 14 15 29
      
5 7 35 35 35 35 35
2 3 23 5
   
5 7 5  7 12
2 3 7 5 12
    
5 7 35 35 35
2 3 2  7 3 17
    
5 7 35 35 35
5. Fase- fase dalam pembelajaran Van Hiele merupakan rangkaian yang b
erurutan dan hierarki. Geometri merupakan salah satu bidang dalam m
atematika yang dianggap sulit oleh siswa. Oleh karenanya, proses pem
belajarannya harus disesuaikan dengan tingkat berpikir siswa. Dalam f
ase- fase pembelajaran Van Hiele, konsep-konsep yang dipahami secar
a implisit pada suatu tingkat menjadi lebih eksplisit pada tingkat beriku
tnya. Sehingga pemahaman dan penguasaan siswa pada materi geometr
i menjadi lebih baik.
6. Salah satu kegiatan yang sesuai dengan fase integrasi menurut model p
embelajaran Van Hiele, yakni peserta didik membuat ringkasan, denga
n mengintegrasikan apa yang telah dipelajari.
7. Fase- fase penerapan teori belajar Ausubel dalam pembelajaran:
a. Fase Perencanaan. Tahapan pertama pada fase perencanaan yaitu
menetapkan tujuan pembelajaran, kemudian mendiagnosis latar
belakang pengetahuan siswa, pengalaman siswa dan struktur
pengetahuan siswa. Latar belakang pengetahuan siswa dapat
diketahui melalui pretes, diskusi atau pertanyaan. Tahapan
selanjutnya, adalah membuat struktur materi secara hierarkis,
dilanjutkan dengan memformulasikan pengaturan awal. Pengaturan
awal dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: mengaitkan atau
menghubungkan materi pelajaran dengan struktur pengetahuan
siswa, dan mengorganisasikan materi yang dipelajari.
b. Fase Pelaksanaan. Setelah fase perencanaan, guru hendaknya
memulai pelaksanaan pembelajaran ini dengan pengaturan awal
dan menggunakannya hingga akhir pelajaran. Untuk
mempertahankan keaktifan siswa, guru hendaknya menjalin
interaksi dengan siswa melalui tanya jawab, memberi contoh dan
sebagainya yang berkaitan dengan ide yang disampaikan saat itu.
Setelah guru yakin bahwa siswa mengerti akan konsep yang
disajikan, maka ada dua pilihan langkah berikutnya yaitu:
menghubungkan atau membandingkan konsep- konsep itu melalui
rekonsiliasi integratif, atau melanjutkan dengan diferensiasi
progresif sehingga konsep tersebut menjadi lebih luas.
8. Contoh implikasi pembelajaran bermakna “Ausubel” pada
pembelajaran pokok bahasan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel
(PtLSV)
a. Fase perencanaan :
1) Menetapkan tujuan pembelajaran, yaitu: peserta didik
menentukan PtLSV, menentukan nilai variabel PtLSV dan
mengubah masalah yang berkaitan dengan PtLSV ke dalam
model matematika.
2) Mendiagnosis latar belakang pengetahuan peserta didik, latar
belakang pengetahuan peserta didik dalam memahami pokok
bahasan ini antara lain: Operasi hitung bentuk aljabar,
ketidaksamaan, persamaan linier satu variabel
3) Membuat struktur materi

Kalimat matematika Kalimat terbuka

Kalimat Terbuka Persamaan


4) Memformulasikan pengaturan awal, untukPertidaksamaan
mengajarkan pokok
bahasan PtLSV kelas VII SMP, pengetahuan yang telah
dimiliki siswa dan dapat digunakan sebagai pengaturan awal
adalah sebagai berikut: operasi hitung bentuk aljabar, pada
operasi penjumlahan dan pengurangan hanya dapat dilakukan
pada suku-suku yang sejenis; ketidaksamaan yaitu kalimat

yang menggunakan tanda hubung atau ; persamaan

dalam bentuk , dengan disebut

persamaan linier satu variabel (PLSV). Dikatakan linier karena

pangkat dari variabelnya (yaitu adalah satu; mengingat

kembali sifat-sifat yang digunakan dalam menyelesaikan


PLSV;
5) Bentuk umum PtLSV adalah dengan

b. Fase Pelaksanaan
Uraian Kegiatan Tahapan yang
dilakukan
Guru mengingatkan peserta didik tentang Pengaturan awal
operasi penjumlahan dan pengurangan
bentuk aljabar

Guru mengingatkan peserta didik tentang Pengaturan awal


bentuk ketidaksamaan

Guru mengingatkan peserta didik pada


Pengaturan awal
PLSV dan sifat- sifat yang diperlukan
dalam menyelesaikan persamaan tersebut

Guru memberi problema tentang

tentukan penyelesaian Pengaturan awal

Diferensiasi progresif
Dengan menggunakan beberapa contoh,
antara lain soal tentukan himpunan

penyelesaian Bilangan bulat Rekonsiliasi integratif

Dengan arahan guru, siswa diminta


untuk dapat menyimpulkan cara untuk
menentukan himpunan penyelesaian
pada garis bilangan

Untuk dapat menentukan penyelesaian-


penyelesaian pada garis bilangan, cukup
diambil salah satu titik saja yang
memenuhi pertidaksamaan tersebut
Tentukan himpunan penyelesaian dari Diferensiasi progresif

bilangan asli

9. Pendewasaan pertumbuhan intelektual seseorang menurut Bruner


adalah pertumbuhan intelektual ditunjukkan oleh bertambahnya
ketidaktergantungan respon dari sifat stimulus, pertumbuhan
intelektual tergantung bagaimana seseorang menginternalisasi
peristiwa-peristiwa menjadi suatu sistem simpanan yang sesuai dengan
lingkungan, dan pertumbuhan intelektual menyangkut peningkatan
kemampuan seseorang untuk berkata pada dirinya sendiri atau pada
orang lain, dengan pertolongan kata-kata dan simbol-simbol, apa yang
telah dilakukan atau apa yang dilakukan.
10. Pada belajar penemuan, konsep ditemukan sendiri oleh siswa, jadi
siswa tidak menerima pelajaran begitu saja. Dengan kata lain, siswa
mengorganisir konsepnya sendiri. Oleh karenanya, pengetahuan yang
diperoleh melalui belajar penemuan, maka pengetahuan tersebut akan
bertahan lama (bermakna). Langkah guru dalam belajar penemuan,
antara lain:
a. Guru merencanakan pelajaran, sedemikian rupa sehingga pelajaran
itu terpusat pada masalah- masalah yang tepat untuk diselidiki para
siswa.
b. Guru menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar
bagi para siswa untuk memecahkan masalah. Guru hendaknya
memulai dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Kemudian guru
mengemukakan sesuatu yang berlawanan. Dengan demikian terjadi
konflik dengan pengalaman siswa. Akibatnya timbullah masalah.
Dalam keadaan yang ideal, hal yang berlawanan itu menimbulkan
kesangsian yang merangsang siswa untuk menyelidiki masalah
tersebut, menyusun hipotesis- hipotesis dan mencoba menemukan
konsep atau prinsip yang mendasari masalah tersebut.
c. Guru dapat menyajikan dengan cara enaktif, ikonik dan simbolik.
Enaktif adalah melalui tindakan atau dengan kata lain belajar sambi
l melakukan (learning by doing). Ikonik didasarkan atas pikiran int
ernal. Pengetahuan disajikan oleh gambar- gambar yang mewakili s
uatu konsep. Simbolik adalah dengan menggunakan kata-kata atau
bahasa- bahasa.

Bab 3: KURIKULUM 2013


1. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan sejumlah kriteria
mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan dapat dicapai oleh
peserta didik setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan
pendidikan. SKL digunakan sebagai acuam utama pengembangan
standar isi, standar proses, standar penilaian, standar PTK, standar
sarpras, standar pengelolaan dan standar pembiayaan.
2. Kompetensi Inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai SKL
yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas
atau program yang menjadi landasan pengembangan Kompetensi
Dasar (KD).
3. Kompetensi dasar adalah kemampuan dan muatan pembelajaran
untuk setiap mata pelajaran yang mengacu pada kompetensi inti.
Kompetensi dasar dirumuskan untuk mencapai kompetensi inti.
Rumusan kompetensi dasar dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik dan kemampuan peserta didik, dan kekhasan masing-
masing mata pelajaran.
4. Indikator Adalah penanda pencapaian KD yang ditandai oleh
perubahan perilaku yang dapat diukur mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. IPK dikembangkan sesuai dengan karakteristik
siswa, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan
dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat
diobservasi. Dalam mengembangkan IPK perlu mempertimbangkan:
(a) tuntutan kompetensi yang dapat dilihat melalui kata kerja yang
digunakan dalam KD; (b) karakteristik mata pelajaran, siswa, dan
sekolah; (c) potensi dan kebutuhan siswa, masyarakat, dan
lingkungan/daerah.
5. Cara penyusunan Indikator dari Kompetensi Dasar
Indikator dalam kurikulum 2013 dikenal ada indikator pencapaian
kompetensi (IPK) yang terdapat dalam RPP dan indikator penilaian
yang menjadi penentu dalam menyusun kisi-kisi penulisan soal.
Penetapan indikator keduanya harus mengacu ke rumusan kompetensi
dasar. Cara menentukan indikator dari Kompetensi dasar (KD) suatu
mata pelajaran adalah sebagai berikut:
a. Cermati masing-masing rumusan kompetensi dasar, yakni KD yang
berkenaan dengan sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan atau
keterampilan. Dalam KD ini setiap mata pelajaran ada beberapa hal
yang berbeda khususnya untuk mata pelajaran Pendidikan Agama dan
Budi Pekerti serta mata pelajaran PPKn. Untuk selain mata pelajaran
tersebut, maka KD tentang sikap spiritual dan sikap sosial merupakan
pencapaian kompetensi tidak melalui pembelajaran secara langsung
(indirect teaching).
b. Perhatikan rumusan kata kerja operasional dalam Kompetensi dasar
(KD), fokuskan kata kerja tersebut sebagai bahan pertimbangan dalam
menetapkan indikator.
c. Sesuaikan karakteristik mata pelajaran, peserta didik dan sekolah
dalam menetapkan indikator.
d. Sesuaikan juga potensi atau kebutuhan peserta didik, masyarakat atau
lingkungan.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka penyusunan indikator
setidak-tidaknya mencakup dua hal yaitu tingkat kompetensi dan
materi yang menjadi media pencapaian kompetensi. Khusus untuk
aspek pengetahuan, penentuan tingkat kompetensi dapat mengacu
pada ranah kognitif taksonomi Bloom, aspek sikap dapat mengacu
pada ranah afektif taksonomi Bloom, juga aspek keterampialn dapat
mengacu pada ranah psikomotorik taksonomi Bloom.

Bab 4: Desain Pembelajaran


1. –
2. Catatan- catatan berkaitan dengan model pembelajaran Inquiry/
Discovery, yaitu: anak usia SMP pada umumnya, belum mampu untuk
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan melalui penemuannya
sendiri. Terlebih lagi, dalam aspek menciptakan ide atau gagasan yang
belum ada. Terkadang, saat guru menerapkan model pembelajaran ini,
yang peserta didik tangkap justru aktivitas-aktivitasnya. Mereka
belum mampu mengaitkan antara aktivitas yang dilakukan dengan
tujuan yang diharapkan oleh guru.
3. Kompetensi Dasar: Menganalisis aritmetika sosial (penjualan,
pembelian, potongan, keuntungan, kerugian, bunga tunggal,
persentase, bruto, neto, tara)
No Model Langkah- langkah Pembelajaran
Pembelajaran
1 Pembelajaran Langkah 1: Klarifikasi Masalah
 Guru menyajikan tayangan
Berbasis Masalah
audiovisual tentang masalah-
masalah yang melibatkan nilai
keseluruhan, nilai unit, sebagian,
harga jual dan harga beli
 Dalam kelompok, peserta didik
melakukan identifikasi terhadap
fenomena yang ditampilkan guru
 Peserta didik membaca petunjuk
pada LK dan mengamati LK
 Guru memotivasi peserta didik
untuk menuliskan dan
menanyakan permasalahan/ hal-
hal yang belum dipahami dari
masalah yang disajikan pada LK,
guru mempersilahkan peserta
dalam kelompok lain untuk
memberikan tanggapan
Langkah 2: Brainstorming
 Peserta didik melakukan diskusi
berdasarkan petunjuk dalam LK,
dalam kelompok masing-masing.
 Peserta didik dalam kelompok
melakukan brainstorming dengan
cara sharing information dan
klarifikasi informasi tentang
permasalahan yang terdapat pada
tanyangan video tersebut
Langkah 3: Pengumpulan Informasi
dan Data
 Peserta didik melakukan
eksplorasi, dimana mereka juga
diharapkan mengaitkan dengan
dunia nyata.
Langkah 4: Berbagi Informasi dan
Berdiskusi untuk Menemukan Solusi
Penyelesaian Masalah
 Guru meminta peserta didik untuk
mendiskusikan cara yang
digunakan untuk menemukan
semua kemungkinan pemecahan
masalah terkait masalah yang
diberikan
 Peserta didik dalam kelompok
masing- masing dengan bimbingan
guru untuk dapat mengaitkan,
merumuskan dan menyimpulkan
tentang nilai keseluruhan, nilai
unit, sebagian, harga jual dan
harga beli serta memberikan
bantuan untuk menyajikan hasil
pemecahan masalah yang telah
diperoleh.
 Peserta didik dalam kelompok
menyusun laporan hasil diskusi
penyelesaian masalah yang
diberikan.
Langkah 5: Presentasi Hasil
Penyelesaian Masalah
 Beberapa perwakilan kelompok
menyajikan secara tertulis dan
lisan hasil pembelajaran
berdasarkan hasil diskusi dan
pengamatan
 Peserta didik yang lain dan guru,
memberikan tanggapan dan
menganalisis hasil presentasi
meliputi tanya jawab untuk
mengkonfirmasi, memberikan
tambahan informasi, melengkapi
informasi atau tanggapan lainnya
Langkah 6: Refleksi
 Peserta didik melakukan refleksi,
resume dan membuat kesimpulan
secara lengkap dengan bantuan
guru, dari materi yang telah
dipelajari.
 Guru memberikan apresiasi atas
partisipasi semua peserta didik.
2 Pembelajaran Langkah 1: Merumuskan Pertanyaan
 Peserta didik merumuskan
Inquiry/
bagaimana cara menemukan
Discovery
untung, rugi, persentase untung
dan persentase rugi melalui LK
dengan bimbingan guru
Langkah 2: Merencanakan
 Guru memberikan informasi
terkait langkah- langkah
pengumpulan dan menganalisis
data terkait untung, rugi,
persentase untung dan persentase
rugi.
 Peserta didik mengidentifikasi
dan menganalisis LK berdasarkan
instruksi yang ada di LK
Langkah 3: Mengumpulkan Data dan
Menganalisis Data
 Peserta didik dalam kelompok
menggunakan bahan yang
tersedia, misalkan melakukan
pembuktian sesuai instruksi yang
ada dalam LK
 Guru mengajukan pertanyaan
terkait dengan pembuktian
pertama dan mengarahkan serta
memotivasi peserta didik untuk
membuktikan kembali dengan
bahan model lain yang berbeda.
 Peserta didik dalam kelompok
melakukan pengujian dan
mengolah data kembali dengan
model peraga lain.
Langkah 4: Menarik Simpulan
 Peserta didik memeriksa secara
cermat untuk membuktikan benar
atau tidaknya tentang pembuktian
penemuan tentang rumus untung,
rugi, persentase untung dan
persentase rugi.
 Guru memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk
menemukan konsep, teori, aturan
melalui contoh- contoh dalam
kehidupan sehari- hari.
Langkah 5: Aplikasi dan Tindak
Lanjut
 Perwakilan beberapa kelompok
mempresentasikan dengan
membuat kesimpulan dari hasil
penemuan dalam hasil
pembuktian tentang untung, rugi,
persentase untung dan persentase
rugi
 Peserta didik memberikan
tanggapan hasil presentasi dengan
bimbingan guru, meliputi tanya
jawab untuk mengkonfirmasi,
memberikan tambahan informasi,
melengkapi informasi ataupun
tanggapan lainnya.

Bab 5: Media Pembelajaran


1. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu (dapat berupa cara atau
alat) yang digunakan sebagai perantara/penyampai pesan sehingga
dapat membantu siswa dalam mendapat/ membangun informasi
ataupun pengetahuan. Sedangkan alat peraga merupakan bagian dari
media yang berupa seperangkat alat/ benda yang dirancang, dibuat,
disusun secara sengaja untuk membantu siswa dalam membangun atau
mengembangkan konsep atau prinsip- prinsip dalam pembelajaran.
2. Macam media berdasarkan fungsinya, yaitu:
a. Pembawa informasi, seperti: papan tulis, LCD, OHP, dan
sebagainya
b. Alat untuk menanamkan konsep, seperti: alat peraga, Lembar
kerja, dan sebagainya.
3. Ciri- ciri alat peraga manipulatif:
- Didesain seperti benda nyata yang dekat dengan lingkungan sekitar
peserta didik
- Mampu menyajikan konsep yang abstrak menjadi lebih konkret
- Berupa benda tiga dimensi yang menarik, sederhana dan mampu
membantu siswa dalam membangun konsep yang diharapkan
- Mengandung hubungan yang jelas dengan suatu konsep
matematika.
4. Media pembelajaran sederhana untuk pembelajaran kelas VII semester
1 pada pokok bahasan Operasi Hitung Bilangan Bulat.
-. Membuat model lingkaran kecil dengan menggunakan kertas, yang d
iberi tanda + dan - . Kertas + untuk menunjukkan bilangan positif, dan
kertas bertanda – untuk menunjukkan bilangan negatif.
Adapun aturan mainnya adalah saat 1 kertas + bertemu dengan 1 kertas
-, akan menjadi 0. 1 kertas + berarti 1, sedangkan 1 kertas - berarti -1.
Bab 6: PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Satuan Pendidikan : SMP N 2 BANJARNEGARA


Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VII/I (Satu)
Materi Pokok : Aritmetika Sosial
Alokasi Waktu : 2 JP (1 Pertemuan)

A. Kompetensi Inti
KI- 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
KI- 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli
(toleran, gotong royong), santun, dan percaya diri dalam
Berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
KI- 3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan
prosedural)
Berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian
tampak mata
KI- 4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca,
menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan
yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/ teori

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)


3.9 Mengenal dan Menganalisis 3.9.1 Menentukan nilai keseluruhan, nilai unit,
berbagai situasi terkait sebagian, harga jual dan harga beli
aritmetika sosial (penjualan, 3.9.2 Mengidentifikasi hubungan nilai
pembelian, potongan, keseluruhan, nilai unit, harga jual dan
keuntungan, kerugian, bunga
tunggal, persentase, bruto, harga beli
neto,tara) 3.9.3 Menghitung untung, rugi, persentase
untung dan persentase rugi
3.9.4 Mengidentifikasi hubungan untung, rugi,
persentase untung dan rugi

3.9.5 Menentukan besar diskon (rabat, bruto,


netto dan tara)
3.9.6 Mengidentifikasi hubungan diskon,
bruto, netto dan tara
3.9.7 Menentukan besar bunga tunggal dan
pajak
4.9 Menyelesaikan masalah 4.9.1 Menyelesaikan permasalahan sehari-
berkaitan dengan aritmetika hari yang melibatkan nilai keseluruhan,
social (penjualan, pembelian, unit, sebagian, harga jual dan harga beli
potongan, keuntungan, 4.9.2 Menyelesaikan permasalahan yang
kerugian, bunga tunggal, melibatkan untung, rugi, persentase
persentase, bruto, neto, tara) untung dan persentase rugi
4.9.3 Menyelesaikan permasalahan sehari-
hari yang melibatkan diskon, bruto,
netto dan tara
4.9.4 Menyelesaikan permasalahan yang
melibatkan tentang bung tunggal dan
pajak

C. Tujuan Pembelajaran
Selama dan setelah mengikuti proses pembelajaran melalui diskusi kelompok
peserta didik dapat:

1. Menentukan nilai keseluruhan, nilai unit, sebagian, harga jual dan harga
beli
2. Mengidentifikasi hubungan nilai keseluruhan, nilai unit, harga jual dan
harga beli.
3. Menyelesaikan permasalahan sehari- hari yang melibatkan nilai
keseluruhan, nilai unit, harga jual dan harga beli.
D. Materi Pembelajaran
1. Materi pembelajaran regular
 Nilai suatu barang
 Harga penjualan dan pembelian
Materi pembelajaran pengayaan

2. Materi pembelajaran remedial


Harga penjualan dan pembelian

E. Metode Pembelajaran
Pembelajaran dengan model Problem Based Learning

F. Media dan Bahan


1. Media
Media audiovisual tentang aritmetika sosial
Koperasi Sekolah
1. Bahan
Model uang
Bungkus mie instan, bungkus permen kopiko

G. Sumber Belajar:
 Buku Guru Matematika, Kelas VII Edisi Revisi 2016, Kemdikbud,
Hal 332-335
 Buku Siswa Matematika, Kelas VII Edisi Revisi 2016, Kemdikbud,
Hal
 Modul/bahan ajar,

H. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan 1. Peserta didik melakukan doa sebelum 10
belajar menit
2. Guru memeriksa kehadiran peserta didik
dan meminta peserta didik untuk
menyiapkan perlengkapan peralatan yang
diperlukan
3. Peserta didik menerima informasi tentang
I. pembelajaran yang akan dilaksanakan P
dengan materi yang memiliki keterkaitan e
dengan materi sebelumnya. n
4. Peserta didik menerima informasi tentang i
kompetensi, ruang lingkup materi, tujuan, l
manfaat, langkah pembelajaran, metode a
penilaian yang akan dilaksanakan i
5. Guru bertanya mencari informasi tentang a
penerapan aritmetika sosial dengan n
kehidupan sehari- hari dan peserta didik
menjawab dengan prediksi masing-
masing
6. Guru mengaitkan aritmetika sosial yang
diajarkan dengan kehidupan nyata

Inti Langkah 1. Klarifikasi Masalah 60


1. Guru membagi peserta didik menjadi menit
beberapa kelompok yang terdiri dari 4
orang
2. Peserta didik memperhatikan dan
mengamati penjelasan yang diberikan guru
yang terkait dengan permasalahan yang
melibatkan aritmetika sosial secara umum
3. Peserta didik dalam kelompok mengamati
tanyangan audio visual tentang masalah
yang melibatkan nilai keseluruhan, nilai
unit, harga jual dan harga beli
4. Guru memberikan LK dan peserta didik
membaca petunjuk, mengamati LK
5. Guru memotivasi peserta didik dalam
kelompok untuk menuliskan dan
menanyakan permasalahan/ hal-hal yang
belum dipahami dari masalah yang
disajikan dalam LK, serta guru
mempersilahkan peserta didik dalam
kelompok lain memberikan tanggapan,
bila diperlukan guru memberikan bantuan
komentar secara klasikal

Langkah 2. BrainStorming
6. Peserta didik melakukan diskusi dalam
kelompok masing-masing berdasarkan
petunjuk yang ada dalam LK
7. Peserta didik dalam kelompok melakukan
brainstorming dengan cara sharing
information, dan klarifikasi informasi
tentang permasalahan yang terdapat
tayangan video tentang “Perdagangan
yang ada di pasar/kantin” dan ‘Proses
Penjualan dan Pembelian”

Langkah 3. Pengumpulan Informasi dan Data


1. Teknik Penilaian
a. Kompetensi sikap spiritual
No Teknik Bentuk Contoh Waktu Keterangan
Instrume Butir Pelaksana
n Instrume an
n
1 observasi Lembar Terlampir Saat Penilaian
observasi pembelajar untuk dan
(jurnal) an pencapaian
berlangsun pembelajaran
g

b. Sikap Sosial
No Teknik Bentuk Contoh Waktu Keterangan
Instrum Butir Pelaksanaa
en Instrume n
n
1 observasi Lembar Terlampir Saat Penilaian
observasi pembelajara untuk dan
(jurnal) n pencapaian
berlangsung pembelajara
n
2 Penilaian Lembar Terlampir Saat Penilaian
diri observasi pembelajara sebagai
(jurnal) n usai pembelajara
n
3 Penilaian Lembar Terlampir Setelah Penilaian
antar observasi pembelajara sebagai
teman (jurnal) n berakhir pembelajara
n
c. Kompetensi pengetahuan
No Teknik Bentuk Contoh Waktu Keterangan
Instrume Butir Pelaksanaa
n Instrume n
n
1 Tes Pilihan Terlampir Saat Penilaian
tertulis ganda dan pembelajara untuk dan
Uraian n sebagai
berlangsung pembelajara
n

d. Kompetensi Ketrampilan

No Teknik Bentuk Contoh Waktu Keterangan


Instrume Butir Pelaksanaa
n Instrume n
n
1 Projek Masalah Carilah Di luar Penilaian
sehari- kegiatan PBM untuk,
hari di sekitar selama 1 sebagai dan
berkaitan kalian minggu pencapaian
dengan yang pembelajara
aritmetika berkaitan n
sosial dengan
aritmetika
sosial

2. Pembelajaran Remedial
Berdasarkan hasil analisis ulangan harian, peserta didik yang belum
mampu mencapai ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran remidial
dalam bentuk:

a. Bimbingan perorangan jika peserta didik yang belum tuntas


b. Belajar kelompok jika peserta didik yang belum tuntas antara 20%
dam 50 %
c. Pembelajaran ulang jika peserta didik yang belum tuntas

3. Pembelajaran Pengayaan
Berdasarkan hasil analisis ulangan harian, peserta didik yang sudah
mencapai ketuntasan belajar diberi kegiatan pengayaan dalam bentuk
penugasan untuk mempelajari soal PAS

Banjarnegara, 11 Agustus 2017

Mengetahui
Kepala SMPN 2 Banjarnegara Guru Mata Pelajaran

Akhmad, S.Pd, M.Pd Nurbaety Ningrum, M.Pd


NIP.19680308 199702 1001 NIP.19831102 201001 2022

Lampiran RPP. (1) Lembar Kerja Pertemuan Kesatu


LEMBAR KERJA (LK) 1 Sub Materi Pokok: Nilai unit,
Keseluruhan,Harga jual dan Beli

Nama Kelompok : ...................................... Kelas : VII ...


Anggota : 1 ............................… 4 ............................................
2 ..............................… 5 ............................................
3 ..................................

A. PETUNJUK UMUM:
1. Amati Lembar Kerja ini dengan seksama
2. Baca dan diskusikan dengan teman kelompokmu dan tanyakan kepada
guru jika ada hal yang kurang dipahami,
3. Setiap kelompok akan mengerjakan permasalahan yang berkaitan
dengan:
a. Menentukan nilai keseluruhan, nilai unit, sebagian, harga jual dan
harga beli
b. Mengidentifikasi hubungan nilai keseluruhan, nilai unit, harga jual
dan harga beli
c. Menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang melibatkan nilai
keseluruhan, unit, sebagian, harga jual dan harga beli

B. TUGAS/LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN:
1. Andi membeli tiga kilogram apel dengan uang sebesar Rp. 110.000,00
dan memperoleh kembalian sebesar Rp. 5.000,00.
a. Berapakah harga keseluruhan apel yang dibeli Andi?
b. Berapakah harga satu kilogram apel?
c. Berapakah harga yang harus dibayar jika Andi hendak membeli 2,5
kg?
d. Berapa kilogram apel yang diperoleh, jika Andi membayar
Rp.140.000,00?
2. Suatu ketika Bety berbelanja ke beberapa toko.
Toko A menawarkan harga selusin buku seharga Rp.24.000,00
Toko B menawarkan harga dua lusin buku dengan model yang sama
dengan toko A Rp.44.000,00
Toko C menawarkan buku yang sama dengan kedua toko tersebut
dengan harga satuan Rp. 2.250,00.
Untuk membantu Ani, manakah toko yang menawarkan harga buku
yang paling murah? Coba jelaskan!

Apa yang dapat kamu simpulkan dari Kegiatan 1 dan 2?

Nilai keseluruhan = .............................................................................

Nilai per Unit = ....................................................................................

3. Pak amin seorang pedagang buah jeruk di Ketawis. Pada saat panen
besar, Pak Amin membeli 3 keranjang jeruk dengan harga Rp.
90.000,00. Tiap keranjang berisi 10 kg jeruk. Pak amin bermaksud
menjual 1 kg jeruk tersebut ke kota lain dengan harga Rp 6.500,00.
Jika biaya transportasi yang dikeluarkan sebesar Rp.50.000,00. Berapa
harga beli dan jual keseluruhan?

Coba identifikasi bagaimana cara kalian menentukan harga beli dan


harga jual keseluruhan.

...................................................................................................................
...................................................................................................................
...................................................................................................................
..................................................................................................................

Bab 7
1. Pengertian pengukuran, penilaian dan evaluasi dalam pembelajaran
matematika
Pengukuran merupakan kegiatan membandingkan hasil pengamatan
baik melalui tes atau non tes dengan suatu kriteria atau aturan.
Penilaian adalah proses mengumpulkan dan mengolah bukti/informasi
yang telah dilakukan melalui pengukuran,untuk mengukur pencapaian
peserta didik.
Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu
program yang telah direncanakan itu tercapai atau tidak, berhasil atau
tidak.
2. Jenis penilaian hasil belajar oleh pendidik dibagi menjadi dua, yaitu
penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif dilakukan
untuk memantau kemajuan belajar dan mendeteksi kebutuhan
perbaikan proses pembelajaran. Sedangkan penilaian sumatif untuk
mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, menetapkan ketuntasan
penguasaan kompetensi dan menetapkan program perbaikan atau
pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi.
Bentuk penilaian hasil belajar oleh pendidik, diantaranya: ulangan,
pengamatan/ observasi, penugasan, dan sebagainya
3. Tujuan penilaian antara lain untuk:
a. Memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan
perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.
b. Menilai pencapaian Standar Kompetensi Lulusan untuk semua
mata pelajaran.
c. Menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata
pelajaran tertentu
Fungsi penilaian yaitu untuk memperbaiki kekurangan hasil belajar
peserta didik dalam sikap, pengetahuan dan ketrampilan pada setiap
kegiatan penilaian selama proses pembelajaran dalam satu semester,
dan untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi, menetapkan
ketuntasan penguasaan kompetensi dan menetapkan program
perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi.
Prinsip- prinsip penilaian: 1) Sahih. Penilaian harus dilakukan berdasar
pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur; 2) Objektif.
Penilaian didasarkan pada kriteria dan prosedur yang jelas, tidak
dipengaruhi subjektivitas penilai; 3) Adil. Penilaian tidak
menguntungkan atau merugikan peserta didik karena perbedaan latar
belakang agama, suku, budaya, status ekonomi, gender dan hal lain; 4)
Terpadu. Penilaian merupakan salah satu komponen yang tidak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran; 5) Terbuka. Prosedur dan
kriteria penilaian harus terbuka, jelas dan dapat diketahui oleh
siapapun; 6) Menyeluruh dan berkesinambungan. Penilaian
memncakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai
teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan
kemampuan peserta didik; 7) Sistematis. Penilaian dilakukan secara
berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah- langkah baku; 8)
Beracuan kriteria. Penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan; 9) Akuntabel. Penilaian dapat
dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur maupun
hasilnya.
4. Berdasarkan Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014, ketuntasan
belajar adalah tingkat minimal pencapaian kompetensi sikap,
pengetahuan dan ketrampilan, meliputi ketuntasan penguasaan
substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar.
Ketuntasan penguasaan substansi yaitu tingkat penguasaan atas KD
tertentu pada tingkat penguasaan minimal atau diatasnya, sedangkan
ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar terdiri atas
ketuntasan dalam setiap semester, setiap tahun ajaran dan tingkat
satuan pendidikan.
5. Teknik penilaian proses dan hasil belajar pada kompetensi sikap
spiritual dan sosial pada pembelajaran matematika
Jawab:
Penilaian sikap spiritual dan sosial pada pembelajaran matematika
dilakukan dengan menggunakan teknik observasi yang dilakukan
selama proses pembelajaran, yang ditulis dalam jurnal. Jurnal berisi
catatan anekdot, catatan kejadian tertentu dan informasi lain yang
valid dan relevan. Selain itu, penilaian diri dan penilaian antar teman
dapat dilakukan dalam rangka pembinaan dan pembentukan karakter
peserta didik, yang hasilnya dapat dijadikan sebagai salah satu data
konfirmasi dari hasil penilaian sikap oleh pendidik.
6. Jenis instrumen dan teknik penilaian proses dan hasil belajar pada
kompetensi pengetahuan dan ketrampilan
Jawab:
Penilaian proses dan hasil belajar pada kompetensi pengetahuan dapat
dilakukan dengan berbagai teknik sesuai dengan karakteristik masing-
masing KD. Teknik yang biasa digunakan antara lain: 1) Tes tertulis.
Bentuk instrumennya berupa pilihan ganda, isian, benas-salah,
menjodohkan dan uraian; 2) Tes lisan. Bentuk instrumennya berupa
tanya jawab; dan 3) Penugasan. Sementara pada kompetensi
ketrampilan, teknik penilaiannya dapat dilakukan dengan penilaian
praktik, penilaian produk, penilaian projek dan penilaian portofolio

Bab 8: Refleksi Pembelajaran dan PTK


1. Pengertian tindakan reflektif dalam pembelajaran.
Sejauhmana ruang lingkup tindakan reflektif tersebut.
Jawab:
Refleksi pembelajaran merupakan kegiatan evaluasi diri bagi seorang
guru dalam melihat kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Evaluasi diri guru dalam melaksanakan pembelajaran dapat berupa (1)
penilaian tertulis maupun lisan oleh peserta didik (siswa) terhadap
gurunya, (2) penilaian atau observasi pelaksanaan pembelajaran oleh
teman sejawat, dan (3) evaluasi diri guru dengan melakukan analisis
hasil tes tertulis, lisan maupun penugasan terhadap siswa yang
diampunya.
Ada beberapa pengertian kegiatan reflektif dalam pembelajaran, (1)
Kegiatan refleksi pembelajaran adalah sebuah kegiatan yang
dilakukan dalam proses belajar mengajar berupa penilaian tertulis
maupun lisan (umumnya tulisan) oleh anak didik kepada guru, berisi
ungkapan kesan, pesan, harapan serta kritik membangun atas
pembelajaran yang diterimanya, (2) Kegiatan refleksi pembelajaran
sebagai suatu kegiatan yang dilakukan dalam proses belajar mengajar
pada prinsipnya merupakan kegiatan menilai pendidik oleh peserta
didik, (3) Kegiatan refleksi pembelajaran merupakan kegiatan
penilaian (evaluasi) proses dan hasil belajar siswa dalam rangka
untuk memperoleh balikan terhadap proses belajar mengajar, dan (4)
Kegiatan refleksi pembelajaran merupakan kegiatan mendiagnosis
kesulitan belajar siswa dalam rangka perbaikan proses pembelajaran.
2. Tujuan melakukan tindakan reflektif
Refleksi pembelajaran perlu dilakukan guru bertujuan untuk
mengetahui kekurangan dan kelemahan dari pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Dengan mengetahui kekurangan dan kelemahan dalam
melaksanakan pembelajaran, guru dapat memperbaiki pembelajaran
berikutnya.
Mengapa refleksi itu penting dan seharusnya dilakukan oleh guru?
Karena melalui refleksi dapat diperoleh informasi positif tentang
bagaimana cara guru meningkatkan kualitas pembelajarannya
sekaligus sebagai bahan observasi untuk mengetahui sejauh mana
tujuan pembelajaran itu tercapai. Selain itu, melalui kegiatan ini dapat
tercapai kepuasan dalam diri peserta didik yaitu memperoleh wadah
yang tepat dalam menjalin komunikasi positif dengan guru.
3. Teknik atau bentuk tindakan reflektif dalam pembelajaran?
Teknik kegiatan refleksi pembelajaran antara lain meliputi : (1)
penilaian guru oleh peserta didik, (2) evaluasi proses dan hasil belajar,
(3) diagnosis kesulitan belajar, dan (4) penilaian guru oleh teman
sejawat.
4. Peran evaluasi pembelajaran dalam melakukan tindakan reflektif
antara lain :
a. alat pengukur pencapaian tujuan pembelajaran
b. alat mendiagnostik kesulitan belajar siswa.
c. alat penempatan siswa sesuai minat dan bakat siswa
5. Jenis PTK yang sering dilakukan oleh guru adalah jenis Penelitian
Tindakan Kelas Partisipan. Hal ini dikarenakan guru yang
melaksanakan penelitian terlibat secara langsung dalam proses
penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa
penyusunan laporan. Sejak perencanan penelitian, peneliti senantiasa
terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat, dan mengumpulkan
data, lalu menganalisis data serta berakhir dengan melaporkan hasil
penelitiannya.
6. Jenis-jenis Penelitian Tindakan kelas (PTK) menurut model
pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
a. Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Kurt Lewin
Kurt Lewin menyatakan bahwa dalam satu siklus pada penelitian
tindakan kelas terdiri dari empat langkah, yakni: (1) Perencanaan
(planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) Observasi
(observing), dan (4) refleksi (reflecting).
Berikut ini adalah skematis model penelitian tindakan kelas
manurut Kurt Lewin.

Gambar 1. Rancangan Penelitian Tindakan Model Kurt Lewin


b. Model Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kemmis & McTaggart
Model yang dikemukakan Kemmis & Taggart merupakan
pengembangan lebih lanjut dari model Kurt Lewin. Secara
mendasar tidak ada perbedaan yang prinsip antara keduanya.
Model ini banyak dipakai karena sederhana dan mudah dipahami.
Rancangan Kemmis & Taggart dapat mencakup sejumlah siklus,
masing-masing terdiri dari tahap-tahap: perencanaan (plan),
pelaksanaan dan pengamatan (act & observe), dan refleksi
(reflect).
Tahapan-tahapan ini berlangsung secara berulang- ulang, sampai
tujuan penelitian tercapai. Dituangkan dalam bentuk gambar,
rancangan Kemmis & McTaggart akan tampak sebagai berikut:

Gambar 2. Model PTK menurut Kemmis & McTaggart


c. Model Penelitian Tindakan Kelas menurut John Elliot
Apabila dibandingkan dua model yang sudah diutarakan di atas,
yaitu Model Kurt Lewin dan Kemmis-McTaggart, PTK Model
John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci.

Gambar 3. Model PTK menurut John Elliot


7. Struktur dan isi sebuah proposal PTK yang baik
Jawab:
Struktur proposal Penelitian Tindakan Kelas
Judul PTK, Misalnya :

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR OPERASI HITUNG BENTUK


ALJABAR MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF
TIPE STAD BAGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2
BANJARNEGARA
Disusun oleh :
Nurbaety Ningrum
SMP Negeri 2 Banjarnegara

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada bagian ini terdiri dari 3 komponen, pertama mendeskripsikan
bagaimana ideal/ seharusnya siswa belajar matematika dan bagaimana
idealnya/seharusnya guru melaksnakan pembelajaran matematika,
kedua mendeskripsikan permasalahan nyata di kelas terkait dengan
prestasi belajar matematika rendah, dan ketiga mendeskripsikan
bagaimana solusi dari permasalahan pada bagian kedua.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan kalimat pertanyaan yang terdiri
dari (1) pertanyaan bagaimana menerapkan solusi dalam
pembelajaran yang dapat menyelesaikan masalah, dan (2) pertanyaan
apakah dapat diselesaikan masalah tersebut dengan solusi terpilih.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan utama dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah
peningkatan mutu pembelajaran yang akan berujung pada peningkatan
mutu pendidikan. Oleh sebab itu tujuan penelitian ini harus sesuai
dengan rumusan masalah yang ada. Untuk itu tujuan penelitian yang
sesuai dengan rumusan masalah.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas tidak bisa digeneralisasi, maka manfaat
penelitian ini hanya ada manfaat praktis, tidak ada manfaat teoritis
yang pada umumnya hanya ditulis sebagai manfaat manfaat
penelitian. Diharapkan penelitian bermanfaat bagi siswa sebagai
subyek penelitian, bagi guru/teman sejawat sebagai acuan guru lain
dalam menulis penelitian, dan bagi lembaga dalam hal ini sekolah.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
Teori yang dikaji dalam penelitian tindakan kelas terdiri dari (1) teori
dari variabel masalah dan (2) teori dari variabel solusi.
B. Kerangka Berfikir
Kerangka berpikir merupakan alur berpikir yang disusun secara
singkat untuk menjelaskan bagaimana sebuah penelitian tindakan
kelas dilakukan dari awal , proses pelaksanaan, hingga akhir.
Kerangka berpikir dapat disusun dalam bentuk kalimat-kalimat atau
digambarkan sebagai sebuah diagram. Cara menulis kerangka berpikir
dalam bentuk rumusan kalimat-kalimat, meliputi berikut ini.
 Rumuskan kondisi saat ini (sebelum PTK dilaksanakan), secara
singkat.
 Rumuskan tindakan yang akan dilakukan, secara singkat.
 Rumuskan hasil akhir yang anda harapkan, juga secara singkat.
 Susun ketiga komponen di atas dalam sebuah paragraf yang padu.
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan mencerminkan dugaan sementara atau prediksi
perubahan yang akan terjadi pada subyek penelitian apabila
dikenai suatu tindakan. Hipotesis tindakan pada PTK umumnya
dalam bentuk kecenderungan atau keyakinan pada proses dan hasil
belajar yang akan muncul setelah suatu tindakan dilakukan. Hipotesis
tindakan berupa kalimat pernyataan yang seolah-olah menjawab
rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Seting Penelitian
Seting penelitian terdiri dari tiga komponen yaitu: (1) tempat
penelitian, (2) waktu penelitian, dan (3) subyek penelitian. Tempat
penelitian menyebutkan/ mendeskripsikan kelas dan satuan
pendidikan dimana penelitian dilakukan, waktu penelitian
menyebutkan mulai dan sampai bulan apa penelitian dilakukan, dan
subyek penelitian menyebutkan jumlah siswa yang menjadi
sasaran/subyek penelitian.
B. Prosedur Penelitian
Yang perlu dideskripsikan dalam prosedur penelitian adalah (1) jenis
dan model PTK, dan (2) siklus penelitian.
1. Jenis dan Model Penelitian
Jenis penelitian tindakan kelas ini adalah penelitian tindakan kelas
partisipan yaitu peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian
sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa penyusunan
laporan. Misal model penelitian yang diambil adalah model Kurt
Lewin.
2. Siklus Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa siklus, setiap siklus
terdiri dari empat tahapan yaitu
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan pada penelitian ini terdiri dari (1) rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) tiga kompetensi dasar (KD),
yaitu KD 1 tentang ……, KD 2 tentang …. Dan KD 3 tentang,
(2) lembar kerja siswa (LKS), dan (3) instrumen tes, observasi
kegiatan belajar siswa dan instrumen observasi kegiatan
pembelajaran.
b. Pelaksanaan (acting)
Penelitian dilaksanakan minimum tiga siklus dengan satu
siklus minimum tiga kali pertemuan, siklus pertama KD 1,
siklus kedua KD 2, siklus ketiga KD 3 dan seterusnya.
c. Pengamatan (observing)
Pengamatan dilaksanakan selama dan sesudah pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan instrumen sebagai berikut :
(1) instrumen observasi kegiatan belajar siswa, yang
dilaksanakan oleh peneliti selama proses belajar berlangsung
dengan sasaran siswa, (2) instrumen observasi kegiatan
pembelajaran, dilaksanakan oleh kolaborator (teman sejawat)
selama proses pembelajaran berlangsung dengan sasaran guru
(peneliti), dan (3) instrumen tes, dilaksanakan setiap akhir
siklus.
d. Refleksi (reflecting)
Kegiatan refleksi dilaksanakan setelah pelaksanaan
pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk menemukan
kekurangan dan permasalahan dalam pelaksanaan
pembelajaran. Hasil refleksi akan digunakan untuk perbaikan
pembelajaran pada siklus berikutnya. Kegiatan refleksi berupa
diskusi antara peneliti dengan kolaborator dengan
memperhatikan hasil analisis data hasil pengamatan
kolaborator saat pembelajaran, dan juga hasil pengamatan
peneliti terhadap proses belajar siswa serta hasil tes.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pada bagian ini perlu dideskripsikan (1) instrument penelitian yang
akan dipakai untuk memperoleh data, dan (2) jenis data yang akan
diperoleh.
1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian terdiri dari (1) instrumen pengamatan proses
belajar siswa dengan skala penilaian (1-4), (2) instrumen
pengamatan kegiatan pembelajaran dengan skala penilaian (1-4),
dan (3) intrumen tes berupa tes pilihan ganda dan uraian dengan
skala penilaian (1-100).
2. Data Penelitian
Mengacu instrument penelitian di atas, maka data penelitian terdiri
dari (1) data kualitatif hasil pengamatan menggunakan instrumen
(1) dan (2) di atas, dengan ketentuan bahwa : 4 : sangat baik, 3 :
baik, 2 : cukup dan 1 : kurang dan (2) data kuantitatif hasil tes
hasil belajar siswa dengan skala penilaian (1-100).
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif kualitatif terhadap data penelitian tindakan kelas
dengan tahapan sebagai berikut: menyeleksi, menyederhanakan,
mengklasifikasi, memfokuskan, mengorganisasi (mengaitkan gejala
secara sistematis dan logis), membuat abstraksi atas kesimpulan
makna hasil analisis. Model analisis kualitatif yang terkenal adalah
model Miles & Hubberman (1992: 20) yang meliputi : reduksi data
(memilah data penting, relevan, dan bermakna dari data yang tidak
berguna), sajian deskriptif (narasi, visual gambar, tabel) dengan alur
sajian yang sistematis dan logis, penyimpulan dari hasil yg disajikan
(dampak PTK dan efektivitasnya).
E. Indikator Kinerja
Seperti telah diuraikan di depan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan penelitian yang pelaksanaannya terdiri dari beberapa
tahapan (siklus) disarankan minimum tiga siklus. Untuk menandai
berakhirnya siklus penelitian diperlukan adanya indikator kinerja.
Indikator kinerja ditetapkan peneliti sesuai dengan permasalahan yang
ingin diselesaikan/ditingkatkan, misalnya masalah yang ingin
diselesaikan dan ditingkatkan dalam penelitian adalah motivasi
belajar, maka indikator kinerja yang ditetapkan menunjukkan
persentase minimal yang yang ditunjukkan siswa setelah mengikuti
pembelajaran. Misalnya: indikator kinerja dalam penelitian ini adalah
(1) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran minimal 70 %, dan
(2) jumlah siswa yang mencapai KKM minimal 75 %.
F. Jadwal Penelitian
Berbeda dengan waktu penelitian yang hanya disebutkan rentang
waktu awal sampai akhir penelitian, maka jadwal penelitian
disebutkan secara rinci mulai minggu keberapa bulan apa mulai
menyusun proposal sampai akhir penyusunan laporan penelitian.
8. Dalam perumusan masalah PTK harus berbeda dari penelitian jenis
lainnya, diantaranya PTK fokus pada bagaimana melakukan tindakan.
Jawab:
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan jenis penelitian tindakan.
Penelitian ini lebih menekankan pada bagaimana upaya peneliti
menyelesaikan atau mengatasi permasalahan. Tolok ukurnya adalah
indikator keberhasilan penelitian bukan sekedar menguji hipotesis
sebagaimana pada penelitian non PTK. Fokus pelaksanaan penelitian
adalah menjawab rumusan masalah. Penyelesain masalah
sebagaimana dirumuskan dalam rumusan masalah menjadi fokus
peneliti dalam melaksanakan penelitian. Langkah demi langkah dalam
melaksanakan penelitian harus dicatat secara lengkap dan dianalisis
dengan seksama sehingga apabila indikator keberhasilan belum
tercapai, peneliti harus melakukan refleksi untuk mengetahui apa yang
menjadi penyebab atau kendala belum berhasilnya penelitian yang
dilakukan. Hasil refleksi sebagai salah satu faktor penentu, apa saja
yang harus diperbaiki dan apakah tindakan untuk siklus berikutnya
harus dilakukan kembali atau bisa dicukupi pada siklus yang telah
terlaksana.
Untuk itulah, peneliti harus cermat dalam menetapkan rumusan
masalah dalam PTK. Masalah dalam PTK harus esensial, yakni
mudah dilaksanakan, murah biaya pelaksanaan, dan mendesak untuk
diselesaikan. Penetapan rumusan masalah sangat menentukan dalam
memilih alternatif tindakan penelitian. Pemilihan tindakan yang tepat
akan sangat mendukung tercapai atau tidaknya hasil penelitian secara
optimal. Mengingat urgennya tindakan dalam PTK maka pelaksanaan
tindakan harus benar-benar dilaksanakan sesuai perencanaan yang
telah disusun secara cermat dan matang sebelum penelitian
dilaksanakan. Tindakan yang dilaksanakan dengan baik akan menjadi
referensi peneliti dalam mengambil suatu kesimpulan, apakah
tindakan memiliki kontribusi dan faktor penentu dalam menyelesaikan
masalah penelitian. Hal inilah yang menjadikan tindakan merupakan
focus utama dalam PTK.

Anda mungkin juga menyukai