Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kesehatan manusia semakin hari semakin dihadapkan dengan berbagai


permasalahan yang kompleks. Berbagai macam penyakit yang diderita semakin
beragam. Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh parasit berupa cacing, kutu,
caplak, tungau lalat dan nyamuk yang tentunya sangat beraneka ragam dan
merugikan manusia.Hampir di setiap ruang dalam dunia ini dihidupi oleh
mikroorganisme jenis ini. Mereka dapat masuk ke dalam tubuh manusia dengan
berbagai macam cara, melalui makanan, kebersihan lingkunganyang tidak terjaga,
udara, dan banyak lagi cara yang tentunya sangat berhubungan dengan perilaku
manusia itu sendiri. Berdasarkan alasan tersebutlah saya ingin membahas mengenai
beberapa parasit tersebut di dalam makalah saya ini, supaya kita lebih paham dan
mengenal berbagai macam parasit dan akhirnya kita bisa menghindari dan mencegah
parasit berkembangbiak di lingkungan sekitar kita.
1.2 RUMUSAN MASALAH
 Jenis-jenis cacing parasit
 Habitat cacing parasit
 Siklus hidup
 Pencegahan penyakit kecacingan
1.3 TUJUAN
 Untuk mengetahui jenis-jenis cacing parasit
 Untuk mengetahui habitat cacing parasit
 Untuk mengetahui bagaimana siklus hidup cacing parasit
 Bagaimana cara pencegahan penyakit cacingan

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 JENIS-JENIS CACING PARASIT

A. Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)


Cacing ini bisa dibilang paling besar dari jenis-jenis cacing dalam tubuh manusia
lainnya, bahkan pernah ditemukan hidup pada kotoran manusia mencapai
ukuran 15 hingga 35 cm. Sejauh ini cacing gelang sangat sering menginfeksi
manusia. Cacing gelang yang betina bisa mengeluarkan telur hingga 200.000
telur per harinya yang kemudian akan dikeluarkan bersamaan feses manusia.
Telur cacing yang ada perut kita berkembang biak selama 2 bulan dan setelah itu
akan menetas.

Cara Penularan

Cara penularan cacing gelang ini yaitu bisa menular dari manusia ke manusia lagi
melalui makanan yang dipegang dengan tangan yang kotor dan tidak terjaga
kebersihanya. Bisa juga disebabkan oleh lalat yang terkontaminasi telur cacing yang
hinggap pada makanan kita, yang kemudian tertelan dan masuk kedalam perut.

Pengaruh Cacing Gelang dalam Tubuh Manusia

Gejala yang timbul bila cacing masuk di dalam perut kita seperti nafsu makan
berkurang, terasa mual, perut membuncit seperti busung lapar (gizi buruk), feses yang
dikeluarkan bisa encer bercampur lendir dan juga berdarah.

Pencegahan

Pencegahan terhadap infeksi cacing gelang adalah dengan menjaga kebersihan tubuh
dengan mencuci tangan sebelum makan dan menjaga lingkukan dengan baik, dan
tentunya manusia yang terinfeksi cacing gelang harus segera dibawa kedokter agar
tak mengalami hal-hal yang lebih serius.

Taksonomi Cacing Gelang

Kingdom: Animalia

Filum: Nematoda

Kelas: Secernentea

Famili: Ascarididae
Genus: Ascaris

Spesies: Ascaris lumbricoides

. B. Cacing Daun (Trematoda)

Jenis cacing ini memiliki tubuh yang tidak bersegmen dan reproduksinya dengan cara
bertelur.

Cacing ini dapat hidup dan berkembang di dalam tubuh hewan seperti kambing dan
sapi. Cacing daun ini pun juga bisa hidup di dalam tubuh manusia secara langsung
menembus pori-pori dan masuk ke aliran darah saat manusia berada di kawasan
berair yang terdapat banyak cacing daun

Ketika cacing daun sudah masuk ke dalam perut, maka cacing ini akan bergerak dan
menembus dinding usus, kemudian bergerak lagi menuju paru-paru dan jantung dan
kemudian menuju ke hati.

Cara Penularan

Cacing daun bisa masuk ke tubuh melalui makanan seperti ikan, tumbuhan air, siput,
keong, dan hewan air lainnya yang telah terinfeksi cacing daun. Ini terjadi jika
manusia mengkonsumsi makanan tersebut dalam keadaan tidak matang sempurna
atau terjadinya kesalahan memasak

Pengaruh Cacing Daun dalam Tubuh Manusia

Ketika cacing daun telah berada di dalam hati, maka cacing daun mampu
mengakibatkan sel-sel pada hati tidak berfungsi, kemudian otomatis fungsi hati
menjadi rusak, dan yang paling fatal adalah bisa menyebabkan kematian.

Taksonomi Cacing Daun

Kingdom: Animalia

Filum: Platyhelminthes

Kelas: Trematoda
Ordo: Echinostomida

Famili: Fasciolidae

Genus: Fasciola

Spesies: Fasciola Hepatica

C. Cacing Kremi (Oxyuris vermicularis)

Jenis cacing dalam perut yang satu ini lebih sering menyerang anak-anak kecil
terutama pada anak-anak yang sering memasukkan tangannya ke mulut tanpa dicuci
terlebih dahulu.

Cacing ini tinggal didalam usus besar, namun cacing betina akan meninggalkan usus
besar dan pergi menuju lubang anus, nah disini lah dia akan bertelur. Pada saat keluar
dari bagian anus seperti inilah yang baru akan terasa gatal.

Di sekeliling kita, cacing kremi sering dikenal dengan nama cacing kerawit. Cacing
ini memiliki ukuran kecil-kecil, tubuhnya halus nyaris seperti benang, berwarna putih
dan memiliki panjang tubuh antara 3 hingga 5 mm saja.

Cara Penularan

Cara penularan cacing kremi ini yaitu bisa masuk langsung melalui mulut dengan
perantara makanan. Bahkan bisa juga masuk secara tidak sengaja melalui mulut
ketika si anak setelah menggaruk lubang anusnya yang gatal.

Pengaruh Cacing Kremi dalam Perut Manusia

Cacing kremi ini hidup dengan cara memakan isi usus sehingga menyebabkan anak
yang menderita cacing kremi akan kekurangan gizi.

Si anak yang menderita juga akan terganggu perkembangannya karena sari-sari


makanan yang seharusnya diserap oleh tubuh untuk pertumbuhan malah dimakan
oleh cacing yang ada dalam perutnya.
Cacing kremi akan menyebabkan gatal-gatal di sekitar anus. Bahkan pada anak
perempuan, cacing dalam perut ini bisa menyebabkan radang vagina karena larva
cacing di sekitar anus akan sampai ke sekitar vagina. Waspadalah!

Taksonomi Cacing Kremi

Kingdom: Animalia

Filum: Nematoda

Kelas: Secernentea

Ordo: Oxyurida

Famili: Oxyuridae

Genus: Enterobius

Spesies: Enterobius Vermicularis

D. Cacing Tambang (Ancylostoma Duodenale dan Necator


Americanus)

Cacing tambang ini merupakan jenis cacing dalam tubuh manusia yang sangat
mengerikan! Selama hidupnya, cacing ini terus mengisap darah yang ada di usus
manusia. Untuk jenis neractor, cacing tambang ini menghisap sekitar 0,03 ml darah
perharinya, sedangkan untuk jenis ancylocosta menghisap sekitar 0,2 ml darah
perhari.

Menurut sebuah studi diketahui bahwa seperempat dari penduduk dunia telah
terinfeksi oleh cacing tambang. Kasus infeksi yang paling sering di temukan adalah pada
daerah yang hangat dan lembab dan dengan tingkat kebersihan yang tidak terjaga

Cara Penularan

Seseorang bisa saja terinfeksi cacing tambang jika kontak langsung dengan tanah
yang terdapat kotoran hewan dan manusia yang terdapat cacing tambang didalamnya.
Cacing tambang juga dapat menular melalui kulit kaki yang terinfeksi larva cacing,
kemudian terbawa ke usus melalui pembuluh darah hingga akhirnya menetap di usus
halus.

Pengaruh Cacing Tambang dalam Perut Manusia

Beberapa gejala yang ditimbulkan oleh cacing tambang ini adalah mual-mual,
muntah, pusing, kekuatan tubuh melemah, sesak napas dan ada rasa mendengung
pada telinga.

Kemudian gejala klinisnya yaitu anemia, akibat dari cacing tambang yang menyerang
usu pada orang dewasa. Tingkat anemia juga bergantung pada berapa banyak cacing
tambang dan berapa banyak darah yang dihisap.

Penyebab utamanya adalah kurang terjaganya kebersihan. Bisa terjadi karena buang
air besar di tempat sembarangan yang kotor sehingga membuat cacing tambang ini
dapat tumbuh dan berkembang biak.

Taksonomi Cacing Tambang

Kingdom: Animalia

Filum: Nematoda

Kelas: Secernentea

Ordo: Strongylida

Famili: Ancylostomatidae

Genus: Ancylostoma

Spesies: Ancylostoma duodenale

E. Cacing Pita pada Manusia (Taeniasis)

Cacing pita dikenal sebagai parasit vertebrata berbahaya karena banyak menyerang
manusia, sapi, kerbau, dan babi. Penyakit yang disebabkan oleh penyakit ini dikenal
istilah taeniasis dan sistiserkosis.
Jenis cacing pita ini mempunyai bentuk panjang dan pipih layaknya pita, juga
mempunyai kepala yang kecil. Cacing ini memiliki semacam kait di tubuhnya untuk
melekatkan diri pada dinding usus manusia.

Ada tiga jenis spesies Taenia, pertama yaitu Taenia solium atau sering dikenal cacing
pita babi, Kedua yaitu Taenia saginata, sering ada pada sapi. Ketiga yaitu Taenia
Asiatica dimana ini merupakan bentuk ketiga dari Taenia solium dan saginata.

Infeksi pada tubuh manusia ini banyak disebabkan oleh spesies solium atau sering
dikenal dengan cacing pita babi.

Cacing pita ini masuk melalui makanan berupa daging yang telah tercemar adanya
cacing atau telur cacing yang kemudian berkembang biak di jaringan usus.

Cara Penularan

Cacing pita bisa masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan seperti daging sapi,
daging babi, atau daging lainnya telah tercemar adanya cacing atau telur cacing.

Pengaruh Cacing Pita dalam Perut Manusia

Beberapa gejala serius yang muncul akibat infeksi cacing ini adalah seperti perut
terasa mulas, perih serasa ditusuk-tusuk, mual, sering pusing, muka pucat, feses
menjadi berlendir dan nafsu makan berkurang.

Gejala infeksi invasif akibat cacing pita mempunyai kemungkinan menyebabkan


kerusakan pada organ dan jaringan. Gejala yang ditimbulkan seperti demam, timbul
benjolan atau kista, reaksi alergi, infeksi bakteri, hingga gejala gangguan syaraf
seperti kejang.

Taksonomi Cacing Pita

Kingdom: Animalia

Filum: Platyhelminthes

Kelas: Cestoda

Ordo: Cyclophylidea

Genus: Taenia
2.2 Habitat cacing parasit
A.Ascaris Lumbricoides.
Manusia merupakan satu satunya hospes Ascaris lumbricoides. Ascaris dapat
ditemukan pada manusia semua umur, tetapi paling sering di jumpai pada anak umur
5-9 tahun dengan frekuensi kurang lebih sama pada kedua jenis kelamin. Penyakitnya
disebut askariasis. Cacing dewasa bebentuk silinder dengan ujung yang meruncing.
Stadium dewasa hidup di rongga usus halus. Tanah liat dengan kelembaban tinggi
dan suhu yang berkisar antara 250C-3 0C sangat baik untuk berkembangnya telur
Ascaris lumbricoides sampai menjadi bentuk infektif. Cacing dewasa hidup di dalam
usus besar dan telur yang dihasilkan betinanya terbawa oleh material feses. Pada
material tersebut larva cacing dalam telur berkembang mencapai stadium infektif di
dalam tanah. Makanan yang berasal dari areal agrikultur dimana tanahnya telah
terkontaminasi oleh feses yang berisi telur infektif, dapat mentransmisikan telur
secara langsung ke manusia. Makanan yang terkontaminasi dengan telur infektif
dimakan oleh manusia dan larva tersebut keluar dari telur di dalam usus.
B.Cacing daun (Trametoda)
Cacing dewasa hidup di dalam tubuh hospes definitive. Telur diletakkan disaluran
hati, rongga usus, paru, pembuluh darah atau di jaringan tempat cacing hidup dan telur
biasanya keluar bersama tinja, dahak atau urin. Pada umumnya telur berisi sel telur, hanya
pada beberapa spesies telur sudah mengandung mirasidium ( M ) yang mempunyai bulu
getar. Didalam air telur menetas bila sudah mengandung mirasidium ( telur matang ). Pada
spesies trematoda yang mengeluarkan telur berisi sel telur, telur akan menjadi matang dalam
waktu kurang lebih 2-3 minggu. Pada beberapa spesies tremotoda telur matang menetas bila
ditelan keong ( hospes peramtara ) dan keluarlah mirasidium yang masuk ke dalam keong;
atau telur dapat langsung menetas dan mirasidium berenang dalam air; dalam waktu 24 jam
mirasidium harus sudah menemukan keong air agar dapat melanjutkan perkembangannya.
Keong air di sini berfungsi sebagai hospes perantara pertama ( HP 1 ). Dalam keong air
tersebut mirasidium berkembang menjadi sebuah kantung yang berisi embrio, yang di sebut
sporokista ( S ). Spoprokista ini dapat mengandung sporokista lain atau redia ( R );bentuknya
berupa kantung yang sudah mempunyai mulut, faring dan sekum. Didalam dompet sporokista
II atau redia ( R ), larva berkembang menjadi serkaria ( SK ).
Serkaria kemudian keluar dari keong air dan mencari hospes perantara II yang
berupa ikan, tumbuh-tumbuhan air, ketam, udang batu dan keong air lainnya, atau
dapat menginfeksi hospes definitive secara langsung seperti pada Schitosoma. Dalam
hospes perantara II serkaria berubah menjadi metaserkaria yang berbebtuk kista.
Hospes definitive mendapat infeksi bila makan hospes perantara II yang mengandung
metaserkaria yang tidak dimasak dengan baik. Infeksi cacing Schistosoma terjadi
dengan cara serkaria menembus kulit hospes definitive yang kemudian berubah
menjadi skistosomula, lalu berkembang menjadi cacing dewasa dalam tubuh hospes.

C. Cacing kremi (exyuris vermicularis)


Oxyuris vermicularis adalah nematoda usus yang tipis, putih yang habitatnya
di usus besar dan rectum. Cacing ini penyebarannya sangat luas hampir diseluruh
dunia bisa dijumpai, tetapi frekuensinya jarang pada orang kulit hitam. Nama lain
Oxyuris vermicularis antara lain Enterobius vermicularis, pin worm, dan cacing
kremi. Cacing ini dapat menyebabkan penyakit yang disebut oxyuriasis.
D. Cacing tambang (Ancylostoma Duodenale dan necator americanus)

Habitat cacing pada mukosa usus halus, duodenum dan bagian atas ileum.

E. Cacing pita pada manusia

Siklus hidup cacing pita :

1.Dalam usus manusia terdapat proglotid yang sudah masak yakni yang
mengandung sel telur yang telah dibuahi (embrio).

2.Telur yang berisi embrio ini keluar bersama feses. Bila telur ini termakan sapi,
dan sampai pada usus akan tumbuh dan berkembang menjadi larva onkoster.

3.Larva onkoster menembus usus dan masuk ke dalam pembuluh darah atau
pembuluh limpa, kemudian sampai ke otot lurik dan membentuk kista yang disebut
Cysticercus bovis (larva cacing). Kista akan membesar dan membentuk gelembung
yang disebut Cysticercus (sistiserkus). Manusia akan tertular cacing ini apabila
memakan daging sapi mentah atau setengah matang.
4.Dinding Cysticercus akan dicerna di lambung sedangkan larva dengan skoleks
menempel pada usus manusia. Kemudian larva akan tumbuh membentuk proglotid
yang dapat menghasilkan telur.

5.Bila proglotid masak akan keluar bersama feses, kemudian termakan oleh sapi.
Selanjutnya telur yang berisi embrio tadi dalam usus sapi akan menetas menjadi larva
onkoster. Setelah itu larva akan tumbuh dan berkembang mengikuti siklus hidup

2.3SIKLUS HIDUP CACING PARASIT


A.ascaris lumbriocoides
 Dimulai dari cacing dewasa yang bertelur dalam usus halus dan telurnya
keluar melalui tinja lewat anus, sehingga tahap ini disebut juga dengan fase
diagnosis, dimana telurnya mudah ditemukan. Kemudian telur yang keluar
bersama tinja akan berkembang di tanah tempat tinja tadi dikeluarkan
 dan mengalami pematangan.
 Selanjutnya setelah telur matang disebut fase infektif, yaitu tahap dimana
telur mudah tertelan
 Telur yang tertelan akan menetas di usus halus
 Setelah menetas, larva akan berpindah ke dinding usus halus dan dibawa
oleh pembuluh getah bening serta aliran darah ke paru-paru
 Di dalam paru-paru, larva masuk ke dalam kantung udara (alveoli), naik ke
saluran pernafasan dan akhirnya tertelan
 Di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Mulai dari telur matang
yang tertelan sampai menjadi cacing dewasa membutuhkan waktu kurang
lebih 2 bulan.

B.Cacing daun (Trametoda)

siklus hidup mereka dimulai ketika moluska seperti siput terinfeksi dengan larva
cacing. Larva tahap pertama disebut miracidia. Mereka memiliki struktur seperti ekor, silia
yang digunakan untuk bergerak dalam menemukan moluska. Tergantung pada spesies
kebetulan larva melewati tahap perkembangan yang berbeda

1. mirasidium : pada tahap ini hospes perantara akan diinfeksi melalui dua
proses yaitu dengan transmisi aktif,
2. sporocyst : dalam siput hospes perantara pertama dan akan menyerap
makanan melalui difusi melewati tegument
3. redia: Rediae juga terbentuk di dalam siput hospes perantara pertama dan akan
makan melalui faring . Entah rediae atau sporocyst berkembang menjadi
serkaria melalui polyembrony (adalah suatu bentuk yang lebih luas dari
reproduksi aseksual pada hewan, telur yang dibuahi akan menuju tahap
selanjutnya dimana akan dibentuk sel anakan yang idenetik) di siput.
4. cercaria : dilihat dari strukturnya memang dibentuk untuk penyebaran.
Mereka diadaptasi untuk mengenali dan menembus hospes perantara kedua,
yang berbeda fisik dan keadaan dari hospes sebelumnya.
5. mesocercaria :
6. metaserkaria. : merupakan bentuk kistik yang akan aktif dalam hospes
perantara sekunder.

bila fase Dewasa telah tercapai dalam host akhir yaitu manusia. maka akan terjadi
reproduksi secara seksual atau aseksual. Telur keluar tubuh dengan kotoran dan
menginfeksi moluska baru

C.Cacing kremi (exyuris vermicularis)

Cacing dewasa hidup di sekum, usus besar dan di usus halus yang berdekatan
dengan sekum. Mereka memakan isi usus penderitanya.Perkawinan (atau
persetubuhan) cacing jantan dan betina kemungkinan terjadi di sekum. Cacing jantan
mati setelah kawin dan cacing betina mati setelah bertelur. Cacing betina yang
mengandung 11.000-15.000 butir telur akan bermigrasi ke daerah sekitar anal
(perianal) untuk bertelur. Migrasi ini berlangsung 15 – 40 hari setelah infeksi. Telur
akan matang dalam waktu sekitar 6 jam setelah dikeluarkan, pada suhu tubuh. Dalam
keadaan lembab telur dapat hidup sampai 13 hari.

Infeksi dan Penularan


Penularan dapat dipengaruhi oleh :
1. Penularan dari tangan ke mulut (hand to mouth), setelah anak – anak menggaruk
daerah sekitar anus oleh karena rasa gatal, kemudian mereka memasukkan tangan
atau jari – jarinya ke dalam mulut. Kerap juga terjadi, sesudah menggaruk daerah
perianal mereka menyebarkan telur kepada orang lain maupun kepada diri sendiri
karena memegang benda-benda maupun pakaian yang terkontaminasi. Telur
Enterobius vermicularis menetas di daerah perianal kemudian larva masuk lagi ke
dalam tubuh (retrofeksi) melalui anus terus naik sampai sekum dan tumbuh menjadi
dewasa. Cara inilah yang kita kenal sebagai : autoinfeksi
2. Debu merupakan sumber infeksi oleh karena mudah diterbangkan oleh angin
sehingga telur yang ada di debu dapat tertelan.
3. Anjing dan kucing bukan mengandung cacing kremi tetapi
dapat menjadi sumber infeksi oleh karena telur dapat menempel pada bulunya.
Parasit ini kosmopolit tetapi lebih banyak ditemukan di daerah dingin daripada di
daerah panas. Hal ini mungkin disebabkan karena pada umumnya orang di daerah
dingin jarang mandi dan mengganti baju dalam. Penyebaran cacing ini juga ditunjang
oleh eratnya hubungan antara manusia satu dengan lainnya serta lingkungan yang
sesuai.
Frekuensi di Indonesia tinggi, terutama pada anak dan lebih banyak ditemukan pada
golongan ekonomi lemah. Frekuensi pada orang kulit putih lebih tinggi daripada
orang negro.

Penyebaran cacing kremi lebih luas dari cacing lain. Penularan dapat terjadi pada
suatu keluarga atau kelompok-kelompok yang hidup dalam satu lingkungan yang
sama seperti asrama atau rumah piatu. Telur cacing dapat diisolasi dari debu di
ruangan sekolah atau kafetaria sekolah dan mungkin ini menjadi sumber infeksi bagi
anak-anak sekolah. Di berbagai rumah tangga dengan beberapa anggota keluarga
yang mengandung cacing kremi, telur cacing dapat ditemukan (92%) di lantai, meja,
kursi, bufet, tempat duduk kakus (toilet seats), bak mandi, alas kasur, pakaian. Hasil
penelitian menunjukkan angka prevalensi pada berbagai golongan manusia 3-80%.
Penelitian di daerah Jakarta Timur melaporkan bahwa kelompok usia terbanyak yang
menderita entrobiasis adalah kelompok usia antara 5-9 tahun yaitu terdapat 46 anak
(54,1%) dari 85 anak yang diperiksa.

D. Cacing tambang (Ancylostoma Duodenale dan necator americanus)

Cacing dewasa hidup di dalam intestinum tenue (usus halus). Cacing betina
dewasa mengeluarkan telur dan telur akan keluar bersama dengan tinja. Apabila
kondisi tanah menguntungkan (lembab, basah, kaya oksigen, dan suhu optimal 26°C
– 27°C) telur akan menetas dalam waktu 24 jam menjadi larva rhabditiform. Setelah
5 – 8 hari larva rhabditiform akan mengalami metamorfosa menjadi larva filariform
yang merupakan stadium infektif dari cacing tambang. Jika menemui hospes baru
larva filariform akan menembus bagian kulit yang lunak, kemudian masuk ke
pembuluh darah dan ikut aliran darah ke jantung, kemudian terjadi siklus paru-paru
(bronchus → trachea → esopagus), kemudian menjadi dewasa di usus halus. Seluruh
siklus mulai dari penetrasi larva filariform ke dalam kulit sampai menjadi cacaing
tambang dewasa yang siap bertelur memakan waktu sekitar 5 – 6 minggu.

E. Cacing pita pada manusia


Secara sekilas siklus hidup cacing pita mirip dengan Trematoda, akan tetapi
lebih sederhana. Hal ini disebabkan karena tidak ada fase reproduksi aseksual pada
daur hidup Cestoda. Berikut ini adalah daur hidup umum dari cacing pita:

1. Telur – Cestoda bereproduksi seksual, lalu menghasilkan (dan menyimpan) telur


pada proglotid-nya. Segmen proglotid yang matang kemudian “rontok” bersamaan
dengan telur-telur yang dikandungnya. Telur ini keluar melalui kotoran inang primer
dan dimakan oleh inang perantara (sapi, babi, dll.).
2. Onkosfer (en: oncosphere) – Dalam tubuh inang perantara, telur menetas menjadi
onkosfer, yaitu larva heksakant (en: hexacanth) yang masih dibungkus oleh lapisan
embrionik.
3. Larva heksakant – Onkosfer menjadi larva heksakant yang mampu menembus
dinding saluran pencernaan, dan terbawa menuju otot.
4. Sista sistiserkus (en: cysticercus) – larva heksakant yang telah berada di otot
kemudian membungkus diri menjadi sistiserkus. Sistiserkus ini bisa bertahan
beberapa tahun pada hewan (inang perantara), kemudian akan terbawa ke inang
primer (inang definitif) apabila termakan bersamaan dengan daging hewan.
5. Cacing pita muda – sistiserkus yang berada di usus inang primer akan menempel
dan mulai tumbuh menjadi dewasa.
6. Cacing pita dewasa – cacing dewasa menempel pada usus dengan skoleks dan mulai
melakukan reproduksi seksual, proglotid cacing pita mulai terisi dengan telur yang
berjumlah puluhan sampai ratusan ribu per segmen proglotid. Hebatnya, cacing pita
bisa memiliki 1.000 – 2.000 segmen.
7. Proglotid rontok – ketika sudah matang dan berisi telur, segmen-segmen proglotid
yang penuh dengan telur mulai berguguran dan terbawa melalui kotoran

2.4 Pencegahan penyakit cacingan

A. Ascaris lumbriocoides

Pencegahan terhadap infeksi cacing gelang adalah dengan menjaga


kebersihan tubuh dengan mencuci tangan sebelum makan dan menjaga lingkukan
dengan baik, dan tentunya manusia yang terinfeksi cacing gelang harus segera
dibawa kedokter agar tak mengalami hal-hal yang lebih serius

B.Cacing daun (Trametoda)


Tidak memakan sayuran mentah. Apabila menkonsumsi harus sudah dimasak
secara sempurna sehingga bisa dihindari terinfeksi oleh metaserkaria.
Pemberantasan penyakit kecacingan pada hewan ternak.
Pengobatan sempurna pada penderita

C.Cacing kremi (exyuris vermicularis)

Pengobatan

Gangguan cacing kremi bisa diatasi dengan terapi obat-obatan oral anti-cacing.
Biasanya meliputi jenis obat mebendazole, albendazole, atau pirantel pamoat yang
diketahui efektif membasmi cacing kremi.

Pencegahan

Anda bisa mencegah penularan cacing kremi dengan melakukan langkah mudah
sebagai berikut:

 rutin mencuci tangan, terutama sebelum makan


 menghindari kebiasaan menggigit jari atau menghisap jari
 hindari menggaruk area anus
 selalu mencuci seprai, pakaian, atau mainan dengan deterjen

D. Cacing tambang (Ancylostoma Duodenale dan necator americanus)

Pengobatan Infeksi Cacing Tambang

Untuk mendiagnosis infeksi cacing tambang, dokter akan mengambil sampel feses
pasien dan memeriksanya di laboratorium. Dari pemeriksaan itu, dokter akan mencari
kemungkinan adanya telur-telur cacing tambang. Tingkat keparahan infeksi bisa
dilihat dari berapa banyak jumlah telur-telur tersebut.

Infeksi cacing tambang umumnya dapat diatasi dengan obat-obatan anthelmintik


(anticacing), misalnya albendazole dan mebendazole, Dokter biasanya akan
meresepkan obat-obatan ini untuk dikonsumsi selama 1-3 hari. Kedua obat ini bekerja
dengan cara mencegah penyerapan glukosa oleh cacing, sehingga cacing kehabisan
energi dan pada akhirnya mati.

Albendazole dan mebendazole bisa menimbulkan efek samping berupa mual dan
muntah, sakit perut, sakit kepala, atau rambut rontok secara sementara. Namun, jika
efek samping terjadi secara berkepanjangan atau sampai mengganggu aktivitas
sehari-hari, penderita dianjurkan untuk menemui dokter kembali guna mendapatkan
solusi penanganan yang tepat.

Pada pasien yang mengalami kekurangan sel darah merah atau anemia, dokter akan
memberikan suplemen zat besi. Selain itu, asam folat juga bisa digunakan untuk
membantu pembentukan sel darah merah.

Pencegahan Infeksi Cacing Tambang

Infeksi cacing tambang bisa dicegah dengan tidak menyentuh tanah secara langsung,
dan menggunakan alas kaki jika berkunjung ke daerah endemik cacing tambang.
Selain itu, membersihan makanan dan sayuran yang akan dikonsumsi juga bisa
membantu menghindari infeksi parasit ini.

Mencuci tangan sebelum makan dan mengonsumsi air siap minum yang bersih atau
matang juga diperlukan untuk mencegah penyebaran cacing tambang

E. Cacing pita pada manusia

Pencegahan Infeksi Cacing Pita

Agar kita tida terinfeksi olh cacing pita, kita dapat melakukan upaya pencegahan.
infeksi cacing pita dapat dicegah dengan cara mencuci bersih tangan dan makanan
saat menyiapkan makanan. Hindari makanan mntah atau setengah matang dan hindari
membawa makanan ke tempat di mana diperkirakan terdapat wabah cacing pita.

Pengobatan Infeksi Cacing Pita

Taeniasis atau infksi cacing pita dapat diobati dengan praziquantel. Dosis yang dapat
dberikan bervariasi, tergantung pada kondisi tertentu dari infeksi cacing pita. Obat ini
bekerja dengan mempengaruhi struktur parasit dan menyebabkan kelumpuhan cacing
pita sehingga tubuh manusia tidak lagi mengalami infeksi. Jika praziquantel tidak
tersedia, niklosamida adalah alternatif yang biasanya dapat diberikan.

Sistiserkosis dapat diobati dengan anthelmintik seperti praziquantel dan Albendazole.


Pengobatan dapat mengakibatkan reaksi inflamasi sehingga membutuhkan perhatian
dan pertimbangan dari penggunaan kortikosteroid sistemik dan antikonvulsan
BAB 3
METODOLOGI

3.1 waktu dan tempat

ETOROLOGI

3.1 Waktu & tempat

Waktu : Jumat, 11 mei 2017

Pukul : 08.00 – selesai

Tempat : balai litbangkes kelas I donggala, desa labuang, laboratorium

parasitologi

3.2 alat dan bahan

a. Alat
 Microskop
 Gelas ukur
 Rak tabung
 Cover glass
 Beaker glass
 Objek glass
 Tabung sentrifusi
 Pipet tetes
b. Bahan
 Feses manusia
 Larutan garam
 Air
 Feses hewan
3.3 prosedur kerja

1. Feses dapat diambil dari tempat yang kering, tidak boleh terkontaminasi urine, air
atau desinfektan.

2. Feses diambil sebanyak setengah tabung menggunakan sendok yang sudah tersedia di
tabung feses

3. Tutup tabung feses dengan rapat, jangan lupa menulis idenstitas klien di tabung
tersebut.

4. Feses dimasukkan ke tabung reaksi.

5. Penutup kaca objek diletakkan diatas mulut tabung reaksi dengan hati-hati.

6. pastikan bahwa penutup kaca objek bersentuhan dengan cairan da tanpa gelembung
udara.

7. Penutup kaca objek harus diangkat dengan hati-hati, dan setetes cairan harus tersisa
pada penutup kaca objek tersebut.

8. Pengatatur fokus mikroskop untuk mengamati feses apakah mengandung telur cacing
atau tidak.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

(a) (b)

(c)
4.2 pembahasan

a. Cacing askariasis lumbricoides merupakan cacing nematoda yang dapat menyebabkan


penyakit askariasis. Askariasis merupakan penyakit kedua terbesar yang disebabkan
oleh makhluk parasit. Gambar (a) merupakan contoh bentuk cacing askariasis
lumbricoides. Cacing jantan askariasis lumbricoides memiliki panjang 10-31 cm dan
berdiameter 2-4 mm, sedangkan betina memiliki panjang 20-35 cm dan berdiameter
3-6 mm. Cacing dewasa hidup pada usus manusia. Seekor cacing betina dapat bertelur
hingga 200.000 telur/harinya.

b. Cacing jenis ini sering ditemukan pada unggaas. Pada unggas cacing jenis terdapat
dua golongan utama yaitu nematoda dan cestoda. Cacing aschadia galli merupakan
cacing penyebab ascaridosis yang merupakan penyakit yang sering menginfeksi
ternak unggas, khususnya ayam. Ascaridosis dapat menyebabkan penurunan berat
badan serta berat karkas yang berkisar 1,5-250 gram/ekor. Gambar (b) merupakan
contoh cacing aschadia galli yang terdapat pada usus ayam.

c. Cacing ascaris suum merupakan cacing penyebab penyakit ascariasis yang berasal
dari babi. Cacing ini mempunyai morfologi yang mirip dengan ascariasis
lumbricoides pada manusia. Cacing ini berukuran 250-400 mm dan sering terlihat di
kotoran babi. Cacing betina dapat menghasilkan telur hingga 0,5-1.000.000
telur/harinya dan ini akan bertahan diluar babi selama bertahun-tahun, mereka tahan
terhadap pengeringan dan pembekuan tetapi sinar matahri dapat membunuhnya dalam
beberapa minggu. Gambar (c) merupakan contoh bentuk cacing ascaris suum.
BAB V
PENUTUP

5.1Kesimpulan
Cacing parasit adalah cacing yang hidup sebagai parasit pada organisme lain, baik hewan
atau tumbuhan. Mereka adalah organisme yang seperti cacing yang hidup dan makan
pada tubuh yang ditumpangi serta menerima makanan dan perlindungan sementara
menyerap nutrisi tubuh yang ditumpangi. Penyerapan ini menyebabkan kelemahan dan
penyakit. Penyakit yang diakibatkan oleh cacing parasit biasanya disebut secara umum
sebagai kecacingan.

Cacing parasit umumnya merupakan anggota Cestoda, Nematoda, dan Trematoda.


Cacing biasanya hidup di dalam tubuh manusia, hewan dan tumbuhan.

5.2 Saran

saya harap pembaca dapat membaca dengan teliti agar pembaca dapat mengetahui cacing
sebagai parasit bagi manusia. Hewan dan tumbuhan
Daftar Pustaka

1.https://ekspektasia.com/jenis-jenis-cacing-dalam-tubuh-manusia/

2. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Cacing_parasit (diakses pada tanggal 13 mei 2018)

https://www.google.com.hk/amp/s/halosehat.com/penyakit/cacingan/cara-mencegah-
cacingan/amp (diakses pada tanggal 13 mei 2018)

Anda mungkin juga menyukai