Anda di halaman 1dari 16

RUMAH SAKIT NURUL HASANAH

Telp: 082362228686/082362228787

Email: rsnurulhasanah@gmail.com

PEDOMAN
PELAYANAN TRIASE KEGAWATDARURATAN

2018
BAB I
DEFINISI

A. Latar Belakang
Rumah sakit adalah Institusi tempat memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat dengan tujuan penyembuhan penyakit serta terhindar dari kematian atau
kecacatan. Dalam melaksanakan fungsinya rumah sakit harus pula mengendalikan
atau meminimalkan risiko baik klinis maupun non klinis yang mungkin terjadi selama
proses pelayanan kesehatan berlangsung, sehingga terlaksana pelayanan yang aman
bagi pasien.

Oleh karena itu keselamatan pasien di rumah sakit merupakan prioritas utama dalam
semua bentuk kegiatan di rumah sakit. Untuk mencapai kondisi pelayanan yang
efektif, efisien dan aman bagi pasien itu diperlukan komitmen dan tanggung jawab
yang tinggi dari seluruh personil pemberi pelayanan di rumah sakit sesuai dengan
kompetensi dan wewenangnya.

Skrining dilakukan pada kontak pertama di dalam atau di luar Rumah Sakit. Kontak
pertama adalah dimana pasien diterima untuk pertama kalinya di Rumah Sakit,
biasanya pasien pertama kali datang ke Unit Rawat Jalan ataupun Instalasi Gawat
Darurat.

B. Tujuan
Pasien diterima sesuai dengan sumber daya yang tersedia di rumah sakit sehingga
pasien dapat dilayani sesuai dengan fasilitas yang tersedia di RS sehingga diperoleh
informasi yang tepat tentang masalah kesehatan yang dihadapi pasien. Dengan
skrining awal sangat perlu dilakukan untuk menentukan dan mengambil keputusan
tentang pengobatan dan tindak lanjut.
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Ruang lingkup pelayanan Instalasi Gawat Darurat meliputi :


1. Kriteria Triage, evaluasi visual /pengamatan, pemeriksaan fisik / hasil dari
pemeriksaan fisik (Prosedur Kerja IGD)
2. Laboratorium klinik (Prosedur Kerja Laboratorium)
3. Diagnostik Imajing sebelumnya (Prosedur Kerja Laboratorium)

B. Batasan Operasional
1. Instalasi Gawat Darurat
Adalah unit pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan pertama
pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara terpadu dengan
melibatkan berbagai multidisiplin.

2. Triage
Adalah pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat ringannya trauma /
penyakit serta kecepatan penanganan / pemindahannya.

3. Prioritas
Adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan
pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.

4. Survey Primer
Adalah deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam
jiwa.

5. Survey Sekunder
Adalah melengkapi survei primer dengan mencari perubahan – perubahan
anatomi yang akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat
perubahan fungsi vital yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak
segera diatasi.
6. Pasien Gawat darurat
Pasien yang tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya atau anggota badannya ( akan menjadi cacat ) bila tidak
mendapat pertolongan secepatnya.
7. Pasien Gawat Tidak Darurat
Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat
misalnya kanker stadium lanjut.

8. Pasien Darurat Tidak Gawat


Pasien akibat musibah yang datang tiba – tiba tetapi tidak mengancam nyawa
dan anggota badannya, misalnya luka sayat dangkal.

9. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat


Misalnya pasien dengan ulcus tropium , TBC kulit , dan sebagainya.

10. Kecelakaan ( Accident )


Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai faktor yang datangnya
mendadak, tidak dikehendaki sehingga menimbulkan cedera fisik, mental dan
sosial.
Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :
1. Tempat kejadian :
a. Kecelakaan lalu lintas
b. Kecelakaan di lingkungan rumah tangga
c. Kecelakaan di lingkungan pekerjaan
d. Kecelakaan di sekolah
e. Kecelakaan di tempat – tempat umum lain seperti halnya : tempat
rekreasi, perbelanjaan, di area olah raga, dan lain – lain.
2. Mekanisme kejadian
Tertabrak, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat, terbakar
baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.
3. Waktu kejadian
a. Waktu perjalanan ( travelling / transport time )
b. Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain – lain.
11. Cidera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan.

12. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau manusia
yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta
menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan masyarakat dan pembangunan
nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan. Kematian dapat terjadi bila
seseorang mengalami kerusakan atau kegagalan dari salah satu system / organ di
bawah ini, yaitu :
1. Susunan saraf pusat
2. Pernafasan
3. Kardiovaskuler
4. Hati
5. Ginjal
6. Pancreas
Kegagalan ( kerusakan ) System / organ tersebut dapat disebabkan oleh :
1. Trauma / cedera
2. Infeksi
3. Keracunan ( poisoning )
4. Degerenerasi ( failure)
5. Asfiksi
6. Kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar ( excessive loss of
water and electrolit )
7. Dan lain-lain.
Kegagalan sistim susunan saraf pusat, kardiovaskuler, pernafasan dan
hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat ( 4-6),
sedangkan kegagalan sistim/organ yang lain dapat menyebabkan kematian
dalam waktu yang lama.Dengan demikian keberhasilan Penanggulangan
Penderita Gawat Darurat (PPGD) dalam mencegah kematian dan cacat
ditentukan oleh:
1. Kecepatan menemukan penderita gawat darurat
2. Kecepatan meminta pertolongan
3. Kecepatan dan kualitas pertolongan yang diberikan
a. Ditempat kejadian
b. Dalam perjalanan ke rumah sakit
c. Pertolongan selanjutnya secara mantap di rumah sakit
BAB III
TATA LAKSANA

A. Petugas Penanggung Jawab


Dokter jaga IGD

B. Perangkat Kerja
1. Stetoscope
2. Tensimeter
3. Status medis

C. Tata Laksana Skrining


1. Pasien / keluarga pasien mendaftar ke bagian admission IGD
2. Dokter jaga IGD melakukan skrining dan pemeriksaan pada pasien secara
lengkap dan menentukan prioritas penanganan.
3. Prioritas pertama ( I, tertinggi, emergency ) yaitu mengancam jiwa / mengancam
fungsi vital, pasien ditempatkan diruang resusitasi
4. Prioritas kedua ( II, medium, urgent ) yaitu potensial mengancam jiwa / fungsi
vital, bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat. Penanganan dan
pemindahan bersifat terakhir. Pasien ditempatkan di ruang tindakan bedah / non
bedah
5. Prioritas ketiga ( III, rendah, non emergency ) yaitu memerlukan pelayanan biasa,
tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Pasien
ditempatkan diruang non bedah
6. Kebutuhan pasien di prioritaskan berkenaan dengan pelayanan preventif, kuratif,
rehabilitatif, dan paliatif.
7. Setelah dilakukan prioritas Penerimaan pasien rawat inap atau rawat jalan melalui
proses skrining. Proses ini merupakan upaya terhadap pengenalan
penyakit/kelainan yang belum diketahui dengan menggunakantes,pemeriksaan atau
prosedur lain yang dapat secara cepat
8. Membedakan orang yang tampak sehat benar-benar sehat dengan tampak sehat tapi
sesungguhnya menderita sakit.
9. Skrining dilakukan saat kontak pertama dengan pasien
10. Proses skrining dapat melalui :
a. Evaluasi visual
b. Pemeriksaan fisik atau hasil-hasil pemeriksaan sebelumnya
c. Skrining melalui telpon
11. Yang terkait fisik
a. Psikologi
b. Laboratorium klinis atau evaluasi pencitraan diagnostik
12. Proses skrining bisa dilakukan di sumber daya perujuk, selama transportasi
darurat atau ketika pasien tiba di RS
13. Keputusan untuk mengobati, memindahkan, atau merujuk dilakukan hanya setelah
hasil evaluasi skrining tersedia.
14. Rumah sakit mempertimbangkan menerima pasien sesuai dengan layanan yang
dimiliki
BAB IV
DOKUMENTASI

Indikator mutu dan keselamatan pasien yang digunakan di Rumah Sakit Nurul Hasanah
dalam memberikan pelayanan adalah angka keterlambatan penanganan kegawat daruratan
dengan dilakukan skrining awal masuk sangat menentukan ketepatan dan keselamatan dalam
pemberian pelayanan kesehatan penderita gawat darurat maupun rawat jalan di Rumah Sakit
Nurul Hasanah.

Dalam pelaksanaan indikator mutu dan skrining awal masuk IGD ataupun rawat jalan
menggunakan kurva harian dalam format tersendiri dan dievaluasi serta dilaporkan setiap
bulan pada panitia mutu dan Direktur Rumah Sakit Nurul Hasanah.
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................ i


Daftar Isi ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1


A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Tujuan ......................................................................................... 1
C. Ruang Lingkup ........................................................................... 1
D. Dasar Hukum .............................................................................. 2

BAB II KETENTUAN – KETENTUAN UMUM ........................................ 3


A. Pengertian ................................................................................... 3
B. Pelaksana .................................................................................... 3

BAB III MEKANISME TRIASE ................................................................... 4


BAB IV PENUTUP ........................................................................................ 6
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Pelayanan kegawat daruratan memerlukan penanganan secara terpadu , multidisiplin dan
multi profesi. Pelayanan kegawat daruratan saat ini sudah diatur dalam suatu sistem yang
dikenal dengan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Bantuan yang
diberikan pada pasien gawat darurat ini bertujuan untuk penyelamatan nyawa dan
mencegah kecacatan.

Pasien yang dating keinstalasi gawat darurat mempunyai bermacam-macam masalah,


mulai dari yang benar-benar memerlukan penanganan segera sampai yang sebenarnya
dapat ditangani di poli klinik non gawat darurat. Sumber daya yang bekerja di instalasi
gawat darurat harus dapat beker jase efisien mungkin agar dapat memberikan pelayanan
yang optimal kepada pasien yang dating keinstalasi gawat darurat. Begitu pula dengan
fasilitas yang tersedia harus digunakan pada pasien yang benar-benar memerlukan,
sesuai dengan tingkat kegawatan yang dialami.

Instalasi gawat darurat RS Nurul Hasanah memiliki dokter jaga on site 24 jam, serta
dokter jaga spesialis on call. Agar semua sumber daya ini dapat dimanfaatkan dengan
efisien perlu ditetapkan suatu panduan yang dapat memilah pasien sesuai dengan tingkat
kegawatannya.

B. Tujuan
1. Melakukan asesmen dan pemilahan kegawatdaruratan
2. Pasien mendapatkan penanganan sesuai tingkat kegawatdaruratan

C. RuangLingkup
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Rawat inap
D. DasarHukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik
Kedokteran
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
3. Undang-Undang Republik Indonesia no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009
tentang Standar Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit.
BAB II
KETENTUAN UMUM

A. Pengertian
Triase kegawat daruratan adalah suatu system seleksi dan pemilihan pasien untuk
menentukan tingkat kegawatan dan prioritas penanganan pasien, merupakan suatu proses
untuk melakukan asesmen segera terhadap semua pasien yang dating kerumah sakit. Ini
merupakan fungsi yang sangat mendasar pada pelayanan pasien gawat darurat dimana
banyak pasien harus ditangani secara bersamaan dengan tingkat kegawatan yang
berbeda-beda. Sistem triase yang efektif bertujuan untuk menentukan pasien yang perlu
penanganan segera mendapatkan perhatian yang benar, ditempatkan pada lokasi yang
benar sesuai dengan derajat kegawatan. Penanganan kegawat daruratan dimulai sesuai
dengan kebutuhan klinis bukan hanya tergantung dari waktu kedatangan.

B. Pelaksana
Petugas yang bertanggung jawab dalam proses triase adalah dokter dan / atau perawat
yang terlatih.
BAB III
MEKANISME TRIASE

Triase dilakukan saat pasien datang di Rumah Sakit Nurul Hasanah Kuta Cane dan merupakan
awal dari penanganan pasien di rumah sakit. Triase merupakan suatu proses yang berjalan
berkelanjutan yang selalu diikuti dengan asesmen dan reasesmen.

Keputusan triase dibuat berdasar respon pasien, tanda dan gejala, bukan berdasarkan
diagnosis. Kategori/label dalam triase diberikan berdasarkan tingkat kegawatan dan
kebutuhan untuk mendapatkan penanganan segera.Untuk menentukan triase petugas triase
harus mempunyai parameter kondisi pasien dengan kegawatan.

I. Instalasi Gawat Darurat


Sistem Penanganan Gawat Darurat di instalasi gawat darurat pertama kali dilakukan
dengan mengelompokkan pasien sesuai derajat kegawatan (triase) yang kemudian diberi
label.
Dalam triase dikenal 4 macam label berdasar tingkat kegawatan dan kebutuhan
penanganan segera, yaitu :
1. Merah
Pasien yang dikelompokkan ke dalam label merah adalah pasien yang memiliki kegawat
daruratan yang mengancam jiwa dan harus mendapatkan penanganan segera, seperti:
- Gangguan / obstruksi jalan napas
- Gangguan pernafasan berat
- Syok oleh karena berbagai sebab
- Gangguan kesadaran berat
- Dan lain lain
Pasien dengan label merah akan ditangani diruangan label merah/ resusitasi.

2. Kuning
Adalah kelompok pasien yang memerlukan pengawasan ketat tetapi tidak ada ancaman
kehidupan (life threatening). Penanganan dapat ditunda sementara akan tetapi dalam
waktu tidak terlalu lama (maksimal 30 menit) harus segera ditangani, seperti :
- Trauma kepala tanpa gangguan kesadaran berat
- Fraktur multipel tanpa syok
- Trauma thorax tanpa distress pernafasan
- Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma abdomen
berat, dehidrasi berat).
- Dan lain-lain
Pasien dengan label kuning akan ditangani diruangan label kuning. Selama
penanganan dalam label kuning dilakukan re-triase secara berkala sesuai kondisi
klinis. Bila kondisi memburuk (ada ancaman kehidupan) segera dibawa ke label
merah untuk dilakukan resusitasi.

3. Hijau
Adalah kelompok pasien tidak gawat dan penanganannya dapat ditunda, seperti :
- ISPA
- Gastritis akut
- Dermatitis
- Dan lain-lain
Pasien dengan label hijau akan ditangani diruangan label hijau. Selama penanganan
dalam label hijau dilakukan re-triase sesuai kondisi klinis sebelum pasien
dipulangkan.

4. Hitam
Pasien yang datang tanpa tanda kehidupan (henti napas, henti jantung, pupil midriasis
maksimal) di rumah sakit dibawa ke label merah untuk memastikan kematian sesuai
SPO Penentuan Kematian di IGD. Selanjutnya jika pasien dipastikan meninggal
dibawa ke label hitam dan dilakukan observasi selama 2 jam sebelum dibawa ke
kamar mayat.
Retriase dilaksanakan di label hijau, kuning dan merah, dilaksanakan dalam waktu
tertentu sesuai dengan kondisi pasien.

II. Unit Rawat Jalan


Pasien yang datang berkunjung ke rawat jalan diidentifikasi adakah kegawat daruratan.
Bila didapatkan tanda-tanda kegawat daruratan maka pasien ditransfer ke IGD
BAB IV
PENUTUP

Triase merupakan langkah awal dalam skrining pasien yang mempunyai kegawat daruratan.
Hasil akhir dari proses pelayanan pasien gawat darurat sangat ditentukan oleh penanganan
pertama paada pasien tersebut yang dimulai dari triase. Oleh karena itu panduan triase ini
sangat penting untuk dipahami dan dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai