Anda di halaman 1dari 12

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ketenagakerjaan dan asuransi kesehatan ini.

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Yogyakarta, 17 April 2019

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................. i

Daftar Isi ........................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
C. Tujuan........................................................................................................ 3

BAB II Pembahasan ......................................................................................... 4

A. Kondisi Ketenagakerjaan di NTT ............................................................. 4


B. Dampak Positif dan Negatif Kondisi Ketenagakerjaan di NTT ............... 5
C. Perbandingan Asuransi Kesehatan Pemerintah dan Swasta ...................... 6

BAB III Penutup............................................................................................... 9

A. Kesimpulan ............................................................................................... 9
B. Saran .......................................................................................................... 9

Daftar Pustaka .................................................................................................. 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tenaga kerja (SDM) merupakan satu aspek yang sangat berpengaruh terhadap
semua perkembangan perekonomian di dunia. Tenaga kerja tidak terlepas dari
pembangunan, Tenaga kerja tidak terlepas dari kehidupan, dan tenaga kerja
merupakan tonggak utama perekonomian suatu bangsa, di samping SDA dan
teknologi.

Di indonesia, masalah ketenagakerjaan mulai menjadi perhatian sejak masuknya


penjajahan. Dimulai dengan belanda, portugis, inggris, dan kemudian jepang.
Semuanya menerapkan sistemnya masing – masing. Meskipun
demikian,perlindungan terhadap tenaga kerja baru mulai mendapat perhatian setelah
Belanda di bawah pimpinan Deandels menerapkanetische politik (politik balas budi).
Semenjak saat itu, maka mulai lahir peraturan – peraturan (hukum) tentang
ketenagakerjaan, yang mana peraturan yang dibuat mulai memeperhatikan sisi – sisi
kemanusiaan.

Seiring perjalanan bangsa sampai memasuki era kemerdekaan, peraturan demi


peraturan dibuat untuk melindungi, dan menjamin kesejahteraan, keselamatan, dan
keberlangsungan hidup (secara kemanusiaan) para pekerja.

Dalam pasal 1 angka 2 UU No. 13 Tahun 2003 Tenaga kerja adalah setiap orang
yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa untuk
memnuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.

Pengertian tenaga kerja menurut UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan


diatas sejalan dengan pengertian ketenagakerjaan pada umumnya sebagaimana ditulis
oleh payaman J. simanjuntak (1985: 2) bahwa pengertian tenaga kerja atau manpower

1
adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari
kerja dan yang melakukan pekerjaan lain seperti sekolah dan mengurus rumah tangga.
Jadi semata-mata dilihat dari batasan umur, untuk kepentingan sensus diindonesia
menggunakan batas umur minimum 15 tahun dan maksimum 55 tahun.

Pengertian pengusaha menurut UU No. 13 tahun 2003 pasal 1 ayat 5 yaitu:

 Orang perorangan, persekutuan dan badan hukum yang menjalan kan


suatu perusahaan milik sendiri;
 Orang perorangan, persekutuan dan badan hukum yang menjalan kan
suatu perusahaan bukan miliknya.
 Orang perorangan, persekutuan dan badan hukum yang berada di
Indonesia mewakili perusahaan-perusahaan sebagaimana tersebut dalam
huruf a dan b yang brkedudukan diluar negeri.

Produktivitas per pekerja diperoleh dengan membagi nilai tambah yang tercipta
pada masing-masing lapangan usaha pada satu tahun tertentu dengan banyaknya
pekerja yang terserap di dalamnya . Tetapi fenomena yang terjadi di NTT sangat
berbanding terbalik dengan teori diatas seperti berikut pembuktian dari data BPS
Pada tahun 2012, pendapatan perkapita masyarakat NTT pada tahun 2012 atas dasar
harga berlaku sebesar RP 6.073.767 hanya seperenam pendapatan per kapita rata –
rata nasional yakni sebesar Rp 35.807.778. Angka ini menempatkan provinsi NTT
berada pada posisi 32 dari 33 provinsi dengan angka kemiskinan yang tinggi.
Pendapatan per kapita masyarakat tentu dipengaruhi oleh besarnya pendapatan yang
diperoleh masing-masing tenaga kerja tetapi yang menjadi masalah di NTT tenaga
kerja yang dihasilkan kecil dan satu lagi yang menjadi potret kehidupan di NTT
adalah pemerintah NTT mengharuskan masyarakatnya untuk mengkonsumsi beras
dan kalau orang makan sagu atau jagung seolah-olah mereka warga kelas dua.
Padahal tanah di NTT tidak hanya cocok untuk ditanami padi., tapi untuk ditanami
jagung dan sagu. Ini juga merupakan bentuk pemiskinan sementara pemerintah

2
setempat tidak memelihara masyarakatnya dengan baik,inilah yang menjadi alasan
mengapa kami tertarik membuat sebuah karya tulis ilmiah tentang tenaga kerja
diNTT karena kami banyak membaca dan mencari sumber yang menyatakan
bahwasanya NTT termasuk daerah yang memiliki tingkat kemiskinan ketiga tetapi
paling parah dan jarang tersentuh oleh pemerintah dan kami banyak mendengar
bahwasanya masyarakat NTT lebih suka bertransmigrasi daripada menetap
didaerahnya untuk bekerja maka pada pembahasan akan dibahas mengenai masalah
ketenagakerjaan di NTT yang akan dibagi kedalam beberapa bagian atau topik
permasalahan.

Yang akan menjadi topik bahasan adalah,baik tenaga kerja maupun pengusaha
memiliki risiko tersendiri dalam masing-masing pekerjaannya. Lalu apa yang
menjamin atas semua itu? Akan dibahas di bab selanjutnya

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi ketenagakerjaan di pulau Nusa Tenggara Timur?
2. Bagaimana sisi positif dan negatif dari kondisi ketenagakerjaan di pulau Nusa
Tenggara Timur?
3. Bagaimana perbedaan asuransi kesehatan yang dikelola oleh pemerintah dan
swasta?

C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca mengetahui kondisi
ketenagakerjaan di Indonesia khususnya di pulau NTT dan perbandingan asuransi
yang dikelola oleh pemerintah dengan yang dikelola oleh swasta.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kondisi Ketenagakerjaan di Pulau Nusa Tenggara Timur


Pada tahun 2012, pendapatan perkapita masyarakat NTT pada tahun 2012 atas
dasar harga berlaku sebesar RP 6.073.767 hanya seperenam pendapatan per kapita
rata – rata nasional yakni sebesar Rp 35.807.778. Angka ini menempatkan
provinsi NTT berada pada posisi 32 dari 33 provinsi dengan angka kemiskinan
yang tinggi. Pendapatan per kapita masyarakat tentu dipengaruhi oleh besarnya
pendapatan yang diperoleh masing-masing tenaga kerja tetapi yang menjadi
masalah di NTT tenaga kerja yang dihasilkan kecil dan satu lagi yang menjadi
potret kehidupan di NTT adalah pemerintah NTT mengharuskan masyarakatnya
untuk mengkonsumsi beras dan kalau orang makan sagu atau jagung seolah-olah
mereka warga kelas dua. Padahal tanah di NTT tidak hanya cocok untuk ditanami
padi ,akan tetapi untuk ditanami jagung dan sagu. Ini juga merupakan bentuk
pemiskinan sementara pemerintah setempat tidak memelihara masyarakatnya
dengan baik. Sumber menyatakan bahwasanya NTT termasuk daerah yang
memiliki tingkat kemiskinan ketiga tetapi paling parah dan jarang tersentuh oleh
pemerintah dan bahwasanya masyarakat NTT lebih suka bertransmigrasi daripada
menetap didaerahnya untuk bekerja
Di Desa Bipolo Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT)
sedang menuai dampak positif dari industri garam. Sudah lebih dari 200 tenaga
kerja terserap untuk produksi garam Bipolo. 200 tenaga kerja tersebut tidak hanya
laki-laki tetapi juga terdapat banyak perempuan. Mereka bekerja dengan
pendapatan harian setiap orang sebesar Rp55.000.
Jumlah tenaga kerja yang terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan di
Kantor Cabang BPJS Ketenagakerjaan NTT tercatat sekitar 42 ribu tenaga
kerja. Namun demikian, tenaga kerja yang terdaftar sebagai peserta BPJS

4
Ketenagakerjaan di NTT, umumnya adalah Pekerja Penerima Upah (PU) yakni
setiap orang yang bekerja dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam
bentuk lain dari pemberi kerja.

Sementera Pekerja Bukan Penerima Upah (BPU) atau yang sering disebut
pekerja mandiri, masih banyak yang belum terdaftar sebagai peserta BPJS
Ketenagakerjaan. Pekerja Bukan Penerima Upah (BPU) adalah pekerja yang
melakukan kegiatan atau usaha ekonomi secara mandiri untuk memperoleh
penghasilan dari kegiatan atau usahanya.
Contoh Pekerja Bukan Penerima Upah (BPU) seperti pedagang kaki lima
(PKL), pelaku usaha mikro kecil, pemilik kios kecil, penjual sayur keliling,
penjual ikan keliling, tukang ojek, tukang kayu, buruh dan lainnya. Para Pekerja
Bukan Penerima Upah (BPU) ini kadang tidak terdaftar sebagai peserta BPJS
Ketenagakerjaan karena tingkat pendapatan usahanya tidak pasti. Kadang untung
dan kadang rugi. Padahal resiko kecelakaan kerja cukup tinggi dalam kegiatan
usahanya.
Kondisi ini ternyata mendapat perhatian dari Bank NTT, sebagai Bank
Pembangunan Daerah (BPD) milik masyarakat NTT. Bekerjasama dengan BPJS
Ketenagakerjaan Cabang NTT, Bank NTT justru menyiapkan bantuan
penjaminan kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan bagi 25.000 tenaga kerja mandiri
atau Pekerja Bukan Penerima Upah (BPU) di wilayah NTT.

B. Dampak Positif dan Negatif Kondisi Ketenagakerjaan di Pulau Nusa


Tenggara Timur
o Dampak Positif :
1. Penjaminan kepersetaan BPJS Ketenagakerjaan bagi 25.000 tenaga
kerja mandiri atau Pekerja Bukan Penerima Upah (BPU) di wilayah NTT
dibantu oleh Bank NTT

5
2. Terserapnya lebih dari 200 tenaga kerja di Desa Bipolo Kabupaten
Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk produksi Garam
Bipolo.

o Dampak Negatif
1. Masyarakat Nusa Tenggara Timur lebih suka bertransmigrasi daripada
menetap dan bekerja di daerah asal dengan alasan pemerintah
mewajiban masyarakat mengonsumsi beras agar tidak seperti
masyarakat kelas 2 akan tetapi lahan di NTT tidak cocok untuk
ditanami beras.

C. Perbedaan Asuransi Kesehatan yang Dikelola Oleh Pemerintah dan PT.


Asuransi Jiwasraya (Persero)
o Untuk perbandingan yang pertama adalah masalah rujukan, di
mana rujukan ini sendiri merupakan syarat wajib bagi peserta
asuransi kesehatan milik pemerintah agar dapat memperoleh
perawatan di rumah sakit yang memang bekerja sama dengan
pemerintah pusat. Di mana pihak rumah sakit akan meminta surat
rujukan dari puskesmas terdekat dan baru akan diteruskan ke
pihak rumah sakit tersebut. Sedangkan untuk asuransi kesehatan
dari PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) tidak memerlukan surat
rujukan tersebut, di mana klient dapat langsung mendapatkan
perawatan di rumah sakit.
o Perbandingan asuransi kesehatan milik swasta dengan milik pemerintah
selanjutnya adalah dalam pemilihan rumah sakit yang dituju. Untuk
asuransi kesehatan yang dimiliki pemerintah biasanya dapat digunakan
dengan RSUD atau rumah sakit swasta yang sudah bekerja sama dengan

6
pihak pemerintah, di mana dalam hal ini masyarakat akan mendapatkan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan pada
asuransi kesehatan PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) sendiri dapat
memilih rumah sakit manapun yang bekerja sama dengan pihak asuransi,
di mana pembayaran sendiri juga akan dilakukan hanya dengan
menunjukan kartu asuransi. Akan tetapi apabila memilih rumah sakit yang
tidak bekerja sama dengan pihak asuransi, maka masyarakat akan
membayar terlebih dahulu baru dapat melakukan klaim kepada pihak
penyedia asuransi.
o Perbandingan asuransi kesehatan milik pemerintah dengan PT. Asuransi
Jiwasraya (Persero) selanjutnya adalah dalam pemilihan kamar perawatan
yang ada. Pada pemerintah sendiri maksimal hanya dapat memberikan
asuransi pada kamar kelas 1, di mana pada hal ini sendiri masyarakat akan
dapat melakukan klaim sepenuhnya atau tanpa membayar sama sekali
selama perawatan kesehatan masuk didalam asuransi pemerintah tersebut.
Sedangkan pada asuransi kesehatan PT. Asuransi Jiwasraya (Persero),
klien dapat memilih kamar VIP atau VVIP tergantung keanggotaan dan
juga kamar yang disediakan. Tentu saja hal ini menjadi salah satu
perbedaan yang paling mencolok pada kedua jenis asuransi kesehatan
tersebut.
o Perbandingan asuransi kesehatan dari pemerintah dan PT. Asuransi
Jiwasraya (Persero) selanjutnya adalah dari jumlah yang dibayarkan setiap
bulan. Pada asuransi kesehatan dari pemerintah pembayaran yang
dilakukan sendiri memang murah dan ini merupakan salah satu program
pemerintah agar dapat memperluas kesehatan masyarakat Indonesia yang
masih kekurangan. Sedangkan pada asuransi kesehatan milik PT. Asuransi
Jiwasraya (Persero) sendiri memang lebih mahal, akan tetapi seimbang
dengan pelayanan yang akan diberikan oleh pihah rumah sakit.

7
Bukan berarti asuransi milik pemerintah sama sekali tidak bagus,
pelayanan yang diberikan sangatlah progessional dan baik, akan tetapi
asuransi kesehatan milik pemerintah ini sendiri harus melakukan tahapan
yang dapat sedikit menghambat.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kondisi ketenagakerjaan di pulau Nusa Tenggara Timur menunjukkan hasil
yang sebanding antara dampak positif dan negatif. Dampak Positif dari kondisi
tersebut diantaranya BPJS Ketenagakerjaan dibantu oleh Bank NTT dan
terserapnya lebih dari 200 tenaga kerja di Desa Bipolo. Adapun dampak
negatifnya adalah,lahan yang tidak cocok untuk ditanami beras sehingga upah
ataupun gaji yang mereka terima akan terbelanjakan oleh harga beras yang mahal
karena di NTT sangat jarang ada lahan yang cocok untuk menanam padi.
Perbandingan asuransi kesehatan milik pemerintah dan PT. Asuransi
Jiwasraya (Persero) menunjukkan hasil yang signifikan. Dari mulai rujukan,
faskes, kelas, dan kecepatan layanan, asuransi kesehatan yang dikelola oleh
pemerintah membutuhkan biaya yang murah dan ekonomis akan tetapi pelayanan
yang didapat belum maksimal. Sebaliknya, asuransi kesehatan milik PT. Asuransi
Jiwasraya (Persero) atas beberapa indikator diatas menyajikan pelayanan yang
efisien akan tetapi biaya yang dibutuhkan lebih mahal dibandingkan dengan
asuransi kesehatan yang dikelola pemerintah.

B. Saran
Sangat disarankan untuk masyarakat agar memiliki sebuah asuransi
kesehatan, di mana dengan memiliki asuransi ini masysarakat akan mendapatkan
pelayanan kesehatan yang memadai tanpa harus memikirkan biaya yang besar.
Terlebih lagi dengan memiliki asuransi kesehatan dapat menjadi salah satu
jaminan untuk dapat layanan kesehatan yang diperlukan. Maka dari itu, lebih baik
memiliki asuransi sekarang sebelum terlambat.

9
Daftar Pustaka

o https://edoc.pub/makalah-hukum-ketenagakerjaan-indonesia-pdf-free.html
o https://www.teropongntt.com/jaminan-kepesertaan-bpjs-ketenagakerjaan-bagi-
pekerja-mandiri-pun-ditanggung-bank-ntt/
o https://www.dawainusa.com/industri-garam-bawa-dampak-positif-bagi-rakyat-ntt/
o https://www.teropongntt.com/jaminan-kepesertaan-bpjs-ketenagakerjaan-bagi-
pekerja-mandiri-pun-ditanggung-bank-ntt/
o https://www.jiwasraya.co.id/?q=id/program-jiwasraya
o https://www.cekpremi.com/blog/perbedaan-asuransi-kesehatan-dari-pemerintah-
dan-swasta/
o https://ngurusduit.com/2018/12/17/perbandingan-asuransi-kesehatan/

10

Anda mungkin juga menyukai