Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Selama lebih dari tiga dasawarsa, Indonesia berhasil mengurangi angka

kematian bayi secara signifikan. Pada tahun 1960, angka kematian bayi mencapai

128 kematian per 1.000 kelahiran. Pada tahun 2000, angka tersebut turun menjadi

35 kematian dari 1.000 kelahiran. Namun, angka kematian anak tetap menjadi

masalah serius di Indonesia. Mengurangi angka kematian jelas memerlukan akses

kesehatan yang baik, kualitas perawatan kelahiran, nutrisi, dan juga penanganan

penyakit pada masa-masa awal kehidupan dengan baik. Di samping itu perlu

didukung kesehatan lingkungan yang baik, misalnya dengan penyediaan air dan

sanitasi yang bersih, pengawasan penyakit menular, dan terutama nutrisi ibu yang

baik. 1

Bayi dapat diartikan sebagai anak yang baru lahir hingga berumur 1 tahun

dan mengalami proses tumbuh kembang.2 Bayi usia 3-6 bulan dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal hanya dengan mengandalkan asupan gizi dari ASI.3

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan ideal bagi bayi, baik kualitas maupun

kuantitasnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia,

WHO, yang menilai ASI sebagai sumber gizi terbaik bagi bayi.4

Pada tahun 1999, setelah pengalaman selama 9 tahun, UNICEF

memberikan klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI

eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama World Health Assembly

1
(WHA) dan banyak negara menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif

selama 6 bulan.5

ASI eksklusif adalah intervensi yang paling efektif untuk mencegah

kematian anak, namun menurut Survei Demografi Kesehatan tingkat pemberian

ASI eksklusif telah menurun selama dekade terakhir. Hari ini, hanya sepertiga

penduduk Indonesia secara eksklusif menyusui anak-anak mereka pada enam

bulan pertama. 6

Anjuran pemberian ASI eksklusif, baik dalam literatur nasional maupun

internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan

pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup

bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. Pemberian ASI eksklusif dapat

mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umum

menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru, serta mempercepat pemulihan

bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran. Selain itu, pertumbuhan dan

perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh pemberian ASI eksklusif

selama 6 bulan pertama kehidupannya.1

Berdasarkan Riskesdas, persentasi pemberian ASI eksklusif di Indonesia

pada tahun 2018 pada bayi usia 0 bulan (52,7%), 1 bulan (48,7%), 2 bulan (46%),

3 bulan (42,2%), 4 bulan (41,9%), 5 bulan (36,6%), dan 6 bulan (30,2%).

Berdasarkan data tersebut dapat dilihat terjadi penurunan pemberian ASI seiring

bertambahnya usia anak namun persentasi pemberian ASI tahun 2018 mengalami

peningkatan dari tahun 2015.7

2
Berdasarkan data yang diperoleh dari profil Puskesmas Pekauman Kota

Banjarmasin Bulan Februari 2019 diketahui bahwa bayi yang mendapat ASI

Eksklusif sebanyak 224 bayi dari 289 bayi dan bila dinyatakan dalam bentuk

persentase, yaitu sebesar 77,5%.8

Berbagai penelitian telah dilakukan dan menerangkan sejumlah kelebihan

bayi yang diberi ASI eksklusif. Pada suatu penelitian di Brazil Selatan

menyatakan bahwa bayi-bayi yang tidak diberi ASI mempunyai kemungkinan

meninggal karena mencret 14,2 kali lebih banyak daripada bayi ASI eksklusif.

Bayi yang mendapat ASI eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit

dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif.9

Hasil dari penelitian Ni Made di Puskesmas Karanganyar tahun 2017

tentang Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kembang pada Anak Usia 3

Sampai 6 Bulan di Puskesmas Karanganyar menyimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan tumbuh

kembang anak usia 3 sampai 6 bulan.4

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suyati dkk di Dusun Klagen

Peterongan Jombang pada tahun 2016 diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan

yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan perkembangan anak.10

Penelitian Novita dkk pada tahun 2017 di lingkungan Puskesmas

Cigondewah, Bandung menyimpulkan bahwa aspek kognitif pada bayi yang

mendapat ASI eksklusif memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan bayi

yang tidak mendapatkan ASI eksklusif. Rata-rata IQ bayi ASI Eksklusif 128,3

3
dengan rentang IQ 112-142, sedangkan rata-rata IQ bayi ASI non-eksklusif 114,4

dengan rentang IQ 82-137.11

Oleh karena itu, rendahnya pemberian ASI dapat menjadi ancaman bagi

tumbuh kembang anak. Usia 0-2 tahun merupakan masa pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas

(golden periode) sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila

pada masa ini anak memperoleh gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang.

Sebaliknya, apabila pada masa ini anak tidak memperoleh makanan sesuai

kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang

akan mengganggu tumbuh kembang anak, baik pada saat ini maupun masa

selanjutnya. Untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal, empat hal penting

harus dilakukan, yaitu (1) Memberikan ASI kepada bayi segera setelah bayi lahir;

(2) Memberikan ASI eksklusif (ASI saja) selama 6 bulan; (3) Memberikan

makanan pendamping ASI (MP-ASI) sejak bayi berusia 6-24 bulan; (4)

Meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan.12

Sehubungan dengan besarnya manfaat pemberian ASI eksklusif terhadap

perkembangan bayi, maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan pola

pemberian ASI terhadap perkembangan bayi usia 3-6 bulan di Puskesmas

Pekauman Kota Banjarmasin.

4
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi permasalahan pada

penelitian ini yaitu pentingnya asupan nutrisi pada awal kehidupan. Satu-satunya

asupan nutrisi yang dianjurkan hingga bayi berusia 6 bulan adalah Air Susu Ibu

(ASI).

Pada periode emas proses tumbuh kembang asupan nutrisi sangatlah

diperlukan, sehingga perbedaan pola pemberian ASI pada tahap ini sering

dikaitkan dengan gangguan tumbuh kembang pada bayi.

Berdasarkan latar belakang didapatkan perumusan masalah

“Bagaimanakah hubungan pola pemberian ASI terhadap perkembangan bayi?”

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pola pemberian ASI terhadap perkembangan bayi.

2. Tujuan Khusus

a) Mendeskripsikan tingkat pemberian ASI eksklusif di Puskesmas

Pekauman Kota Banjarmasin

b) Mendeskripsikan tingkat perkembangan bayi usia 3-6 bulan di

Puskesmas Pekauman Kota Banjarmasin

c) Menganalisis hubungan pola pemberian ASI dengan perkembangan

bayi usia 3-6 bulan di di Puskesmas Pekauman Kota Banjarmasin.

5
D. MANFAAT PENELITIAN

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat untuk :

a) Peneliti

Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti

tentang cara pemberian ASI eksklusif, dan manfaat ASI bagi ibu dan bayi,

serta menambah pengetahuan peneliti tentang perkembangan bayi yang

disesuaikan dengan umur bayi tersebut.

b) Pasien dan Petugas Kesehatan

Mengetahui perkembangan bayi apakah sesuai, kurang, atau

menyimpang, sehingga dapat ditentukan tindakan lebih lanjut untuk

mengatasi hal tersebut.

c) Institusi

Analisis data yang disajikan dapat memberikan gambaran tentang

tingkat pemberian ASI eksklusif di wilayah Puskesmas Pekauman, tingkat

perkembangan bayi usia 3-6 bulan di Puskesmas Pekauman, dan hubungan

pola pemberian ASI terhadap perkembangan bayi.

d) Masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu yang

mempunyai bayi tentang manfaat pemberian ASI eksklusif.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. AIR SUSU IBU (ASI)

Kebutuhan nutrisi individu bervariasi sesuai dengan perbedaan genetik dan

metabolik. Namun, untuk bayi dan anak, tujuan dasar pemberian nutrisi adalah

bagi pertumbuhan dan perkembangan yang memuaskan dan mencegah keadaan

defisiensi. Nutrisi yang baik membantu mencegah penyakit akut dan kronis dan

mengembangkan kemampuan fisik dan mental, serta memberikan cadangan untuk

stress. Hanya air susu ibu (ASI) yang merupakan satu-satunya sumber nutrisi

untuk waktu yang lama bagi bayi hingga berusia hingga 6 bulan.

1. Definisi Air Susu Ibu (ASI)

Menurut Soetjiningsih (2012), air susu ibu (ASI) adalah suatu emulsi

lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-garam organik yang disekresi

oleh kedua belah kelenjar susu ibu, sebagai makanan utama bagi bayi.13,14

2. Air Susu Ibu (ASI) Menurut Stadium Laktasi

Soetjiningsih (2012) mengategorikan ASI berdasarkan stadium laktasinya

menjadi tiga stadium, yaitu : 14

a. Kolostrum

Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara,

mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam

alveoli dan ductus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa

puerperium.

7
Stadium kolostrum ini berlangsung 3 sampai 4 hari setelah ASI

pertama keluar. Kolostrum mempunyai karakteristik yaitu:

1) Cairan ASI lebih kental dan berwarna lebih kuning daripada ASI

matur.

2) Kolostrum lebih banyak mengandung protein dimana protein

umumnya adalah gamma globulin.

3) Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan dengan ASI matur

dan dapat memberikan perlindungan pada bayi sampai usia 6 bulan.

4) Kadar karbohidrat dan lemaknya lebih rendah dari pada ASI matur.

5) Lebih tinggi mengandung mineral terutama sodium dibandingkan

ASI matur.

6) Kandungan vitamin yang larut lemak lebih banyak dibandingkan

ASI matur, sedangkan vitamin yang larut air dapat lebih tinggi atau

lebih rendah.

7) Lipidnya lebih banyak mengandung kolesterol dan lecitinin

dibandingkan dengan ASI matur.

8) Volume kolostrum berkisar 150-300 ml / 24 jam.

b. Air Susu Masa Transisi / Peralihan

Air susu ibu (ASI) peralihan merupakan ASI peralihan dari kolostrum

sampai menjadi ASI matur. ASI peralihan berlangsung dari hari keempat

sampai hari kesepuluh dari masa laktasi. Beberapa karakteristik ASI

peralihan meliputi kadar protein lebih rendah, sedangkan kadar lemak dan

8
karbohidrat lebih tinggi dibandingkan kolostrum serta volume ASI

peralihan ini lebih tinggi dibandingkan dengan kolostrum.

Komposisi ASI menurut penelitian dari Kleiner IS dan Osten JM, yaitu

sebagai berikut.

Tabel 2.1. Komposisi ASI Masa Peralihan


Protein Karbohidrat Lemak
Waktu
(gram/100 ml) (gram/100 ml) (gram/100 ml)
Hari ke-5 2,00 6,42 3,2

Hari ke-9 1,73 6,73 3,7

Minggu ke-34 1,30 7,11 4,0

Sumber : ASI-Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, 2017

c. Air Susu Matur (mature)

Merupakan ASI yang disekresi pada hari kesepuluh dan seterusnya,

komposisi relatif konstan (adapula yang menyatakan bahwa komposisi

ASI relatif konstan baru mulai pada minggu ketiga sampai minggu kelima.

Pada ibu yang sehat dimana produksi ASI cukup, ASI merupakan

makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai

berumur 6 bulan.

Karakteristik ASI stadium matur, antara lain :

1) Cairan berwarna putih kekuning-kuningan yang diakibatkan warna

dari garam Ca-caseinat, riboflavin, dan karoten yang terdapat di

dalamnya.

2) Cairan tidak menggumpal jika dipanaskan.

9
3) Terdapat faktor antimikrobial, antara lain (1) antibodi terhadap

bakteri dan virus; (2) sel (fagosit, granulosit dan makrofag, serta

limfosit tipe T); (3) enzim, yaitu lisozim, laktoperoksidase, lipase,

katalase, fosfatase, amilase, fosfodiesterase, dan alkalinfosfatase;

(4) protein; (5) hormon-hormon.

3. Komposisi Air Susu Ibu (ASI)

ASI mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat putih

telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon,

enzim, zat kekebalan dan sel darah putih. Semua zat ini terdapat secara

proporsional dan seimbang satu dengan yang lainnya. Cairan yang mempunyai

keseimbangan biokimia yang sangat tepat ini bagai suatu simfoni nutrisi bagi

pertumbuhan dan perkembangan bayi sehingga tidak mungkin ditiru oleh

buatan manusia.15

Zat-zat yang terkandung di dalam ASI adalah:

a. Lemak

Lemak merupakan sumber kalori utama dalam ASI dengan kadar

yang cukup tinggi yaitu seberat 50%. Salah satu keunggulan lemak ASI

adalah lemak esensial.13 Kadar asam lemak tak jenuh dalam ASI 7-8 kali

lebih tinggi daripada kadarnya dalam air susu sapi (ASS). Asam lemak tak

jenuh yang terdapat dalam kadar tinggi akan mempengaruhi rasio asam

linoleik dimana oleik yang cukup akan memacu absorpsi lemak dan

kalsium, dan adanya kalsium dari asam lemak ini akan memacu

10
perkembangan otak bayi dan mencegah terjadinya hipokalsemia. Asam

lemak rantai panjang juga akan berperan dalam perkembangan otak.14

b. Protein

Protein adalah bahan baku untuk tumbuh kembang bayi. Kualitas

protein sangat penting selama tahun pertama kehidupan bayi, karena

pertumbuhan bayi paling cepat dan memerlukan ASI yang mengandung

gizi untuk bayi.

Pada ASI, kadar methionin lebih rendah daripada kadarnya dalam

air susu sapi, sedangkan kadar sistin pada ASI kadarnya lebih tinggi. Hal

ini sangat menguntungkan karena enzim sistationase, yaitu enzim yang

akan mengubah methionin menjadi sistin pada bayi sangat rendah atau

tidak ada. Sistin ini merupakan asam amino yang sangat penting untuk

pertumbuhan otak bayi dimana pertumbuhan otak bayi akan

mempengaruhi perkembangan bayi tersebut. Selain itu, kadar tirosin dan

fenilalanin pada ASI rendah, suatu hal yang sangat menguntungkan untuk

bayi terutama pada bayi prematur karena kadar tirosin yang tinggi juga

dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan otak. 14

c. Karbohidrat

Karbohidrat utama (kadar paling tinggi) dalam ASI adalah laktosa.

Laktosa ini juga relatif tidak larut sehingga waktu proses digesti di dalam

usus bayi lebih lama tetapi dapat diabsorpsi dengan baik oleh usus bayi.

Selain laktosa yang merupakan 7% dari total ASI terdapat juga glukosa,

galaktosa, dan glukosamin. Galaktosa ini penting untuk pertumbuhan otak

11
dan medulla spinalis, oleh karena pembentukan mielin di medulla spinalis

dan sintesis galaktosida di otak membutuhkan galaktosa. Glukosamin

merupakan bifidus faktor, di samping laktosa, yang akan memacu

pertumbuhan Lactobacillus bifidus yang sangat menguntungkan bayi.14

d. Garam dan Mineral

ASI merupakan susu dengan kadar garam dan mineral yang rendah

sehingga tidak merusak fungsi ginjal bayi. Berikut beberapa mineral yang

dapat terdapat dalam ASI :

1) Zat Besi

Jumlah zat besi dalam ASI termaksud sedikit dan mudah diserap

oleh bayi.

2) Seng

Seng diperlukan untuk pertumbuhan, perkembangan dan imunisasi.

Selain itu juga diperlukan untuk mencegah penyakit kulit dan sistem

pencernaan yang fatal bagi bayi.16

Air susu ibu (ASI) memiliki unsur-unsur yang memenuhi semua

kebutuhan bayi akan nutrien selama periode sekitar 6 bulan, kecuali jika ibu

mengalami keadaan gizi kurang yang berat. Komposisi ASI akan berubah

sejalan dengan kebutuhan bayi.14, 17

4. Pengaruh Waktu Pada Komposisi ASI

Air Susu Ibu (ASI) yang pertama kali dihisap oleh bayi (menit pertama)

dibandingkan ASI pada menit terakhir adalah berbeda. ASI pada menit pertama

lebih cepat encer, kemudian akan menjadi lebih kental dimana kadar lemak dan

12
protein pada ASI di menit terakhir 4-5 kali dan 1½ kali lebih banyak

dbandingkan dengan ASI pada menit-menit pertama.14

Bila bayi tersebut menyusu selama 15 menit, maka : 14

Lima menit pertama mendapatkan : 60% total volume ASI

60% total protein ASI

60% total karbohidrat ASI

40% total lemak ASI

50% total energi ASI

Lima menit kedua mendapatkan : 25% total volume ASI

25% total protein ASI

25% total karbohidrat ASI

33% total lemak ASI

25% total energi ASI

Lima menit terakhir adalah sisanya.

Dikatakan bahwa volume ASI akan menurun sesuai dengan waktu, dimana

pada tahun pertama volume ASI sekitar 400-700 ml / 24 jam, pada tahun kedua

volume ASI sekitar 200-400 ml / 24 jam, dan sesudah itu volume ASI sekitar

200 ml / 24 jam. Juga terbukti tidak ada perubahan yang bermakna pada

konsentrasi protein dari ASI antara bulan keenam sampai tahun kedua dari

masa laktasi meskipun konsentrasi lemak bervariasi luas dimana kemungkinan

kenaikan total lemak dikarenakan menurunnya volume ASI.14

13
5. Pengaruh Individu Terhadap Komposisi ASI

Psikologis dari ibu akan mempengaruhi produksi ASI nya, dimana ibu

yang cemas akan lebih sedikit mengeluarkan ASI dibandingkan dengan ibu

yang tidak cemas. Selain itu, faktor umur ibu juga mempengaruhi produksi ASI

dari ibu tersebut, dimana ibu dengan umur yang lebih muda lebih banyak

memproduksi ASI dibandingkan dengan ibu dengan umur yang sudah tua.

Untuk berhasilnya pemberian ASI, keyakinan bahwa menyusui adalah tugas

yang wajar dan mulia dari seorang ibu harus betul-betul tertanam pada ibu-

ibu.14

Menurut penelitian oleh WHO yang telah dilakukan di beberapa negara,

disimpulkan bahwa tidak semua pemberian ASI itu memberikan outcome

kesehatan yang setara pada bayi dan bahwa pemberian ASI eksklusif

membawa keuntungan yang secara signifikan melebihi pemberian ASI

campuran (dengan susu formula).16

B. ASI EKSKLUSIF

1. Definisi ASI Eksklusif

Definisi dari ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif

adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu

formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat

seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit dan bubur nasi. Pemberian ASI

secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya sampai 6 bulan.

Setelah bayi berumur 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan

padat.15

14
2. Manfaat ASI Eksklusif

ASI Eksklusif memiliki beberapa manfaat bagi bayi, yaitu sebagai

berikut.17

a. ASI merupakan nutrisi dengan kualitas dan kwantitas yang terbaik.

ASI yang dihasilkan oleh seorang ibu yang melahirkan secara

premature komposisinya akan berbeda dengan ASI yang yang dihasilkan

ibu yang melahirkan cukup bulan. Dengan melaksanakan manajemen

laktasi secara baik, ASI sebagai makanan tunggal akan mencukupi

kebutuhan tumbuh bayi hingga usia 6 bulan.

b. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh

Bayi baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat kekebalan

atau daya tahan tubuh) dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat

tersebut dengan cepat akan menurun segera setelah kelahirannya. Badan

bayi baru lahir akan memproduksi sendiri immunoglobulin secara cukup

saat mencapai usia sekitar empat bulan. Pada saat kadar immunoglobulin

dari ibu menurun dan yang dibentuk sendiri oleh tubuh bayi belum

mencukupi terjadilah suatu periode kesenjangan immunoglobulin pada

bayi. Kesenjangan tersebut hanya dapat dihilangkan atau dikurangi dengan

pemberian ASI. Air Susu Ibu merupakan cairan yang mengandung

kekebalan atau daya tahan tubuh sehingga dapat menjadi pelindung bayi

dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus dan jamur.

15
c. ASI Eksklusif Mengembangkan Kecerdasan

Perkembangan kecerdasan anak sangat berkaitan erat dengan

pertumbuhan otak. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan otak

anak adalah nutrisi yang diterima saat pertumbuhan otak terutama saat

pertumbuhan otak cepat.

d. ASI Jalinan Kasih Sayang

Bayi yang sering berada dalam dekapan ibunya karena menyusui dapat

merasakan kasih sayang ibu dan mendapatkan rasa aman, tenteram dan

terlindung. Perasaan terlindung dan disayang inilah yang menjadi dasar

perkembangan emosi anak yang kemudian membentuk kepribadian anak

menjadi baik dan penuh percaya diri.

C. PERKEMBANGAN

1. Definisi Perkembangan

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur

dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil

dari proses pematangan.2

2. Ciri-ciri dan Prinsip Tumbuh Kembang Anak

Proses tumbuh kembang anak yang mempunyai beberapa ciri-ciri yang

saling berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut :4

a. Perkembangan menimbulkan perubahan

Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap

pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan

16
intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan

serabut saraf.

b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan

perkembangan selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu

tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan sebelumnya.

c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda

Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang

berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik maupun perkembangan

fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing.

d. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan

Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian

terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain.

Anak sehat bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta

bertambah kepandaiannya.

e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap

Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang

tetap, yaitu :

1) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian

menuju ke arah anggota tubuh.

2) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar)

lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai

kemampuan gerak halus.

17
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak

Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan

normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut antara

lain :4

a. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

1) Ras/etnik atau bangsa

2) Keluarga

3) Umur

4) Jenis kelamin

5) Genetik

6) Kelainan kromosom.

b. Faktor luar (eksternal)

1) Faktor Prenatal

Termasuk di dalam faktor prenatal, yaitu gizi, mekanis, toksin/zat

kimia, endokrin, radiasi, infeksi, kelainan imunologi, anoreksia embrio,

psikologi ibu.

2) Faktor Persalinan

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia

dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.

3) Faktor Pasca Bersalin

Termasuk di dalam faktor pasca bersalin, adalah gizi, penyakit

kronis/kelainan kongenital, lingkungan fisis dan kimia, psikologis,

18
endokrin, sosio-ekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi, obat-

obatan.

4. Aspek-aspek Perkembangan yang Dipantau

a. Motorik Kasar, yaitu aspek yang berhubungan dengan kemampuan

anak melakukan pengerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot

besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.4

b. Gerakan halus atau motorik halus, yaitu aspek yang berhubungan

dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-

bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan

koordinasi yang cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis

dan sebagainya. 4

c. Sosialisasi dan Kemandirian

Aspek yang berhubungan dengan sosialisasi dan interaksi dengan

lingkungan.4

d. Bahasa dan Bicara

Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti

perintah dan berbicara spontan.4

5. Skrining Perkembangan

Menurut batasan WHO, skrining adalah prosedur yang relatif cepat,

sederhana dan murah untuk populasi yang asimtomatik tetapi mempunyai

risiko tinggi atau dicurigai mempunyai masalah. Blackman (1992)

menganjurkan agar bayi atau anak dengan risiko tinggi (berdasarkan

anamnesis atau pemeriksaan fisik rutin) harus dilakukan skrining

19
perkembangan secara periodik. Sedangkan bayi atau anak dengan risiko

rendah dimulai dengan kuesioner praskrining yang diisi atau dijawab oleh

orangtua. Bila dari kuesioner dicurigai ada gangguan tumbuh kembang

dilanjutkan dengan skrining.

a. Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan (KPSP)

Kuesioner ini diterjemahkan dan dimodifikasi dari Denver

Prescreening Developmental Questionnaire(PDQ) oleh tim Depkes RI

yang terdiri dari beberapa dokter spesialis anak, psikiater anak, neurolog,

THT, mata dan lain-lain pada tahun 1986. Kuesioner ini untuk skrining

pendahuluan bayi umur 3 bulan sampai anak umur 6 tahun yang dilakukan

oleh orang tua. Setiap umur tertentu ada 10 pertanyaan tentang

kemampuan perkembangan anak, yang harus diisi (atau dijawab) oleh

orangtua dengan ya atau tidak, sehingga hanya membutuhkan waktu 10-15

menit. Jika jawaban ya sebanyak 6 atau kurang maka anak dicurigai ada

gangguan perkembangan dan perlu dirujuk, atau dilakukan skrining

dengan Denver II. Jika jawaban ya sebanyak 7-8, perlu diperiksa ulang 1

minggu kemudian. Jika jawaban ya 9-10, anak dianggap tidak ada

gangguan, tetapi pada umur berikutnya sebaiknya dilakukan KPSP lagi.

b. Denver Developmental Screening Test II (DDST II)19

Tes Denver II merupakan tes pemantauan perkembangan Denver yang

direvisi pada tahun 1990. Standar yang digunakan berdasarkan hasil

pelaksanaan tes pada lebih dari 2000 anak. Soal tes digambarkan pada

lembaran tes dengan tanda yang menunjukkan pada usia berapa 25%,

20
50%, 75%, dan 90% anak di dalam sampel standar mampu mengerjakan

setiap soal dengan sukses. Soal yang harus dikerjakan oleh seorang anak

disesuaikan menurut usia anak (ditandai dengan garis usia yang

digambarkan pada lembaran tes) dan tanda pada soal tes.

Jika anak tidak mampu mengerjakan sebuah soal yang seharusnya

berada di sebelah kiri garis usia anak (berarti lebih dari 90% pada sampel

standar dapat mengerjakan soal itu pada usia anak tersebut), dianggap

sebagai suatu keterlambatan. Jika anak gagal mengerjakan soal yang

mampu dilakukan oleh 75% sampai 90% sampel standar pada usia anak

tersebut, hal ini dianggap sebagai hal yang perlu diperhatikan.

Hasil tes yang dicurigai adalah jika dijumpai satu atau lebih

keterlambatan dan / dua atau lebih perhatian. Ketika dibuat keputusan

untuk merujuk, hasil tes yang dicurigai sebaiknya dipertimbangkan dalam

konteks evaluasi klinis yang menyeluruh pada anak.

D. HUBUNGAN POLA PEMBERIAN ASI DENGAN PERKEMBANGAN

BAYI

Tumbuh kembang sangatlah dipengaruhi oleh faktor genetik (oleh anak itu

sendiri) dan faktor lingkungan. Oleh karena itu, penting bagi ibu untuk

memberikan nutrisi yang terbaik bagi anak sejak awal kehidupannya. Di awal

hidupnya, bayi membutuhkan nutrisi yang adekuat untuk pertumbuhannya,

sehingga dapat mengoptimalkan seluruh proses tumbuh kembangnya. ASI

merupakan cairan biologis kompleks yang mengandung semua nutrien yang

diperlukan tumbuh kembang anak. Sifatnya yang sangat mudah diserap oleh

21
tubuh bayi, menjadikan nutrisi utama yang paling memenuhi persyaratan untuk

tumbuh kembang bayi.4

E. KERANGKA TEORI

FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL


a. Ras/etnik atau bangsa a. Prenatal
b. Keluarga (1) Gizi; (2) Mekanis; (3) Toksin/Zat Kimia;
c. Umur (4) Endokrin; (5) Radiasi; (6) Infeksi;
d. Jenis Kelamin (7) Psikologi Ibu
e. Genetik
b. Persalinan
1. Komplikasi persalinan (trauma kepala,
asfiksia)

c. Pasca Bersalin
PERKEMBANGAN BAYI (1) Gizi; (2) Kelainan bawaan (kongenital);
(3) Lingkungan pengasuhan; (4) Psikologis;
(5) Stimulasi; dan (6) Obat-obatan

Gambar 2.1 Kerangka Teori

22
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. DASAR PEMIKIRAN VARIABEL YANG DITELITI

Berdasarkan tinjauan pustaka yang ditampilkan dan maksud serta tujuan

penelitian maka disusunlah variabel pola pikir. Penelitian ini menggunakan

metode cross-sectional, yaitu suatu rancangan penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek menggunakan cara

pendekatan observasional atau pengumpulan data sekaligus pada saat yang

bersamaan (point time approach).22 Variabel yang akan diteliti yaitu hubungan

antara pola pemberian ASI terhadap perkembangan bayi usia 3-6 bulan di

Puskesmas Pekauman Banjarmasin. Secara sistematis digambarkan sebagai

berikut.

B. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-

konsep yang ingin diamati dan diukur melalui penelitian yang akan dilakukan.21

Dalam kerangka konsep ini akan diteliti hubungan antara variabel independen dan

variabel dependen.

1. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah merupakan variabel yang dipengaruhi oleh

variabel bebas atau variabel independen.21 Variabel dependen pada penelitian

ini adalah perkembangan bayi.

23
2. Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan

atau timbulnya variabel dependen (terikat).21 Variabel independen pada

penelitian ini adalah pola pemberian ASI.

Pola Pemberian ASI Perkembangan Bayi

1. Umur Ibu 1. Motorik Kasar


2. Paritas 2. Motorik Halus
3. Pendidikan Ibu 3. Sosialisasi & Kemandirian
4. Pekerjaan Ibu 4. Bicara & Bahasa

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian


Ket :
: Akan diteliti
: Karakeristik responden
: Hal-hal yang diamati dalam penelitian

Rancangan penelitian cross-sectional :

Sampel

(+) ASI Eksklusif (-) ASI Eksklusif

Perkembangan Bayi

Sesuai Meragukan Penyimpangan

Gambar 3.2 Rancangan Penelitian

24
C. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis Nol (H0) : Tidak terdapat hubungan antara pola

pemberian ASI dengan perkembangan bayi

usia 3-6 bulan di Puskesmas Pekauman Kota

Banjarmasin.

Hipotesis Alternatif (Ha) : Terdapat hubungan antara pola pemberian

ASI dengan perkembangan bayi usia 3-6

bulan di Puskesmas Pekauman Kota

Banjarmasin.

D. DEFINISI OPERASIONAL

1. Variabel Dependen

a. Perkembangan Bayi

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur

dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai

hasil dari proses pematangan.

Alat Ukur : KPSP (Kuesioner Pra-Skrining Perkembangan)

Cara Ukur : Peneliti mengisi Lembar Penilaian KPSP sesuai

umur bayi pada saat dilakukan pengukuran

Skala Ukur : Ordinal

Hasil Ukur :

0 = Penyimpangan (Jumlah YA pada formulir KPSP < 6)

1 = Meragukan (Jumlah YA pada formulir KPSP 7-8)

2 = Sesuai (Jumlah YA pada formulir KPSP 9-10)

25
2. Variabel Independen

a. Pola Pemberian ASI

Dinyatakan sebagai ASI Eksklusif bila ASI diberikan pada bayi tanpa

adanya makanan atau minuman lain, termasuk air putih, kecuali obat-

obatan dan vitamin atau mineral tetes; ASI perah juga diperbolehkan,

yang dilakukan sampai bayi berumur 6 bulan.

Alat Ukur : Kuesioner

Cara Ukur : Dengan mengisi kuesioner berdasarkan jawaban

yang diberikan oleh responden ibu kepada

peneliti

Skala Ukur : Nominal

Hasil Ukur:

0 = Non ASI-Eksklusif (Bila nilai total pada kuesioner < 5)

1 = ASI Eksklusif (Bila nilai total pada kuesioner 5)

26
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik yang akan

menganalisis perkembangan bayi usia 3-6 bulan berdasarkan pola pemberian ASI.

Desain penelitian yang akan digunakan adalah studi cross sectional, dimana

pengukuran terhadap pola pemberian ASI dan perkembangan bayi dilakukan pada

titik yang sama, dimana perkembangan bayi dinilai pada usia bayi 3-6 bulan pada

bulan Maret 2019.

B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Pekauman Banjarmasin

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2019

C. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi usia 3-6 bulan di wilayah

kerja Puskesmas Pekauman.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh bayi usia 3-6 bulan yang

mendatangi Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Pekauman pada bulan

Maret 2019 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penarikan sampel

27
untuk kasus dan kontrol dilakukan dengan metode non-probability sampling,

yaitu teknik consecutive sampling.

3. Kriteria Seleksi Sampel

a) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh

setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel.21

1) Bayi berumur 3-6 bulan pada saat dilakukan penelitian.

2) Pernah dan / atau masih diberi ASI oleh ibunya.

3) Tidak ada cacat bawaan dan penyakit bawaan.

4) Responden masih kooperatif.

b) Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel.21

1) Ibu tidak bersedia mengisi kuesioner dan tidak bersedia anaknya

dilakukan penilaian perkembangannya.

2) Ibu dengan gangguan psikologis.

3) Bayi yang tidak ditemani oleh ibunya pada saat berada di posyandu

ataupun puskesmas.

4. Besar Sampel dan Rumus Besar Sampel

Menurut Sopiyudin Dahlan (2013) rumus besar sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah rumus penelitian analitik kategorik tidak

berpasangan, yaitu :22

Zα 2𝑃𝑄 + Zβ P1Q1 + P2Q2 2


𝑛=⃒ ⃒
𝑃1 ‒ 𝑃2

28
Keterangan :

Zα : Deviat baku alfa = 1,282 (Kesalahan tipe I = 20%)

Zβ : Deviat baku beta = 0,842 (Kesalahan tipe II = 20%)

P2 : Proporsi pada kelompok kasus = 0,5

Q2 : 1- P2 = 1-0.5 = 0.5

P1 : Proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement

peneliti = P2 + 0.2 = 0.7

Q1 : 1-P1 = 1- 0.7 = 0.3

P  Proporsi total = P1+P2 = 0.7+0.5 = 0.6


2 2
Q  1-P = 1- 0.6 = 0.4

Maka :
2
1.282 2𝑥0.6𝑥0.4 + 0.824 0.7x0.3 + 0.5x0.5
𝑛=⃒ ⃒
0.7 - 0.5
0.88 + 0.56 2
= ⃒ ⃒
0.2
1.44 2
= ⃒ ⃒
0.2
2
= ⃒7.2 ⃒
= 51.84 ≈ 52

Jadi, terdapat 52 responden yang dijadikan sampel dalam melakukan analisis.

Metode pengumpulan sampel adalah Non-probability Sampling dengan

menggunakan teknik consecutive sampling yaitu dengan memilih sampel

yang memenuhi kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga

sampel terpenuhi.21 Teknik pengambilan sampel didasarkan pada kriteria

inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk menetukan dapat

29
tidaknya sampel tersebut digunakan, tujuannya agar sampel yang ada dapat

mewakili keseluruhan populasi yang ada.

D. PENGUMPULAN DATA

Ada dua jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu :

1. Data Primer

Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner, berisi beberapa

pertanyaan, yang diberikan kepada ibu yang bersedia menjadi responden dan

juga diperoleh dari observasi penilaian perkembangan bayi yang dicatat di

form KPSP oleh peneliti di Puskesmas Pekauman Kota Banjarmasin pada

bulan Maret 2019. Kuesioner yang digunakan telah dilakukan uji validitas dan

reabilitas. Interpretasi pertanyaan dianggap valid apabila nilai signifikansi

kurang dari 5%. Interpretasi uji reabilitas, yaitu nilai Cronbach’s Alpha > 0,50.

Dari hasil uji validitas dan reabilitas yang telah dilakukan, didapatkan hasil

setiap pertanyaan dapat dianggap valid dan reabilitas.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari Puskesmas Pekauman Banjarmasin berupa data

tentang jumlah bayi berusia 3-6 bulan di wilayah kerja puskesmas, jadwal

pelaksanaan posyandu, dan lain sebagainya.

E. PENGOLAHAN DAN PENYAJIAN DATA

Pengolahan data dilakukan untuk mengetahui hubungan pola pemberian ASI

terhadap perkembangan bayi usia 3-6 bulan dengan menggunakan uji statistik Chi

square dan akan diolah dengan Statistical Product and Service Solution (SPSS).

30
Pada penelitian ini tahap-tahap pengolahan data yang digunakan adalah

sebagai berikut :

1. Editing : Memeriksa kembali data dan menyelesaikannya dengan

rencana semula seperti yang diinginkan, apakah tidak ada

yang salah

2. Coding : Pemberian nomor kode atau bobot pada jawaban yang

bersifat kategori

3. Entry : Memasukkan data ke program computer untuk kebutuhan

analisis.

4. Cleaning : Membersihkan data dengan melihat variabel yang digunakan

apakah datanya sudah benar atau belum.

F. ANALISIS DATA

Data yang dikumpulkan akan dianalisis dengan bantuan komputer. Analisis

data akan dilakukan dalam dua tahap, meliputi :

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi

terhadap subjek penelitian dan juga proporsi masing-masing variabel

independen (bebas) dan variabel dependen (terikat).

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat kemaknaan hubungan antara

variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam penelitian ini akan

dibandingkan distribusi silang antara kedua variabel yang berhubungan.

31
Kemudian akan dilakukan uji statistik untuk menyimpulkan hubungan antara

kedua variabel tersebut bermakna atau tidak.

Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi-square (X2) dengan derajat

kemaknaan 95%. Bila nilai p < 0,05, berarti hasil perhitungan statistik

bermakna (signifikan) dan nilai p > 0,05, berarti hasil perhitungan statistik

tidak bermakna. Jika tidak memenuhi syarat maka akan dilakukan uji Fisher.

G. ETIKA PENELITIAN

1. Informed Consent

Sebelum melakukan penelitian maka akan diedarkan lembar persetujuan

untuk menjadi responden, dengan tujuan agar subyek mengerti maksud dan

tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia maka

responden harus menandatangani lembar persetujuan dan jika bersedia maka

peneliti harus menghormati hak pasien.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Menjelaskan bentuk alat ukur dengan tidak perlu mencantumkan nama

pada lembar pengumpulan data.

3. Confidentially

Kerahasian informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset

32
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. DESKRIPSI KARAKTERISTIK SUBJEK

Penelitian ini berlangsung selama 1 bulan terhitung mulai tanggal 1 Maret

hingga 30 Maret 2019 tentang Pola Pemberian ASI terhadap Perkembangan Bayi

Usia 3-6 Bulan di Puskesmas PekaumanKota Banjarmasin. Jumlah subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sehingga dijadikan sampel

penelitian, yaitu sebanyak 55 bayi. Jumlah sampel tersebut telah memenuhi

standar sampel minimal berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya, yaitu

sebanyak 52 sampel.

Subjek dalam penelitian ini adalah bayi berusia 3-6 bulan serta memenuhi

kriteria inklusi dan eksklusi sebagai sampel yang secara acak diperoleh peneliti.

Data dalam penelitian merupakan data primer dengan menggunakan kuesioner

dan juga lembar penialain KPSP. Data diperoleh berdasarkan jawaban yang

terdapat pada kuesioner yang telah diisi oleh responden dan ceklis pada Lembar

Penilaian KPSP sesuai umur bayi pada saat dilakukan pengukuran perkembangan.

Data yang telah diperoleh kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel

frekuensi dan tabulasi silang sesuai dengan tujuan penelitian dan disertai narasi

sebagai penjelasan tabel.

B. ANALISIS UNIVARIAT

Adapun hasil penelitian disajikan dalam tabel yang disertai narasi

penjelasan tabel sebagai berikut.

33
1. Distribusi Subjek Berdasarkan Karakteristik Demografi

Distribusi subjek berdasarkan karakteristik demografi yang dapat diamati,

antara lain adalah jenis kelamin bayi, umur bayi, umur ibu, tingkat pendidikan

ibu, dan pekerjaan ibu.

Tabel 5.1. Distribusi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)
Laki-laki 29 52.7
Perempuan 26 47.3
Jumlah 55 100.0
Sumber : Data Primer, 2019

Tabel 5.1. menunjukkan distribusi subjek berdasarkan jenis kelamin,

dimana terlihat bahwa persentase tertinggi subjek adalah berjenis kelamin

laki-laki sebesar 52.7% (29 subjek) dan persentase terendah subjek adalah

berjenis kelamin perempuan sebesar 47.3% (26 subjek).

Tabel 5.2. Distribusi Subjek Berdasarkan Umur


Umur (bulan) Frekuensi (n) Persentase (%)
3 14 25.5
4 16 29.1
5 14 25.5
6 11 20.0
Jumlah 55 100.0
Sumber : Data Primer, 2019

Tabel 5.2. menunjukkan distribusi subjek berdasarkan umur bayi, dimana

terlihat bahwa persentase tertinggi subjek adalah berusia 4 bulan, yaitu sebesar

29.1% (16 subjek) dan persentase terendah subjek adalah berusia 6 bulan,

yaitu sebesar 20.0% (11 subjek).

34
Tabel 5.3. Karakteristik Subjek Berdasarkan Umur Ibu
Umur Ibu (tahun) Frekuensi (n) Persentase (%)
< 20 tahun 5 9.1
20-35 tahun 44 80
> 35 tahun 6 10.9
Jumlah 55 100.0
Sumber : Data Primer, 2019

Tabel 5.3. menunjukkan bahwa persentase tertinggi umur ibu adalah pada

kategori umur 20-35 tahun, yaitu sebesar 80% (44 orang). Sebagian kecil

lainnya berada pada kategori umur < 20 tahun, yaitu sebesar 9.1% (5 orang)

dan pada kategori umur > 35 tahun, yaitu sebesar 10.9% (6 orang).

Tabel 5.4. Karakteristik Subjek Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu


Tingkat Pendidikan Ibu Frekuensi (n) Persentase (%)
SD 10 18.2
SMP 10 18.2
SMA/ SMK 31 56.3
S1 4 7.3
Jumlah 55 100.0
Sumber : Data Primer, 2019

Tabel 5.4. menunjukkan bahwa persentase tertinggi adalah tingkat

pendidikan SMA/ SMK, yaitu sebesar 56.3% (31 subjek), dan persentase

terendah subjek adalah tingkat pendidikan S1, yaitu sebesar 7.3% (4 subjek).

Sedangkan tingkat pendidikan SD dan SMP memiliki persentase yang sama,

yaitu 18.2% (10 subjek).

35
Tabel 5.5. Karakteristik Subjek Berdasarkan Pekerjaan Ibu
Pekerjaan Ibu Frekuensi (n) Persentase (%)
IRT 46 83.63
Wiraswasta 7 12.73
PNS 2 3.64
Jumlah 55 100.0
Sumber : Data Primer, 2019

Tabel 5.5. menunjukkan bahwa persentase tertinggi adalah kebanyakan ibu

bekerja sebagai ibu rumah tangga (IRT), yaitu sebesar 83.63% (46 orang),

diikuti oleh persentase ibu yang bekerja sebagai wiraswasta sebesar 12.73% (7

orang), dan persentase terendah adalah bekerja sebagai pegawai negeri sipil

(PNS) sebesar 3.64% (2 subjek).

2. Distribusi Subjek Berdasarkan Pola Pemberian ASI

Adapun distribusi subjek berdasarkan pola pemberian ASI dipaparkan

pada tabel berikut.

Tabel 5.6. Distribusi Subjek Berdasarkan Pola Pemberian ASI


Pola Pemberian ASI Frekuensi (n) Persentase (%)
Non-ASI Eksklusif 27 49.1
ASI Eksklusif 28 50.9
Jumlah 55 100.0
Sumber : Data Primer, 2019

Tabel 5.6. menunjukkan distribusi sampel berdasarkan pola pemberian

ASI, dimana terlihat bahwa persentase tertinggi subjek adalah ASI Eksklusif,

yaitu sebesar 50.9% (28 subjek) dan persentase terendah subjek adalah Non-

ASI Eksklusif, yaitu sebesar 49.1% (27 subjek).

36
3. Distribusi Subjek Berdasarkan Perkembangan Bayi

Adapun distribusi subjek berdasarkan perkembangan bayi dipaparkan pada


tabel berikut.
Tabel 5.7. Distribusi Subjek Berdasarkan Perkembangan Bayi
Perkembangan Bayi Frekuensi (n) Persentase (%)
Penyimpangan 0 0.0
Meragukan 14 25.5
Normal 41 74.5
Jumlah 55 100.0
Sumber : Data Primer, 2019

Tabel 5.7. menunjukkan distribusi sampel berdasarkan perkembangan

bayi, dimana terlihat bahwa persentase tertinggi subjek adalah perkembangan

normal, yaitu sebesar 74.5% (41 subjek), persentase terendah subjek adalah

perkembangan meragukan, yaitu sebesar 25.5% (14 subjek), dan tidak terdapat

subjek dengan penilaian perkembangan penyimpangan.

C. ANALISIS BIVARIAT

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen. Pengujian hipotesis penelitian ini

menggunakan uji Chi Square. Pengujian data penelitian menggunakan bantuan

program SPSS versi 21.00 for Windows.

Syarat uji Chi-Square adalah sel yang mempunyai nilai expected kurang

dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. Pada penelitian ini, setelah variabel

dimasukkan ke dalam diagram uji hipotesis tabel 2x2, tidak ada sel yang

mempunyai nilai expected kurang dari 5, sehingga uji statistik yang digunakan

adalah uji Chi-Square.22

37
Adapun hasil analisis bivariat mengenai hubungan antara pola pemberian

ASI terhadap perkembangan bayi disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 5.8. Analisis Hubungan Antara Pola Pemberian ASI Terhadap Perkembangan Bayi
Perkembangan
CI 95%
Pemberian Susu Meragukan Normal p Value POR
N % N % Upper Lower
Non-ASI Eksklusif 12 44.4 15 55.6
0.001 10.4 52.88 2.04
ASI Eksklusif 2 7.1 26 92.9
Jumlah 14 41
Sumber : Data Primer, 2019

Berdasarkan Tabel 5.8. dapat dilihat perbandingan antara pemberian ASI

Eksklusif terhadap perkembangan bayi dan pemberian Non-ASI Eksklusif

terhadap perkembangan bayi. Diperoleh jumlah perkembangan bayi yang

meragukan pada subjek yang diberi ASI Eksklusif, yaitu sebesar 7.1% (2

subjek),dan untuk subjek yang diberi Non-ASI Eksklusif jumlah perkembangan

bayi yang meragukan lebih banyak, yaitu sebesar 44.4% (12 subjek). Sedangkan

bayi yang perkembangannya normal lebih banyak terdapat pada kategori bayi

yang diberi ASI Eksklusif, yaitu sebesar 92.9% (26 sampel) bila dibandingkan

dengan bayi yang diberi Non-ASI Eksklusif, yaitu sebesar 55.6% (15 sampel).

Berdasarkan hasil uji statistic (Chi-Square), didapatkan nilai p sebesar

0.001 yang berarti nilai p lebih kecil dari nilai α (0.05), dengan nilai Prevalence

Odds Ratio (POR) adalah 10.4 dengan batas bawah (lower) dan batas atas (upper)

nilai Confidence Interval 95% (CI 95%) adalah 2.04 dan 52.88. Dengan demikian

H0 ditolak dan Ha diterima dan hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan

antara pola pemberian ASI terhadap perkembangan bayi.

38
BAB VI

PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan pola

pemberian ASI terhadap perkembangan bayi yang dilaksanakan di wilayah Kerja

Puskesmas Pekauman Kota Banjarmasin. Jumlah subjek yang memenuhi kriteria

inklusi dan kriteria eksklusi sehingga dijadikan sampel penelitian, yaitu sebanyak

55 bayi. Hasil penelitian yang diperoleh akan dibahas sebagai berikut.

A. ANALISIS UNIVARIAT

1. Distribusi Subjek Berdasarkan Karakteristik Demografi

Secara umum, tidak terdapat perbedaan tingkat perkembangan bayi pada

laki-laki maupun perempuan. Faktor penentu kualitas tumbuh kembang lebih

didasarkan pada potensi genetik dari masing-masing individu.25 Berdasarkan

penelitian diketahui bahwa distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis

kelamin lebih banyak berjenis kelamin laki-laki dengan rasio perbandingan

antara laki-laki dan perempuan sebesar 1.1 : 1.

Pada usia tertentu, bayi harus memenuhi tugas perkembangannya sesuai

usia tersebut.20 Pada lembar KPSP terdapat sepuluh pertanyaan tentang

kemampuan perkembangan anak sesuai dengan umurnya. Lembar KPSP usia

3 bulan diperuntukkan menilai perkembangan bayi yang berusia 3 hingga 5

bulan. Sedangkan lembar KPSP usia 6 bulan diperuntukkan menilai bayi yang

berusia 6 hingga 8 bulan. Sedangkan bayi yang berumur kurang dari 3 bulan

belum dapat dinilai perkembangannya dengan menggunakan lembar KPSP.

39
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa distribusi subjek penelitian

berdasarkan umur lebih banyak didominasi oleh bayi berusia 4 bulan.

Karakteristik demografi lainnya yang diamati adalah distribusi subjek

berdasarkan umur ibu dimana berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa

umur ibu kebanyakan berada di kategori umur 20-35 tahun, dimana usia 20 –

35 tahun merupakan usia reproduktif bagi seseorang.26

Bila diamati berdasarkan tingkat pendidikan ibu dapat diketahui bahwa

tingkat pendidikan ibu subjek baik, dimana kebanyakan ibu memperoleh

pendidikan hingga SMA/ SMK. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui

pula bahwa pekerjaan ibu subjek kebanyakan adalah sebagai ibu rumah tangga

(IRT).

2. Distribusi Subjek Berdasarkan Pola Pemberian ASI

Data distribusi subjek penelitian berdasarkan pola pemberian ASI

memperlihatkan bahwa lebih banyak bayi yang diberi ASI eksklusif

dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI secara tidak eksklusif (non-ASI

eksklusif). Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti umur

ibu, tingkat pendidikan ibu, dan juga pekerjaan ibu.

Umur akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki

orang tua, terutama ibu dalam pemberian nutrisi pada bayi, balita, ataupun

anak.20 Soetjiningsih (2012) dalam bukunya menyatakan bahwa ibu yang

umurnya lebih muda akan memproduksi lebih banyak ASI dibandingkan

dengan ibu-ibu yang sudah tua.14 Produksi ASI ibu tentulah akan

mempengaruhi pola pemberian ASI pada bayinya.

40
Pengetahuan ibu dapat diperoleh dari beberapa jalur, baik secara formal

seperti pendidikan yang didapat di sekolah maupun non formal seperti

informasi dari petugas kesehatan maupun media. Pengetahuan merupakan

faktor yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, termasuk

tindakan ibu untuk memberi ASI eksklusif pada bayinya.24

Pekerjaan ibu juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

pola pemberian ASI kepada bayi. Soetjiningsih (2012) dalam bukunya

menyatakan bahwa pekerjaan ibu juga merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi produksi ASI ibu, dimana diketahui bahwa produksi ASI ibu

tentu akan berpengaruh terhadap pola pemberian ASI pada bayinya. Hal ini

dikaitkan dengan psikis ibu, dimana ibu yang cemas ataupun kelelahan

produksi ASInya akan lebih sedikit.14 Semua ibu yang memberi ASI, harus

memiliki nutrisi yang baik dan juga istirahat yang cukup untuk laktasi yang

adekuat. Kelelahan pada ibu dianggap sebagai ancaman terbesar terhadap

keberhasilan pemberian ASI pada ibu bekerja.27

3. Distribusi Subjek Berdasarkan Karakteristik Klinik

Distribusi subjek penelitian berdasarkan penilaian perkembangan bayi

sebagian besar didominasi oleh bayi dengan perkembangan normal dan sesuai

dengan umurnya. Berdasarkan penilaian perkembangan yang telah dilakukan,

diperoleh data bahwa kebanyakan subjek penelitian gagal menyelesaikan

tugas pada penilaian aspek motorik kasar. Hal ini dapat disebabkan kurangnya

stimulasi oleh orang tua, terutama ibu, pada aspek motorik kasar bayinya.

Kurangnya stimulasi oleh ibu dapat disebabkan kurangnya pengetahuan ibu

41
mengenai tugas-tugas perkembangan bayi yang seharusnya telah dapat

dilakukan oleh bayinya ketika berusia tertentu. Hal ini sesuai dengan teori

yang menyatakan bahwa pada masa bayi, anak-anak masih sangat tergantung

pada perawatan dan pengasuhan ibunya.

Otak orang dewasa berbeda dengan otak balita, otak balita (bawah 5 tahun)

lebih plastis. Plastisitas otak pada balita mempunyai sisi positif dan negatif.

Sisi positifnya, otak balita lebih terbuka untuk proses pembelajaran dan

pengkayaan. Sisi negatifnya, otak balita lebih peka terhadap lingkungan

utamanya, lingkungan yang tidak mendukung seperti asupan gizi yang tidak

adekuat dan kurang stimulasi.28

Faktor penentu kualitas tumbuh kembang anak adalah potensi genetik-

heredo konstituinal (intrinsik) dan peran lingkungan (ekstrinsik). Gangguan

tumbuh kembang terjadi bila ada faktor genetik dan atau faktor lingkungan

yang tidak mampu mencukupi kebutuhan dasar tumbuh kembang anak.14,25

Peran lingkungan sangat penting untuk mencukupi kebutuhan dasar tumbuh

kembang anak, yaitu kebutuhan bio-psikososial terdiri dari kebutuhan

biomedis/ ‘ASUH’ (nutrisi, imunisasi, hygiene, pengobatan, pakaian, tempat

tinggal, dan lain-lain) dan kebutuhan psikososial/ ‘ASIH dan ASAH’ (kasih

sayang, penghargaan, komunikasi, stimulasi bicara, gerak, sosial, moral,

intelegensia, dan lain-lain) sejak masa konsepsi sampai akhir remaja.25

Selain merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola pemberian

ASI, umur ibu juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

perkembangan bayi. Hal ini dikarenakan ibu merupakan lingkungan pertama

42
dan paling erat sejak janin di dalam kandungan (bahkan sampai remaja)

sehingga disebut sebagai lingkungan mikro bagi perkembangan bayi. Semakin

tua umur anak, maka semakin luas dan semakin kompleks pengaruh bio-

psikososial dari lingkungan terhadap tumbuh kembangnya.25

Pratiwi WS dkk dalam penelitiannya pada tahun 2014 menyatakan bahwa

semakin matang usia seseorang, maka dalam memahami suatu masalah akan

lebih muda dan dapat menambah pengetahuan. Semakin tua umur ibu asalkan

dalam batasan reproduktif maka tingkat pengetahuan ibu tentang

perkembangan balita semakin membaik dan akan berdampak baik bagi

perkembangan balitanya.26

B. ANALISIS BIVARIAT

1. Hubungan Pola Pemberian ASI Terhadap Perkembangan Bayi

Sesuai dengan tabel 5.8. didapatkan bahwa kebanyakan subjek yang

perkembangan berdasarkan umurnya berada di kategori normal masih diberi

ASI secara eksklusif. Sedangkan kebanyakan subjek yang perkembangan

berdasarkan umurnya berada di kategori meragukan telah diberi susu formula,

meskipun masih diberi ASI (non-ASI eksklusif).

Berdasarkan uji statistik antara pola pemberian ASI terhadap

perkembangan bayi diperoleh nilai p = 0,001. Hal ini berarti Ho ditolak

dengan kata lain terdapat hubungan antara pola pemberian ASI terhadap

perkembangan bayi usia 3-6 bulan di Puskesmas Pekauman Kota

Banjarmasin. Selain itu didapatkan bahwa nilai Prevalens Odds Ratio (POR)

adalah 10.4 dengan batas bawah (lower) dan batas atas (upper) serta nilai

43
Confidence Interval 95% (CI 95%) adalah 2.04 dan 52.88 yang berarti bahwa

bayi yang diberi ASI Eksklusif 10.4 kali lebih besar kemungkinan

perkembangannya normal dan sesuai dengan usianya dibandingkan dengan

bayi yang diberi ASI secara Tidak Eksklusif (Non-ASI Eksklusif).

Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ni Made

dkk di Puskesmas Karanganyar tahun 2010 tentang Hubungan Pemberian ASI

Eksklusif dengan Kembang pada Anak Usia 3 Sampai 6 Bulan di Puskesmas

Karanganyar menyatakan bahwa perkembangan bayi kategori normal

sebagian besar terdiri dari bayi yang diberi ASI eksklusif. Kesimpulan dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

pemberian ASI eksklusif dengan tumbuh kembang anak usia 3 sampai 6

bulan.4

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Suyati dkk di Dusun Klagen Peterongan Jombang pada tahun 2012

dimana diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

pemberian ASI eksklusif dengan perkembangan anak.10

Namun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Dian Insana

F. dkk yang dilakukan di Puskesmas Nanggalo Padang, dimana diperoleh

kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara pemberian ASI dengan

tumbuh kembang bayi usia 6 bulan.29

Menurut Ahmad Susanto (2011), gizi yang tidak seimbang maupun gizi

buruk dapat menghambat pertumbuhan otak, dan pada gilirannya akan

menurunkan kemampuan otak dalam mencatat, menyerap, memproduksi, dan

44
merekonstruksi informasi. Disamping itu, rendahnya gizi akan menghambat

pertumbuhan fisik dan motorik yang juga berlangsung sangat cepat pada

tahun-tahun pertama kehidupan anak. Gangguan yang terjadi pada

pertumbuhan fisik dan motorik pada periode pertama kehidupan anak, sulit

untuk diperbaiki pada periode berikutnya, dan jika kondisi ini terus berlanjut,

dapat mengakibatkan cacat permanen.30

C. KETERBATASAN PENELITIAN

Hal-hal yang memungkinkan menjadi kelemahan dan keterbatasan pada

penelitian ini dalam memperoleh hasil yang lebih tepat dan akurat, antara lain:

1. Situasi pada saat dilakukan pengamatan perkembangan bayi tidak selalu

kondusif.

2. Adanya keterbatasan waktu mengakibatkan bayi dengan perkembangan

yang meragukan tidak dapat difollow up dan dilakukan penilaian kembali

mengenai perkembangannya.

3. Keterbatasan peneliti dalam mencari penelitian dengan kasus yang serupa

sehingga tidak maksimal dalam aspek analogi dengan membandingkan

hasil penelitian yang didapatkan dengan penelitian di tempat lain.

45
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan pola

pemberian ASI terhadap perkembangan bayi usia 3-6 bulan di Puskesmas

Pekauman Kota Banjarmasin, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Bayi yang diberi ASI eksklusif jumlahnya lebih banyak dibandingkan

dengan bayi yang diberi non-ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas

Pekauman Kota Banjarmasin.

2. Bayi yang perkembangannya normal jumlahnya jauh lebih banyak

dibandingkan dengan bayi yang perkembangannya meragukan di wilayah

kerja Puskesmas Pekauman Kota Banjarmasin.

3. Bayi yang perkembangannya normal kebanyakan adalah bayi yang diberi

ASI ekslusif dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI secara tidak

eksklusif (non-ASI eksklusif).

4. Pemberian ASI secara eksklusif dapat menjadikan perkembangan bayi di

wilayah kerja Puskesmas Pekauman Kota Banjarmasin menjadi lebih baik.

46
B. SARAN

1. Diharapkan bagi para ibu untuk lebih memperhatikan pentingnya ASI

eksklusif terhadap perkembangan anak.

2. Disarankan bagi penelitian selanjutnya untuk menggunakan metode

penilaian perkembangan lainnya, seperti DDST II.

47
DAFTAR PUSTAKA

1. Linkages. Facts for Feeding : Feeding Infants and Young Children During
and After Illness. Washington : Academy for Educational Development; 2016.

2. Tanuwidjaya S. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. Jakarta : Balai


Penerbit FKUI; 2018.

3. Prasetyono DS. Buku Pintar ASI Eksklusif : Pengenalan, Praktik, dan


Kemanfaatan-Kemanfaatannya. Yogyakarta : DIVA Pres; 2015.

4. Lidya NM, Rodiah. Hubungan Pemberian ASI dengan Tumbuh Kembang


pada Anak Usia 3 sampai 6 bulan di Puskesmas Karanganyar [skripsi].
Karanganyar : AKBID Mitra Husada; 2017.

5. Utami R. Mengenal ASI Eksklusif Seri 1. Jakarta : Niaga Swadaya; 2016.

6. UNICEF Indonesia. ASI Eksklusif, Artinya ASI, Tanpa Tambahan Apapun.


2012 [Diunduh 5 April 2019]. Tersedia pada:
http://www.unicef.org/indonesia/id/reallives_19398.html.

7. Departemen Kesehatan RI. Laporan Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian


dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 2018
[Diunduh 5 April 2019]. Tersedia pada:
http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/laporanriskesdas_20
18_final.pdf.

8. Juliani, S. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI Eksklusif


di Wilayah Kerja Puskesmas Binjai Estate [skripsi]. Medan: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara; 2017.

9. Suyati dan Ninik A. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan


Perkembangan Anak di Dusun Klagen Peterongan Jombang [skripsi].
Jombang : Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum; 2016.

10. Novita L, Dida A, Gurnida, Herry G. Perbandingan Fungsi Kognitif Bayi


Usia 6 Bulan yang Mendapat dan yang Tidak Mendapat ASI Eksklusif. Sari
Pediatri. 2007; 9(6): 429-34.

48
11. Nelson WE, Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM, editor. Nelson Ilmu
Kesehatan Anak (Nelson Textbook of Pediatrics) Vol. 1 Edisi 15.Wahab AS,
translator. Jakarta : Penerbit EGC; 2012.

12. Soetjiningsih, editor. ASI : Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta :


Penerbit EGC; 2016.

13. Utami R. Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda;
2018.

14. Muliada RT. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Pemberian ASI
Eksklusif di Posyandu Delima II Desa Baru Dusun II Batang Kuis [skripsi].
Medan: FKM USU; 2017.

15. Danuatmaja B. 40 Hari Pasca Persalinan. Jakarta : Puspa Swara; 2006.

16. Gibney MJ, Margetts BM, Kearney JM, Arab L, editor. Gizi Kesehatan
Masyarakat. Widyastuti P, Hardiyanti EA, translator. Jakarta : Penerbit EGC;
2016.

17. Schwartz MW, editor. Pedoman Klinis Pediatri (Clinical Handbook of


Pediatrics). Mahanani DA, Susi N, translator. Jakarta : Penerbit EGC; 2004.

18. Putra DSH, Prasetyo H, Santuso H, Muhsi FI, Anwar HC, Alfian, dkk.
Keperawatan Anak dan Tumbuh Kembang (Pengkajian dan Pengukuran).
Yogyakarta : Nuha Medika; 2016.

19. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta;


2010.

20. Dahlan MS. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan Edisi 3. Jakarta : Penerbit Salemba Medika; 2013.

21. Suryaningtyas A dan Nur W. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang


Asi Eksklusif Dengan Perilaku Pemberian ASI di Puskesmas Nguter.
Kartasura : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta; 2010.

49
22. Soejatmiko. Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita. Sari Pediatri.
2001; 3(3): 175-88.

23. Pratiwi WS, Masruroh, dan Dian L. Gambaran Karakteristik Dan


Pengetahuan Ibu Tentang Perkembangan Balita Di TK Flamboyan
Banyumanik Semarang Tahun 2014 [skripsi]. Semarang : Program Studi DIII
Kebidanan STIKES Budi Waluyo; 2014.

24. Wong DL, Eaton MH, Wilson D, dkk. Wong-Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik Volume 1. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.

25. Marmi. Tumbuh Kembang Bayi dan Balita. Jakarta : Salemba Medika; 2012.

26. Dian IF, Eva C, dan Rima S. Hubungan Pemberian ASI dengan Tumbuh
Kembang Bayi Umur 6 Bulan di Puskesmas Nanggalo [skripsi]. Padang :
Universitas Andalas; 2013.

27. Susanto A. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Penerbit Kencana


Prenada Media Group; 2011.

28. Rakhmat J. Belajar Cerdas: Belajar Berbasiskan Otak. Bandung: MLC; 2005.

29. Upton P. Psychology Express: Developmental Psychology. Pearson


Education; 2012.

50

Anda mungkin juga menyukai