PENDAHULUAN
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) merupakan pembangkit yang paling besar
perannya dalam memenuhi kebutuhan listrik di Indonesia terutama wilayah JAMALI.
Salah satu PLTU yang yang berada di Jawa adalah PLTU Pembangkitan Tanjung Jati B.
PLTU Pembangkitan Tanjung Jati B terdiri dari 2 unit beroperasi sebesar 2x660 MW dan
2 unit dalam proses pengerjaan sebesar 2x660 MW, yang ditargetkan akan beroperasi
(COD) pada bulan Oktober 2011 dan Januari 2012. Sampai saat ini PLTU Pembangkitan
Tanjung Jati B membantu pasokan daya listrik kedalam sistem JAMALI sampai dengan
9%, jika 4 unit beroperasi akan meningkat menjadi 11%. Melihat besarnya kontribusi
PLTU Pembangkitan Tanjung Jati B terhadap keandalan sistem JAMALI, maka kondisi
pembangkit diharuskan andal juga. Untuk menjaga keandalan pembangkit, kondisi
penyebab matinya (shut down) pembangkit harus dikurangi seoptimal mungkin.
Penyebab berhentinya (shut down) suatu pembangkit bisa disebabkan oleh faktor
kesengajaan atau ketidaksengajaan. Faktor kesengajaan disebabkan oleh adanya
program pemeliharaan pembangkit yang merupakan suatu keharusan untuk menjaga
agar kondisi mesin tetap andal dan beroperasi secara optimal, dimana kondisi shut down
tidak dapat dihindari. Penyebab lainnya adalah faktor ketidaksengajaan, berhenti
beroperasinya suatu pembangkit lebih disebabkan oleh gangguan-gangguan yang tidak
terduga. Faktor gangguan ini dapat dikurangi pengaruhnya terhadap keandalan
pembangkit setelah gangguan ini terjadi. Artinya gangguan dapat dikurangi atau
dihilangkan melalui analisa penyebab gangguan untuk mendapatkan pemecahan
masalah tersebut.
Salah satu faktor ketidaksengajaan yang pernah terjadi di PLTU Pembangkitan Tanjung
Jati B unit 1 adalah gangguan kerja pada wall sootblower (sootblower IR 881B)
disebabkan oleh patahnya coupling pin yang mengakibatkan bocornya pipa dinding boiler
(boiler wall tube). Sootblower berfungsi membersihkan jelaga pada dinding boiler
1
dengan menyemprotkan media uap. Ketika proses pembersihan selesai, sootblower
kembali ke posisi semula. Dalam perjalanannya menuju posisi semula, coupling pin patah
sehingga nozzle masih tersangkut di dalam boiler dan terus menyemprotkan uap. Akan
tetapi kondisi gangguan ini tidak terdeteksi oleh operator di CCR (Central Control Room).
Sootblower terus menyemprotkan uap sampai mengakibatkan kebocoran pada pipa
dinding boiler yang menyebabkan forced outage pada pembangkit untuk perbaikan.
Berdasarkan gangguan tak terduga tersebut, perlu adanya suatu kajian pemecahan
masalah untuk mencegah gangguan tidak terulang kembali.
1.2 Tujuan
Mengembangkan sistem pengendalian sootblower IR 881B yang memungkinkan DCS
untuk mendeteksi semua modus kegagalan
Meningkatkan keandalan unit dan citra perusahaan
Memperkecil biaya perbaikan dan pemeliharaan
1.3 Metodologi
1.3.1 Lingkup
Karya Inovasi ini difokuskan pada pengembangan sistem pengendaliani sootblower untuk
mencegah terjadinya kegagalan kerja (tersangkut tanpa bisa dimonitor) sehingga
kejadian kebocoran pipa dinding boiler dapat dihindari.
1.3.2 Sumber Data
Sumber data dalam proses pembuatan karya inovasi ini diperoleh dari studi
perpustakaan, laporan dan data operasi dan pemeliharaan PLTU, observasi lapangan dan
wawancara langsung dengan personil terkait.
2
BAB II
DASAR TEORI
Sootblower
Sootblower adalah alat yang berfungsi untuk membersihkan jelaga pada dinding boiler
dengan cara menyemprotkan uap panas, dan alat ini didesain untuk beroperasi 3 kali sehari.
Sootblower dapat dioperasikan melalui perintah dari DCS melalui PLC dengan rangakaian
pengendali sebagai penggeraknya.
Rangkaian Listrik
Rangkaian listrik adalah suatu kumpulan elemen atau komponen listrik yang saling
dihubungkan dengan cara-cara tertentu dan paling sedikit mempunyai satu lintasan tertutup.
Berbicara mengenai Rangkaian Listrik, tentu tidak dapat dilepaskan dari pengertian dari
rangkaian itu sendiri, dimana rangkaian adalah interkoneksi dari sekumpulan elemen atau
komponen penyusunnya ditambah dengan rangkaian penghubungnya dimana disusun dengan
cara-cara tertentu dan minimal memiliki satu lintasan tertutup. Dengan kata lain hanya dengan
satu lintasan tertutup saja kita dapat menganalisis suatu rangkaian.
Yang dimaksud dengan satu lintasan tertutup adalah satu lintasan saat kita mulai dari titik
yang dimaksud akan kembali lagi ketitik tersebut tanpa terputus dan tidak memandang
seberapa jauh atau dekat lintasan yang ditempuh.
SWITCH LAMPU
AC
3
BAB III
PEMBAHASAN
4
3.2 Proses Operasi Sootblower
5
IR887B CONTROL ELEMENTARY
FUSE
P176
F R START D176 LSF R
LSF F
F
F
LSR R
LSR
G176
MOTOR
A1
Sootblower beroperasi dengan menyemprotkan uap air bertekanan kedalam pipa dinding
boiler untuk membersihkan abu akibat hasil pembakaran batu bara. Mekanisme
penyemprotan sootblower adalah sebagai berikut:
1. Saat tombol “start” ditekan, arus listrik akan mengalir melalui limit switch forward
(LFR) dan mengaktifkan koil F (forward) sehingga kontaktor F motor akan tertutup
dan Motor akan berputar menggerakkan screw tube dan cam, maka nozzle akan
masuk kedalam ruang boiler.
2. Bersamaan dengan masuknya nozzle kedalam ruang boiler, maka cam akan
membuka trigger, dan poppet valve terbuka, sehingga uap panas tersalurkan melalui
gooseneck, dan disemprotkan oleh nozzle menuju pipa dinding boiler.
3. Dan ketika motor berputar maju dan trip pin mengenai limit switch forward (LSF) ,
maka LSF akan terbuka sedangkan LSR tertutup sehingga arus listrik mengalir
melalui LSR dan mengaktifkan koil R (rear) sehingga kontaktor R motor akan tertutup
dan motor akan berputar berlawanan menarik kembali nozzle, trigger akan terlepas
dari cam sehingga aliran uap air berhenti. Sedangkan motor akan berhenti ketika trip
6
pin mengenai limit switch rear (LSR) sehingga memutus arus listrik yang melewati
rangkaian pengendali.
Operator akan menerima informasi bahwa motor dan sootblower telah berhenti
bekerja melalui kondisi sinyal listrik yang tidak terkirim ke PLC dan DCS dikarenakan
limit switch rear (LSR) terbuka.
CCR Reading Circuit active Circuit Active Circuit Inactive Circuit Inactive
FORWARD CIRCUIT LOGIC TABLE
Existing L.S (NC) Closed Closed Open Open
Kondisi Extend Circuit Closed Closed Open Open
7
Kesimpulan dari bocornya pipa dinding boiler adalah sistem pengendalian kerja dari
sootblower kurang memadai. Sistem pengendalian yang ada lebih fokus pada putaran
timing gear (motor) yang mengaktuasi limit switch. Padahal bagian paling utama dari
sootblower adalah pergerakan nozzle (screw tube&cam) yang berfungsi utama
mengalirkan uap panas.
Proximity tipe induksi ini merupakan jenis Normally Closed, dan akan berubah status
ketika mendeteksi metal dalam radius lebih 5 mm dari muka detektor.
8
IR887B CONTROL ELEMENTARY
FUSE
P176
F R START D176 LSF R
LSF F
F
F
LSR R
LSR
G176
MOTOR
P
P
A1
P
PS
1. Couple pin patah ketika nozzle akan bergerak maju, maka kondisi LSR tertutup dan
kedua kontaktor relay (P) terbuka maka rangkaian sinyal akan selalu terbuka. Kondisi
ini dapat termonitor sebagai fail to start oleh operator di CCR. Kegagalan ini dapat
mengambat proses pembersihan jelaga pada pipa dinding boiler.
2. Couple pin patah ketika nozzle tertinggal dan masih menyemprotkan uap panas.
Kondisi rangkaian sinyal adalah posisi LSR terbuka akan tetapi kedua kontaktor relay
(P) tertutup maka rangkaian sinyal akan tertutup. Jika dalam waktu 3 menit (elapsed
time) rangkaian sinyal masih tertutup, operator akan menganggap ini sebagai kondisi
yang abnormal.
3. Jika terjadi kerusakan pada proximity switch (PS) tertutup, kondisi LSR terbuka dan
kedua kontaktor relay (P) selalu tertutup maka rangkaian sinyal akan selalu tertutup.
Kondisi ini dapat termonitor sebagai elapsed time oleh operator di CCR.
9
Tabel 3.2 Logika kerja sootblower dengan proximity switch dan relay
Dari analisa dan percobaan, disimpulkan bahwa modifikasi sistem pengendalian ini dapat
mendeteksi status-status abnormal sebagai berikut :
10
BAB IV
11
Jumlah biaya modifikasi = jumlah unit x jumlah sootblower per unit x Rp. 3.000.000,-
= 2 x 36 x Rp. 3.000.000,-
= Rp. 216.000.000,-
Start
Sootblower
dinonaktifkan
Reparasi Lokal
Sootblower
(BIAYA)
Normal
Operation
Gambar 4.1 Flowchart jika terjadi kegagalan pada modifikasi sistem pengendalian
sootblower IR 881B
12
Biaya perbaikan
Yang dimaksud biaya perbaikan disini adalah biaya yang dibutuhkan untuk
perbaikan pipa dinding boiler yang bocor akibat semprotan uap panas yang terus
menerus. Total biaya perbaikan sebesar Rp. 50.000.000,-.
Pemakaian solar untuk start-up
Setelah proses perbaikan pipa dinding boiler selesai, mesin pembangkit siap
dioperasikan kembali (start-up). Proses start-up sendiri membutuhkan solar
sebanyak 80,82 ton atau 94,35 m3 atau 94350 Liter.
Biaya pemakaian solar = Volume solar x Harga solar industri
= 94350 Liter x Rp. 8.000,-/Liter
= Rp. 754.800.000,-
Karena unit mengalami shut down, maka terdapat batu bara yang tidak terbakar
selama shutdown. Hal ini menjadi biaya yang tidak dikeluarkan, sehingga menjadi
faktor pengurang dalam perhitungan kerugian.
Batu bara yang tidak terbakar = Pemakaian Batu Bara x Lama Shutdown x Harga
Batu bara
13
Start
Coupling Pin
Coupling Pin Patah pada
Patah pada Posisi Retract
Posisi Forward
Sootblower tidak aktif
karena tersangkut pada
Sootblower terus posisi Istirahat
menyemprot karena
tersangkut posisi Semprot
Terjadi slagging pada
walltube, menghambat
transfer panas, dan terjadi
Walltube thermal stress
mengalami Erosi,
terjadi Kebocoran
Walltube Retak
dan bocor akibat
thermal stress
Pemakaian
Make Up
Water naik
Terdeteksi
kebocoran
Shutdown
(KERUGIAN)
Pekerjaan
Reparasi
(BIAYA)
Start Up
(BIAYA)
Normal
Operation
Gambar 4.2 Flowchart jika terjadi kegagalan pada sistem pengendalian
14
4.3 Analisa Resiko
Modifikasi sistem pengendalian ini dapat bekerja lebih baik, dan dapat mendeteksi
kegagalan kerja sootblower IR 801B yang tidak dapat dideteksi oleh sistem
penngendalian yang sudah ada (existing).
Resiko yang diberikan oleh modifikasi ini rendah, karena modifikasi merupakan
pertambahan sistem pengendalian yang sudah ada tanpa mengubah sistem existing.
Berikut adalah tabel perbandingan skenario kegagalan kerja sootblower IR 801B antara
sistem pengendalian modifikasi dengan existing.
15
BAB V
5.1 Kesimpulan
Penyebab shutdown Unit 1 pada tanggal 4 November 2010 adalah kegagalan kerja
sootblower yang tidak terdeteksi lebih awal akibat sistem pengendalian sootblower IR
881B yang kurang memadai. Hal ini menyebabkan unit shutdown selama 54 Jam, hilang
produksi energi sebesar 35,636.94 MWh, dan kehilangan availability sebesar 7,49%
(TJBPS Disturbance report TJB-PR-0632-R00). Shutdown akibat kebocoran pipa dinding
boiler tersebut dapat dihindari dengan melakukan modifikasi sistem pengendalian
sootblower IR 881B. Modifikasi yang dilakukan adalah dengan menambahkan proximity
switch dan relay pada rangkaian pengendalian. Berdasarakan hasil pengujian yang telah
dilakukan, modifikasi ini mampu mendeteksi semua modus kegagalan kerja sootblower
IR 881B secara cepat akibat couple pin patah. Dari segi finansial, biaya modifikasi 2 unit
pembangkit hanya sebesar Rp. 216.000.000,- jauh lebih murah dibandingkan dengan
kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan kerja sootblower IR 881B sebesar
Rp.7.232.645.000,-.
5.2 Saran
Modifikasi sistem pengendalian kerja sootblower IR 881B merupakan salah satu solusi
akibat dari couple pin patah. Untuk kedepannya, sistem pengendalian dapat
dikembangkan lebih lanjut menyesuaikan gangguan lain yang terjadi pada sootblower IR
881B.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN A
18
LAMPIRAN B
1 2 3
WALLTUBE DIPOTONG
6
5 4
19