Anda di halaman 1dari 14

Implikasi Transkultural dalam Praktik Keperawatan

Disusun oleh:
Kelompok 4
1. Cindy Aprilia Dewi (14.401.15.020)
2. Dayu Ageng Safitri (14.401.15.021)
3. Desi Ayu Wulandari (14.401.15.022)
4. Desy Erlyanti Putri (14.401.15.024)
5. Dewi Aprill (14.401.15.025)
6. Fawaid Imamul Hasan (14.401.15.036)
7. Herni Nur Handayani (14.401.15.040)

AKADEMI KESEHATAN RUSTIDA


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT, yang telah memberikan hidayah-
Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Implikasi
Transkultural dalam Praktik Keperawatan “.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Siswoto selaku dosen mata kuliah
antropologi, karena telah memberikan tugas ini kepada kami serta membimbing kami
dalam
menyelesaikan tugas ini. Tak lupa kami ucapkan teri kasih kepada semua rekan yang
telah
membantu dalam penyelesaian tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah
ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan pemikiran serta kelancaran tugas kami
selanjutnya dan
dapat berguna bagi semua pihak.

Krikilan,
April 2016

Penulis
Daftar Isi

Cover .............................................................................
....................................... i
Kata
Pengantar .........................................................................
.......................... ii
Daftar
Isi ...............................................................................
............................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang ..........................................................................
........................... 1
1.2 Rumusan
Masalah ...........................................................................
..................... 1
1.3
Tujuan ............................................................................
...................................... 1
1.4
Manfaat ...........................................................................
..................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Implikasi Transkultural dalam Praktik
Keperawatan ........................................... 3
2.2 Implementasi Sosial Budaya Masyarakat dan Kesehatan dalam Asuhan Keperawatan
3
2.3 Pengaruh Lingkungan Sosial Budaya Terhadap
Penyakit ................................... 4
2.4 Aspek Sosial Budaya yang Mempengaruhi Status
Gizi....................................... 5
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan ........................................................................
.................................. 9
3.2
Saran..............................................................................
....................................... 9
Daftar
Pustaka ...........................................................................
......................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu teori yang diungkapkan pada Midle Range Theory adalah
Transcultural Theory.
Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dan dikembangkan dalam
konteks keperawatan.
Teori ini menjabarkan konsep keperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang
adanya
perbedaan nilai-nilai kultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger
beranggapan bahwa
sangatlah penting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam
penerapan
asuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat,
akan mengakibatkan
cultural shock (Ikuys, 2014).
Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam
mencapai
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya dalam
masyarakat
merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah
mengalami suatu
tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu
perubahan dalam
proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif
dan negatif.
Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap
kesehatan dan
penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah
penting bagi
tenaga kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat
mereka
mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan
keyakinan budaya
yang dianut hubungannya dengan kesehatan (Prasetyadi, 2014)
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana implikasi transkultural dalam praktik keperawatan?
2. Bagaimana implementasi sosial budaya masyaarakat dan kesehatan dalam asuhan
keperawatan?
3. Bagaimana pengaruh lingkungan sosial terhadap penyakit?
4. Apa saja aspek sosial budaya yang mempengaruhi status gizi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui implikasi transkultural dalam praktik keperawatan
2. Untuk mengetahui implementasi sosial budaya masyaarakat dan kesehatan dalam
asuhan
keperawatan
3. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan sosial terhadap penyakit
4. Untuk mengetahui aspek sosial budaya yang mempengaruhi status gizi
1.4 Manfaat

1. Agar dapat mengetahui implikasi transkultural dalam praktik keperawatan


2. Agar dapat mengetahui implementasi sosial budaya masyaarakat dan kesehatan
dalam asuhan
keperawatan
3. Agar dapat mengetahui pengaruh lingkungan sosial terhadap penyakit
4. Agar dapat mengetahui aspek sosial budaya yang mempengaruhi status gizi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Implikasi Transkultural dalam Praktik Keperawatan
Menurut Leininger (1984), transkultural keperawatan adalah ilmu dan kiat
yang humanis
yang difokuskan pada perilaku individu atau kelompok,
serta proses untuk
mempertahankan/meningkatkan perilaku sehat atau perilaku sakit secara fisik
dan psikokultural
sesuai latar belakang budaya.
Tujuan dari adanya traskultural dalam praktik keperwatan:
1. Membantu individu/keluarga dengan budaya yang berbeda-beda untuk mampu
memahami
kebutuhannya terhadap asuhan keperawatan dan kesehatan
2. Membantu perawat dalam mengambil keputusan selama pemberian asuhan
keperawatan pada
individu/keluarga melalui pengkajian gaya hidup, keyakinan tentang kesehatan
dan praktik
kesehatan klien
3. Asuhan keperawatan yang relevan dengan budaya dan sensitif terhadap kebutuhan
klien akan
menurunkan kemungkinan stress dan konflik karena kesalahpahaman budaya (Husna,
2013)
2.2 Implementasi Sosial Budaya Masyarakat dan Kesehatan dalam Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan
yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan
keperawatan
ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang
digunakan dalam
asuhan keperawatan adalah perlindungan/mempertahankan budaya,
mengakomodasi/negosiasi
budaya dan mengubah/mengganti budaya klien. Terdapat 3 strategi yang
digunakan:
1. Strategi 1: mempertahankan Budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan
kesehatan.
Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai
yang relevan
yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan atau
mempertahankan status
kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
2. Strategi 2: Negosiasi Budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk
membantu klien
berdaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan.
Perawat membantu
klien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung
peningkatan
kesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yag berbau
amis, maka ikan
dapat diganti dengan sumber protein hewani lannya.
3. Strategi 3: Restrukturisasi Budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan
status kesehatan.
Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasa merokok menjadi
tidak
merokok.pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih mnguntungkan dan
sesuai dengan
keyakinan yang dianut.
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit
(Sunrise Model).
Model ini mnyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat
sebagai landasan
berpikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien. Pengelolaan asuhan
keperawatan
dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan
evaluasi (Ikuys, 2014)
2.3 Pengaruh Lingkungan Sosial terhadap Penyakit
Telah dikembangkakan pengertian tentang penyakit yang mempunyai konotasi
biomedik
dan sosia kultural. Dalam bahasa inggris dikenal kata disease dan illness
sedangkan dalam
bahasa indonesiakedua pengertian itu dinamakan penyakit. Dilihat dari segi
sosio kultural
terdapat perbedaan besar antara kedua pengertian tersebut. Dengan disease
dimaksudkan
gangguan fungsi atau adaptasi dari proses-proses biologik dan psikofisiologik
pada seorang
individu, dengan illnes dimaksud reaksi personal, interpersonal dan kultural
terhadap penyakit
atau perasaan kurang nyaman (Soejoeti, 2008)
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah
yang satu dengan
daerah lain, karena tergantung darikebudayaan yang ada dan berkembang dalam
masyarakat
tersebut. Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria,
yang saat ini masih
ada di beberapa daerah pedesaan di Papua (Irian Jaya ).
Makanan pokok penduduk papua adalah sagu yang tumbuh antaradaerah rawa-
rawa. Selain
rawa-rawa tidak jauh dari mereka yang tinggal dihutan lebat. Penduduk desa
tersebut
beranggapan bahwa hutan tersebut memiliki penguasa gaib yang dapat menghukum
setiap orang
yang melanggar ketentuannya. Pelanggaran dapat berupa penebangan, pembabatan
hutan untuk
tanah pertanian dan lain-lain akan diganjar hukuman berupa penyakit dengan
gejala panas tinggi
menggigil, dan muntah.
Penyakit tesebut dapat sembuh dengan cara minta ampun kepada penguasa
hutan, kemudian
memetik daun dari pohon tertentu, dibuat ramuan untuk diminum dan di oleskan
keseluruh tubuh
penderita dalam beberapa hari penderita akan sembuh. Persepsi masyarakat
mengenai penyakit
diperoleh dan ditentukan dari penuturan sederhana dan mudah secara turun-
temurunn
(Widiyanto, 2010)

2.4 Aspek Sosial Budaya yang Mempengaruhi Status Gizi


Ada beberapa aspek sosial yang mempengaruhi status gizi antara lain:
a. Umur
Jika dilihat dari golongan umur maka ada beberapa pola penyakit berdasarkan
golongan
umur. Misalnya balita lebih banyak menderita penyakit kronis seperti hipertensi,
penyakit
jantung koroner, kanker, dan lain-lain.
b. Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin akan menghasilkan penyakit yang berbeda pula.
Misalnya
dikalangan wanita lebih banyak menderita payudara, sedangkan laki-laki banyak
menderita
kanker prostat.
c. Pekerjaan
Ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan pola penyakit. Misalnya
dikalangan petani
banyak yang menderita penyakit cacing akibat yang banyak
dilakukan disawah
denganlingkungan yang banyak cacing. Sebaliknya buruh yang bekerja diindustri,
misal dipabrik
tekstil banyak yang menderita penyakit saluran pernapasan karena banyak terpapar
dengan debu.
d. Keadaan sosial ekonomi juga berpengaruh pada pola penyakit. Misalnya penderita
obesitas lebih
banyak ditemukan pada golongan masyarakat yang berstatus ekonomi tinggi, dan
sebaliknya
malnustrisi lebih banyak ditemukan dikalangan masyarakat yang status ekonominya
rendah.
Menurut H.Ray Elling (1970) ada 2 faktor yang berpengaruh pada perilaku
kesehatan :
1. Self concept
Self concept kita ditentukan oleh tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan
yang kita rasakan
terhadap diri sendiri, terutama bagaimana kita ingin memperlihatkan dirikita
kepada orang lain.
Apabila orang lain melihat kita positif dan menerima apa yang kita lakukan, kita
akan
meneruskan perilaku kita, begitu pula sebaliknya.
2. Image kelompok
Image seseorang individu sangat dipengaruhi oleh image kelompok. Sebagai
contoh, anak
seseorang dokter akan terpapar oleh organisasi kedokteran dan orang-orang dengan
pendidikantinggi, sedangkan anak buruh atau petani tidak terpapar dengan
lingkungan medis,
dan besar kemungkinan juga tidak bercita-cita untuk menjadi dokter.
Aspek Budaya yang Mempengaruhi Status Gizi dan Perilaku Kesehatan, menurut
G.M. oster
(1973), aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan antara lain :
a. Pengaruh tradisi
Ada beberapa tradisi didalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif
terhadap
kesehatan masyarakat.
b. Sikap fasalistis
Hal lain adalah sikap fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan.
Contoh :
beberapa anggota masyarakat dikalangan kelompok tertentu (fanatik) yang beragama
islam
percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati adalah takdir,
sehingga masyarakat
kurang berusaha untuk segera mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang
sakit.
c. Sikap ethnosentris
Sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibandingkan
dengan
kebudayaan pihak lain.
d. Pengaruh perasaan bangga pada statusnya
Contoh : dalam upaya perbaikan gizi, disuatu daerah pedesaan tertentu
menolak untuk
makan daun singkong, walaupun mereka tahu kandungan vitaminnya tinggi.
e. Pengaruh norma
Contoh : upayah untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak
mengalami
hambatan karena ada norma yang melarang hubungan antara dokter yang memberikan
pelayanan
dengan bumil sebagai pengguna pelayanan.
f. Pengaruh nilai
Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap kesehatan. Contoh :
masyarakat
memandang lebih bergengsi beras putih daripada beras merah, padahal mereka
mengetahui
bahwa vitamin B1 lebih tinggi diberas merah daripada diberas putih.
g. Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi
terhadap
perilaku kesehatan.
Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan berpengaruh terhadap kebiasaan pada
seseorang
ketika ia dewasa. Misalnya saja, manusia yang biasa makan nasi sejak kecil,
akan sulit diubah
kebiasaan makannya setelah dewasa.
h. Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan
Apabila seorang petugas kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku
kesehatan
masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah kosekuensi apa yang akan terjadi
jika melakukan
perubahan, menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh pada
perubahan, dan berusaha
untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebut.
Menurut koenjtaraningrat, bahwa perubahan budaya yang terjadi di
masyarakat dapat
dibedakan kedalam beberapa bentuk :
a. Perubahan yang terjaadi secara lambat dan cepat
b. Perubahan yang pengaruhnya kecil dan besar (Citerawati, 2012)
Tradisi tidak memiliki hubungannya dengan status gizi anak, di mana nilai
p = 0,408 atau p
> 0,05. Tidak ada makanna yang dipantangkan untuk anak dalam keluarga yang
tinggal di
Kecamatan Medan Area, sehingga tradisi tidak mempunyai hubunngan dengan
staatus gizi pada
anak. Di samping itu hasil survey di lapangan menunjukkan bahwa masyarakat
Kecamatan
Medan Area yang terdiri dari beragam suku/etnis, namun secara tradisi dalam
pola makan
ataupun konsumsi yang diberikan kepada anak beerkaitan dengan latar belakang
budaya
suku/etnis masing-masing keluarga tersebut sudah tidak dilakukan.
Umumnya untuk masyarakat perkotaan atau masyarakat yang sudah tinggal
dalam satu
wilayah yang sama mempunyai adat dan kebiasaan yang sama pula. Adat dan
kebiasaan yang
berasal dari leluhur karena proses waktu yang lama akan merubah perilaku
individu/keluarga dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan di tempat keluarga/individu tinggal,
sehingga masyarakat
di tempat penelitian mempunyai adat dan kebiasaan memberi makan anak yang
sama. Menurut
Robson (1980) kebiasaan makan pada orang-orang yang tinggal di suatu daerah
yang sama
biasanya tidak berbeda, kebiasaan makan dibentuk dari sejak anak (usia muda)
dan dalam waktu
yang lama dan dipengaruhi oleh ekologi (lingkungan) (Yudi, 2008).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Transkultural keperawatan sangat dibutuhkan dalam dunia keperawatan ketika
perawat
menghadapi pilihan yang sulit di mana perawat harus memilih budaya yang dianut
oleh klien
atau teori kesehatan yang ia pelajari. Transkultural juga dibutuhkan saat
perawat melakukan
asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implmentasi,
sampai evaluasi.
Lingkungan sangat mempengaruhi adanya penyakit karena salah satu faktor yang
mempengaruhi terjadinya penyakit adalah dari faktor ksternal atau lingkungan
sekitar.
Kebudayaan dapat mempengaruhi status gizi pada orang dewasa, namun pada anak
tradisi tidak
mempengaruhi status gizi.
3.2 Saran
Bagi mahasiswa sebaiknya dapat mengetahui dan memahami tentang kebudayaan
dan
pengaruhnya terhadap status kesehatan masyarakat, agar dapat memberikan
penyuluhan dan
edukasi dengan baik dan benar. Bagi pembaca sebaiknya dapat menerapkan mengenai
penjelasan
yang telah diuraikan dalam makalah ini.
Daftar Pustaka

Citerawati, Y. W. (2012). ASPEK SOSIAL BUDAYA BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU


KESEHATAN. https://adingpintar.files.wordpress.com/2012/03/aspek-
sosiobudaya-dan-
kesehatan.pdf, 10.
Husna, C. H. (2013). Transcultural Nursing. http://s1-
keperawatan.umm.ac.id/files/file/TRANSKULTURAL%20NURSING.pdf, 7.
Ikuys, R. (2014). Implementasi Kebudayaan dalam Asuhan Keperawatan.
https://www.scribd.com/doc/216292947/Implementasi-Kebudayaan-Dalam-Asuhan-
Keperawatan, 6.
Prasetyadi, D. A. (2014, Oktober). Makalah Pengaruh Sosial Budaya Masyarakat
Terhadap Kesehatan.
Scribd, p. 4.
Soejoeti, S. Z. (2008). Konsep Sehat Sakit dan Penyakit dalam Konteks Sosial
Budaya.
http://www.yuniawan.blog.unair.ac.id/files/2008/03/sehatsakit.pdf, 3.
Widiyanto, S. (2010). Retrieved April 2016, from ww.google.com:
https://shidiqwidiyanto.wordpress.com/2009/04/03/aspek-budaya-tentang-
kesehatan-dan-
penyakit/
Yudi, H. (2008). HUBUNGAN FAKTOR SOSIAL BUDAYA DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA
6-12 TAHUN .
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6664/1/037012007.pdf, 63.

Anda mungkin juga menyukai