Anda di halaman 1dari 14

19

II. BUDIDAYA TANAMAN BUAH

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Hortikultura merupakan komoditas pertanian khas tropis yang
potensial untuk dikembangkan di Indonesia dan memiliki prospek yang
cerah di masa mendatang. Budidaya hortikultura memiliki beberapa ruang
lingkup kerja, yaitu pembenihan, pembibitan, kultur jaringan, produksi
tanaman, pembasmian hama dan penyakit, panen, hingga pasca panen.
Hortikultura sendiri mencakup beberapa jenis tanaman, seperti tanaman
sayur, buah, pangan, obat, dan juga tanaman hias. Buah melon, merupakan
tanaman holtikultura dari familia Cucurbitaceae yang sangat digemari
masyarakat karena mempunyai keunggulan pada rasanya yang manis,
tektsur daging buah yang renyah, warna daging buah yang bervariasi, dan
mempunyai aroma yang khas. Komoditas ini juga mempunyai nilai
ekonomi dan prospek yang menjanjikan, baik dalam pemasaran buah
maupun benihnya. Kebutuhan terhadap tanaman buah-buahan meningkat
seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan gizi. Melon
(Cucumis melo L.) merupakan salah satu komoditas buah-buahan yang
menjadi prioritas dan memerlukan perhatian lebih.
Semangka (Citrullus vulgaris) merupakan buah yang digemari
masyarakat Indonesia karena rasanya yang manis, renyah dan kandungan
airnya yang banyak, kulitnya yang keras dapat berwarna hijau pekat atau
hijau muda dengan lariklarik hijau tua tergantung varietasnya. Daging
buahnya yang berair berwarna kuning atau merah. Buah ini memiliki
banyak varietas, sebagai contoh semangka tanpa biji merupakan varietas
hasil rekayasa genetika dari semangka berbiji. Semangka secara turun
temurun dimanfaatkan sebagai penurun tekanan darah. Buah organik
memiliki kandungan residu yang lebih rendah dibanding dengan buah non
organik.
20

2. Tujuan Praktikum 19
Tujuan praktikum acara II
Budidaya Tanaman Buah adalah untuk mempelajarai cara bertanam buah
secara organik
21

B. Tinjauan Pustaka
Tanaman melon merupakan tanaman dengan klasifikasi fisiologisnya
adalah tanaman C3. Tanaman C3 merupakan tanaman yang akan mengalami
fotorespirasi yang besar bila berada pada kondisi intensitas cahaya yang tinggi.
Hal ini juga merupakan salah satu penyebab yang mengakibatkan tanaman
stress. Pada kondisi intensitas cahaya yang tinggi maka proses katabolisme
akan lebih giat terjadi. Akibatnya cadangan fotosintat yang dihasilkan
dibongkar untuk proses fotorespirasi tersebut (Surtinah 2017).
Tanaman semangka berasal dari Afrika dan saat ini telah menyebar ke
seluruh dunia, baik di daerah subtropis maupun tropis. Tanaman semangka
bersifat semusim dan tergolong cepat berproduksi. Semangka banyak
dibudidayakan di negara seperti Cina, Jepang, India dan negera-negara
sekitarnya. Tanaman semangka bisa menghasilkan banyak buah, tetapi
biasanya hanya satu buah yang dipertahankan pada satu tanaman. Setiap
tanaman semangka menghasilkan banyak bunga pada pertumbuhan. Sehingga
persentase buah yang jadi pada setiap tanaman akan banyak juga, tetapi ukuran
buah yang dihasilkan kecil dan rasa manis dari semangka akan berkurang
karena fotosintat terbagi ke semua buah. Maka untuk menaikkan kualitas buah
dilakukanlah pemangkasan buah agar hasil produksi diharapkan memperoleh
hasil yang maksimal pada setiap tanaman. Selain dari masalah pemangkasan,
dosis pupuk pada tanaman semangka juga menjadi perhatian karena belum
didapatkan dosis pupuk yang sesuai (Asil et al. 2015).
Semangka (Citrullus vulgaris, Schard) merupakan buah yang
digemari masyarakat Indonesia karena rasanya yang manis, renyah dan
kandungan airnya yang banyak, kulitnya yang keras dapat berwarna hijau
pekat atau hijau muda dengan larik-larik hijau tua tergantung varietasnya.
Daging buahnya yang berair berwarna kuning atau merah. uah ini memiliki
mineral, baik mineral makro maupun mineral mikro. Mineral makro yang
dikandungnya adalah kalium, magnesium dan natrium, sedangkan mineral
mikronya antara lain adalah zink dan mangan (Pardede 2010).
22

Melon memiliki karakter buah dengan keragaman tinggi). Keragaman


karakter buah tersebut meliputi bentuk, ukuran, warna kulit dan daging buah,
tekstur kulit, padatan terlarut total, aroma, dan perbedaan jenis buah
berdasarkan produksi etilen (klimakterik dan non klimakterik). Melon
dikelompokkan menjadi beberapa grup kultivar, dan tiga diantaranya yang
populer di Indonesia yaitu C. melo var. reticulatus, C. melo var. inodorus, dan
C. melo var. cantalupensis. Kelompok reticulatus memiliki kulit buah berjala,
daging buah umumnya hijau atau oranye, ada yang beraroma tetapi tidak lebih
kuat dibandingkan melon cantalupensis. Kelompok inodorus tidak memiliki
jala pada kulit buah, buah tidak lepas dari tangkainya ketika masak, tekstur
daging buah renyah, dan daya simpan buah relatif lama. Kelompok
cantalupenssi umumnya memiliki juring pada buahnya, sedikit berjala, daging
buah umumnya berwarna oranye, buah yang masak akan terlepas dari
tangkainya, aroma buah wangi dan kuat, dan tekstur daging buah lembut
(Daryono 2018).
Limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai bahan organik antara
lain limbah dari berbagai jenis kotoran ternak. Pemanfaatan bahan organik
adalah salah satu teknik penerapan budidaya pertanian organik. Dalam
penelitian ini bahan organik yang akan digunakan adalah kotoran ternak
berupa pupuk kandang (pukan) yang telah dikomposkan berupa bokashi.
Pupuk kandang merupakan semua produk buangan dari binatang peliharaan
yang dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik dan
biologi tanah. Aplikasi bahan organik akan memperbaiki struktur tanah,
meningkatkan kapasitas menahan air dan meningkatkan kehidupan biologi
tanah. Bahan organik berperan penting dalam meningkatkan kesuburan tanah
melalui perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologis tanah (Darwin 2012).
Kesadaran akan pentingnya pertanian berkelanjutan dan kesulitan
untuk mendapatkan serta mahalnya harga pupuk anorganik pada kalangan
petani mengarahkan penelitian kepada pemanfaatan limbah organik yang
murah, tersedia dan ramah lingkungan yang bisa digunakan sebagai pupuk
organik. Salah satu sumber pupuk organik yang umum adalah pupuk kandang
23

ayam. Pupuk kandang ayam merupakan sumber yang baik bagi unsur-unsur
hara makro dan mikro yang mampu meningkatkan kesuburan tanah serta
menjadi substrat bagi mikroorganisme tanah dan meningkatkan aktivitas
mikroba, sehingga lebih cepat terdekomposisi dan melepaskan hara. Aplikasi
pupuk kandang ayam juga diyakini memperbaiki sifat fisik tanah dan
meningkatkan daur hara seperti mengerahkan efek enzimatik atau hormon
langsung pada akar tanaman sehingga mendorong pertumbuhan tanaman
(Haveel 2013).
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari alam, yang berupa sisa-
sisa organisme hidup baik sisa tanaman maupun sisa hewan. Pupuk organik
mengandung unsur-unsur hara baik makro maupun mikro yang dibutuhkan
oleh tumbuhan, supaya dapat tumbuh dengan subur. Beberapa jenis pupuk
yang termasuk pupuk organik adalah pupuk kandang, pupuk hijau, kompos dan
pupuk guano. Bahan organik yang digunakan untuk pupuk organik terbagi
menjadi dua yaitu bahan organik yang memiliki kandungan N (Nitrogen)
tinggi dan C (Karbon) tinggi, contohnya pupuk kandang, daun legume (gamal,
lamtoro, kacang-kacangan) atau limbah rumah tangga, bahan organik yang
memiliki kandungan N (Nitrogen) rendah dan C (Karbon) tinggi, contohnya
dedaunan yang gugur, jerami, serbuk gergaji (Endah et al. 2013).
Pertanian organik merupakan jawaban atas revolusi hijau yang
digalakkan pada tahun 1960-an yang menyebabkan berkurangnya kesuburan
tanah dan kerusakan lingkungan akibat pemakaian pupuk dan pestisida kimia
yang tidak terkendali. Sistem pertanian berbasis high input energy seperti
pupuk kimia dan pestisida dapat merusak tanah yang akhirnya dapat
menurunkan produktifitas tanah, sehingga berkembang pertanian organik.
Pertanian organik sebenarnya sudah sejak lama dikenal, sejak ilmu bercocok
tanam dikenal manusia, semuanya dilakukan secara tradisional dan
menggunakan bahan-bahan alamiah. Pertanian organik modern didefinisikan
sebagai sistem budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami
tanpa menggunakan bahan kimia sintetis. Pengelolaan pertanian organik
didasarkan pada prinsip kesehatan, ekologi, keadilan, dan perlindungan.
24

Prinsip kesehatan dalam pertanian organik adalah kegiatan pertanian harus


memperhatikan kelestarian dan peningkatan kesehatan tanah, tanaman, hewan,
bumi, dan manusia sebagai satu kesatuan karena semua komponen tersebut
saling berhubungan dan tidak terpisahkan. Pertanian organik adalah sistem
pertanian yang holistik yang mendukung dan mempercepat biodiversiti, siklus
biologi dan aktivitas biologi tanah. Sertifikasi produk organik yang dihasilkan,
penyimpanan, pengolahan, pasca panen dan pemasaran harus sesuai standar
yang ditetapkan oleh badan standardisasi (Mayrowani 2012).
Pupuk organik merupakan hasil dekomposisi bahan-bahan organik
yang diurai (dirombak) oleh mikroba, yang hasil akhirnya dapat menyediakan
unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Pupuk organik sangat penting artinya sebagai penyangga sifat fisik,
kimia, dan biologi tanah sehingga dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan
produktivitas lahan. Penggunaan pupuk organik padat dan cair pada sistem
pertanian organik sangat dianjurkan. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa
pemakaian pupuk organik juga dapat memberi pertumbuhan dan hasil tanaman
yang baik. Pengaruh yang sama ditemukan antara perlakuan pemupukan urea
100% dibandingkan dengan penggunaan 100% nitrogen yang berasal dari
azola pada tanaman padi. Kombinasi pupuk organik dan anorganik pada
tanaman padi. Penggunaan pupuk organik 10 ton/ha dan pupuk anorganik
(200kg Urea/ha + 100kg SP-36/ha + 100kg KCl/ha) mampu meningkatkan
efektivitas agronomi jika dibandingkan hanya menggunakan pupuk anorganik.
Memanfaatkan abu sekam sebagai alternatif pupuk organik sumber kalium
pada budidaya tanaman padi sawah (Wijana et al. 2012).
Pestisida nabati tidak hanya mengandung satu jenis bahan aktif (single
active ingredient), tetapi beberapa jenis bahan aktif (multiple active
ingredient). Hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa jenis pestisida
nabati cukup efektif terhadap beberapa jenis hama, baik hama di lapangan,
rumah tangga (nyamuk dan lalat), maupun di gudang. Beberapa jenis pestisida
nabati efektif mengendalikan hama gudang, seperti pestisida dari biji
bengkuang, akar tuba, abu serai dapur, kayu manis, dan brotowali. Tidak hanya
25

terhadap hama serangga, pestisida nabati juga efektif terhadap keong mas dan
sebagai rodentisida. Manfaat pestisida nabati juga dapat dirasakan di rumah
tangga, yaitu untuk mengendalikan rayap (Agus 2011).
Pertanian organik adalah sistem pertanian yang menggunakan input
alami untuk meningkatkan kesuburan tanah serta tidak memanfaatkan pupuk
dan pestisida kimia. Sistem pertanian ini menyediakan berbagai kemungkinan
bagi mitigasi dampak negatif dari pertanian konvensional sehingga
berperansecara luas bagi sistem pertanian berkelanjutan. Sistem pertanian
organik membawa banyak keuntungan bagi sistem pertanian sebab dapat
meningkatkan kualitas tanah dan keamanan pangan, serta meningkatkan
kandungan C-organik di dalam tanah (Komatsuzaki dan Syuaib, 2010)
Kualitas produk pertanian antara lain dapat ditingkatkan melalui cara
bertani yang baik (good agricultural practice GAP). Di beberapa negara, GAP
juga diimplementasikan dalam bentuk pertanian organik. Secara sederhana,
pertanian organik didefinisikan sebagai kegiatan bertani yang menggunakan
asupan bahan alami, tanpa bahan kimia sintetis, khususnya pupuk dan pestisida
serta benih hasil rekayasa genetik. Produk organik banyak diminati kalangan
menengah ke atas, terutama di perkotaan dan di negara maju (Agus 2011).
Penggunaan pupuk kimia secara terus menerus menyebabkan peranan
pupuk kimia tersebut menjadi tidak efektif. Kurang efektifnya peranan pupuk
kimia dikarenakan tanah pertanian yang sudah jenuh oleh residu sisa bahan
kimia. Pemakaian pupuk kimia secara berlebihan dapat menyebabkan residu
yang berasal dari zat pembawa (carier) pupuk nitrogen tertinggal dalam tanah
sehingga akan menurunkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian. Pemakaian
pupuk kimia yang terus menerus menyebabkan ekosistem biologi tanah
menjadi tidak seimbang, sehingga tujuan pemupukan untuk mencukupkan
unsur hara di dalam tanah tidak tercapai. Potensi genetis tanaman pun tidak
dapat dicapai mendekati maksimal (Wijana et al. 2012).
26

C. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan tempat Praktikum
Praktikum acara II Budidaya Tanaman Buah dilaksanakan pada hari
Sabtu, 27 April 2019 pada pukul 07.00-selesai, bertempat di Rumah kaca
C FP UNS.
2. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum acara II Budidaya
Tanaman Buah yaitu:
a. Alat : cangkul, ember, cetok, polybag
b. Bahan : tanah, pupuk kandang, sekam, bibit semangka dan melon
3. Cara kerja
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam praktikum acara II
Budidaya Tanaman Buah meliputi:
c. Menyediakan media tanam berupa tanah, pupuk kandang dan sekam
yang sudah tercampur merata
d. Memasukkan media tanam ke dalam polybag yang sudah disediakan
dengan volume ¾ penuh
e. Menanam bibit ke polybag
f. Melakukan penyiraman
g. Pemeliharaan
27

D. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil pengamatan
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Penanaman Buah Melon (Cucucmis melo)
No Indikator Hasil Pengamatan
1 Muncul Bunga 28 HST
2 Muncul Buah -
3 OPT Ulat
Sumber : Hasil Pengamatan
Tabel 2.3 Hasil Pengamatan Penanaman Buah Semangka (Citrullus
lanatus)
No Indikator Hasil Pengamatan
1 Muncul Bunga 26 HST
2 Muncul Buah -
3 OPT Ulat
Sumber : Hasil Pengamatan
2. Pembahasan
Pertanian buah organik adalah sistem produksi pertanian yang
holistik dan terpadu, dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan
produktivitas agroekosistem, keragaman hayati, siklus bologi, dan
aktifitas biologi tanah secara alami, sehingga menghasilkan pangan dan
serat yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. sistem pertanian organik
menggunakan bahan secara alami atau menghindari penggunaan pestisida,
pupuk kimia, atau hormon/zat tumbuh kimia. Menurut Endah et al (2013)
sistem pertanian organik adalah sistem pertanian yang menggunakan
pupuk dan obat-obatan yang berasal dari bahan-bahan alami. Bahan yang
dipakai untuk pembuatan pupuk organik adalah limbah kandang ternak
baik berasal dari kotoran ayam, kambing/domba maupun dari kotoran sapi.
Budidaya tanaman secara organik dapat diaplikasikan untuk berbagai
macam jenis tanaman, termasuk tanaman buah. Budidaya tanaman secara
organik dapat meminimalisir penggunaan bahan – bahan kimia sehingga
dapat meminimalisir residu yang dihasilkan. Budidaya secara organik
berarti budidaya dengan menggunakan input organik dari awal penanaman
hingga pemanenan. Teknik budidaya seperti cara penanaman juga
dilakukan berdasarkan keberlanjutan sistem pertanian, begitu juga dengan
28

pengendalian OPT yang dilakukan dengan meminimalisir penggunaan


pestisida. Pengendalian OPT yang dapat dilakukan seperti penggunaan
pestisida nabati, penanaman tumbuhan yang tidak disukai oleh OPT,
maupun dengan menggunakan refugia.
Pertanian organik adalah sistem produksi pertanian yang holistik
dan terpadu, yang mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agro-
ekosistem secara alami, sehingga mampu menghasilkan pangan dan serat
yang cukup, berkualitas, dan berkelanjutan. Teknik budidaya organik
merupakan teknik budidaya yang aman, lestari dan mensejahterahkan
petani dan konsumen. Limbah organik yang berupa sisa hasil tanaman
(jerami, tebon dan hasil panen lainnya) tidak dikembalikan lagi ke lahan
tetapi dianjurkan untuk dibakar (agar praktis) sehingga terjadi
pemangkasan siklus hara dalam ekosistem pertanian. Bahan sisa hasil
panen ataupun limbah organik lainnya harus dimanfaatkan atau
dikembalikan lagi ke lahan pertanian agar lahan pertanian kita dapat lestari
berproduksi sehingga sistem pertanian berkelanjutan dapat terwujud
menurut Wignjopranoto (2015) peranan bahan organik dalam
memperbaiki produktifitas tanah sangat tergantung pada tingkat
dekomposisi dan jenis bahan organik. Kesesuaian antara tingkat
dekomposisi dengan kebutuhan tanaman perlu diperhatikan sehingga
efektifitas bahan organik lebih baik.
Budidaya buah secara organik memiliki beberapa kelebihan
dibanding budidaya secara konvensional. Budidaya secara organik dapat
menjaga kesehatan dan kesuburan tanah, dengan tanah yang sehat maka
mikroorganisme yang hidup di lingkungan tanah tersebut menjadi lebih
banyak sehingga jumlah unsur hara yang terkandung meningkat. Hal ini
karena pupuk organik mempunyai kelebihan dibanding pupuk kimia, yaitu
pupuk organik lebih mudah diserap tanaman, lebih ramah lingkungan dan
juga tidak membahayakan kesehatan. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Sri et al (2012), semakin banak unsur hara yang terkandung
maka kebutuhan nutrisi tanaman dapat tercukupi dengan baik. Penerapan
29

budidaya tanaman secara organik dapat menjaga kesehatan lingkungan


pertanian sehingga termasuk dalam sistem pertanian berkelanjutan. Hasil
dari pertanian organik memiliki residu yang lebih rendah dibanding dengan
pertanian secara konvensional sehingga lebih aman dan sehat untuk
dikunsumsi. Pola hidup sehat yang akrab lingkungan telah menjadi trend
baru meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non
alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam
produksi pertanian. Pola hidup sehat ini telah melembaga secara
internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus
beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi
tinggi (nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling
attributes). Menurut Henny (2012) pangan yang sehat dan bergizi tinggi
ini dapat diproduksi dengan metode pertanian organik.
Budidaya tanaman secara organik belum dapat diterapkan oleh
petani. Budidaya sacara organik memerlukan waktu yang cukup lama
untuk memperoleh hasil yang optimal. Penggunaan pupuk organik
memerlukan waktu lebih lama dibanding pupuk anorganik sebab
ketersediaan unsur haranya lebih lama. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Darwin (2012) yang menyatakan proses dekomposisi bokashi
ternak besar berlangsung lebih lambat. Produk pertanian organik biasanya
memiliki penampilan fisik yang kurang menarik dibanding produk
pertanian konvensional, hal tersebut akibat OPT yang menyerang.
Faktor-faktor penentu keberhasilan budidaya buah secara organik
menurut Sunarjono (2010) yang pertama adalah faktor genetik. Faktor ini
berada di dalam tanaman yang menunjang keberhasilan hingga 30% dari
ilmu pertanian, pewarisan sifat indukan salah satunya, dari beberapa
tanaman yang mengintimidasi sifat serta hasil peroduksi tanaman, baik
atau buruknya tanaman itu di tunjukan sifat indukan tanaman, beberapa
kemungkinan bayangkan jika anda menanam tanaman yang kurang bagus
varietasnya walau bagai manapun akan sangat sulit di ubah menjadi baik
hasilnya. Faktor yang kedua adalah hormon. Hormon bisanya di dalam
30

tumbuhan mengandung zat organik. Ketiga adalah pengetahuan budidaya.


Hal ini sangat penting untuk kita mengetahui begaimana karakter sifat serta
kebutuhan tanaman, dengan pengalaman berbudidaya semua itu tidak
masalah, karena seorang petani yang berpengalaman dalam hal
berbudidaya contohnya ketika mereka bercocok tanam pada waktunya
panen, serta pengendalian OPT mereka sangat sigap dan tahu betul bagai
mana tindakan untuk selanjutnya. Keempat adalah kesuburan tanah,
bagaimana tanah dapat menjadi media tanam yang baik bagi
tanamansehingga tanaman dapat tumbuh dengan subur sebagai penompang
tegak tanaman yang terkandung unsur hara yang baik di tandai dengan
kesuburan tanah yang terdapat mikroorganisme di dalamnya, yang
membantu dalam menjaga kesuburan serta membuat tanah gembur.
Dalam melakukan kegiatan praktikum beberapa langkah yang
dilakukan adalah menyediakan media tanam berupa tanah, pupuk kandang
dan sekam yang sudah tercampur merata, memasukkan media tanam ke
dalam polybag yang sudah disediakan dengan volume ¾ penuh, menanam
bibit ke polybag, melakukan penyiraman, dan pemeliharaan. Saat
praktikum dilakukan hanya sampai melakukan penyiraman saja, untuk
proses pemeliharaan hari setelahnya sampai waktu yang ditentukan dengan
juga melakukan pengamatan muncul bunga, muncul buah, dan opt apa saja
yang ada. Dari hasil pengamatan yang dilakukan buah melon muncul
bunga pada 28 HST dan semangka 26 HST. Keduanya tidak sempat
muncul buahnya karena jangka waktu praktikum yang membatasi.
Sedangkan untuk OPT nya sama yaitu ulat.
31

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Budidaya tanaman secara organik dapat meminimalisir penggunaan
bahan – bahan kimia sehingga dapat meminimalisir residu yang
dihasilkan. Budidaya buah secara organik memiliki beberapa kelebihan
dibanding budidaya secara konvensional. Budidaya secara organik dapat
menjaga kesehatan dan kesuburan tanah, dengan tanah yang sehat maka
mikroorganisme yang hidup di lingkungan tanah tersebut menjadi lebih
banyak sehingga jumlah unsur hara yang terkandung meningkat..Dari
kegiatan praktikum diatas dapat diketahui bahwa buah melon yang
ditanam saat praktikum muncul bunganya ketika 28 HST dan semangka
ketika 26 HST. Keduanya tidak sampai bermunculan buahnya, dan
masalah opt yang di alami sama yaitu ulat.
2. Saran
Sebaiknya untuk praktikum TPT Horti ini untuk kedepannya tanaman
yang ditanam ganti agar mendapatkan hasil yang bervariasi setiap
tahunnya sehingga mendapatkan ilmu-ilmu baru setiap tahunnya.
32

DAFTAR PUSTAKA
Agus K. 2011. Penggunaan pestisida nabati sebagai kearifan lokal dalam
pengendalian hama tanaman menuju sistem pertanian organik. J
Pengembangan Inovasi Pertanian 4(4):262–278
Asil B, Jimmi O P, Syukri. 2015. Respon pertumbuhan dan produksi semangka
(Citrullus vulgaris S) terhadap pemberian pupuk NPK (15:15:15) dan
pemangkasan buah. J Agroteknologi 3(2):595-605.
Darwin H P. 2012. Dampak bokashi kotoran ternak dalam pengurangan pemakaian
pupuk anorganik pada budidaya tanaman tomat. J Agronomi 40(3) : 204–
210.
Daryono BS. 2018. Keanekaragaman dan potensi sumber daya genetik melon.
Yogyakarta (ID): UGM Press
Endah W, Rita D R, Indah R. 2013. Pengaruh jenis pupuk organik terhadap
pertumbuhan tanaman kopi. J Momentum 9 (1): 35-39
Haveel L. 2013. Optimasi dosis pupuk anorganik dan pupuk kandang ayam pada
budidaya tomat hibrida. J Agrohorti 1(1): 119 – 126
Henny M. 2012. Pengembangan pertanian organik di Indonesia. J Litbang Pertanian
30(2):1-18
Komatsuzaki, M. and Syuaib, M.F. 2010. Comparison of the Farming System and
Carbon Sequestration between Conventional and Organic Rice
Production in West Java, Indonesia. Sustainability 2(8):33-43
Mayrowani H. 2012. Pengembangan pertanian organik di Indonesia. J TIDP.
1(3):141–148.
Pardede. 2010. Penetapan kadar kalium, natrium, dan magnesium pada semangka
(Citrullus vulgaris, Schard) daging buah berwarna kuning dan merah
secara spektrofotometri serapan atom. J Darma Agung 3(1):111-123.
Sri H, Wahib M, Soemarno. 2012. Analisis respon petani apel terhadap penerapan
sistem pertanian organik di Bumiaji, Batu. J Wacana 15(2):1–11
Sunarjono H. 2010. Berkebun 21 jenis tanaman buah. Jakarta(ID): Penebar
Swadaya
Surtinah. 2017. Evaluasi deskriptif umur panen melon (Cucumis melo) di
Pekanbaru. J Ilmiah pertanian 14(1):65–72.
Wignjopranoto. 2015. Rumah organik. Jakarta (ID): Agro Media Pustaka
Wijana G, Supartha Y, Andyana G M. 2012. Aplikasi jenis pupuk organik pada
tanaman padi sistem pertanian organik. J Agroteknologi tropika 1(2):98-
117

Anda mungkin juga menyukai