Anda di halaman 1dari 6

SATUAN ACARA PENYULUHAN HERPES

Anggota Kelompok :
1. I KM ADHITYA PARTHAWIGUNA (16C11640)
2. NI PUTU AYU PANCA LESTARI DEWI (16C11654)
3. NI KADEK AYU WILIARI (16C11655)
4. NI KOMANG AYU YULISTYAWATI (16C11656)
5. NI LUH GEDE DWI SURYANINGSIH (16C11674)
6. NI LUH GEDE SINTIA MAYTAYANI (16C11676)
7. I GST NGR A INDRA DHARMA ARTA (16C11679)
8. NI PUTU KRISTINA DEWI (16C11685)
9. KOMANG TRISIA RATNA DEWI (16C11710)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI

TAHUN 2018

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HERPES
Pokok Bahasan : Herpes

Sub Bahasan : Penanganan Pertama pada Pasien Herpes

Penyuluh :

1. I KM ADHITYA PARTHAWIGUNA
2. NI PUTU AYU PANCA LESTARI DEWI
3. NI KADEK AYU WILIARI
4. NI KOMANG AYU YULISTYAWATI
5. NI LUH GEDE DWI SURYANINGSIH
6. NI LUH GEDE SINTIA MAYTAYANI
7. I GST NGR A INDRA DHARMA ARTA
8. NI PUTU KRISTINA DEWI
9. KOMANG TRISIA RATNA DEWI

Tempat : Balai Desa Kota Sanur

Sasaran : Masyarakat

Waktu : 6 April 2018

A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
D. STRATEGI
a. Ceramah
b. Demonstrasi
E. MEDIA
a. Lefflat
b. Power Point
F. KEGIATAN

No Acara Waktu Kegiatan Penyuluhan Evaluasi


1 Pembukaan 2 menit 1. Salam pembuka 1. Menjawab
2. Perkenalan diri
salam pembuka
3. Menjelaskan
2. Memahami
prosedur saat
prosedur yang
melakukan
dijelaskan
penyuluhan
2 Isi 8 menit 1. Menjelaskan 1. Dapat
paparan materi menangkap dan
yang sudah memahami
disiapkan paparan materi
yang sudah di
presentasikan
oleh penyaji
3 Penutup 2 Menit 1. Memberikan 1. Menanyakan
Masyarakat beberapa hal
kesempatan yang belum bisa
untuk bertanya di pahami
2. Memberikan
mengenai materi
salam penutup
yang sudah
dijelaskan
4 Evaluasi 2 menit 1. Memberikan 1. Dapat menerima
respon dari respon dari
pertanyaan yang penyaji
ditujukan
kepada penyaji

G. MATERI PENYULUHAN

Penanganan Pertama Pada Herpes

A. DEFINISI
Herpes zoster merupakan reaktivasi virus varicella zoster (VZV) yang
menyerang kulit dan mukosa. Insiden herpes zoster meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Terdapat tiga tujuan utama pengobatan yaitu: mengatasi
infeksi virus akut, mengatasi nyeri akut, dan mencegah timbulnya neuralgia
pasca-herpetik.

B. PENYEBAB
Herpes Zoster disebabkan oleh reaktivasi virus varisela zoster
Herpes simpleks disebabkan oleh HSV atau herpes virus hominis (HVH),
yang merupakan anggota dari famili herpesviridae. Adapun tipe-tipe dari
HSV:
1. Herpes simpleks virus tipe I : pada umunya menyebabkan lesi atau luka
pada sekitar wajah, bibir, mukosa mulut, dan leher.
2. Herpes simpleks virus tipe II : umumnya menyebabkan lesi pada genital
dan sekitarnya (bokong, daerah anal dan paha).

C. PERJALANAN PENYAKIT
Infeksi primer dari VVZ ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring.
Disini virus mengadakan replikasi dan dilepas ke darah sehingga terjadi
viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan asimptomatik. Keadaan ini
diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial System (RES) yang
kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremia nya lebih luas dan
simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagian virus
juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris
dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama antibodi yang beredar
didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini dapat
dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah
titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi herpes zoster.
Apabila infeksi virus herpes zoster mengenai bagian ganglion gasseri
yang menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus saraf trigeminus (N.V)
disebut herpes zoster oftalmikus, yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit. Apabila infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian ganglion
gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII) disebut herpes zoster
fasialis, yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit. Apabila infeksi
virus herpes zoster mengenai pleksus brakialis disebut herpes zoster brakialis,
yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit. Apabila infeksi virus
herpes zoster mengenai pleksus torakalis disebut herpes zoster torakalis, yang
ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit

D. GEJALA
Sebelum timbul gejala kulit terhadap gejala prodromal baik sistemik
seperti demam, pusing, malaise maupun lokal seperti nyeri otot-tulang, gatal,
pegal dan sebagainya. Setelah timbul eritema dan menjadi vesikel yang
berkelompok dengan dasar kulit yang eritema dan edema. Vesikel ini berisi
cairan jernih kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu) dapat menjadi
pastala dan krusta. Kadang vesikel mengandung darah yang disebut herpes
zoster haemoragik dapat pula timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan
ulkus dengan penyembuhan berupa sikatriks.
Disamping gejala kulit dapat juga dijumpai pembesaran kelenjar getah
bening regional. Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat
dermatomal sesuai dengan tempat persyarafan. Pada susunan saraf tepi jarang
timbul kelainan motorik tetapi pada susunan saraf pusat kelainan ini lebih
sering karena struktur ganglion kranialis memungkinan hal tersebut.
Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala yang khas. Kelainan
pada muka sering disebabkan oleh karena gangguan pada nervus trigeminus
atas nervus fasialis dan otikus.
Herpes zoster menimbulkan kelainan pada mata, disamping itu juga
cabang kedua dan ketiga menyebabkan kelainan kulit pada daerah
persyarafannya. Sindrom Ramsay Hunt diakibatkan oleh gangguan nervus
fasalis dan otikus sehingga menyebabkan pengelihatan ganda paralisis otot
muka (Paralisis Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persyarafan,
tinnitus vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, dan gangguan
pengecapan. Herpes zoster abortif artinya penyakit ini berlangsnug dalam
waktu yang singkat dan kelainan kulit hanya berupa vesikel dan eritema. Pada
Herpes Zoster generalisata kelainan kulitnya unilateral dan segmental
ditambah kelainan kulit yang menyebar secara generalisa berupa vesikel yang
solitar dan ada umbilikasi. Nauralgia pasca laterpetik adalah rasa nyeri yang
timbul pada daerah bekas penyembuhan. Nyeri ini dapat berlangsung sampai
beberapa bulan bahkan bertahun-tahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi.
Hal ini cenderung dijumpai pada usia lebih dari 40 tahun.

E. KOMPLIKASI
Pada usia lanjut lebih dari 40 tahun kemungkinan terjadi neuralgia pasca
herpetik.

Anda mungkin juga menyukai