Anda di halaman 1dari 3

3.

Mahasiwa mampu mengetahui macam-macam abortus

Jawab :

A. Abortus Spontan

Abortus spontan terdiri dari abortus imminens, abortus insipiens, abortus inkomplertus, abortus
kompletus, abortus habitualis, abortus infeksiosa, abortus septic dan missed abortion.

B. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat)

Abortus propokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu akibat
suatu tindakan atau menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar tubuh ibu. Pada
umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum mencapai umur
28 minggu, atau berat badan bayi belum 1000 gram, walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000
gram dapat terus hidup.

4.Mahasiswa mmpu mengetahui etiologi dan patofisiologi

Jawab :

A. Etiologi Abortus

Wanita dengan abortus meningkat sesuai usia, kehamilan diusia >20 tahun dapat menimbulkan maslah,
karena kondisi fisik belum siap 100%. Kehamilan diusia tersebutmeningkatkan angka kematian ibu dan
janin 4-6 kali lipat dibandingkan dengan wanita hamil yang bersalin pada usia 20-30 tahun. Memasuki
usia 35 tahun, secara fisik wanita mengalami masa ovulasi yang tidak teratur sehingga kesehatan
reproduksi menjadi menurun dan kesempatan untuk hamil tinggal 15% (Mail, 2011).Kejadian abortus
sebagian besar dapat disebabkan oleh faktor ibu seperti usia ibu yang terlalu muda atau terlalu tua pada
saat hamil, ibu yang tidak ingin menggunakan kontrasepsi sehingga jarak kehamilan ibu dengan
kehamilan sebelumnya terlalu dekat, ibu yang tetap bekerja pada saat hamil tanpa diimbangi dengan
istirahat yang cukup serta tidak mengkonsumsi mkanan yang bergizi seimbang pada masa kehamilan
beresiko tinggi mengalami abortus pada saat hamil. (Manuaba, 2013).

B. Patofisiologi

Kebanyakan abortus spontan terjadi setelah kematian janin yang kemudian diikuti dengan perdarahan ke
dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahan-perubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel-
sel peradangan akut dan akhirnya perdarahan pervaginam. Hasil konsepsi terlepas seluruhnya atau
sebagian yang diinterpretasikan sebagai benda asing dalam rongga rahim. Hal ini menyebabkan kotraksi
uterus dimulai, dan segera setelah itu terjadi perdorongan benda asing itu keluar rahim (ekspulsi). Perlu
ditekankan bahwa pada abortus spontan, kematian embrio biasaya terjadi paling lama 2 minggu sebelum
perdarahan. Oleh karena itu, pengobatan untuk mempertahankan janin tidak layak dilakukan jika telah
perdarahan banyak karena abortus tidak dapat dihindari.Sebelum minggu ke 10, hasil konsepsi biasanya
dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini disebabkan sebelum minggu ke 10 vili korialis belum menanamkan
diri dengan erat ke dalam desidua sehingga telr mudah terlepas keseluruhnya. Antara minggu ke 10-12
koriontumbuh dengan cepat dan hubungan vili korialis dengan desidua makin erat hingga mulai saat
tersebut sering sisa-sisa korion (plasenta) tertinggal kalau terjadi abortus.Hasil konsepsi pada abortus
dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk, ada kalanya kantung amnion kosong atau tampak di dalamnya
benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum), mungkin pula janin telah mati lama (missed
abortion). Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin
mengering dan arena cairan amnion menjadi kurang oleh karena diserap. (Maryunani, 2013).

5. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi abortus

Jawab : Komplikasi yang sering timbul dari kejadian abortus seperti perdarahan, perforasi, syok, infeksi
dan pada missed abortion dapat terjadi kelainan pada pembekuan darah.

Jurnal : (Elisa Diyah Purwaningrum, Arulita Ika Fibriana. 2017. FAKTOR RISIKO KEJADIAN ABORTUS
SPONTAN.HIGEIA JOURNAL OF PUBLIC HEALTH RESEARCH AND DEVELOPMENT.Vol.1 No.3)

6. Mahasiswa mampu mengetahui faktor abortus

Jawbab : Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan terjadinya abortus, salah satunya adalah
terjadinya abortus pada usia ibu hamil yang terlalu muda, karena wanita hamil pada usia yang terlalu
muda (<20 tahun) dari segi biologis perkembangan alat-alat reproduksinya belum sepenuhnya optimal.
Dari segi fisikis belum matang dalam menghadapi tuntutan beban moril, emosional dan dari segi medis
sering mendapat gangguan (Handono, 2010).

Faktor lain yang berhubungan dengan kejadian terjadinya abortus adalah jarak kehamilan karena yang
terlalu dekat dapat memberikan indikasi kurang siapnya rahim untuk terjadi implantasi bagi embrio.
Persalinan yang rapat akan meningkatkan resiko kesehatan wanita hamil bila ditunjang dengan sosial
ekonomi yang buruk. Dengan kehamilan dan menyusui akan menurunkan derajat kesehatan yang akan
meningkatkan resiko terjadinya abortus. (Prasetyo, 2010).Disamping membutuhkan waktu untuk pulih
secara fisik perlu waktu untuk pulih secara emosional. Resiko tinggi pada jarak kehamilan <2 tahun dapat
dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana sehingga tidak menimbulkan kehamilan yang tidak
direncanakan, sebagian dari resiko tinggi adalah kehamilan yang tidak direncanakan. (Manuaba, 2010).

Faktor yang juga berhubungan dengan kejadian abortus adalah pekerjaan dan setatus gizi pada ibu hamil
karena jenis pekerjaan seorang wanita hamil dapat mempengaruhi kehamilannya baik ibu dan janin yang
dikandungnya. pekerjaan ibu yang dilakukan sehari-hari tanpa diimbangi dengan istirahat yang cukup
akan mempengaruhi kesehatan pertumbuhan dan perkembangan janin. (Susilawati, 2010).
No 3,4,6 sumber Jurnal : (MARTHA HUTAPEA.2017.FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
ABORTUS DI RUMAH SAKIT BANGKATAN PTPN II BINJAI TAHUN 2016.JURNAL ILMIAH KOHESI.Volume 1
No. 1)

Anda mungkin juga menyukai