Bab III Pendekatan & Metedologi
Bab III Pendekatan & Metedologi
BAB III
PENDEKATAN DAN METODELOGI
Berdasarkan hasil pelingkupan, komponen lingkungan yang diperkirakan akan terkena dampak
kegiatan pembangunan Folder Pengendali Banjir/Drainase, meliputi komponen lingkungan fisik-
kimia, hidro-geologi, ruang lahan dan transportasi, biologi dan komponen sosial ekonomi dan
budaya serta kesehatan masyarakat. Untuk keperluan identifikasi, prakiraan dan evaluasi
dampak akibat kegiatan proyek tersebut perlu dilakukan pengumpulan dan analisis data yang
relevan (dapat menjamin reliability dan validity) dari setiap parameter yang dikaji.
Tujuan pengambilan contoh dan analisis data dalam kajian ini yaitu :
Ketiga tujuan tersebut merupakan dasar dalam penentuan teknik pengambilan contoh sebagai
perwujudan pengumpulan data lingkungan fisik-kimia, hidro-geologi, ruang lahan dan transportasi,
biologi, sosial ekonomi dan budaya serta kesehatan masyarakat beserta metoda analisisnya.
Metoda pengumpulan data dalam Studi AMDAL kegiatan Pembangunan pembangunan Folder
Pengendali Banjir/Drainase di Kabupaten Kutai Kartanegara ini selengkapnya digambarkan pada
Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Bagan Alir Metode Pengumpulan Data Studi AMDAL Kegiatan pembangunan Folder
Pengendali Banjir/Drainase di Kabupaten Kutai Kartanegara
Jenis data primer yang dibutuhkan dalam Kajian ini meliputi aspek geofisik-kimia yaitu hidrologi dan
kualitas air, fisiografi dan geologi, ruang lahan dan tanah, serta aspek sosial, ekonomi dan budaya
yaitu mengenai persepsi masyarakat terhadap kegiatan dan data-data terkait lainnya.
(1).Iklim
Data iklim yang dikumpulkan meliputi curah hujan, suhu udara, kelembaban udara (Rh), arah dan
kecepatan angin. Angin diukur dengan tujuan untuk mengetahui arah dominan dan kecepatannya,
karena angin merupakan parameter penggerak aliran udara.Untuk mendapatkan gambaran yang
jelas tentang kondisi angin minimal diperlukan data kecepatan dan arah angin per hari dalam
satu tahun. Data mengenai keadaan iklim di lokasi kegiatan, diperoleh dari Stasiun Pengamat
Metereologi Klimatologi dan Geofisika yang terdekat dengan lokasi kegiatan.
Curah Hujan
Dari hasil pengamatan curah hujan dan hari hujan yang terjadi di lokasi studi dan sekitarnya selama
6 (enam) tahun pengamatan (2004-2009) diketahui bahwa rata-rata curah hujan tahunan di lokasi
studi dan sekitarnya sebesar 429 mm rata-rata per tahunnya. Untuk lebih jelasnya mengenai data
curah hujan dan hari hujan dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Curah Hujan Bulanan Rata-Rata
Curah Hujan Maksimum Harian per Bulan (mm) Maks
Tahun
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des (mm)
2003 49 74 25 35 46 46 31 33 33 53 46 26 74
2004 30 20 47 30 26 36 0 0 54 70 0 54 70
2005 35 85 48 46 36 36 33 21 43 32 57 57 85
2006 48 57 72 33 49 32 23 16 0 15 35 50 72
2007 87 36 50 43 50 32 28 30 50 30 37 50 87
2008 40 30 25 50 22 100 52 12 75 70 50 50 100
2009 31 50 50 53 50 20 20 40 24 30 30 30 53
2010 51 35 55 45 28 33 65 30 22 65 104 24 104
2011 75 57 39 58 11 45 60 95 98 83 59 53 98
2012 48 35 72 40 49 42 67 36 31 37 71 61 71
2013 50 34 60 30 67 45 66 45 39 30 30 50 67
2014 62 35 53 33 81 49 21 53 14 7 25 75 81
Rata-rata 50.5 45.7 49.7 41.3 42.9 43.0 38.8 34.3 40.3 43.5 45.3 48.3 80.2
Temperatur Udara
Temperatur udara rata-rata di wilayah Kecamatan Singkep Barat dan sekitarnya pada Tahun 2004 -
2009 adalah berkisar antara 24,5C – 27,1C dengan temperatur maksimum berkisar antara 25,65C
– 28,3C dan temperatur minimum berkisar antara 19,3C – 20C.
Tabel 3.3. Metode Analisis dan Peralatan Pengukuran Iklim, Kualitas Udara dan Kebisingan
No Parameter Kualitas Metode Analisis Peralatan Lapangan Peralatan Analisis
Udara
1. Temperatur Udara Direct Reading Thermometer -
Hasil pengukuran kualitas udara terutama parameter-parameter SO2, CO, NOx, dan debu yang
diperkirakan akan terkena dampak dibandingkan dengan baku mutu menurut Peraturan
Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang baku mutu kualitas udara ambien nasional. Sedangkan
tingkat kebisingan dibandingkan dengan baku tingkat kebisingan
Kajian terhadap aspek kualitas air permukaan (sungai) dan air tanah dilakukan dengan
carapengambilan sample secara langsung dilapangan dan kemudian dianalisis
dilaboratorium. Hasil analisis kualitas air permukaan yang meliputi, parameter fisik, kimia
dan parameter bakteriorologis selanjutnya dibandingkan dengan baku mutu
menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air atau menurut peraturan daerah setempat,
sedangkan hasil analisis kualitas air tanah dibandingkan dengan baku mutu menurut
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990. Parameter-parameter
dan metode analisis kualitas air yang akan diteliti selengkapnya dapat dilihat pada Tabel
3.4.
Tabel 3.4. Parameter dan Metode Analisis/Pengukuran Kualitas Air yang Akan Diteliti
(2). Geologi
Penelitian aspek geologi dan geohidrologi meliputi kegiatan studi pustaka, penyelidikan
lapangan/survey (dalam hal ini akan didapatkan dari data sekunder), analisis laboratorium
dan analisis data.
A. Studi Pustaka
Data dan informasi berupa data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber seperti
instansi-instansi pemerintah, non pemerintah yang menunjang dan sesuai dengan
kebutuhan studi. Data sekunder yang telah diperoleh dan dukumpulkan diantaranya
adalah : peta topografi, peta geologi, peta hidrogeologi, peta geologi lingkungan,
iklim dan curah hujan, serta berbagai laporan-laporan penyelidik terdahulu.
Data dari hasil studi lapangan/survey dan investigasi, antara lain seperti hasil uji
resapan (infiltrasi), pemboran tangan, uji perkolasi pada lobang bor tangan,
penyondiran, pengambilan contoh tanah tak terganggu dan contoh air, penyelidikan
hidrogeologi dan penyelidikan geologi lingkungan akan diperoleh dari data sekunder
(yang pernah dilakukan di lokasi kegiatan).
C. Analisis Data
Data lapangan, data laboratorium dan data sekunder, selanjutnya dievaluasi dan
dianalisis, antara lain untuk mengetahui : penguap keringatan (evapotranspirasi),
limpasan air permukaan (direct run off), peresapan/imbuhan air tanah dan besaran
rasio liputan bangunan. Analisis data dan formula-formula yang digunakan dalam
memprediksi besaran dampak yang terjadi selanjutnya dibahas pada Perkiraan
Besaran Dampak PentingData hidrogeologi yang dibutuhkan dalam studi ini
berasal dari data sekunder hasil pengukuran dalam studi-studi terdahulu yang
telah terkumpul pada pihak pemrakarsa dan atau hasil-hasil studi yang pernah
dilakukan oleh Pusat Geologi Lingkungan (d/h. Direktorat Tata Lingkungan Geologi
dan Kawasan Pertambangan) yang dipadukan dengan hasil observasi dilapangan.
(1) Ruang
Lokasi pengamatan, diarahkan pada kebijakan ruang yang memayungi kawasan areal
tapak kegiatan serta konstelasinya dalam cakupan regional baik kecamatan, kota
kabupaten maupun provinsi.
Metode analisis data, metode yang digunakan adalah studi perpetaan dengan
mengamati kebijakan peruntukan kawasan budidaya, kawasan lindung, sistem
pelayanan, arahan intensitas pemanfaatan lahan dan sistem jaringan.
(2) Lahan
Metode pengumpulan data, dengan melakukan survey instansional dalam
memperoleh data dasar perpetaan dan survai lapangan sebagai penyempuna/
klarifikasi data kondisi pemanfaatan lapangan existing.
Lokasi pengamatan, diarahkan pada area pemanfaatan lahan sekitar lokasi kegiatan.
Metode analisis data, metode analisis yang dilakukan adalah pengamatan/ploting kondisi
pemanfatan lahan dilapangan
(3) Transportasi
Dengan :
CO = Kapasitas dasar (smp/jam)
FCW = Faktor penyesuaian akibat lebar jalur lalu lintas
FCSP = Faktor penyesuaian akibat pemisahan arah
FCSF = Faktor penyesuaian akibat hambatan samping
2) Analisis Simpang Tak Bersinyal (Prioritas)
C = CO x FW x FM x FCS x FRSU x FLT x FRT x FMI
Dengan :
CO = Kapasitas dasar (smp/jam)
FW = Faktor penyesuaian lebar masuk
FM = Faktor penyesuaian tipe median jalan utama
FCS = Faktor penyesuaian ukuran kota
FRSU = Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan
FLT = Faktor penyesuaian penyesuaian belok kiri
FRT = Faktor penyesuaian penyesuaian belok kanan
FMI = Faktor penyesuaian penyesuaian rasio arus jalan minor
3) Kapasitas Dasar
Kapasitas dasar Co ditentukan berdasarakan tipe jalan sesuai dengan nilai yang
tertera pada berikut
Tabel 3.5 Kapasitas Dasar (Co)
Kapasitas Dasar
Tipe Jalan Keterangan
(Smp/Jam)
Jalan 4 lajur bermedian atau 1.650 Per lajur
satu arah
Jalan 4 lajur tanpa median 1.500 Per lajur
2-lajur 2-arah tanpa median (2/2 UD) 1.00 0.97 0.94 0.91 0.88
4-lajur 2-arah tanpa pembatas median (4/2 UD) 1.00 0.985 0.97 0.955 0.94
4-lajur 2-arah dengan pembatas median (4/2 D) 1.00 0.985 0.97 0.955 0.94
Lebar Jalan
Tipe Jalan FCw
Efektif (M)
Per lajur
3.00 0.91
4 lajur tanpa 3.25 0.95
pembatas median 3.50 1.00
3.75 1.05
4.00 1.09
Dua arah
5 0.56
6 0.87
2 lajur tanpa 7 1.00
pembatas median 8 1.14
9 1.25
10 1.29
11 1.34
Sumber : IHCM, 1997
Faktor koreksi kapasitas untuk jalan yang mempunyai lebih dari 4 lajur dapat
diperkirakan dengan menggunakan faktor koreksi kapasitas untuk kelompok jalan 4
lajur.
Jumlah
Kelas Gangguan
Gangguan Per 200 meter Kondisi Tipikal
Samping per jam
(dua arah)
Sangat rendah ‹ 100 Permukiman
Rendah 100 – 299 Permukiman, beberapa transportasi umum
Sedang 300 – 499 Daerah industri, dengan beberapa toko di pinggir jalan
Jumlah
Kelas Gangguan
Gangguan Per 200 meter Kondisi Tipikal
Samping per jam
(dua arah)
Tinggi 500 – 899 Daerah komersial, aktivitas pinggir jalan tinggi
Sangat Tinggi › 900 Daerah komersial dengan aktivitas perbelanjaan pingir jalan
Sumber IHCM, 1997
Tabel 3.9 Faktor Koreksi FCsf untuk Jalan dengan Bahu Jalan
Faktor koreksi kapasitas untuk gangguan samping untuk ruas jalan yang
mempunyai kereb, dapat dilihat pada Tabel 3.10. yang didasarkan pada jarak
antara kereb dan gangguan pada sisi jalan (Wk) dan tingkat gangguan samping.
DS = Q/C
b. Tundaan
Tundaan di persimpangan adalah total waktu hambatan rata – rata yang dialami
oleh kendaraan sewaktu melewati suatu persimpangan. Hambatan tersebut
muncul jika kendaraan terhenti karena terjadi antrian di persimpangan sampai
kendaraan itu keluar dari persimpangan karena adanya pengaruh kapasitas
persimpangan yang sudah tidak memadai. Nilai tundaan mempengaruhi nilai waktu
tempuh kendaraan, semakin tinggi nilai tundaan, semakin tinggi pula waktu
tempuhnya.
Vn = Vo x (1 + i )n
Dimana :
Vn = volume lalu-lintas pada tahun ke n,
Vo = volume lalu-lintas pada tahun awal pengoperasian ruas jalan,
i = faktor pertumbuhan lalu-lintas,
Selain kinerja V/C ratio, kinerja yang lain yang dikaji adalah kecepatan pada ruas
jalan, kecepatan tersebut dapat diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan
dengan metode moving car observer. Selain dari hasil survai lapangan, nilai
kecepatan ruas jalan dapat diperoleh dari hubungan antara kecepatan bebas
dengan V/C Ratio.
a. Kecepatan Bebas
Kecepatan bebas untuk 4 lajur terbagi (4/2 D) adalah 52 km/jam, sedangkan
untuk faktor koreksi lebar sebagai berikut.
b. Kecepatan Aktual
Mengacu kepada Manual Kapasitas Jalan Indonesia tahun 1997, kecepatan
aktual dapat ditaksir dengan rumus hubungan kecepatan bebas aktual dengan
V/C ratio berikut:
V = FV x 0,5 x [1 + (1 – v/c)0,5]
Sedangkan untuk memperoleh nilai FV pada ruas jalan yang dikaji, digunakan
pedoman pada MKJI
Analisis aspek transportasi akan mengacu pada Keputusan Menteri Perhubungan No. 14 Tahun 2006
tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas. Lokasi pengambilan data .
Pengumpulan Data
Pengumpulan data flora dan fauna di lokasi pengamatan dilakukan dengan menggunakan
metode survei pada lokasi tapak proyek. Pada tahap pertama dilakukan pemilahan tipe tata
guna lahan atau komunitas tumbuhan seperti rumput dan semak belukar, pohon pelindung jalan
dan buah-buahan sedangkan pada fauna dilakukan pengamatan langsung fauna yang ada di
lokasi tapak proyek seperti mamalia, aves, reptilia. Kemudian dilakukan pencatatan jenis-jenis
flora dan fauna penyusun masing-masing komunitas tersebut.
Analisis Data
Data flora yang dianalisis meliputi struktur dan komposisi vegetasi. Dilakukan pula analisis
deskriptif, terutama dalam hubungannya sebagai habitat satwa liar (burung, reptilia incetc).
Untuk mengetahui jenis tumbuhan yang langka dan bernilai ekonomi dilakukan dengan studi
literatur dan mewawancarai penduduk setempat.
Lokasi Sampling
Lokasi Pengumpulan data flora dilakukan di areal sekitar lokasi pembangunan folder.
Hidup No. 16 Tahun 2013 dan Keputusan Kepala Bapedal No. 219 Tahun 1996 Pedoman
Penyusuan Aspek Sosekbud dalam Amdal. Sesuai dengan kegiatan proyek dan dugaan dampak
yang ditimbulkan, berbagai aspek sosial, ekonomi dan budaya yang perlu dipelajari adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.14 Jenis Data Serta Teknik Pengumpulan Data Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya
TEKNIK
NO. JENIS DATA SIFAT DATA
PENGUMPULAN DATA
1. Kependududukan :
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Data Primer dan Pustaka dan literatur
Tataguna Lahan data sekunder
Komposisi Angkatan Kerja
Tingkat pendidikan
Jenis-jenis Pekerjaan
Mobilitas Penduduk
2. Sosial Ekonomi :
Pola Penguasaan lahan Data Sekunder dan Wawancara dan
Pola Pengelolaan Sumberdaya Alam oleh Penduduk. data primer observasi
Tingkat Kesejahteraan dan prosentase kontribusi
sumber-sumber penghasilan rumahtangga
3. Sosial Budaya :
Pola Kepemimpinan Data Sekunder dan Wawancara dan
Sistem organisasi sosial data primer observasi
Pola konflik dan mekanisme penyelesainnya.
Sanitasi lingkungan
Persepsi penduduk terhadap rencana proyek
Persepsi Penduduk terhadap dampak sosial terhadap
keluarga dan masyarakat.
Sumber : Hasil analisis Konsultan, 2016.
Pengumpulan Data
a. Jenis Data
Pengumpulan data disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis data yang diperlukan, yaitu :
Data primer atau data pokok yang dikumpulkan langsung dari masyarakat, khususnya untuk
berbagai jenis data kependudukan, seperti dirumuskan dalam berbagai aspek kependudukan,
disajikan di bagian lain di atas. Aspek kehidupan atau aktivitas sosial lain, seperti pemanfaatan
lahan, pemanfaatan sumber daya alam, sumber air bersih penduduk, berbagai bantuan dan
harapan penduduk, serta ketegangan dan mekanisme pemecahan persoalan, seluruhnya akan
digali dengan mencari data langsung atau primer.
Data sekunder atau data yang diperoleh dari sumber instansi terkait seperti Pemerintah Kota,
Kecamatan dan Kelurahan, pihak Pemrakarsa Proyek, atau lembaga-lembaga pemerintah dan
non pemerintah yang memiliki data sosial-ekonomi dan budaya tapak proyek dan sekitarnya.
Data sekunder yang dicari, antara lain luas dan tataguna lahan, jumlah penduduk, jenis dan
jumlah berbagai institusi ekonomi, politik, dan sosial dan berbagai data sosial, ekonomi dan
budaya lain yang relevan sesuai dengan perkembangan kedalaman dari studi AMDAL yang akan
dilakukan dan kondisi di lapangan.
Wawancara mendalam
Wawancara mendalam (depth interview) dilakukan terhadap tokoh masyarakat, informan kunci,
pejabat instansi terkait, pamong desa, tokoh adat, pengusaha, buruh pertambangan dan para
pelaku sosial ekonomi yang relevan dan sebagainya sesuai dengan kebutuhan data. Wawancara
mendalam akan menggali berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi dan politik yang relevan,
serta mempelajari sistem, proses dan mekanisme suatu aktivitas sosial tertentu dan institusi
yang berkembang di wilayah penelitian.
Besar Sampel/Responden
N
n =
N d² + 1
dengan ,
N = Jumlah Populasi [KK] yang diteliti
d = Tingkat kesalahan [berkisar 5% - 10%]
d² = 0.1 x 0.1 = 0.01
n = Jumlah Responden
Analisis Data
Analisis data disesuaikan dengan jenis datanya, seperti :
Data kuantitatif
Data kuantitatif akan dianalisis secara deskriptif dengan menetapkan Kelurahan-kelurahan sesuai
dengan kategori tertentu sebagai variabel tetap, sedangkan berbagai aspek kependudukan, sosial
ekonomi dan budaya sebagai variabel tidak tetap. Hasil tabulasi akan diinterpretasi berdasarkan nilai
distribusi yang dinyatakan dalam persentase.
Data kualitatif
Data kualitatif khususnya yang berkaitan dengan proses dan mekanisme sosial atau institusi akan
dipahami melalui pemahaman internal logic dari sistem tersebut. Sedang data kualitatif lainnya akan
diintepretasi sesuai dengan konsep atau teori tertentu yang relevan untuk menjelaskan fenomenanya.
A. Tingkat Kesehatan
Pengumpulan Data
Jenis data yang diperlukan adalah data primer dan sekunder, yang meliputi:
1. Sumber daya kesehatan
2. Status gizi
3. Pola penyakit
4. Kondisi sanitasi lingkungan
5. Sumber air bersih
6. Kondisi ruang kerja
7. Prevalensi penyakit menular
8. PHBS
9. Kondisi lingkungan yang memperburuk proses penyebaran penyakit
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi dan wawancara terarah dengan
menggunakan panduan daftar pertanyaan. Observasi dilakukan untuk mengamati kondisi sanitasi
lingkungan karyawan. Wawancara dilakukan kepada responden yang diperkirakan terkena dampak di
masa mendatang. Sampel ditentukan dengan purposive sampling berdasarkan kebutuhan menurut
tujuan studi. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui data kesehatan yang relevan terutama Profil
Kesehatan Kecamatan Tenggarong.
Analisis Data
Metoda analisis data yang digunakan adalah metoda analisis dampak kesehatan lingkungan dan metoda
epidemiologi. Data kesehatan karyawan dianalisis secara kualitatif dan disajikan dalam bentuk deskripsi
dan diinterpretasikan dengan kondisi lingkungan yang terdapat di tapak proyek.
studi ini adalah analogi, penggunaan baku mutu lingkungan dan penilaian para ahli (professional
judgement).
a. Metode Analogi
Pada metode ini akan dikaji masalah-masalah yang timbul sebagai akibat kegiatan sejenis di lokasi yang
memiliki karakteristik sama untuk digunakan sebagai dasar/bahan pertimbangan dalam
memprakirakan dampak yang terjadi di lokasi pembangunan folder dalam waktu tertentu. Parameter
yang diprakirakan dengan metoda ini antara lain; masalah sosial dan kesehatan masyarakat.
b. Perbandingan dengan Nilai Baku Mutu Lingkungan (BML)
Prakiraan dampak terhadap suatu komponen dapat ditempuh antara lain dengan menggunakan
standar atau kriteria mutu lingkungan yang telah ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, atau menggunakan kriteria yang telah dibakukan secara luas.
Penggunaan baku mutu dalam studi dilakukan dengan cara membandingkan nilai parameter
lingkungan dengan nilai ambang batas yang diperbolehkan sesuai dengan peruntukannya. Ketentuan
yang digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam penetapan kualitas lingkungan adalah antara lain:
- Kualitas air sungai mengacu pada Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001, tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
- Kualitas udara dan kebisingan mengacu pada Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999,
tentang Baku Mutu Udara Ambien.
- Kebisingan mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996 dan SK
Gubernur Jawa Barat No 660.31/1982.
c. Pertimbangan Profesional dan Pakar
Prakiraan dampak pada metoda ini ditetapkan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman para ahli.
Cara ini dipergunakan apabila keterbatasan-keterbatasan dalam hal data dan informasi serta kurang
diketahuinya fenomena alam yang diperkirakan terjadi.