Acara 2 Selly
Acara 2 Selly
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Hortikultura merupakan komoditas pertanian khas tropis yang
potensial untuk dikembangkan di Indonesia dan memiliki prospek yang
cerah di masa mendatang. Budidaya hortikultura memiliki beberapa ruang
lingkup kerja, yaitu pembenihan, pembibitan, kultur jaringan, produksi
tanaman, pembasmian hama dan penyakit, panen, hingga pasca panen.
Hortikultura sendiri mencakup beberapa jenis tanaman, seperti tanaman
sayur, buah, pangan, obat, dan juga tanaman hias. Buah melon, merupakan
tanaman holtikultura dari familia Cucurbitaceae yang sangat digemari
masyarakat karena mempunyai keunggulan pada rasanya yang manis,
tektsur daging buah yang renyah, warna daging buah yang bervariasi, dan
mempunyai aroma yang khas. Komoditas ini juga mempunyai nilai
ekonomi dan prospek yang menjanjikan, baik dalam pemasaran buah
maupun benihnya. Kebutuhan terhadap tanaman buah-buahan meningkat
seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi. Melon
(Cucumis melo L.) merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang
menjadi prioritas dan memerlukan perhatian lebih.
Semangka (Citrullus vulgaris) merupakan buah yang digemari
masyarakat Indonesia karena rasanya yang manis, renyah dan kandungan
airnya yang banyak, kulitnya yang keras dapat berwarna hijau pekat atau
hijau muda dengan lariklarik hijau tua tergantung varietasnya. Daging
buahnya yang berair berwarna kuning atau merah. Buah ini memiliki
banyak varietas, sebagai contoh semangka tanpa biji merupakan varietas
hasil rekayasa genetika dari semangka berbiji. Semangka secara turun
temurun dimanfaatkan sebagai penurun tekanan darah. Buah organik
memiliki kandungan residu yang lebih rendah dibanding dengan buah non
organik.
20
2. Tujuan Praktikum 19
Tujuan praktikum acara II
Budidaya Tanaman Buah adalah untuk mempelajarai cara bertanam buah
secara organik
21
B. Tinjauan Pustaka
Tanaman melon merupakan tanaman dengan klasifikasi fisiologisnya
adalah tanaman C3. Tanaman C3 merupakan tanaman yang akan mengalami
fotorespirasi yang besar bila berada pada kondisi intensitas cahaya yang tinggi.
Hal ini juga merupakan salah satu penyebab yang mengakibatkan tanaman
stress. Pada kondisi intensitas cahaya yang tinggi maka proses katabolisme
akan lebih giat terjadi. Akibatnya cadangan fotosintat yang dihasilkan
dibongkar untuk proses fotorespirasi tersebut (Surtinah 2017).
Tanaman semangka berasal dari Afrika dan saat ini telah menyebar ke
seluruh dunia, baik di daerah subtropis maupun tropis. Tanaman semangka
bersifat semusim dan tergolong cepat berproduksi. Semangka banyak
dibudidayakan di negara seperti Cina, Jepang, India dan negera-negara
sekitarnya. Tanaman semangka bisa menghasilkan banyak buah, tetapi
biasanya hanya satu buah yang dipertahankan pada satu tanaman. Setiap
tanaman semangka menghasilkan banyak bunga pada pertumbuhan. Sehingga
persentase buah yang jadi pada setiap tanaman akan banyak juga, tetapi ukuran
buah yang dihasilkan kecil dan rasa manis dari semangka akan berkurang
karena fotosintat terbagi ke semua buah. Maka untuk menaikkan kualitas buah
dilakukanlah pemangkasan buah agar hasil produksi diharapkan memperoleh
hasil yang maksimal pada setiap tanaman. Selain dari masalah pemangkasan,
dosis pupuk pada tanaman semangka juga menjadi perhatian karena belum
didapatkan dosis pupuk yang sesuai (Asil et al. 2015).
Semangka (Citrullus vulgaris, Schard) merupakan buah yang
digemari masyarakat Indonesia karena rasanya yang manis, renyah dan
kandungan airnya yang banyak, kulitnya yang keras dapat berwarna hijau
pekat atau hijau muda dengan larik-larik hijau tua tergantung varietasnya.
Daging buahnya yang berair berwarna kuning atau merah. uah ini memiliki
mineral, baik mineral makro maupun mineral mikro. Mineral makro yang
dikandungnya adalah kalium, magnesium dan natrium, sedangkan mineral
mikronya antara lain adalah zink dan mangan (Pardede 2010).
22
ayam. Pupuk kandang ayam merupakan sumber yang baik bagi unsur-unsur
hara makro dan mikro yang mampu meningkatkan kesuburan tanah serta
menjadi substrat bagi mikroorganisme tanah dan meningkatkan aktivitas
mikroba, sehingga lebih cepat terdekomposisi dan melepaskan hara. Aplikasi
pupuk kandang ayam juga diyakini memperbaiki sifat fisik tanah dan
meningkatkan daur hara seperti mengerahkan efek enzimatik atau hormon
langsung pada akar tanaman sehingga mendorong pertumbuhan tanaman
(Haveel 2013).
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari alam, yang berupa sisa-
sisa organisme hidup baik sisa tanaman maupun sisa hewan. Pupuk organik
mengandung unsur-unsur hara baik makro maupun mikro yang dibutuhkan
oleh tumbuhan, supaya dapat tumbuh dengan subur. Beberapa jenis pupuk
yang termasuk pupuk organik adalah pupuk kandang, pupuk hijau, kompos dan
pupuk guano. Bahan organik yang digunakan untuk pupuk organik terbagi
menjadi dua yaitu bahan organik yang memiliki kandungan N (Nitrogen)
tinggi dan C (Karbon) tinggi, contohnya pupuk kandang, daun legume (gamal,
lamtoro, kacang-kacangan) atau limbah rumah tangga, bahan organik yang
memiliki kandungan N (Nitrogen) rendah dan C (Karbon) tinggi, contohnya
dedaunan yang gugur, jerami, serbuk gergaji (Endah et al. 2013).
Pertanian organik merupakan jawaban atas revolusi hijau yang
digalakkan pada tahun 1960-an yang menyebabkan berkurangnya kesuburan
tanah dan kerusakan lingkungan akibat pemakaian pupuk dan pestisida kimia
yang tidak terkendali. Sistem pertanian berbasis high input energy seperti
pupuk kimia dan pestisida dapat merusak tanah yang akhirnya dapat
menurunkan produktifitas tanah, sehingga berkembang pertanian organik.
Pertanian organik sebenarnya sudah sejak lama dikenal, sejak ilmu bercocok
tanam dikenal manusia, semuanya dilakukan secara tradisional dan
menggunakan bahan-bahan alamiah. Pertanian organik modern didefinisikan
sebagai sistem budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami
tanpa menggunakan bahan kimia sintetis. Pengelolaan pertanian organik
didasarkan pada prinsip kesehatan, ekologi, keadilan, dan perlindungan.
24
terhadap hama serangga, pestisida nabati juga efektif terhadap keong mas dan
sebagai rodentisida. Manfaat pestisida nabati juga dapat dirasakan di rumah
tangga, yaitu untuk mengendalikan rayap (Agus 2011).
Pertanian organik adalah sistem pertanian yang menggunakan input
alami untuk meningkatkan kesuburan tanah serta tidak memanfaatkan pupuk
dan pestisida kimia. Sistem pertanian ini menyediakan berbagai kemungkinan
bagi mitigasi dampak negatif dari pertanian konvensional sehingga
berperansecara luas bagi sistem pertanian berkelanjutan. Sistem pertanian
organik membawa banyak keuntungan bagi sistem pertanian sebab dapat
meningkatkan kualitas tanah dan keamanan pangan, serta meningkatkan
kandungan C-organik di dalam tanah (Komatsuzaki dan Syuaib, 2010)
Kualitas produk pertanian antara lain dapat ditingkatkan melalui cara
bertani yang baik (good agricultural practice GAP). Di beberapa negara, GAP
juga diimplementasikan dalam bentuk pertanian organik. Secara sederhana,
pertanian organik didefinisikan sebagai kegiatan bertani yang menggunakan
asupan bahan alami, tanpa bahan kimia sintetis, khususnya pupuk dan pestisida
serta benih hasil rekayasa genetik. Produk organik banyak diminati kalangan
menengah ke atas, terutama di perkotaan dan di negara maju (Agus 2011).
Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus menyebabkan peranan
pupuk kimia tersebut menjadi tidak efektif. Kurang efektifnya peranan pupuk
kimia dikarenakan tanah pertanian yang sudah jenuh oleh residu sisa bahan
kimia. Pemakaian pupuk kimia secara berlebihan dapat menyebabkan residu
yang berasal dari zat pembawa (carier) pupuk nitrogen tertinggal dalam tanah
sehingga akan menurunkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian. Pemakaian
pupuk kimia yang terus menerus menyebabkan ekosistem biologi tanah
menjadi tidak seimbang, sehingga tujuan pemupukan untuk mencukupkan
unsur hara di dalam tanah tidak tercapai. Potensi genetis tanaman pun tidak
dapat dicapai mendekati maksimal (Wijana et al. 2012).
26
C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan tempat Praktikum
Praktikum acara II Budidaya Tanaman Buah dilaksanakan pada hari
Sabtu, 27 April 2019 pada pukul 07.00-selesai, bertempat di Rumah kaca
C FP UNS.
2. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum acara II Budidaya
Tanaman Buah yaitu:
a. Alat : cangkul, ember, cetok, polybag
b. Bahan : tanah, pupuk kandang, sekam, bibit semangka dan melon
3. Cara kerja
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam praktikum acara II
Budidaya Tanaman Buah meliputi:
c. Menyediakan media tanam berupa tanah, pupuk kandang dan sekam
yang sudah tercampur merata
d. Memasukkan media tanam ke dalam polybag yang sudah disediakan
dengan volume ¾ penuh
e. Menanam bibit ke polybag
f. Melakukan penyiraman
g. Pemeliharaan
27
DAFTAR PUSTAKA
Agus K. 2011. Penggunaan pestisida nabati sebagai kearifan lokal dalam
pengendalian hama tanaman menuju sistem pertanian organik. J
Pengembangan Inovasi Pertanian 4(4):262–278
Asil B, Jimmi O P, Syukri. 2015. Respon pertumbuhan dan produksi semangka
(Citrullus vulgaris S) terhadap pemberian pupuk NPK (15:15:15) dan
pemangkasan buah. J Agroteknologi 3(2):595-605.
Darwin H P. 2012. Dampak bokashi kotoran ternak dalam pengurangan pemakaian
pupuk anorganik pada budidaya tanaman tomat. J Agronomi 40(3) : 204–
210.
Daryono BS. 2018. Keanekaragaman dan potensi sumber daya genetik melon.
Yogyakarta (ID): UGM Press
Endah W, Rita D R, Indah R. 2013. Pengaruh jenis pupuk organik terhadap
pertumbuhan tanaman kopi. J Momentum 9 (1): 35-39
Haveel L. 2013. Optimasi dosis pupuk anorganik dan pupuk kandang ayam pada
budidaya tomat hibrida. J Agrohorti 1(1): 119 – 126
Henny M. 2012. Pengembangan pertanian organik di Indonesia. J Litbang Pertanian
30(2):1-18
Komatsuzaki, M. and Syuaib, M.F. 2010. Comparison of the Farming System and
Carbon Sequestration between Conventional and Organic Rice
Production in West Java, Indonesia. Sustainability 2(8):33-43
Mayrowani H. 2012. Pengembangan pertanian organik di Indonesia. J TIDP.
1(3):141–148.
Pardede. 2010. Penetapan kadar kalium, natrium, dan magnesium pada semangka
(Citrullus vulgaris, Schard) daging buah berwarna kuning dan merah
secara spektrofotometri serapan atom. J Darma Agung 3(1):111-123.
Sri H, Wahib M, Soemarno. 2012. Analisis respon petani apel terhadap penerapan
sistem pertanian organik di Bumiaji, Batu. J Wacana 15(2):1–11
Sunarjono H. 2010. Berkebun 21 jenis tanaman buah. Jakarta(ID): Penebar
Swadaya
Surtinah. 2017. Evaluasi deskriptif umur panen melon (Cucumis melo) di
Pekanbaru. J Ilmiah pertanian 14(1):65–72.
Wignjopranoto. 2015. Rumah organik. Jakarta (ID): Agro Media Pustaka
Wijana G, Supartha Y, Andyana G M. 2012. Aplikasi jenis pupuk organik pada
tanaman padi sistem pertanian organik. J Agroteknologi tropika 1(2):98-
117