Kelompok A3
Anggota Kelompok :
BAGIAN FARMASETIKA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2014
1. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa mengetahui formula dari sediaan sirup kering amoksisilin.
2. Mahasiswa mengetahui tahapan-tahapan dalam pembuatan sediaan sirup kering
amoksisillin.
3. Mahasiswa mampu mengetahui tahapan evaluasi sediaan sirup kering amoksisilin
2. Teori Dasar
Sirup adalah larutan oral yang mengandung sakarosa, kecuali dinyatakan lain,
kadar sakarosa, C12H22O11, tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0%
(Depkes RI, 1979). Sirup kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air
pada saat akan digunakan, sediaan tersebut dibuat pada umumnya untuk bahan obat
yang tidak stabil dan tidak larut dalam pembawa air, seperti ampisilin dan amoksisilin
(Ofner et al, 1989). Sirup kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air
pada saat akan digunakan, sediaan tersebut dibuat padat umumnya untuk bahan obat
yang tidak stabil dan tidak larut dalam pembawa air, seperti ampisilin, amoksisilin,
dan lain-lainnya. Agar campuran setelah ditambah air membentuk dispersi yang
homogen, maka dalam formulanya digunakan bahan pensuspensi. Komposisi suspensi
sirup kering biasanya terdiri dari bahan pensuspensi, pembasah, pemanis, pengawet,
penambah rasa/aroma, buffer, dan zat warna (Depkes RI,1995). Sirup kering adalah
sediaan berbentuk suspensi yang harus direkonstitusikan terlebih dahulu dengan
sejumlah air atau pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan. Sedian ini adalah
sediaan yang mengandung campuran kering zat aktif dengan satu atau lebih dapar,
pewarna, pengencer, pendispersi, dan pengaroma yang sesuai (Depkes RI, 1995).
Suspensi dapat dibagi menjadi 4 yaitu suspensi oral, suspensi topical, suspensi
tetes telinga dan suspensi optalmik. Suspensi harus dikocok baik sebelum digunakan
untuk menjamin distribusi bahan padat yang merata dalam pembawa, hingga
menjamin keseragaman dan dosis yang tepat. Suspensi harus disimpan dalam wadah
tertutup rapat (Depkes RI, 1995).
Stabilitas
Amoxicillin yang merupakan derivat penicillin mengalami hidrolisis yang
mendegradasi produksi cincin ß-laktam (Lund, 1994).
Secara farmakokinetik, amoxicillin stabil pada asam lambung dan terabsorpsi 74-92%
di saluran pencernaan pada penggunaan dosis tunggal secara oral. Nilai puncak
konsentrasi serum dan AUC meningkat sebanding dengan meningkatnya dosis. Efek
terapi Amoxicillin akan tercapai setelah 1-2 jam setelah pemberian per oral. Meskipun
adanya makanan di saluran pencernaan dilaporkan dapat menurunkan dan menunda
tercapainya nilai puncak konsentrasi serum amoxicillin, namun hal tersebut tidak
berpengaruh pada jumlah total obat yang diabsorpsi (McEvoy and Gerald, 2002).
Distribusi obat bebas ke seluruh tubuh baik. Amoxicillin dapat melewati sawar
plasenta, tetapi tidak satupun menimbulkan efek teratogenik. Namun demikian,
penetrasinya ke tempat tertentu seperti tulang atau cairan serebrospinalis tidak cukup
untuk terapi kecuali di daerah tersebut terjadi inflamasi. Selama fase akut (hari pertama),
meningen terinflamasi lebih permeable terhadap amoxicillin, yang menyebabkan
peningkatan rasio sejumlah obat dalam susunan saraf pusat dibandingkan rasionya dalam
serum. Bila infefksi mereda, inflamasi menurun maka permeabilitas sawar terbentuk
kembali (Mycek et al., 2001).
Jalan utama eliminasi melalui system sekresi asam organik (tubulus) di ginjal, sama
seperti melalui filtrat glomerulus. Penderita dengan gangguan fungsi ginjal, dosis obat
yang diberikan harus disesuaikan (Mycek et al., 2001).
Bahan Aktif Efek Utama Efek Samping Karakteristik Karakteristik Sifat Lain
Fisika Kimia
Amoxicillin Digunakan Mual, muntah, Serbuk hablur Stabil dalam Antibiotik
dalam sakit perut, putih, tidak asam, larut spektrum luas,
pengobatan diare, gangguan berbau, dalam 370 proses absorbsi
infeksi pada pencernaan dan berbentuk bagian air, di GI tidak
telinga, hidung, alergi kristal, dan dan 2000 dipengaruhi
saluran rasa pahit. bagian keadaan
gastrointestinal, alkohol. makanan di
gigi, kulit, dan lambung.
saluran Distribusi obat
pernafasan. rute oral 70%-
Merupakan 90%.
antibiotik
dengan
spesktum luas
Ampicillin Untuk Mual, muntah, Kristal putih, Larut dalam Efektiitas
pengobatan ruam, alergi, serbuk 90 bagian air rendah pada
infeksi urtikaria, hablur, tidak dan 250 organisme
peritonitis, anggioderma, berbau bagian penghasil enzim
endokarditis, anafillaksis, alkohol. penisilinase.
meningitis, anemia Praktis tidak Tahan terhadap
Ccholecystitis, hemolitik, larut dalam asam, diserap
dan nefritis eter dan 30-50% di
osteomaelitis. intertisial. kloroform. gastrointestinal.
Penicilin g Untuk Lidah menjadi Bersifat Tidak tahan Garam potasium
Potasium pengobatan kehitaman, higroskopis, terhadap menurunkan
infeksi akibat diare, mual, serbuk putih, asam, alkali efek
bakteri gram muntah, alergi, kristal, tidak dan mudah hipokolamik
positif aerob perut keram, berbau teroksidasi alkalosis,
seperti, S. iritasi vagina, larut bioavailibility
poeumonie, B. pembengkakan sempurna rute oral 15%-
Anthracis, pembuluh vena, dalam air dan 33%. Ikatan
Neiseria panas alkohol. dengan protein
meningitis. 50%-60%.
Ekskresi di
ginjal, Waktu
paruh 0,5-0,7
jam.
Alasan pemilihan bahan aktif
Amoxicillin merupakan turunan dari p-hidroxy ampicillin yang digunakan sebagai antibiotik
dengan spektrum luas bersifat stabil terhadap asam. Penyerapan amoxicillin yang terjadi di
saluran cerna dan tidak dipengaruhi oleh kondisi lambung atau makanan. Amoxicillin mudah
digunakan dengan pemberian secara peroral. Proses penyerapan amoxicillin terjadi di saluran
cerna sebanyak 70% - 90%. Amoxicillin digunakan sebagai obat pilihan untuk infeksi yang
disebabkan oleh bakteri enterococus, bakteri fragilus, dan juga efektif terhadap bakteri
penghasil ezim penisilinase misalnya streptococus (pengobatan dikombinasi dengan
clavilanat), N. gonnorhoe ( pengobatan dikombinasi dengan probenezid), dan E. coli
(pengobatan dikombinasikan dengan daviliilanate), Pasteeurellah multicada ( pengobatan
dikombinasi dengan davulanat).
Amoksisilin 3g
Sodium sitrat 3g
Asam Sitrat 1.26 g
Na Benzoat 0,1 g
PVP 3g
PGA 3g
Sodium sacharin 0.16 g
Laktosa 1,8 g
Orange flavour 0.9 g
Aqua ad 60 ml
pH = pka + log [ G ]
[A]
5 = 4,78 + log [ G ]
[A]
log [ G ]
= 1,6596
[A]
C =[G]+[A]
0,018 = 1,6596 A + A
A = 0,007
G = 0,0115
-REAKSI:
H3sitrat + NaOH NaH2sitrat + H2O
m 0,0185 0,0185
r 0,0185 0.0185 0,0185
s 0 0 0,0185
NaH2sitrat + NaOH H2 O
m 0,0185 0,0115
r 0,0115 0,0115 0,0115
s 0,007 0 0,0115
-Jumlah yang ditimbang
Asam sitrat yang ditimbang = 0,0185 mmol x 1 x 210,14 g/mol
1000 ml
= 3,8876 x 10-3 gram
NaOH yang ditimbang = ( 0,0115mmol + 0,0185 mmol ) x 1 x 40 g/mol
1000 ml
= 1,2 mg
-Konsentrasi dapar yang ditambahkan = 1,67%
4.3. PERHITUNGAN ADI
1) Na. Benzoat
ADI = 5 mg/kg BB
1-5 tahun = (8,1 – 14,4) kg x 5 mg = (40,5-72) mg
6-12 tahun = (15,8 - 16,7) kg x 5 mg = (79 - 83,5) mg
>12 tahun = (29,1 - 32,6) kg x 5 mg = (145,5 - 163) mg
Na. Benzoat yang digunakan:
Y gram/60 ml x 100% = 0,17 %
Y = 0,102 gram
1-5 tahun = 3 x 2,5/60 x0,102 gram = 0,013 g (tidak melebihi)
6-12 tahun = 3 x 5/60 x 0,102 gram = 0,0255 g (tidak melebihi)
>12 tahun = 3 x 10/60 x 0,102 gram = 0,051 g (tidak melebihi)
2) Sodium Sakarin
ADI = 2,5 mg/kg BB/hari
1-5 tahun = (8,1 – 14,4) kg x 2,5 mg = (20,25 - 36) mg
6-12 tahun = (15,8 - 16,7) kg x 2,5 mg = (39,5 - 41,75) mg
>12 tahun = (29,1 - 32,6) kg x 2,5 mg = (72,75 – 81,5) mg
Sodium Sakarin yang digunakan = 0,16 gram
1-5 tahun = 3 x 2,5/60 x0,16 gram = 0,02 g (tidak melebihi)
6-12 tahun = 3 x 5/60 x 0,16 gram = 0,04 g (tidak melebihi)
>12 tahun = 3 x 10/60 x 0,16 gram = 0,08 g (tidak melebihi)
3) PVP
ADI = 50 mg/kg BB/hari
1-5 tahun = (8,1 – 14,4) kg x 50 mg = (405 - 720) mg
6-12 tahun = (15,8 - 16,7) kg x 50 mg = (790 - 835) mg
>12 tahun = (29,1 - 32,6) kg x 50 mg = (1455 - 1630) mg
PVP yang digunakan = 3 gram
1-5 tahun = 3 x 2,5/60 x 3 gram = 0,375 g (tidak melebihi)
6-12 tahun = 3 x 5/60 x 3 gram = 0,75 g (tidak melebihi)
>12 tahun = 3 x 10/60 x 3 gram = 1,5 g (tidak melebihi)
5. Jenis dan Contoh Bahan Tambahan dalam Formula
1. Sodium Citrate (Handbook of Pharmaceutical Excipient, hal 640-642)
Pemerian : Hablur tidak berbau, tidak berwarna , serbuk halus putih , rasa seperti
garam
Kelarutan : Mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air mendidih,
praktis tidak larut dalam etanol (95%)P.
Kegunaan : sebagai Buffering agent (0,3-2,0%)
Penyimpanan : dalam wadah yang tertutup rapat
Inkompatibilitas: basa, larutan alkali, agen pereduksi, agen pengoksidasi
Persyaratan : 0,3% - 2,0% dari total sediaan.
ADI : 15 mg/kg BB
Alasan pemilihan bahan : Natrium sitrat mempunyai kelarutan yang mudah larut
dalam air. Natrium sitrat di kombinasikan dengan garam sitrat guna menjaga
sediaan tersebut dalam PH yang konstan selama penyimpanan.
3. PVP
Pemerian : Pemerian berbentuk serbuk halus berwarna putih sampai putih
kekuning-kuningan,karakteristik tidak berbau atau hampir berbau, higroskopis.
Kelarutan : larut dalam asam, kloroform, etanol (95%), keton, methanol dan air.
polivinil pirolidon atau PVP Tidak larut dalam eter, hidrokarbon, dan minyak
mineral.
Stabilitas : PVP menjadi lebih gelap dengan pemanasan pada suhu 150o C, tetapi
stabil pada pemaparan panas yang singkat pada 110-130 oC. PVP dapat
disimpan dalam kondisi umum tanpa mengalami dekomposisi atau degradasi.
Karena sifatnya yang higroskopis, PVP harus disimpan dalam wadah kedap
udara di tempat yang kering dan sejuk.
Inkompatibilitas:penggunaan pengawet seperti thimerosal dapat mengakibatkan
efek samping karena terbentuk komplek dengan PVP.
Kegunaan : zat pensupensi perbandingan diatas 5,0 %
ADI : 50mg/kg/hari (WHO, 1986)
8. Essence Jeruk
Pemerian : cairan kental, warna orange, bau jeruk
Kegunaan : pewarna dan perasa
Alasan pemilihan bahan : Dapat bercampur dengan semua bahan aktif dan
memberikan bau dan rasa yang sesuai yaitu jeruk.
6. Metode Pembuatan
Alat
Timbangan digital
Mortir dan stamper
Gelas ukur
Beaker glass
Indicator pH
viskotester
pipet tetes
botol
penggaris
batang pengaduk
Bahan
- Amoksilin
- Sodium citrate
- Citric acid,crystaline
- Natrium benzoat
- Laktosa
- PVP
- PGA
- Orange flavour
- Sodium sacharin
- Aqua
Cara Kerja
siapkan mortir panas,gerus asam sitrat 1,26 gram dan sodium sitrat 3 gram ad
homogen
timbang amoksisilin 3 gram lalu gerus di mortir yang sudah berisi asam sitrat serta
sodium sitrat
timbang PVP 3 gram dan PGA 3 gram gerus di mortir yang sama ad homogen
timbang laktosa 1,8 gram,sakarin 0,16 gram dan natrium benzoat 0,1 gram lalu gerus
juga di mortir yang sama ad homogen
setelah homogen,tambahkan sedikit flavouring agent 0,9 gram pada campuran gerus
lagi ad homogen
lalu campur serbuk yang homogen dengan etanol ad masa granul,ayak dengan
ayakan 12,keringkan di oven,ayak lagi dengan ayakan 14
Rancangan Etiket
Rancangan Brosur
Rancangan Kemasan
8. Hasil dan Pembahasan
β = flokulasi (V sediaan)
deflokulasi (V sediaan)
Metode : 1. Merangkai alat uji (corong, alas, statif) dan diatur jarak
dasar corong dengan alas 10 cm
Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu melakukan pembuatan sediaan amoksilin liquid dalam
bentuk dry sirup beserta evaluasinya.Memilih bentuk sediaan dry sirup karena amoksisilin
tidak stabil dalam air. Adanya air dapat menghidrolisis cicin beta-lactam sehingga amoksilin
akan rusak dan efek antibiotikya terdegradasi. Amoksilin sukar larut dalam air sehingga
dibuat dalam bentuk suspensi dengan penambahan PVP dan PGA sebagai suspending agent.
Awalnya hanya di gunakan PVP namun karena pada pembuatan skala kecil hasilnya kurang
kental dan beraroma yang tidak enak maka di tambahkan PGA yang dalam pelarutannya tidak
memerlukan pemanasan sehingga tidak merusak amoksilin. Bahan tambahan lain yang
digunakan dalam sediaan ini yaitu Na. Benzoat sebagai pengawet, Na. Siklamat dan laktosa
sebagai pemanis dan juga pewarna.
Dalam prosedur pembuatan dry sirup yang pertama dilakukan adalah mengkalibrasi
botol 60 mL, kemudian meyiapkan mortir hangat untuk menggerus dapar.Gerus asam sitrat
dan natrium sitrat dalam mortir hangat lalu tambahkan bahan aktif (Amoxicillin),gerus
sampai homogen.lalu selanjutnya tambahkan Na Benzoate, sakarin,laktosa PGA dan
PVP.PVP di campurkan terakhir karena higroskopis.untuk mengetahui homogenitasnya maka
di tambahkan citrus Red No. 2 untuk menutupi bau tidak enak pada bahan aktif.Pada
pembuatan skala kecil tidak di lakukan granulasi karena hanya sedikit bahan.pembuatan ini
dilakukan hanya untuk mendapatkan formulasi yang baik. Namun pada pembuatan skala
besar(500 ml),dilakukan granulasi basah yaitu dengan ditambahkan etanol sedikit demi sedikit
hingga terbentuk masa granul dan di ayak dengan ayakan No. 12.setelah itu di oven sampai
kering. Kemudian di lakukan pengayakan kembali dengan ayakan No. 14 untuk mendapatkan
granul yang baik.
Selanjutnya dari granul yang di dapatkan dilakukan uji evaluasi meliputi, viskositas,
waktu alir, laju sedimentasi, pH, bau, warna dan rasa. Dari evaluasi tersebut di dapatkan hasil
berikut :
Evaluasi Hasil
Ph 4-5
Warna Kuning
Bau Amoxicilin
Rasa Manis
Berdasarkan uji tes pH dihasilkan pH yaitu antara 4,0 – 5,0 yang masih masuk dalam
rentang pH dalam spesifikasi yang ditetapkan (pH 5,0 – 7,5). Uji laju sedimentasi dilakukan
untuk mengetahui kecepatan pengendapan sediaan suspensi. spesifikasi sediaan yang baik
yaitu sebesar 0,01 (atau < 1). Uji ini dilakukan selama 24 jam dan hasilnya yaitu tidak ada
endapan,ini dapat berarti bahwa sediaan yang dibuat sudah sangat baik.
Waktu alir granul yang dihasilkan pada tiga kali replikasi yaitu 0.32,0.34 dan
0.34 pada 10 gram granul,ini tidak sesuai dengan spesifikasi sediaan yaitu lebih dari 1
gram/100 gram berat granul.sedangkan untuk uji viskositas tidak dilakukan pengukuran
dengan viscometer dikarenakan terbatasnya waktu praktikum.jika dilihat langsung sambil di
aduk,viskositas yang dihasilkan sudah cukup baik yaitu tidak kental dan juga tidak terlalu
encer.
9. Kesimpulan
Pada praktikum ini sediaan dibuat dalam bentuk dry sirup sebab amoksisilin
tidak stabil dalam media air. Karena dengan adanya air dapat menghidrolisis cicin
beta-lactam sehingga amoksilin akan rusak dan efek antibiotikya terdegradasi. dibuat
dalam bentuk suspensi karena Amoksisilin sukar larut dalam air
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan diperoleh, bau dan waktu alir tidak memenuhi
syarat spesifikasi sediaan yang telah ditetapkan. Sedangkan untuk evaluasi pH, warna, rasa,
dan laju sedimentasi memenuhi syarat spesifikasi sediaan yang telah ditetapkan.
10. Daftar Pustaka
Anonim.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
McEvoy and K. Gerald. 2002. AHFS Drug Book 4. USA: American Society of
Health System Pharmacist.
Reynolds, J.E.F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopeia, 28 Edition. London: The
Pharmaceutical Press.