Anda di halaman 1dari 3

BAB IV

PEMBAHASAN

Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang secara individu terlalu kecil untuk
dilihat dengan mata telanjang. Kelompok ini mencakup bakteri, virus, dan jamur (Hidayat,
2018).

Bakteri
Bakteri merupakan organisme yang relatif sederhana karena umumnya terdiri dari
satu sel (uniseluler) dan tidak memiliki membran inti (prokariot). Struktur tubuh bakteri dari
lapisan luar hingga bagian dalam sel yaitu flagella, dinding sel, membran sel, mesosom,
lembaran fotosintetik, sitoplasma, dna, plasmid, ribosom, dan endospora. Dinding sel bakteri
sebagian besar tersusun oleh kompleks karbohidrat dan protein yang disebut dengan
peptidoglikan. Bentuk bakteri dikelompokkan dalam batang, kokus, dan spiral. Bakteri
bereproduksi secara vegetatif atau aseksual dengan melibatkan pembelahan biner
(pembelahan langsung tanpa melalui tahapan mitosis). Pembuahan seksual tidak dijumpai
tetapi terjadi paraseksual (pemindahan materi genetik dari satu bakteri ke bakteri lain tanpa
menghasilkan zigot) (Fifendy, 2017).
Habitat hidup bakteri sangat beragam bisa lingkungan laut, tanah, udara, permukaan
daun, jasad yang sudah mati, dan dalam organisme hidup. Bakteri yang hidup pada jasad
yang sudah mati, misalnya sampah, bangkai, atau kotoran disebut bakteri saprofit. Jenis
bakteri ini menguntungkan manusia karena ia menguraikan sampah-sampah organik,
contohnya, bakteri Eschericia coli yang berperan sebagai pembusuk sisa makanan dalam usus
besar. Sedangkan bakteri yang hidupnya menumpang pada makhluk hidup lain disebut
bakteri parasit. Bakteri ini biasanya bersifat merugikan makhluk hidup yang ditumpanginya
karena dapat menimbulkan penyakit. Salah satunya TBC yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis (Edward,2011).
Penyebaran penyakit TBC adalah melalui udara terkontaminasi Mycobacterium
tuberculosis yang terhirup kemudian masuk kedalam paru – paru, menyerang dinding saluran
pernafasan dengan membentuk rongga yang berisi nanah dan bakteri TBC. Bakteri ini
menyebar dan menginfeksi orang didukung oleh 3 faktor yaitu faktor agen infeksi, faktor
lingkungan, dan faktor perilaku. Pertama, faktor agen infeksi. Penderita TBC ketika batuk
atau bersin akan ikut mengeluarkan bakteri TBC ke udara. Apabila terhirup oleh orang yang
rentan penyakit TBC, orang tersebut juga akan dapat terinfeksi bakteri TBC (Prihutami dan
Sutimin, 2009).
Kedua, faktor lingkungan. Penyakit TBC juga disebabkan oleh kondisi lingkungan
permukiman yang kurang sehat dan padat penduduk. Perlu diperhatikan bahwa tipe rumah
yang tidak sehat akan berpengaruh pada penyebaran penyakit menular termasuk penyakit
TBC. Tipe rumah ini luasnya harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya agar tidak
menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya
konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah
menular kepada anggota keluarga yang lain. Diperlukan juga ventilasi yang baik agar selalu
terjadi aliran udara yang terus menerus untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-
bakteri. Kurangnya ventilasi juga akan menyebabkan kelembaban udara yang merupakan
media yang baik untuk pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/ bakteri penyebab penyakit.
Selain itu, intensitas pencahayaan atau sinar matahari yang sulit masuk ke dalam ruangan
juga menjadi penyebab berkembang biaknya bakteri penyebab TBC, karena sinar matahari itu
akan mematikan bakteri TBC secara cepat (Komariah, 2013).
Ketiga yaitu faktor perilaku. Kebiasaan merokok akan mempermudah untuk
terjadinya infeksi TBC Paru. Begitu juga dengan orang yang status gizinya kurang, dia
mempunyai resiko 3,7 kali untuk menderita TBC Paru berat dibandingkan dengan orang yang
status gizinya cukup atau lebih. Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap
kekuatan daya tahan tubuh dan respon immunologik terhadap penyakit. Selain itu, apabila
seseorang kurang perawatan diri maka akan dapat menimbulkan penyakit karena menjadi
rentan terhadap mikroorganisme. Jenis pekerjaan juga menentukan faktor risiko apa yang
harus dihadapi setiap individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan
partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran
pernafasan (Wadjah, 2014).
Penyakit TBC ini dapat dicegah dengan meningkatkan pendidikan kesehatan,
memperbaiki status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit, dan
memperbaiki kondisi lingkungan seperti kepadatan hunian dan hunian yang tidak sehat.
Kemudian juga dengan pengobatan preventif, sebagai tindakan keperawatan terhadap
penyakit inaktif dengan pemberian pengobatan INH sebagai pencegahan. Selain itu juga
melakukan pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan gejala TBC dan pemeriksaan
dengan uji tubercullin pada kelompok beresiko tinggi, seperti para emigrant, orang-orang
kontak dengan penderita, petugas dirumah sakit, petugas/guru disekolah, petugas foto
rontgen. (Wadjah, 2014).
Gejala yang dirasakan pasien TBC bermacam-macam, dapat berupa batuk berdahak
hingga berdarah atau kering lebih dari 3 minggu, Nyeri dada dan sesak napas, Nafsu makan
berkurang dan berat badan menurun, Demam tinggi yang hilang timbul (Kondisi ini membuat
pasien merasa seakan tidak pernah sembuh dari demam. Curigai gejala TBC apabila demam
lebih dari 3 minggu dan tidak jelas penyebabnya), Berkeringat di malam hari meski tidak
kegerahan, Kelelahan yang ekstrim, dan nyeri otot (Ahmad, 2013).
Apabila mengalami gejala-gejala seperti diatas, ada baiknya segera memeriksakan diri
ke dokter. Ketika dokter menyatakan anda positif mengidap penyakit TBC, dokter akan
memberikan obat sesuai resep. Peluang TBC bisa sembuh total mencapai 99% apabila Anda rutin
minum obat setiap hari selama 6 bulan berturut-turut. Jika tidak dijalani dengan benar, kuman hanya
melemah sesaat dan kemudian menguat sehingga Anda mendapat kesan bahwa penyakit Anda
“kambuh”. Padahal sebenarnya penyakit Anda tidak pernah sembuh sepenuhnya. Selain itu,
dianjurkan untuk istirahat di ruangan yang mempunyai ventilasi yang baik, makan makanan
bergizi dan mengandung vitamin tinggi, menghindari minuman beralkohol, dan melakukan
olahraga secara rutin. (Barbara, 2009).

Virus

Jamur
Jamur merupakan organisme eukariot dan tidak berklorofil, berbentuk hifa serta berdinding
sel dari selulosa. Sistem tata nama jamur menggunakan nama binominal yang terdiri dari
nama genus dan nama spesifik/spesien. Nama famili dengan akhiran (-aceae), nama ordo
dengan akhiran (-ales) dan nama klasis dengan akhiran cetes. (Fi Fendy,2017)
Mayoritas jamur tumbuh di alam dan mudah tumbuh dalam media yang mengandung
nitrogen dan karbohdrat sederhana. Jamur berhabitat di tempat-tempat lembab, basah dan
dapat hidup di organisme lain. (Roosheroe,2014)
Reproduksi jamur terbagi menjadi dua yaitu seksual dan aseksual. Reproduksi seksual
membentuk zygospora. Sedangkan reproduksi aseksual membentuk sporangia. Hifa vegetatif
jarang bersepta. Contoh : rhizopus,absidia,mucor,pilobulus. (Geo,F , 2013)
Dampak buruk yang ditimbulkan oleh jamur dibidang kesehatan adalah Candidians:
disebabkan infeksi jamur candida. Jamur ini hidup alami di tubuh. Apabila pertumbuhan
jamur tidak terkontrol maka akan jadi parasit bagi tubuh.
Madura foot : menginfeksi kaki dan tangan. Penyebabnya dari golongan actinomycete dan
streptomyces . Kaki akan membengkak, warna kulit akan berubah disertai kerusakan
jaringan. (Rooshene ,2014)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. (2013). Gejala Khas Penyakit Paru. Jakarta : Universitas Indonesia.


Barbara. (2009). Perawatan Medikal Bedah. Bandung
Edward. (2011). Siklus Hidup Bakteri. Jakarta : EGC.
Fifendy, Mades. (2017). Mikrobiologi. Depok : Kencana.
Geo F Brooks. 2012. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 25. Jakarta :EGC
Hidayat, Nur. (2018). Mikroorganisme dan Pemanfaatannya. Malang : Universitas
Brawijaya Press.
Komariah, K., Perbawasari, S., Nugraha, A. R., & Budiana, H. R. (2013). Pola komunikasi
kesehatan dalam pelayanan dan pemberian informasi mengenai penyakit tbc pada
puskesmas di kabupaten bogor. Jurnal Kajian Komunikasi, 1(2), 173-185.
Prihutami, L., & Sutimin, S. (2009). Analisis Kestabilan Model Penyebaran Penyakit
Tuberculosis (Doctoral dissertation, Diponegoro University).
Rooshene,Indrawati. G Wellyzar, S. 2014. Mikrobiologi Dasar dan Terapan. Jakarta :
Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Wadjah, N. W. (2014). Gambaran Karakteristik Penderita TBC Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Pagimana Kecamatan Pagimana Kabupaten Banggai Tahun 2012 (Doctoral
dissertation, Universitas Negeri Gorontalo).

Anda mungkin juga menyukai