Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang paling berharga, karena tanpa air
tidak mungkin terdapat kehidupan. Air tidak hanya dibutuhkan untuk kehidupan
manusia, hewan, dan tanaman, tetapi juga merupakan media pengangkutan,
sumber energi, dan berbagai keperluan lainnya. Pada suatu saat dalam bentuk
hujan lebat dan banjir, air juga dapat menjadi benda perusak, menimbulkan
kerugian harta dan jiwa, serta menghanyutkan berjuta-juta ton tanah subur.
Distribusi air baik yang diatur oleh alam atau hasil rekayasa manusia,
dapat terdistribusi dengan tidak merata seperti jumlah air yang terdistribusi terlalu
banyak atau sedikit. Ketersediaan air yang berlebih atau terlalu banyak
membutuhkan penanganan tersendiri dalam suatu sistem perencanaan
komprehensif yang disebut sistem drainase.
Drainase berasal dari kata drain (mengeringkan) adalah prasarana yang
berfungsi mengalirkan air permukaan akibat hujan ke badan penerima air dan atau
ke bangunan resapan buatan. Drainase perkotaan adalah drainase di wilayah kota
yang berfungsi mengendalikan air permukaan akibat hujan, sehingga tidak
mengganggu baik aktifitas serta harta benda milik Negara maupun masyarakat
dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Adapun pada makalah ini penulis hanya akan membahas salah satu bagian
dari perencanaan system drainase yakni “Analisis Dimensi Saluran”

1.2. Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara
merencanakan dimensi saluran drainase.

Kelompok IV 1
1.3. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat menjadi rujukan sederhana dalam
merencanakan dimensi suatu saluran drainase.

Kelompok IV 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum


Pada saluran drainase perkotaan secara umum dikenal ada dua jenis
konstruksi saluran, yaitu:

1. Saluran tanah tanpa lapisan


2. Saluran dengan lapisan, seperti pasangan batu, beton, kayu dan baja

Saluran tanah memiliki kapasitas maksimum yang dibatasi oleh


kemampuan lenis tanah setempat terhadap bahaya erosi akibat aliran terlalu
cepat. Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa diperlukan saluran
dengan lapisan, meskipun harga saluran dengan lapisan lebih mahal.

Untuk drainase perkotaan dan jalan raya umumnya dipakai saluran


dengan lapisan. Selain alasan seperti dikemukakan di atas, estetika dan
kestabilan terhadap gangguan dari luar seperti lalu lintas merupakan alasan
lain yang menuntut saluran drainase perkotaan dan jalan raya dibuat dari
saluran dengan lapisan. Saluran ini dapat berupa saluran terbuka atau saluran
yang diberi tutup dengan lubang – lubang control di tempat-tempat tertentu.
Saluran yang diberi tutup ini bertujuan supaya saluran memberikan pandangan
yang lenih baik atau ruang gerak bagi kepentingan lain di atasnya.

Kajian sistem drainase memerlukan tinjauan pustaka untuk mengetahui


dasar teori dalam penanggulangan banjir akibat hujan lokal yang terjadi
maupun akibat pasang air laut (rob). Dalam tinjauan pustaka mencantumkan
dasar teori tentang alternatif penanggulangan yang akan dilaksanakan untuk
pengendalian banjir di suatu daerah. Data hidrologi adalah kumpulan
keterangan atau fakta mengenai fenomena hidrologi, seperti besarnya : curah
hujan, debit sungai, tinggi muka air sungai, kecepatan aliran, kosentrasi
sedimen sungai dan lain-lain yang akan selalu berubah terhadap waktu. Data
ini digunakan untuk menentukan besarnya debit banjir rencana yang

Kelompok IV 3
dijadikan dasar perencanaan, yaitu debit maksimum rencana di sungai atau
saluran alamiah dengan periode ulang tertentu (Qth) yang dapat dialirkan
tanpa membahayakan lingkungan sekitar dan stabilitas sungai. Jadi, debit
banjir rencana adalah debit banjir yang rata – rata terjadi satu kali dalam
periode ulang yang ditinjau. Untuk mendapatkan debit banjir rencana dapat
dilakukan melalui dua cara yaitu melalui pengolahan data debit dan melalui
pengolahan data hujan. Data curah hujan yang tercatat dari empat stasiun
hujan dengan tersebar di daerah pengaliran sungai dapat dijadikan sebagai
data curah hujan harian, yang kemudian akan dianalisis kembali menjadi data
curah hujan tertinggi dalam satu periode/satu tahun. Setelah didapatkan data
tersebut, maka dialih ragamkan menjadi debit banjir rencana periode
ulang/dengan skala waktu tertentu. Data curah hujan yang telah dianalisis ini
akan lebih lengkap apabila dibandingkan
dengan data debit banjir yang telah ada. Dalam menganalisis data debit
harus tersedia rating curve yang dapat mencakup debit banjir saat muka air
banjir rendah sampai dengan maksimum. Pengukuran tinggi muka air banjir
dan kecepatan air banjirnya dilakukan per segmen dalam suatu penampang
melintang sungai (cross section). Hal ini sangat sulit dilakukan dalam
prakteknya dan membutuhkan waktu yang lama serta biaya yang tidak
sedikit, antara lain : petugas pencatat seringkali mengalami kesulitan
pembacaan peilschale dalam pengukuran ketinggian muka air banjir pada saat
banjir terlalu tinggi/terlalu deras, perlu adanya konstruksi jembatan, dan
terkadang sukar memprediksi kapan waktu terjadi banjir sehingga terkadang
timing pengukuran tidak tepat. Selain itu untuk daerah yang belum
berkembang di mana peralatan minimal, serta sangat sulit untuk melakukan
pengukuran elevasi muka air dan kecepatan saat banjir. Data debit banjir
yang dipergunakan agar akurat/teliti dalam perhitungan minimal harus
tersedia data 30 tahun, namun kendalanya adalah data debit tersebut
seringkali tidak lengkap, mahal biayanya dan sulit dilaksanakan seperti pada
bagian tempat pengamatan yang memiliki tekanan air yang tinggi atau bagian
kecepatan aliran yang tinggi, sehingga dapat menyebabkan terjadinya

Kelompok IV 4
kesalahan pengukuran pada permukaan air yang tinggi serta dapat
mengakibatkan kerusakan alat oleh aliran.

2.2. Hidrologi
Secara khusus menurut SNI No. 1724-1989-F, hidrologi didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari sistem sirkulasi/siklus air yang ada pada
bumi. Definisi tersebut terbatas pada hidrologi rekayasa. Secara luas
hidrologi meliputi pula berbagai bentuk air termasuk transformasi antara
keadaan cair, padat, dan gas dalam atmosfir, di atas dan di bawah
permukaan tanah. Di dalamnya tercakup pula air laut yang merupakan
sumber dan penyimpan air yang mengaktifkan kehidupan di planet bumi ini
(CD.Soemarto, 1999).

2.2.1. Daerah Aliran Sungai


Daerah Aliran Sungai (catchment area, basin, watershed) adalah
daerah
tangkapan air/di mana air yang jatuh di daerah tersebut akan
mengalir menuju ke dalam suatu sungai yang dimaksudkan. Aliran air
tersebut tidak hanya berupa air permukaan yang mengalir di dalam alur
sungai, tetapi termasuk juga aliran di lereng-lereng bukit yang mengalir
menuju alur sungai sehingga daerah tersebut dinamakan Daerah Aliran
Sungai. Daerah ini umumnya dibatasi oleh batas topografi, yang berarti
ditetapkan berdasarkan aliran permukaan. Batas ini tidak ditetapkan
berdasarkan air bawah tanah karena permukaan air tanah selalu
berubah sesuai dengan musim dan tingkat kegiatan pemakaian (Sri
Harto, 1993). Konsep Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan dasar dari
semua perencanaan hidrologi. Mengingat DAS yang besar pada dasarnya
tersusun dari DAS-DAS kecil, begitu juga dengan DAS kecil yang tersusun
dari DAS lebih kecil lagi. Secara umum DAS dapat didefinisikan sebagai
suatu wilayah yang dibatasi oleh batas alam seperti punggung bukit-bukit
atau gunung, maupun batas buatan seperti jalan atau tanggul di mana air

Kelompok IV 5
hujan yang turun di wilayah tersebut memberi kontribusi aliran ke titik
kontrol (outlet). Menurut kamus Webster, DAS adalah suatu daerah yang
dibatasi oleh pemisah topografi yang menerima hujan, menampung,
menyimpan dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya ke danau atau ke
laut. Komponen masukan dalam DAS adalah curah hujan, sedangkan
keluarannya terdiri dari debit air dan muatan sedimen (Suripin, 2004).
Beberapa karakteristik DAS yang berpengaruh besar pada aliran permukaan
yang katakana bapak Suripin, 2004. Hal tersebut meliputi :
2.2.2. Curah Hujan Rencana
2.2.2.1 Curah Hujan Area
Data curah hujan dan debit merupakan data yang paling fundamental
dalam perencanaan pembuatan embung. Ketetapan dalam memilih lokasi
dan peralatan baik curah hujan maupun debit merupakan faktor yang
menentukan kualitas data yang diperoleh. Analisis data hujan
dimaksudkan untuk mendapatkan besaran curah hujan dan analisis statistik
yang diperhitungkan dalam perhitungan debit banjir rencana. Data curah
hujan yang dipakai untuk perhitungan debit banjir adalah hujan yang
terjadi pada daerah aliran sungai pada waktu yang sama. Curah hujan yang
diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air dan
rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di seluruh
daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik tertentu.
Curah hujan ini disebut curah hujan area dan dinyatakan dalam mm
(Sosrodarsono, 2003).
Cara perhitungan curah hujan area dari pengamatan curah hujan di
beberapa titik adalah sebagai berikut :
2.2.2.1 Metode Poligon Thiessen

Besarnya koefisien Thiessen dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut


(CD.Soemarto, 1999) :

C = Koefisien Thiessen

Kelompok IV 6
Ai = Luas daerah pengaruh dari stasiun pengamatan i (Km2)
Atotal = Luas total dari DAS (Km2)

2.2.2.2 Curah Hujan Maksimum Harian Rata-Rata

2.3. Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng

Pada prakteknya variabel S dan L dapat disatukan, karena erosi akan


bertambah besar dengan bertambah besarnya kemiringan permukaan medan
(lebih banyak percikan air yang membawa butir-butir tanah, limpasan
bertambah besar dengan kecepatan yang lebih tinggi), dan dengan bertambah
panjangnya kemiringan (lebih banyak limpasan menyebabkan lebih besarnya
kedalaman aliran permukaan oleh karena itu kecepatannya menjadi lebih
tinggi). Gambar 2.3.a berikut menunjukkan diagram untuk memperoleh nilai
kombinasi LS, dengan nilai LS = 1 jika L = 22,13 m dan S = 9%.

Gambar 2.3.a Diagram untuk memperoleh nilai kombinasi LS


Faktor panjang lereng (L) didefinisikan secara matematik sebagai berikut
(Schwab et al,1981 dalam Asdak,2002) :

L = panjang kemiringan lereng (m)

Kelompok IV 7
m = angka eksponen yang dipengaruhi oleh interaksi antara panjang lereng
dan kemiringan lereng dan dapat juga oleh karakteristik tanah, tipe
vegetasi. Angka eksponen tersebut bervariasi dari 0,3 untuk lereng
yang panjang dengan kemiringan lereng kurang dari 0,5 % sampai 0,6
untuk lereng lebihpendek dengan kemiringan lereng lebih dari 10 %.
Angka eksponen rata-rata yang umumnya dipakai adalah 0,5 Faktor
kemiringan lereng S didefinisikan secara matematis sebagai berikut:

S= kemiringan lereng aktual (%)


Seringkali dalam prakiraan erosi menggunakan persamaan USLE
komponen panjang dan kemiringan lereng (L dan S) diintegrasikan
menjadi faktor LS dan dihitung dengan rumus :

L = panjang lereng (m)


S = kemiringan lereng (%)

Kelompok IV 8
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Kriteria Teknis

Dalam perencanaan dan pelaksanaan pembuataan saluran drainase, criteria


teknis saluran drainase, kriteria teknis saluran drainase untuk air hujan dan air
limbah perlu diperhatikan agar saluran drainase tersebut dapat bekerja sesuai
dengan fungsinya. Kriteria teknis saluran drainase tersebut adalah sebagai
berikut:

a. Kriteria teknis saluran drainase air hujan:


1. Muka air rencana lebih rendah dari muka tanah yang akan dilayani.
2. Aliran brlangsung cepat, namun tidak menimbulkan erosi
3. Kapasitas saluran membesar searah saluran.
b. Kriteria teknis saluran drainase air limbah
1. Muka air rencana lebih rendah dari muka tanah yang akan dilayani;
2. Tidak mencemari kualitas air sepanjang lintasannya;
3. Tidak mudah dicapai oleh binatang yang dapat menyebarkan penyakit;
4. Ada proses pengenceran atau penggelontoran sehingga kotoran yang
ada dapat terangkut secara cepat sampai tempat ke tempat pembuangan
akhir.
5. Tidak menyebarkan bau atau mengganggu estetika.

3.2. Bentuk penampang saluran

Mengingat bahwa tersedianya lahan merupakan hal yang perlu


dipertimbangkan, maka penanmpang saluran drainase perkotaan dan jalan
raya dianjurkan mengikuti Penampang Hidrolis Terbaik, yaitu suatu
penampang yang memiliki luas terkecil untuk suatu debit tertentu atau
memiliki keliling basah terkecil dengan hantaran maksimum. Unsur-unsur

Kelompok IV 9
geometris Penampang Hidrolis Terbaik diperlihatkan pada Tabel 5.1berikut
ini:

Tabel. Unsur Geometrik Penampang Hidrolis Terbaik

Keliling Jari-jari Lebar


Penampang Luas
No. basah Hidrolis Puncak
melintang (A)
(P) (R) (T)
Trapesium (setengah 3 6 1 4
1. . 𝑌2 .Y .Y .Y
segi enam) √3 √3 2 √3
Persegi empat
1
2. (setengah bujur 2 . 𝑌2 4Y .Y 2Y
2
sangkar)
Segitiga (setengah 4 1
3. 𝑌2 .Y . √2. Y 4. Y
bujur sangkar) √2 4

𝜋 1
4 Setengah lingkaran .Y 2 𝜋.Y .Y 2.Y
2 2

4 8 1
5 Parabola . √2 𝑌 2
. √2 . Y .Y 2. √2 . Y
3 3 2
1,3959 .
6 Lengkung hidrolis 2,9836 . Y 0,46784 . Y 1,91753 . Y
Y2

Y Y
6
.Y
√3

3
B = 2Y .𝑌
√3

Gambar. Penampang hidrolis terbaik penampang melintang persegi


panjang dan penampang melintang trapezium.

Kelompok IV 10
Untuk mencegah gelombang atau kenaikan muka air yang melimpah
ke tepi, maka perlu tinggi jagaan pada saluran, yaitu jarak vertikal dari
puncak saluran ke permukaan air pada kondisi debit rencana. Tinggi jagaan
ini (F) berkisar 5% sampai 30% kedalaman aliran.

Dibanding dengan air limbah, air hujan memilki perbandingan yang


besar antara debit puncak dan debit normal. Hal tersebut menyebabkan
saluran drainase air hujan mempunyai mempunyai ektifitas rendah dan hanya
berfungsi secara maksimal pada saat musim hujan saja. Oleh karena itu,
untuk saluran drainase air hujan dianjurkan penampangnya berbentuk saluran
tersusun, mislanya seperti gambar di bawah ini. Penampang saluran setengah
lingkaran diharapkan berfungsi mengalirkan debit lebih kecil dari debit
rencana ataui debit akibat hujan harian maksimum rata-rata.

Gambar. Penampang saluran tersusun

Dimensi saluran yang direncanakan pada suatu system drainase harus


mampu mengalirkan debit rencana. Dengan kata lain debit yang berada
disaluran (Qs) harus sama atau lebih besar dari debit rencana (Qt).
Tahapan dalam peencanaan dimensi saluran drainase adalah:
1. Analisa Waktu Konsentrasi

Kelompok IV 11
Waktu konsentrasi adalah waktu yang dibutuhkan oleh air hujan untuk
mengalir pada satu titik tinjauan. Waktu konsentrasi terdiri dari 2 bagian
yakni:
a. Inlet time (t0), adalah waktu yang diperlukan oleh air untuk mengalir di
atas permukaan tanah menuju saluran drainase. Persamaan yang
digunakan untuk menghitung nilai Inlet time ada beberapa yakni:
 to = 56,7 x L(t0)1,156 x D0,385 (menit)
Dimana:
L(t0) : jarak titik terjauh dari daerah hulu sampai titik yang ditinjau
D: beda tinggititik elevasi terjauhdengan elevasi titik yang ditinjau
 Untuk daerah pengaliran <300 m menggunakan rumus
[(3,26(1,1 − 𝐶)𝑥𝐿𝑜1/2 ]
𝑆𝑜1/3
 Untuk daerah pengaliran 300 < L < 1000 menggunakan rumus
1
(108𝑛𝐿𝑜 3 )
𝑡𝑜 =
𝑆𝑜1/3
Dimana
C: Koefisien Pengaliran
Lo: Panjang Limpasan
So: Kemiringan Jalan

 Menurut Rumus Kerby (1959)


𝐿
𝑡𝑜 = 1,44𝑥(𝑛𝑑 𝑥 )0,467
√𝑖
L≤400m
Dimana
L: Jarak titik terjauh ke inlet (m)
nd: koefisien setara dengan kekasaran
i: kemiringan medan

Kelompok IV 12
b. Conduit time (td), adalah waktu yang diperlukanoleh air untuk mengalir
disepanjang saluran sampai titik control yang ditentukan dibagian hilir.
Conduit time dirumuskan dengan persamaan:
L
td =
60 x V
Dimana:
td: conduit time
L: Panjang sungai
V: Kecepatan minimum aliran sungai

Sehingga waktu konsentrasi dapat di rumuskan dengan persamaan:


tc=t0+td
Dimana
tc: waktu konsentrasi
t0: inlet time
td: conduit time

2. Analisa Intensitas Hujan


Untuk menganalisa intensitas hujan di gunakan persamaan Mononobe
yakni:
𝑅24 24 2/3
𝐼= .( )
24 𝑡

Dimana:
I: Intensitas Hujan (mm/jam)
R24: tinggi hujan maksimum dalam 24 jam (mm)
t: waktu hujan (jam)

3. Analisa Koefisien Pengaliran / run off


Beberapa persamaan yang dapat digunakan untuk menganalisa
koefisien run off adalah:

Kelompok IV 13
𝐴1 𝑥 𝛼1 𝐴2 𝑥 𝛼2 𝐴𝑛 𝑥 𝛼𝑛
𝐶= + + ⋯+
𝐴 𝐴 𝐴
Dimana:
C: koefisien run off
A1: luas area ke satu
A2: luas area ke dua
An: luas area ke n
α1: koefisien run off area ke satu
α2: koefisien run off area ke dua
α3: koefisien run off area ke n
A: luas area keseluruhan

Adapun nilai koefisien run off untuk beberapa kondisi area dapat
dilihat pada rabel berikut:
Tipe Area Koefisien run off
Pegunungan yang curam 0.75-0.90
Tanah yang bergelombang dan hutan 0.50-0.75
Dataran yang ditanami / perkebunan 0.45-0.60
Atap yang tidak tembus air 0.75-0.90
Perkerasan aspal, beton 0.80-0.90
Tanah padat sulit diresapi 0.40-0.55
Tanah agak mudah diresapi 0.05-0.35
Taman / lapangan terbuka 0.05-0.25
Kebun 0.20
Perumahan tidak begitu rapat (20 0.25-0.40
rumah / ha)
Perumahan kerapatan sedang (21-60 0.40-0.70
rumah / ha)
Perumahan rapat (61-160 rumah / ha) 0.70-0.80
Daerah rekreasi 0.20-0.30
Daerah industri 0.80-0.90

Kelompok IV 14
Daerah perniagaan 0.90-0.95

Persamaan lain yang dapat digunakanm untuk mrnghitung koefisien


run off adalah:
∑𝐶𝑖. 𝐴𝑖
𝐶=
∑𝐴𝑖
C: koefisien rujn off
Ci: Koefisien pengaliran untuk bagian daerah yang ditinjau dengan satu
jenis permukaan
Ai:luas bagian daerah

4. Analsia Debit Rencana


Dimensi saluran yang direncanakan didesain berdasarkan debit air
yang akan dialirkan. Dengan kata lain debit yang berada disaluran harus
sama atau lebih besar dari debit rencana .
Adapun persamaan yang dugunakan untuk menghitung debit adalah:
1
𝑄= . 𝐶. 𝐼. 𝐴
3,6
Dimana:
Q: debit (m3/detik)
C: koefisien pengaliran
I: intnsitas hujan
A: Luas Area

5. Perhitungan Kecepatan Saluran


Kecepatan aliran dalam saluran hendaknya tidak menyebabkan
terjadinya pengendapan dan tumbuhnya tanaman pengganggu, selain itu
juga perlu diperhatikan jenis material yang akan digunakan supaya
kecepatan aliran tidak menggerus dasar saluran.

Kelompok IV 15
Adapun nilai kecepatan aliran air yang diizinkan berdasarkan jenis
material adalah:
Jenis Bahan Kecepatan aliran yang diizinkan (m/s)
Pasir Halus 0.45
Lempung Kepasiran 0.50
Lanau Aluvial 0.60
Kerikil Halus 0.75
Lempung kokoh 0.75
Lempung padat 1.10
Kerkil kasar 1.20
Batu-batu besar 1.50
Pasangan Batu 1.50
Beton 1.50
Beton bertulang 1.50

Sumber : Petunjuk desain drainase permukaan jalan No. 008/T/BNKT/1990,


BINA MARGA

6. Analisa Kekasaran Saluran


Koefisien kekasaran saluran ditentukan oleh bahan/material saluran, jenis
sambungan, material padat yang terangkut dan yang terendap dalam saluran,
akar tumbuhan, aligment lapisan penutup (pipa), umur saluran dan aliran
lateral yang menggangu.
Adapun Nilai kekasaran saluran dapat dilihat pada table berikut:

Dinding
No Kondisi N
Saluran

 Plesteran semen kurang halus


Pasangan  Plesteran semen dan pasir 0,0100
1
Batu  Beton dilapisi baja
0,0120
 Beton dilapisi kayu
 Batu bata kosong kasar

Kelompok IV 16
 Pasangan batu keadaan jelek 0,0120

0,0130

0,0150

0,0200

 Halus dipasang rata 0,0130


 Batu bengkaran batu pecah & batu
2 Batu Kosong 0,0170
belah
 Batu guling dipasang dalam semen kerikil
0,0200
halus padat
0,0200
 Rata dan dalam keadaan baik
 Dalam keadaan biasa 0,0225
 Dengan batu-batu dan tumbuh-
3 Tanah 0,0250
tumbuhan
 Dalam keadaan jelek
0,0350
 Sebagian terganggu oleh batu-batu dan
tumbuh-tumbuhan 0,0500

Sumber : Imam Subarkah, Ir., Hidrologi Untuk Perencanaan Bangunan Air

7. Perhitungan Dimensi Saluran


a. Dimensi saluran berpenampang persegi
Untuk saluran berpenampang persegi, dimensinya dapat
direncanakan dengan persamaan-persamaan dibawah ini:
*A = b x h
* P = b + 2h
𝐴
*𝑅 =
𝑃

*T = b
Dimana:
A: Luas penampang saluran (m2)
b: Lebar dasar saluran
h:tinggi saluran
P: Keliling penampamng basah (m)
R: Jari-jari hidrolis (m)
T: Lebar atas saluran (m)

Kelompok IV 17
b. Dimensi saluran berpenampang trapezium
Untuk saluran berpenampang trapezium, dimensinya dapat
direncanakan dengan persamaan dibawah ini:
* A = (b + (m.h))h
* P = b + 2h√m2+1
𝐴
*𝑅 = 𝑃

* T = b + 2mh
Nilai b dan h pada persamaan diatas di ambil berdasark asumsi dari
kebutuhan perencanaan. Apa bila bentuk dimensinya telah kita peroleh
maka kita menghitung nilai debit yang berada di saluran dengan
menggunakan persamaan:
1
𝑄= 𝑥 𝐴 𝑥 𝑅2/3 𝑥 𝑆 1/2
𝑛
Jika nilai debit disaluran lebih besar dari nilai debit yang
direncanakan maka dimensi yang kita rencanakan sudah benar, akan tetapi
jika nilai debit disaluran lebih kecil dari debit yang direncanakan, maka
kita harus menghulang perhitungan dimensi saluran dengan asumsi nilai b
dan h yang baru.

8. Contoh Soal
Rencanakan saluran drainase daerah dengan luas masing-masing
100m2,400m2,200m2. Koefisien run off 0.988 dan intensitas 190mm/jam.
Saluran direncanakan akan dibuat dari beton.
Jawab:
Hitung besarnya debit
A = (1000 + 400 + 2000) = 3400 m2 = 0,0034 km2
C = 0,988
I = 190 mm/jam
Q = 1/3,6 x C.I.A
= 1/3,6 x 0,988 x 190 x 0,0034

Kelompok IV 18
= 0,177 m3/detik

Penentuan dimensi saluran


Penentuan dimensi diawali dengan penentuan bahan
• Saluran direncanakan dibuat dari beton dengan kecepatan aliran yang
diijinkan 1,50 m/detik (Tabel)
• Bentuk penampang : segi empat
• Kemiringan saluran memanjang yang diijinkan : sampai dengan 7,5%
(Tabel 5)
• Angka kekasaran permukaan saluran Manning (dari Tabel 10) n = 0,013
Tentukan kecepatan saluran (V) < kecepatan ijin dan kemiringan
saluran (is)
 V = 1,3 m/detik ( < V ijin = 1,50 m/detik )
 is= 3% (disesuaikan dengan kemiringan memanjang jalan, is)

Dengan dimensi : h =0,5m


maka R = F/P = (hxb)/(2h+b) = 0,5b/(1+b)
Dari persamaan didapat :

Tentukan tinggi jagaan

Jadi gambar dimensi saluran drainase permukaan :

Kelompok IV 19
Kelompok IV 20
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan makalah ini yaitu dalam mendesain
saluran drainase diperlukan data-data yang mendukung, seperti perencanaan dan
pelaksanaan pembuataan saluran drainase, criteria teknis saluran drainase, kriteria
teknis saluran drainase untuk air hujan dan air limbah perlu diperhatikan agar
saluran drainase tersebut dapat bekerja sesuai dengan fungsinya, yang semua
terlampir dalam makalah kami.

4.2. Saran
Adapun saran kami untuk para pembaca kiranya dapat memberikan saran
balik yang membangun dalam penyusunan makalah yang lebih baik.
Kemudian dalam diskusi agar materi dipahami secara baik.

Kelompok IV 21
DAFTAR PUSTAKA

http://www.getbookee.org/search.php?q=laporan+lengkap%2Bkajian+pustaka%2
Bdesain+saluran+drainase
Dr.Ir.Suripin, M.Eng. 2003. Sistem Drainase Perkotaan yang berkelanjutan.
Penerbit Andi, Semarang
Wesli. 2008. Drainase Perkotaan. Graha Ilmu. Yogyakarta

Kelompok IV 22

Anda mungkin juga menyukai