Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Herpes zoster disebut juga shingles.Di kalangan awam populer atau lebih
dikenal dengan sebutan “dampa” atau “cacar air”.Herpes zoster merupakan
infeksi virus yang akut pada bagian dermatoma (terutama dada dan leher) dan
saraf.Disebabkan oleh virus varicella zoster (virus yang juga menyebabkan
penyakit varicella atau cacar/chickenpox.
Morbiditas infeksi virus di Indonesia masih sangat tinggi. Hal ini terbukti
dari data oleh Kelompok Studi Herpes Indonesia (KSHI), yang berhasil
mengumpulkan morbiditas Herpes Zoster dari 13 RS Pendidikan di Indonesia
dan beberapa RS tipe A dan B di Indonesia Barat sampai Timur. Terlihat dari
data, bahwa insidens infeksi tertinggi pada dekade ke- 4, sehingga terjadi
pergeseran usia dari data infeksi HZ terdahulu, dan 20% diantaranya
mengalami kejadian Neuralgia Paska Herpes sehingga usaha preventif dan
dampak kualitas hidup akibat gejala sisa berupa nyeri berkepanjangan paska
infeksi ini juga perlu dianalisis dan mendapat perhatian khusus. Dalam era
saat ini, harus menjadi perhatian bahwa diagnosis dini hingga tatalaksana
yang tepat, merupakan kompetensi dokter layanan primer.
Herpes zoster rupanya menggambarkan reaktivasi dari refleksi endogen
yangtelah menetap dalam bentuk laten mengikuti infeksi varisela yang telah
ada sebelumnya. Hubungan varisela dan herpes zoster pertama kali ditemukan
oleh Von Gokay padatahun 1888.ia menemukan penderita anak -anak yang
dapat terkena varisela setelahmengalami kontak dengan individu yang
mengalami infeksi herpes zoster. Implikasi neurologik dari distribusi lesi
semental herpes zoster diperkenalkanoleh Richard Bright tahun 1931 dan
adanya peradangan ganglion sensoris dan saraf spinal pertama kali diuraikan
oleh Von Bareusprung pada tahun 1862. Dan tatalaksana dalam menghadapi
komplikasi klinis serta gejala sisa merupakan ranah dokter spesialis Kulit dan
Kelamin serta dokter spesialis terkait lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Herpes Zoster?
2. Bagaimana anatomi fisiologi kulit?
3. Apa saja etiologi dari Herpes Zoster ?
4. Bagaimana klasifikasi dari Herpes Zoster?
5. Apa saja tanda dan gejala Herpes Zoster?
6. Bagaimana pathway dan patofisiologi dari Herpes Zoster?
7. Apa saja faktor resiko dari Herpes Zoster?
8. Bagaimana penatalaksanaan untuk menangani Herpes Zoster?
9. Apa saja pencegahan pada Herpes Zoster?
10. Apa saja pemeriksaan penunjang Herpes Zoster?
11. Apa saja komplikasi pada Herpes Zoster?
12. Bagaimana discharge planning pada Herpes Zoster?
13. Bagaimana asuhan keperawatan pada Herpes Zoster?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Mengetahui pengertian dari Herpes Zoster
2. Mengetahui anatomi fisiologi kulit
3. Mengetahui etiologi dari Herpes Zoster
4. Mengetahui klasifikasi dari Herpes Zoster
5. Mengetahui tentang tanda dan gejala Herpes Zoster
6. Mengetahui patofisiologi serta pathway dari Herpes Zoster
7. Mengetahui faktor resiko dari Herpes Zoster
8. Dapat malaksanakan tindakan penanganan Herpes Zoster
9. Mengetahui pencegahan pada Herpes Zoster
10. Mengetahui pemeriksaan penunjang pada Herpes Zoster
11. Mengetahui komlikasi apa saja yang muncul dari penderita Herpes Zoster
12. Mengetahui bagaimana penanggulangan dan discarhge planning yang dapat
di berikan pada pasien Herpes Zoster
13. Melaksanakan dan mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan Herpes Zoster

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Herpes zoster (HZ) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
reaktivasi virus varisela zoster (VVZ) yang laten berdiam terutama dalam sel
neuronal dan kadang-kadang di dalam sel satelit ganglion radiks dorsalis dan
ganglion sensorik saraf kranial menyebar ke dermatom atau jaringan saraf
yang sesuai dengan segmen yang dipersarafinya (Pusponegoro, Nilasari, &
Dkk, 2014).
Herpes Zoster adalah penyakit yang di sebabkan oleh infeksi virus
varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini merupakan
reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.(Djuanda, 1999).Herpes
Zoster adalah jenis penyakit kulit yang di sebabkan oleh virus varisela-zoster
yang menetap laten di akar saraf. (Ayu, 2015).Herpes ZosterAdalah radang
kulit akut, mempunyai sifat khas yaitu vesikel –vesikel yang tersusun
bekelompok sepajang persarafan sensorik kulit sesuai dermato. (Siregar,
2005). Herpes Zoster adalah radang kulit akut dan setempat, terutama terjadi
pada orang tua yang khas ditandai adanya nyeri radikuler unilateral serta
timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut
saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dari nervus kranialis.
Infeksi ini merupakan reaktivasi virus varisela-zoster dari infeksi endogen
yang telah menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh
virus(Harahap & Marwali, 2000).

B. Anatomi Fisiologi

Kulit adalah lapisan tipis yang membungkus seluruh permukaan tubuh.


Kulit merupakan benteng pertahanan tubuh kita yang utama karena berada di
lapisan anggota tubuh yang paling luar dan berhubungan langsung dengan
lingkungan sekitar.
Kulit terbagi menjadi 3 lapisan:
1. Epidermis terbagi atas 4 lapisan:
a. lapisan basal / stratum germinativum
i. terdiri dari sel – sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis.
ii. tersusun sebagai tiang pagar atau palisade. - lapisan terbawah dari
epidermis.
iii. terdapat melanosit yaitu sel dendritik yang yang membentuk
melanin( melindungi kulit dari sinar matahari.
b. lapisan malpighi/ stratum spinosum.
i. lapisan epidermis yang paling tebal.
ii. terdiri dari sel polygonal - sel – sel mempunyai protoplasma yang
menonjol yang terlihat seperti duri.
c. lapisan granular / s. granulosum. terdiri dari butir – butir granul
keratohialinyang basofilik.
d. lapisan tanduk / korneum. - terdiri dari 20 – 25 lapis sel tanduk tanpa
inti.
Setiap kulit yang mati banyak mengandung keratin yaitu protein fibrous insoluble
yang membentuk barier terluar kulit yang berfungsi:
1. Mengusir mikroorganisme patogen.
2. Mencegah kehilangan cairan yang berlebihan dari tubuh. unsure utama yang
3. Mengeraskan rambut dan kuku. setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3 -4
minggu. dalam epidermis terdapat 2 sel :
a. sel merkel. fungsinya belum dipahami dengan jelas tapi diyakini berperan
dalam pembentukan kalus dan klavus pada tangan dan kaki.
b. sel langerhans. berperan dalam respon – respon antigen kutaneus.
epidermis akan bertambah tebal jika bagian tersebut sering digunakan.
persambungan antara epidermis dan dermis disebut rete ridge yang
berfungsi sebagai tempat pertukaran nutrisi yang essensial. dan terdapat
kerutan yang akan disebut fingers prints.

2. Dermis ( korium) merupakan lapisan dibawah epidermis. terdiri dari jaringan ikat
yang terdiri dari 2 lapisan: pars papilaris.( terdiri dari sel fibroblast yang
memproduksi kolagen dan retikularis yg terdapat banyak p. darah , limfe, dan
akar rambut, kelenjar kerngat dan k. sebaseus.
3. Jaringan subkutan atau hipodermis / subcutis.
Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan
banyak lemak.
- Merupakan jaringan adipose sebagai bantalan antara kulit dan setruktur
internal seperti otot dan tulang.
- Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas.
- Sebagai bantalan terhadap trauma. - tempat penumpukan energi.
4. Rambut terdapat diseluruh kulit kecuali telapak tangan dan bagian dorsal dari
falang distal jari tangan, kaki, penis, labia minora dan bibir. terdapat 2 jenis
rambut :
a. rambut terminal (dapat panjang dan pendek)
b. rambut velus (pendek, halus dan lembut)
5. Kuku Permukaan dorsal ujung dital jari tangan dan kaki terdapat lempeng
keatin yang keas dan transparan tumbuh dari akar yang disebut kutikula.
Berfungsi mengangkat benda – benda kecil. Pertumbuhan rata – rata 0,1 mm /
hari. Pembaruan total kuk tangan : 170 hari dan kuku kaki : 12-18 bulan.
Kelenjar – kelenjar pada kulit :
a. Kelenjar sebasae. Berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang
folikel rambut dan batang rambut yang akan melumasi rambut sehingga
menjadi haluslentur dan lunak.
b. Kelenjar keringat Diklasifikasikan menjadi 2 kategori :
i. Kelenjar ekrin terdapat disemua kulit Melepaskan keringan sebagai
peningkatan suhu lingkungan dan suhu tubuh. Kecepatan sekresi
dikndalikan oleh saraf simpatik. Pengeluaran keringat pada tangan, kaki,
aksila, dahi, sebagai reaksi tubuh terhadap stress, nyeri, dll.
ii. Kelenjar apokrin Tedapat di aksila, anus, skrotum, labia mayora dan
uara pada folikel rambut. Kelenjar ininaktif pada masa pubertas, pada
wanita akan memberpesar dan berkurang pada siklus haid. Kelenjar
apokrin memproduksi keringat yang akan keruh seperti susu yang akan
diuraikan oleh bakteri menghasilkan bau khas pada aksila. Pada telinga
bagian luar terdapat kelenjar apokrin khusus yang disebut kelenjar
seruminosa yang menghasilkan serumen (wax).
Susunan saraf kulit :
Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang – cabang saraf apinal dan
permukaan yang terdiri dari saraf – saraf motorik dan saraf sensorik. Ujung
saraf motorik berguna untuk menggerakkan sel – sel otot yang terdapat
pada kulit, sedangkan saraf sensorik berguna untuk menerima rangsangan
yang terdapat dari luar atau kulit.
Pada kulit ujung – ujung saraf sensorik ini membentuk bermacam –
macam kegiatan untuk menerima rangsangan.
Ujung – ujung saraf yang bebas untuk menerima rangsangan sakit/nyeri
banyak terdapat di epidermis, disini ujung – ujung sarafnya mempunyai
bentuk yang khas yang sudah merupakan suatu organ.
Fungsi kulit secara umum :
a) Sebagai proteksi :
- masuknya benda- benda dari luar(benda asing ,invasi bacteri.)
- melindungi dari trauma yang terus menerus.
- mencegah keluarnya cairan yang berlebihan dari tubuh.
- menyerap berbagai senyawa lipid vit. A dan d yang larut lemak.
- memproduksi melanin mencegah kerusakan kulit dari sinar UV.
b) Pengontrol/pengatur suhu. vasokonstriksi pada suhu dingn dan
dilatasi pada kondisi panas peredaran darah meningkat terjadi
penguapan keringat. 3 proses hilangnya panas dari tubuh:
- radiasi: pemindahan panas ke benda lain yang suhunya lebih
rendah.
- konduksi : pemindahan panas dari ubuh ke benda lain yang lebih
dingin yang bersentuhan dengan tubuh.
- evaporasi : membentuk hilangnya panas lewat konduksi
- kecepatan hilangnya panas dipengaruhi oleh suhu permukaan
kulit yang ditentukan oleh peredaran darah kekulit.(total aliran
darah N: 450 / menit.)
c) Sensibilitas - mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan dan rabaaan.
d) Keseimbangan air - sratum korneum dapat menyerap air sehingga
mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari
bagian internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam
jaringan subcutan. - air mengalami evaporasi (respirasi tidak kasat
mata)+ 600 ml / hari untuk dewasa.
e) Produksi vitamin. - kulit yang terpejan sinar uvakan mengubah
substansi untuk mensintesis vitamin D.
C. Etiologi
Penyebab dari Herpes Zoster ini secara umum adalah Virus Varicella
zoster.Varicella zoster adalah agens virus penyebab dari cacar air dan herpes
zoster. Setelah sembuh dari cacar air, virus Varicella tetap ada dalam tubuh
dalam tahap laten seumur hidup. Sebagai virus laten, Varicella tidak akan
menunjukkan gejala apapun, tetapi potensial untuk aktif kembali. Pada tahap
reaktivitas, Varicella muncul sebagai Herpes zoster yang sering disebut
sebagai shingles. Virus varicella zoster terdiri dari kapsid berbentuk
ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162 sub unit
protein-virion yang lengkap dengan diameternya 150-200 nm, dan hanya
virion yang terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan
cepat dihancurkan oleh bahan organik, deterjen, enzim proteolitik, panas dan
suasana Ph yang tinggi.Masa inkubasinya 14-21 hari.

D. Klasifikasi
1. Herpes Zoster Oftalmikus
Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang
ophtalmicus saraf trigeminus (N.V), ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi kepala dan wajah
disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan.Gejala prodromal
berlangsug 1 sampai 4 hari sebelum kelainan kulit timbul.Fotofobia,
banyak kelar air mata, kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.
2. Herpes Zoster Fasialis
Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai
bagian ganglion gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII),
ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.
3. Herpes Zoster Brakialis
Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus brakialis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.
4. Herpes Zoster Torakalis
Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang
mengenai pleksus torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.

E. Menifestasi Klinis
Penyakit ini dapat dideteksi dari gejala-gejala yang terjadi diantaranya :
a. Terasa demam, pilek, cepat merasa lelah, dan lemah
b. Terasa nyeri sendi, sakit kepala, dan pusing
c. Rasa sakit seperti terbakar
d. Kulit menjadi sensitive selama beberapa hari hingga satu minggu
e. Timbul bitnik kecil kemerahan pada kulit
Bintik-bintik kecil yang tumbuh ini lalu berubah menjadi gelembung-
gelembung transparan berisi cairan, persis seperti pada cacar air namun
hanya bergerombol di sepanjang kulit yang di lalui oleh syaraf yang terkena.
Bintik-bintik baru dapat terus bermunculan dan membesar sampai seminggu
kemudian.Jaringan lunak di bawah dan di sekitar lepuhan dapat
membengkak untuk sementara karena peradangan yang di sebabkan oleh
virus.
Gelembung kulit ini mungkin terasa agak gatal sehingga dapat tergaruk
tanpa sengaja. Jika dibiarkan, gelembung akan segera mongering
membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan
meninggalkan bercak berwarna gelap di kulit (hiperpigmentasi). Bercak ini
lama kelamaan akan pudar tanpa meninggalkan berkas. Namun, jika
gelembung tersebut pecah oleh garukan, keropeng akan meninggalkan bekas
yang dalam dan dapat membuat parut permanen.
Virus varisela-zoster umumnya hanya mempengaruhi satu saraf saja, pada
satu sisi tubuh.Sesekali, dua atau tiga syaraf bersebelahan dapat
terpengaruh.Saraf di kulit dada atau perut dan wajah bagian atas (termasuk
mata) adalah yang paling sering terkena.Herpes zoster di wajah sering kali
menimbulkan sakit kepala yang parah.Otot-otot wajah untuk sementara tidak
dapat digerakkan (Ayu, 2015).

F. Pathway
Organ telah terkena infeksi Varisela

Virus Demam/ laten di jaringan saraf sensorifactor pencetus

Virus aktif (reaktivasi virus)sel pointer meningkatkan suhu

Resiko infeksi Herpes zosterHipertermi

Kerusakan jaringan kulit Nyeri otot pada tulang Perubahan fisik


(erupsi kulit)

Gangguan Citra tubuh


Nyeri Hambatan mobilitas fisik

G. Patofisiologi
Virus yang menyebabkan herpes zoster ini adalah golongan varicella yang
mula-mula adalah penyebab dari cacar air atau varicella yang sudah tidak aktif
atau dorman dan kemudian diaktifkan lagi oleh tubuh. Herpes zoster
disebabkan oleh virus herpes yang sama dengan virus penyebab varisella.
Selama terjadinya infeksi varisela, VZV (varicella zoster virus)
meninggalkan lesi di kulit dan permukaan mukosa ke ujung serabut saraf
sensorik. Kemudian secara sentripetal virus ini dibawa melalui serabut saraf
sensorik tersebut menuju ke ganglion saraf sensorik. Dalam ganglion ini, virus
memasuki masa laten dan di sini tidak infeksius dan tidak mengadakan
multiplikasi lagi, namun tidak berarti ia kehilangan daya infeksinya.
Meskipun setiap syaraf dapat terkena, tetapi syaraf torakal, lumbal atau
kranial agaknya paling sering terserang.
Bila daya tahan tubuh penderita mengalami penurunan, akan terjadi
reaktivasi virus. Virus mengalami multiplikasi dan menyebar di dalam
ganglion. Ini menyebabkan nekrosis pada saraf serta terjadi inflamasi yang
berat, dan biasanya disertai neuralgia yang hebat.
VZV (varicella zoster virus) yang infeksius ini mengikuti serabut saraf
sensorik sehingga terjadi neuritis. Neuritis ini berakhir pada ujung serabut
saraf sensorik di kulit dengan gambaran erupsi yang khas untuk erupsi herpes
zoster. Virus varicella yang dorman atau tidak aktif, akan diaktifkan lagi dan
timbul vesikel-vesikel meradang unilateral di sepanjang satu dermatom. Kulit
di sekitarnya mengalami edema dan perdarahan.Keadaan ini biasanya
didahului atau disertai dengan rasa nyeri hebat dan / atau disertai dengan rasa
terbakar.Herpes zoster dapat berlangsung selama kurang lebih tiga
minggu.Rasa nyeri yang timbul sesudah serangan herpes disebut neuralgie
posterpetika dan biasanya berlangsung beberapa bulan, bahkan kadang-
kadang sampai beberapa tahun. Neuralgie posterpetika lebih sering dialami
pasien yang lanjut usia. Jika herpes zoster menyerang ke seluruh tubuh, paru-
paru dan otak maka mungkin akan terjadi suatu kefatalan. Penyebaran ini
biasanya tampak pada pasien menderita limfoma atau leukemia.Dengan
demikian setiap pasien yang menderita herpes zoster yang tersebar harus
dievaluasi kemungkinan adanya factor keganasan.

H. Faktor Resiko
1. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya
tahan tubuhnya lemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi
pula resiko terserang nyeri.
2. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised)
seperti HIV dan leukemia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi
pertama dan immunocompromised.
3. Orang dengan terapi radiasi dan kometerapi.

I. Penatalaksanaan
Dalam penatalaksanaan HZ, dikenal strategi 6A :
a. Attract patient early
Pasien : Untuk mendapatkan hasil pengobatan yang optimal, pengobatan
sedini mungkin dalam 72 jam setelah erupsi kulit
Dokter : Diagnosis dini , Anamnesis dan pemeriksaan fisik secara seksama
dan lengkap.
b. Asses Patient Fully :
Memperhatikan kondisi khusus pasien misalnya usia lanjut, resiko PHN,
resiko komplikasi mata, kemungkinan imunnokompromais, kemungkinan
defisit motorik, dan kemungkinan terkenannya organ dalam.
c. Antiviral
Antivirus diberikan tanpa melihat waktu timbulnya lesi pada :
a) Usia > 50 tahun
b) Dengan resiko terjadinya NPH
c) Imunnokompromais
d) Anak-anak usia <50 tahun dan perempuan hamil deberikan terapi
antiviral bila disertai : Resiko terjadinya NPH
d. Pengobatan Antivirus
a) Asiklovir dewasa : 5 x 800 mg/ hari elama 7-10 atau
b) Asiklovir untuk dewasa 3x1 gram/hari selama 7 hari
c) Famsiklovir untuk dewasa : 3x 250 mg/hari selama 7 hari
Catatan Khsusus :
a) Pemberian antivirus masih dapat diberikan setelah 72 jam bila masih
timbul lesi baru/ terdapat vesikel berumur <3 hari
b) Bila disertai keterlibatan organ viseral diberikan asiklovir intervena 10
mg/kg BB, 3 x per hari selama 5-10 hari. Asiklovir dilarutkan dalam 100
cc NaCl 0,9 % dan diberikan tetes selama satu jam
c) Untuk wanita hamil diberikan asiklovir
Dosis Asiklovir anak :
a) < 12 tahun : 30 mg/kgBB 7 hari
b) > 12 tahun : 60 mg/kgBB 7 hari
Analgetik :
a) Nyeri ringan : paracetamol
b) Nyeri sedang sampai berat :kombinasi apioid ringan (tramadol,odein)
e. Allay anxietas-counselling
a) Edukasi mengenai penyakit HZ untuk mengurangi kecemasan serta
ketidak pahaman pasien tentang penyakit dan komplikasinya
b) Mempertahankan kondisi mental dan aktivitas fisik adgar tetap optimal
c) Memberikan perhatian dapat membantu pasien mengatasi penyakitnya.
1. Pengobatan topical
a) Menjaga lesi kulit agar kulit kering dan bersih
b) Hindari antibiotik topikal kecuali ada infeksi sekunder
c) Rasa tidak nyaman, kompres basah dingin steril/ Rasio kelamin
d) Asiklovir topikal tidak efektif
2. Terapi suportif
a) Istirahat makan cukup
b) Jangan digaruk
c) Pakaian longgar
d) Tetap mandi (Pusponegoro, Nilasari, & Dkk, 2014)
J. Pencegahan
Metode pencegahan dapat berupa :
a. Dengan cara pemakaian asiklovir jangka panjang dengan dosis supresi.
Misalnya, asiklovir sering diberikan sebagai obat pencegahan pada penderita
leukemia yang akan melakukan transplantasi sumsum tulang dengan dosis 5 x
200 mg/hari, dimulai 7 hari sebelum transplantasi sampai 15 hari sesudah
transplantasi.
b. Pemberian vaksinasi dengan vaksin VZV hidup yang dilemahkan, sering
diberikan pada orang lanjut usia untuk mencegah terjadinya penyakit,
meringankan beban penyakit, serta menurunkan terjadinya komplikasi NPH
(Pusponegoro, Nilasari, & Dkk, 2014).

K. Pemeriksaan Penunjang
Penyakit herpes zoster dapat dideteksi melalui tes, yaitu :
a) Kultur Virus
Cairan dari unilepuh yang baru pecah dapat di ambil dan di masukkan ke
dalam media virus untuk segera dianalisa di laboratorium virologi.Apabila
pengiriman cukup lama, sampel dapat diletakkan pada es cair. Pertumbuhan
virus varicella-zoster akan memakan waktu 3-14 hari dan uji ini memiliki
tingkat sensitivitas 30-70% dengan spesifitas mencapai 100%.
b) Deteksi Antigen
Uji antibody fluoresens langsung lebih sensitif bila dibandingkan dengan
teknik kultur sel. Sel dari ruam atau lesi diambil dengan menggunakan
scapel (semacam pisau) atau jarum, kemudian di oleskan pada kaca dan
diwarnai dengan antibody monoklonal yang terkonjugasi dengan pewarna
fluoresens. Uji ini akan mendeteksi glikoproten virus.
c) Uji Serologi
Uji serologi yang sering digunakan untuk mendeteksi herpes zoster
adalah ELISA.
d) PCR
PCR digunakan untuk mendeteksi DNA virus varicella-zoster di dalam
cairan tubuh, contohnya cairan serebrospina. Pemeriksaan dengan metode
ini sangat cepat dan sangat sensitif, dengan metode ini dapat digunakan
berbagai jenis preparat seperti scraping dasar vesikel dan apabila sudah
berbentuk krusta dapat juga digunakan sebagai preparat, sensifitasnya
berkisar 97-100%. Test ini dapat menemukan nucleid acid dari virus
varicella zpster. (Ayu, 2015)
e) Tzanck Smear
Preparat diambil dari discraping dasar vesicel yang masih baru, kemudian
diwarnai engan pewarnaan yaitu Hematoxylin-eosin, toluidine blue
ataupun papanicolaou’s dengan menggunakan mikroskop cahaya akan
dijumpai multinucleated giant cell. Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar
48 %, test ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster
dengan herpes simpleks virus.
f) Direct fluorescent assay (DFA)
Preparat diambil dari scraping dasar vesikel tetapi apabila sudah
membentuk krusta pemeriksaan dengan DFA kurang sensitif, hasil
pemeriksaan sangat cepat, test ini dapat menemukan antigen virus
varricella zoster. Pemeriksaa ini dapat membedakan antara VVZ dengan
herpes simpleks virus.
L. Komplikasi
1. Komplikasi Neurologis
Neuralgia Paska Herpes (NPH) :Nyeri yang menetap di dermatom yang
terkena 3 bulan setelah erupsi HZ menghilang. Insidensi PHN berkisar
sekitar 10-40% dari kasus HZ.NPH merupakan aspek HZ yang paling
mengganggu pasien secara fungsional.dan psikososial. Pasien dengan NPH
akan mengalami nyeri konstan (terbakar, nyeri, berdenyut), nyeri
intermiten (tertusuk-tusuk), dan nyeri yang dipicu stimulus seperti allodinia
(nyeri yang dipicu stimulus normal seperti sentuhan dll). Risiko NPH
meningkat pada usia>50 th (27x lipat), nyeri prodromal lebih lama atau
lebih hebat;; erupsi kulit lebih hebat (luas dan berlangsung lama) atau
intensitas nyerinya lebih berat. Risiko lain : Distribusi di daerah oftalmik,
ansietas, depresi, kurangnya kepuasan hidup, wanita, diabetes. Walaupun
mendapat terapi antivirus, NPH tetap terjadi pada 10-20% pasien HZ, dan
sering kali refrakter terhadap pengobatan, walau pengobatan sudah optimal,
40 % tetap merasa nyeri.
2. Komplikasi Mata
Keterlibatan saraf trigeminal cabang pertama menyebabkan HZ
Oftalmikus, terjadi pada 10-25% dari kasus HZ, yang dapat menyebabkan
hilangnya penglihatan, nyeri menetap lama, dan/atau luka parut.
3. Komplikasi THT
Sindrom Ramsay Hunt :sering disebut HZ Otikus merupakan komplikasi
pada THT yang jarang terjadi namun dapat serius. Sindrom ini terjadi
akibat reaktivasi VZV di ganglion genikulata saraf fasialis. Tanda dan
gejala sindrom Ramsay Hunt meliputi HZ di liang telinga luar atau
membrana timpani, disertai paresis fasialis yang nyeri, gangguan lakrimasi,
gangguan pengecap 2/3 bagian depan lidah, tinitus, vertigo, dan tuli.
Banyak pasien yang tidak pulih sempurna.

M. Discarge Planning
1. Jalani pola hidup yang bersih dan higienis
2. Jaga agar lesi tetap lembab, tidak kering
3. Berikan kompres es atau hangat pada lepuhan-lepuhan yang timbul untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Hindari memencet atau memecah lepuhan karena dapat menyebabkan
infeksi sekunder
5. Jangan menggosok atau menyentuh mata sehabis menyentuh lepuhan
karena dapat menyebabkan penyebaran virus kekornea yang menyebabkan
kebutaan
6. Cucilah tangan setiap kali sesudah menyentuh herpes. (Nurarif & Kusuma,
2015)

BAB III
KASUS

Bpk. S berumur 62 tahun, mengalami plenting-plenting di dahi dan kelopak mata kiri
sejak 3 hari yang lalu.Mulanya muncul merah dan plenting sedikit di dahi kiri lalu
bertambah banyak sampai ke kelopak mata kiri.Kelopak mata terasa nyeri dan berat
jika digerakkan.Penderita juga merasakankan nyeri dikulit daerah muncul
plenting.Sehari sebelumnya penderita mengeluh tidak enak badan dan demam
ringan.TTV: TD: 120/70 mmHg, T: 37℃, RR: 22 x / m, Nadi: 88x / m. Belum pernah
berobat untuk keluhan ini.

FORMULIR PENILAIAN DEWASA KEPERAWATAN

I. Identitas Klien
Inisial : Tn. S No RM : 21117102
Usia : 62 Tahun Tgl. Masuk : 13 Mei 2019
Jenis Kelamin : Laki-laki Tgl.Pengkajian : 14 Mei 2019
Alamat : Mulyosari Sumber Informasi : Istri
No Telepon : 089631123305 Keluarga Terdekat : Ny. M
Status : Menikah Alamat : Mulyosari
Agama : Islam Diagnosa Medis : Herpes Zoster
Suku : Indonesia
Pendidikan : PNS
Pekerjaan : Pensiun Guru
Lama Bekerja : 5 tahun

II. Riwayat Kesehatan


A. Status Kesehatan Saat ini
1. Keluhan Utama :
2. Faktor Predisposisi :
3. Faktor Presipitasi :

B. Riwayat Kesehatan Saat Ini (PQRST)


Data Subjektif : Pasien mengatakan kelopak mata terasa nyeri dan berat
jika di gerakkan
Data Objektif :
P : Saat bergerak
Q : Rasa nyeri dikulit daerah muncul plenting
R : Di dahi dan kelopak mata kiri
S : Skala 3
T : Mengalami plenting-plenting di dahi dan kelopak mata kiri sejak 3 hari
yang lalu dan kelopak mata terasa nyeri dan berat jika digerakkan.
- Demam ringan
- TTV:
- TD: 120/70 mmHg
- T: 37℃
- RR: 22 x / m
- Nadi: 88x / m
Masalah Keperawatan : Nyeri

C. Riwayat Kesehatan Terdahulu


1) Penyakit yang pernah dialami : Riwayat cacar air waktu kecil tidak
diketahui. Tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya dan tidak
pernah di rawat di RS.
2) Alergi (obat, makanan dan plester dsb) : Klien mengatakan tidak ada
alergi terhadap obat-obatan dan makanan.
1) Kebiasaan
Jenis Frekuensi Jumlah Lamanya
Jalan Setiap hari 1 kali 1 jam
santai
Rokok - - -
Alcohol - - -

2) Obat-obatan yang digunakan


Jenis Lamanya Dosis
- - -

D. Riwayat Keluarga
Genogram
Keterangan:
: : Meninggal
: : Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
___ : Tinggal Serumah
: Pasien

III. Pengkajian Keperawatan (12 Domain NANDA)


1. Peningkatan Kesehatan
Data Subjektif : Pasien mengatakan Kelopak mata terasa nyeri dan berat jika
digerakkan, Penderita juga merasakankan nyeri dikulit daerah muncul plenting.
Data Objektif : ada Vesikel bergerombol di sekitar kelopak mata kiri,
berwarna merah, - TD: 120/70 mmHg
- T: 37℃
- RR: 22 x / m
- Nadi : 80x / m.
Masalah Keperawatan : Nyeri

2. Nutrisi
Data Subjektif : Pasien mengatakan Kelopak mata terasa nyeri dan berat jika
digerakkan, Penderita juga merasakankan nyeri dikulit daerah muncul plenting.
Data Objektif : ada Vesikel bergerombol di sekitar kelopak mata kiri,
berwarna merah, - TD: 120/70 mmHg
- T: 37℃
- RR: 22 x / m
- Nadi : 80x / m

a. Mulut :
- Bibir : Normal
- Gusi : Normal
- Lidah : Normal
b. Leher
Kebutuhan Nutrisi dan Cairan

BB sebelum sakit : 70 kg BB sakit : 69 kg

- Selera Makan : Baik


- Alat makan yang digunakan : Sendok dan piring
- Pola makan (x/hari) : 3x sehari
- Porsi makan yang dihabiskan : 3 piring sehari
- Pola minum : 2 liter/hari
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan

3. Eliminasi
Data Subjektif : Pasien mengatakan buang air besa dan buang air kecil
Data Objektif : Klien tidak memasang kateter
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

4. Aktivitas/Istirahat
Data Subjektif : Klien mengatakan terganggu dengan aktifitas dan istirahat
Data Objektif : Ada Vesikel bergerombol di dahi dan sekitar kelopak mata
kiri

Kemampuan Perawatan 0 1 2 3 4
Diri
Makan/minum 
Mandi 
Toileting 
Berpakaian 
Mobilitas ditempat tidur 
Berpindah 
Ambulasi/ROM 

0: Mandiri, 1 : alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total

Kekuatan Otot : 5 5
4 4
Ket:
0: Otot tidak mampu bergerak
1: Ada kontraksi namun tidak dapat bergerak
2: Dapat menggerakkan otot dibagian yang lemah sesuai perintah namun
jika ditahan otot tidak mampu bergerak
3: Dapat mengerakkan otot dengan tahanan minimal
4: Dapat bergerak dan dapat melawan hambatan yang ringan
5: Bebas bergerak dan dapat melawan tahanan setimpal
Masalah Keperawatan : Intoleransi aktivitas, Gangguan Pola Tidur

5. Persepsi/Kognitif
Data Subjektif : Tidak ada tanda dan gejala muncul
Data Objektif : Tidak ada tanda dan gejala muncul
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

6. Persepsi Diri
Data Subjektif :Pasien mengatakan mereka tidak malu dengan arus kondisi
Data Objektif :Pasien terlihat kuat dengan kondisinya.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah Keperawatan

7. Peran hubungan
Data Subjektif :Tidak ada tanda dan gejala muncul
Data Objektif : Pasien berinteraksi dengan baik
Masalah Keperawatan:TidakAda Masalah Keperawatan
8. Seksualitas
Data Subjektif :Pasien mengatakan tidak ada masalah denganseks
Data Objekif :Tampaknya tidak ada masalah denganistrinya
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
9. Toleransi/Koping Stress
Data Subjektif :Pasien mengatakan bahwa selama dia sakit dia tidak bisa
bekerja seperti biasa sementara banyak kebutuhan rumah tangga
Data Objektif :Pasien tampaknya sedikit stres
Masalah keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
10. Prinsip Hidup
Data Subjektif : Pasien berharap segera sembuh dan pulang
Data Objektif : Pasien adalah Muslim dan percaya bahwa semuanya
adalah Kehendak Tuhan.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

11. Keamanan/ Perlindungan


Data Subjektif : Client look composmentis
Data Objektif :TD: 120/70 mmHg, T: 37℃, RR: 22 x / m, Nadi : 80x / m
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

12. Kenyamanan
Data Subjektif : Pasien mengatakan nyeri di dahi dan kelopak mata kiri
Data Objektif :
Problem(P) : Saat bergerak
Quality (Q) : Rasa nyeri dikulit daerah muncul plenting
Regio (R) : Di dahi dan kelopak mata kiri
Scale (S) : Skala 3
Time (T) : Mengalami plenting-plenting di dahi dan kelopak mata kiri
sejak 3 hari yang lalu dan kelopak mata terasa nyeri dan berat jika digerakkan.
- TD: 120/70 mmHg
- T: 37℃
- RR: 22 x / m
- Nadi : 80x / m.
Masalah Keperawatan : Nyeri
IV. Pengkajian Review of System dan Pemeriksaan Fisik
1. Sitem Respirasi
a. Data Subjektif : Tidak ada tanda dan gejala muncul
b. Data Objektif : Tidak ada tanda dan gejala muncul
Inspeksi : Bentuk tulang belakang tegak dan bentuk dada normal
Palpasi : Tidak ada massa dan kelembutan
Perkusi : Cairan di membran pleura normal
Auskultasi : Bunyi nafas normal
Masalah Keperawatan :Tidak Ada Masalah Keperawatan
2. Sistem Kardiovaskuler
a. Data Subjektif : Tidak ada tanda dan gejala muncul
b. Data Objektif : Tidak ada tanda dan gejala muncul
N :80x / m TD :120/70 mmHg
Inspeksi : Jantung terkompensasi
Palpasi : Lokasi interkostal tidak bergeser
Perkusi : Batas jantung tidak melebar
Auskultasi : Jantung normal berbunyi
Masalah Keperawatan :Tidak Ada Masalah Keperawatan
3) Sistem Persyarafan
a. Data Subjektif : Pasien mengatakan dia bisa menggerakkan tangan dan
kaki kanannya, bisa merasaka stimulasi seperti mencubit
b. Data Objektif : Saraf kranial XII: 12 saraf normal
Reflek biologis : Pasien yang kooperatif dan harapan untu berkump
kembali dengan pasiennya
Refleks patologis : Refleks patologi pasien membaik
Masalah Keperawatan :Tidak Ada Masalah Keperawatan
3. Sistem Perkemihan
a. Data Subjektif : Pasien mengatakan bahwa kebiasaan buang air kecil
di rumah adalah 7x / hari kuning kecoklatan aroma khas urin, 2x / hari
defacation berwarna kuning, bau khas feses.

b. Data Objektif : Tidak terpasang kateter

Inspeksi : Kateter tidak terpasang


Palpasi : Turgor kulit yang bagus
Perkusi : Tidak ada
Auskultasi : Tidak ada
Masalah Keperawatan :Tidak Ada Masalah Keperawatan
4. Sistem Pencernaan
a. Data Subjektif : Pasien mengatakan bahwa sebelum sakit ia makan
dengan baik, makan 3 kali sehari dengan menu nasi dan lauk pauk, air
minum, kopi dan minuman enchancing energi, total 2000ml /
hari.
b. Data Objektif
Inspeksi : Flat
Palpasi : Tidak ada kelembutan
Perkusi : Tidak kembung
Auskultasi : Bunyi usus normal
Masalah Keperawatan :Tidak Ada Masalah Keperawatan
5. Sistem Muskuloskeletal
a. Data Subjektif : Pasien mengatakan bahwa penebangannya baik
b. Data Objektif
Inspeksi :-
Palpasi :-
Masalah Keperawatan :Tidak Ada Masalah Keperawatan
6. Sistem Integumen
a. Data Subjektif : Pasien mengatakan tidak ada masalah di kulit
b. Data Objektif :
Inspeksi :-
Palpasi : Kulit elastis
Masalah Keperawatan :Tidak Ada Masalah Keperawatan
7. Sistem Endokrin
a. Data Subjektif : Pasien mengatakan bahwa tidak ada masalah dengan
endokrin sistem
b. Data Objektif
Inspeksi :-
Palpasi :-
Masalah Keperawatan :Tidak Ada Masalah Keperawatan
8. Sistem Penginderaan
a. Penglihatan
1) Data Subjektif : Pasien mengatakan matanya normal

2) Data Objektif
Inspeksi : Fungsi visual yang simetris, baik, konjungtiva merah,
sklera putih, pupular isocorous.
Palpasi : Palpasi tidak dilakukan
Masalah Keperawatan :Tidak Ada Masalah Keperawatan
b. Pendengaran
1) Data Subjektif : Pasien mengatakan telinganya normal
2) Data Objektif
Inspeksi : Fungsi pendengaran baik, bersih, tidak ada benjolan
abnormal
Palpasi : Palpasi tidak dilakukan
Masalah Keperawatan :Tidak Ada Masalah Keperawatan

2. Analisa Data
Data Etiologi Masalah keperawatan
DS : Pasien mengatakan Varicela Zoster Virus Nyeri
Kelopak mata terasa nyeri
dan berat jika digerakkan.
Penderita juga Inflamasi dan neuralgia
merasakankan nyeri dikulit berat
daerah muncul plenting
DO : ada Vesikel
bergerombol di sekitar Virus aktif ikut serabut
kelopak mata kiri, saraf sensorik
berwarna merah.
TD : 120/70 mmHg
T : 37℃ Neuritis
RR : 22x/menit
Nadi : 80x/menit Pelepasan mediator nyeri

Nyeri

DS : Sejak 3 hari yang Varicella Zoster Virus Kerusakan integritas kulit


lalu, muncul plenting-
plenting di dahi dan
kelopak mata kiri. Meninggalkan lesi di kulit
DO : ada Vesikel dan permukaan mukosa
bergelombol di sekitar ke ujung serabut saraf
kelopak mata kiri,
berwarna merah. Kerusakan integritas kulit
TD : 120/70 mmHg
T : 37℃
RR : 22x/menit
Nadi : 80x/menit

A. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri b.d proses inflamasi virus
2. Kerusakan integritas kulit b.d vesikel yang mudah pecah

B. Intervensi NIC-NOC
N DIAGNOSA N0C NIC
O
1 Nyeri Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri
berhubungan selama 2x24 jam, diharapkan nyeri 1. Lakukan pengkajian
dengan proses pasien hilang dengan kriteria hasil: nyeri secara
inflamasi virus kontrol nyeri komprehensif
DS :Pasien 2. Observasi reaksi
mengatakan N Indikator aw Ak nonverbal dari
Kelopak mata o al hir ketidaknyamanan
terasa nyeri dan 1 Mengenali kapan 2 5 3. Kontrol lingkungan
berat jika nyeri terjadi yang dapat
2 Menggambarkan 2 5
digerakkan. mempengaruhi nyeri
faktor penyebab
Penderita juga 3 Menegnali apa yang 2 5 seperti suhu ruangan,
merasakankan terkait dengan gejala pencahayaan,
nyeri dikulit nyeri kebisingan
daerah muncul 4 Menggunakan 2 5 4. Ajarkan tentang teknik
plenting tindakan pencegahan pernafasan / relaksasi
5 Menggunakan 2 5
DO :ada Vesikel 5. Kolaborasi pemberian
analgesik yang
bergerombol di analgetik
direkomendasikan
sekitar kelopak Keterangan 6. Evaluasi keefektifan
mata kiri, 1. Tidak pernah menunjukan kontrol nyeri
berwarna merah, 2. Jarang menunjukan 7. Anjurkan klien untuk
TD : 120/70 3. Kadang kadang menunjukan beristirahat
mmHg 4. Sering menunjukan
T : 37℃ 5. Secara konsisten menunjukan
RR : 22x/menit
Nadi : 80x/menit

2 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen tekanan


integritas kulit b.d selama 2x24 jam, diharapkan integritas 1. Observasi keaadan
vesikel yang kulit pasien kembali normal kriteria bula pasien
mudah pecah hasil: 2. Anjurkan pada pasien
DS :Sejak 3 hari Integritas jaringan : kulit & membran untuk tidak menggaruk
yang lalu, muncul mukosa bula
plenting-plenting 3. Jaga kebersihan kulit
di dahi dan N Indikator aw Ak 4. Kolaborasi dengan
kelopak mata kiri. o al hir dokter dalam
DO :ada Vesikel 1 Lesi pada kulit 2 5 pemberian obat topikal
2 Jaringan parut 2 5
bergelombol di 3 Pengelupasan kulit 2 5
sekitar kelopak 4 Penebalan kulit 2 5
5 Pengerasan (kulit) 2 5
mata kiri,
berwarna merah. Keterangan
TD : 120/70 1. Berat
mmHg 2. Cukup berat
T : 37℃ 3. Sedang
RR : 22x/menit 4. Ringan
Nadi : 80x/menit 5. Tidak ada

C. Implementasi
N Diagnosa Tangg Implementasi Tangg evaluasi
o al dan al dan
waktu waktu
1 Nyeri 14 1. melakukan 14 S :Klien mengatakan tidak
berhubung mei pengkajian mei nyeri lagi
an dengan 2019 / nyeri secara 2019 / O :Tidak terrdapat bintik
proses 09.00 komprehensif 09.30 merah dan vesikel serta
inflamasi 2. mengobservas bulat
virus i reaksi A:
DS :Pasien nonverbal dari N Indicator A T
mengataka ketidaknyama o
n Kelopak nan 1 Mengenali 2 5

mata terasa 3. mengontrol kapan nyeri

nyeri dan lingkungan terjadi


2 Menggambark 2 5
berat jika yang dapat
an faktor
digerakkan mempengaruh
penyebab
. Penderita i nyeri seperti 3 Menegnali apa 2 5
juga suhu ruangan, yang terkait
merasakan pencahayaan, dengan gejala
kan nyeri kebisingan nyeri
dikulit 4. mengajarkan 4 Menggunakan 2 5

daerah tentang teknik tindakan

muncul pernafasan / pencegahan


5 Menggunakan 2 5
plenting relaksasi
analgesik
DO : ada 5. mengkolabora
yang
Vesikel sikan
direkomendasi
bergeromb pemberian
kan
ol di analgetik
sekitar 6. mengevaluasi Masalah keperawatan
kelopak keefektifan teratasi
mata kiri, kontrol nyeri P :Rencana keperawatan di
berwarna 7. menganjurkan hentikan
merah, klien untuk
TD : beristirahat
120/70
mmHg
T : 37℃
RR :
22x/menit
Nadi :
80x/menit

2 Kerusakan 14 1. Mengobservas 14 S :Klien mengatakan paham


integritas mei i keaadan bula mei dan mengerti apa yang
kulit b.d 2019 / pasien 2019 / dijelaskan perawat tentang
vesikel 10.00 2. Menganjurkan 10.30 kerusakan integritas kulit
yang pada pasien O : Klien tampak mengerti
mudah untuk tidak A:
pecah menggaruk N Indikator A T
DS : Sejak bula o
3 hari yang 3. Menjaga 1 Lesi pada 2 5

lalu, kebersihan kulit


2 Jaringan 2 5
muncul kulit
parut
plenting- 4. Mengkolabora 3 Pengelupasa 2 5
plenting di sikan dengan n kulit
dahi dan dokter dalam 4 Penebalan 2 5

kelopak pemberian kulit


5 Pengerasan 2 5
mata kiri. obat topikal
(kulit)
DO : ada
Vesikel Masalah keperawatan sudah
bergelomb teratasi
ol di P :Rencana keperawatan
sekitar dihentikan
kelopak
mata kiri,
berwarna
merah.
TD :
120/70
mmHg
T : 37℃
RR :
22x/menit
Nadi :
80x/menit
BAB IV
DISKUSI

A. Pengkajian
Dalam hal ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada Tn.
S berumur 62 tahun, mengalami plenting-plenting di dahi dan kelopak mata kiri
sejak 3 hari yang lalu. Mulanya muncul merah dan plenting sedikit di dahi kiri
lalu bertambah banyak sampai ke kelopak mata kiri. Kelopak mata terasa nyeri
dan berat jika digerakkan. Penderita juga merasakankan nyeri dikulit daerah
muncul plenting. Sehari sebelumnya penderita mengeluh tidak enak badan dan
demam ringan. Belum pernah berobat untuk keluhan ini.
Herpes zoster yang dialami oleh Tn. S disebabkan oleh muncul plenting-
plenting di dahi dan kelopak mata kiri. Mulanya muncul merah dan plenting
sedikit di dahi kiri lalu bertambah banyak sampai ke kelopak mata kiri. Kelopak
mata terasa nyeri dan berat jika digerakkan. Penderita juga merasakankan nyeri
dikulit daerah muncul plenting. Sehari sebelumnya penderita mengeluh tidak
enak badan dan demam ringan. Belum pernah berobat untuk keluhan ini. Pasien
minum paracetamol untuk menurunkan demamnya.
Virus yang menyebabkan herpes zoster ini adalah golongan varicella yang
mula-mula adalah penyebab dari cacar air atau varicella yang sudah tidak aktif
atau dorman dan kemudian diaktifkan lagi oleh tubuh. Herpes zoster disebabkan
oleh virus herpes yang sama dengan virus penyebab varisella.
Bila daya tahan tubuh penderita mengalami penurunan, akan terjadi
reaktivasi virus. Virus mengalami multiplikasi dan menyebar di dalam ganglion.
Ini menyebabkan nekrosis pada saraf serta terjadi inflamasi yang berat, dan
biasanya disertai neuralgia yang hebat.
Penulis memaksakan rasa sakit pada prioritas utama karena jika rasa sakit
tidak diobati dengan tepat untuk memiliki efek berbahaya di luar
ketidaknyamanan yang disebabkan, rasa sakit yang belum terselesaikan dapat
mempengaruhiperubahan tekanan darah, perubahan frekuensi jantung, perubahan
frekuensi pernapasan.
Kerusakan integritas kulit yang terjadi pada Tn. S penulis menetapkan
sebagai diagnosa keperawatan yang kedua karena menurut Maslow, integritas
kulit masuk dalam kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang terdapat pada
piramida kedua(Potter and Perry, 2005; 615).Kerusakan integritas kulit terjadi
karena kerusakan sel β yang menyebabkan produksi insulin berkurang dan
mengakibatkan terjadinya peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gula
darah meningkat, darah menjadi pekat dan mengakibatkan kerusakan sistem
vaskuler, terjadi gangguan fungsi imun, penurunan aliran darah menjadikan
gangguan penyembuhan luka pada ulkus (Corwin, E.J. 2000, 547).

B. Diagnosis Keperawatan
Menurut Loraine M (2006)menyatakan bahwa pada pasien Herpes Zester ada
lima diagnosis, yaitu nyeri berhubungan dengan proses inflamasi virus,
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan vesikel yang mudah pecah.
Penulis hanya menghasilkan 2 diagosis dalam kasus Tn. S dengan
yang mengidap penyakit Herpes Zoster yatitu nyeri berhubungan dengan proses
inflamasi virusdan kerusakan integritas kulit berhubungan vesikel yang mudah
pecah. Kurangnya pengetahuan terkait dengan keterbatasan kognitif, kesalahan
dalam melakukan interaksi ditandai oleh kurangnya keinginan untuk mencari
informasi. Diagnosis pertama yaitu nyeriberhubungan dengan proses inflamasi
virus, nyeri adalah suatu kondisi dimana seseorang merasakan tidak nyaman atau
tidak menyenangkan yang bersifat subyektif dan perasaan ini sangat berbeda
pada setiap orang yang merasakannya karena hanya orang tersebutlah yang dapat
menjelaskan apa yang sedang dia rasakan.
Penulis menetapkan diagnosis nyeri sebagai prion utama karena pasien
mengatakan nyeri pada kelopak mata dan berat jika digerakkan, penderita juga
merasakankan nyeri dikulit daerah muncul plenting.Penulis menetapkan
diagnosis nyeri pada prioritas pertama karena jika nyeri tidak ditangani dengan
benar memiliki efek berbahaya di luar ketidaknyamanan akibat ketidaknyamanan
yang ditimbulkan.nyeri yang belum terselesaikan dapat mempengarui perubahan
tekanan darah, perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernapasan.
Penulis menjadikan kerusakan integritas kulit sebagai prion kedua karena
kerusakan integritas kulit adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
atau beresiko terhadap kerusakan jaringan epidermis dan dermis (Carpenito,
2000; 302). Batasan karakteristik mayor harus terdapat gangguan jaringan
epidermis dan dermis. Batasan minor mungkin terdapat pemasukan kulit,
eritema, lesi (Primer, skunder) pruritus (Carpenito, 2000;302). Dalam
pembenaran penulis hanya akan menambahkan data yang mendukung yaitu
adanyamuncul merah dan plenting sedikit di dahi kiri lalu bertambah banyak
sampai ke kelopak mata kiri (Carpenito, 2000; 302).Diagnosa keperawatan
kerusakan integritas kulit ini penulis prioritaskan sebagai prioritas kedua karena
menurut Maslow, integritas kulit masuk dalam kebutuhan keselamatan dan rasa
aman yang terdapat pada piramida kedua(Potter and Perry, 2005; 615).
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi dalam diagnosis di bawah ini adalah rasa sakit yang terkait
denganmulanya muncul merah dan plenting sedikit di dahi kiri lalu bertambah
banyak sampai ke kelopak mata kiri.Kelopak mata terasa nyeri dan berat jika
digerakkan.Penderita juga merasakankan nyeri dikulit daerah muncul
plenting.kriteria hasil yaitu mampu mengontrol nyeri (tau penyebab nyeri,
mampu menggunakan tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri),
melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri,
mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, tanda nyeri), mengatakan rasa
nyaman setelah nyeri berkurang.Pain Management yang dilakukan oleh penulis
yaitu, melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas. Menggunakan komunikasi terapeutik
untuk mengetahui pengalam nyeri pasien. mengkaji faktor yang mempengaruhi
respon nyeri. mengevaluasi pengalaman nyeri masa lalu. Dan melakukan
evaluasi bersama pasien dan tim medis tentang ketidakefektifan

Intervensi dalam mendiagnosisnyeri berhubungan dengan proses inflamasi


virus kriteria hasil : klien bebas dari tanda dan gejala infeksi, mendeskripsikan
proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaanya, menunjukn kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi,
jumlah leukosit dalam batas normal, menunjukan prilaku hidup sehat.
Pengontrolan infeksi yang dilakukan oleh penulis yaitu, memersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien, mempertahankan teknik isolasi, menginstruksikan pada
pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
meningggalkan pasien, mencuci tangan sebelum dan sesaat tindakan,
menggunakan sarung tangan,baju sebagai alat pelindung, memonitor tanda dan
gejala infeksi sistemik dan lokal, memonitor kerentanan terhadap infeksi,
mendorong istirahat, menginstruksikan pasien untuk minum antibiotic sesuai
resep yang diberikan, memberikan terapi antibiotic bila perlu, mengajarkan cara
menghindari inveksi, melaporkan kultur positif.
Intervensi dalam mendiagnosiskerusakan integritas kulit berhubungan dengan
vesikel yang mudah pecah. Intervensi adalah dengan cara observasi keaadan bula
pasien, anjurkan pada pasien untuk tidak menggaruk bula, jaga kebersihan kulit,
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat topikal. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan integritas kulit pasien
kembali normal.

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah disiapkan
berdasarkan tujuan dan kriteria hasil. Implementasidiagnosis yang pertama
yaitu nyeriakut berhubungan dengan adanya lesi kulit,rasa sakit yang terkait
denganmulanya muncul merah dan plenting sedikit di dahi kiri lalu bertambah
banyak sampai ke kelopak mata kiri. Kelopak mata terasa nyeri dan berat jika
digerakkan.Penderita juga merasakankan nyeri dikulit daerah muncul
plenting.Implementasi pertama yang dilakukan yaitu melakukan pengkajian
nyeri secara komprehensif, agar perawat dapat mengetahui keluhan dari
pasien dan bertujuan untuk menentukan sejauh mana dari kualitas rasa sakit
yang dirasakan. Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan,
mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan, mengajarkan tentang teknik pernafasan / relaksasi,
mengkolaborasikan pemberian analgetiktujuannya adalah untuk mengurangi
rasa sakit karena obat analgesik dapat memblokir area rasa sakit, karena untuk
kekuatan perawat dapat menilai skala dari rasa sakit dan keluarga dapat
diundang kerjasama dalam melakukan implementasi keperawatan lebih
mudah.mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri, menganjurkan klien untuk
beristirahat.
Implementasi diagnosis kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
vesikel yang mudah pecah. Implementasi yang dilakukan yaitu mengobservasi
keaadan bula pasien, menganjurkan pada pasien untuk tidak menggaruk bula,
menjaga kebersihan kulit agar tidak terjadinya infeksi, mengkolaborasikan
dengan dokter dalam pemberian obat topical.

E. Evaluasi

Evaluasi keperawatan berdasarkan tindakan keperawatan yang telah dilakukan


untuk mendiagnosis nyeri.skala nyeri berkurang dari skala 5 ke skala 2 dan
ditunjukkan oleh data subjektif klien bahwa nyeri dirasakan. Data objektif
adalahklien mengatakan tidak nyeri lagi, tidak terrdapat bintik merah dan vesikel
serta bulat, masalah keperawatan teratasi, klien mengatakan paham dan mengerti
apa yang dijelaskan perawat tentang kerusakan integritas kulit, rencana
keperawatan di hentikan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Herpes ZosterAdalah radang kulit akut, mempunyai sifat khas yaitu
vesikel –vesikel yang tersusun bekelompok sepajang persarafan sensorik kulit
sesuai dermato. (Siregar, 2005). Penyebab dari Herpes Zoster ini secara umum
adalah Virus Varicella zoster.Varicella zoster adalah agens virus penyebab dari
cacar air dan herpes zoster. Setelah sembuh dari cacar air, virus Varicella tetap
ada dalam tubuh dalam tahap laten seumur hidup. Penyakit ini dapat dideteksi
dari gejala-gejala yang terjadi diantaranya :Terasa demam, pilek, cepat merasa
lelah, dan lemah, Terasa nyeri sendi, sakit kepala, dan pusing, Rasa sakit
seperti terbakar, Kulit menjadi sensitive selama beberapa hari hingga satu
minggu, Timbul bitnik kecil kemerahan pada kulit. Faktor Resiko :Usia lebih
dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan
tubuhnya lemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula
resiko terserang nyeri.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2012).


Nursing Interventions Classification (NIC) sixth edition. United State of America:
ISBN.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2012). Nursing Outcomes
Clasification (NOC) fifth edition. United State of America: ISBN.
Harahap, & Marwali. (2000). Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates.
M, L., Price, Sylvia,, & Willson,. (2006). Patofisiologi konsep klinis proses penyakit.
jakarta: EGC.
Marwali, & Harapan. (2000). Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN
BERDASARKAN DIAGNOSA MEDIS & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Pusponegoro, E. H., Nilasari, H., & Dkk. (2014). Buku Panduan Herpes Zoster.
Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai