Kanker serviks adalah jenis kanker yang kerap kali menyerang wanita. Meski termasuk ganas,
kanker yang berkembang di leher rahim ini sebenarnya dapat dicegah dan dideteksi sejak dini.
Tentunya, hal ini dapat meningkatkan peluang kesembuhan. Saat ini, ada beberapa cara untuk
mendeteksi kanker serviks, yaitu dengan pap smear dan tes IVA. Lantas, sebenarnya apa sih
tes IVA dan pap smear itu? Seberapa efektif pemeriksaan tersebut mendeteksi adanya kanker
serviks?
Pap smear adalah pemeriksaan kesehatan yang mampu mendeteksi kanker serviks. Bahkan
para ahli menyatakan bahwa tes ini juga bisa mendeteksi tahapan pre-kanker – satu tahap
sebelum kanker serviks terjadi.
Pap smear sebaiknya mulai dilakukan secara rutin dalam tiga tahun sekali ketika Anda telah
menikah ataupun telah melakukan hubungan seksual. Pemeriksaan ini memeriksa jaringan sel
serviks atau leher rahim Anda. Pemeriksaan dilakukan ketika Anda tidak sedang mengalami
menstruasi. Jadi, ketika pemeriksaan dilakukan, dokter akan mengambil sedikit bagian dari
leher rahim dan kemudian dilanjutkan dengan pengecekan laboratorium.
Dari jaringan tersebut, akan ketahuan, apakah sel-sel leher rahim Anda normal atau tidak.
Waktu yang dibutuhkan dalam melakukan tes pap smear tak lama , hanya sekitar 10-20 menit.
Ketika akan melakukan pap smear, perhatikan dulu aturan berikut ini:
Biasanya, Anda juga diminta untuk mengosongkan kandung kemih Anda sesaat sebelum
melakukan tes. Selain itu, Anda juga harus memberitahukan dokter apabila sedang
mengonsumsi pil KB atau pun sedang keadaan hamil.
Tes IVA
Tidak seperti pap smear yang mungkin lebih dikenal, tes IVA (inspeksi visual asam asetat)
adalah pemeriksaan leher rahim yang juga bisa digunakan sebagai pendeteksi pertama. Jika
dibandingkan dengan pap smear, tes IVA cenderung lebih murah karena pemeriksaan dan hasil
diolah langsung, tanpa harus menunggu hasil laboratorium.
Jadi, tes IVA menggunakan asam asetat atau asam cuka dengan kadar 3-5 persen, yang
kemudian diusapkan pada leher rahim. Setelah itu, hasilnya akan langsung ketahuan, apakah
Anda dicurigai memiliki kanker serviks atau tidak.
Meskipun terdengar menyeramkan, sebenarnya pemeriksaan ini tidak menyakitkan dan hanya
membutuhkan waktu beberapa menit saja.
Ketika jaringan leher rahim memiliki sel kanker, maka biasanya jaringan akan terlihat luka,
berubah menjadi putih, atau bahkan mengeluarkan darah ketika diberikan asam asetat.
Sementara, jaringan leher rahim yang normal, tidak akan menunjukkan perubahan apapun.
Pemeriksaan ini dianggap pemeriksaan awal yang efektif dan murah untuk mendeteksi kanker
serviks. Pasalnya, tidak dibutuhkan waktu dan pengamatan laboratorium lagi untuk tahu
hasilnya. Selain itu, kelebihan tes IVA lainnya adalah pemeriksaan ini aman dilakukan kapan
pun.
Tak mau kena kanker serviks? Tenang, Anda
bisa mencegahnya
Kanker serviks menjadi satu-satunya jenis kanker yang bisa dicegah. Ya, Anda bisa
menghindari penularan virus HPV dan membuat tubuh kebal dari penularan virus tersebut.
Caranya adalah dengan vaksinasi HPV.
Vaksin HPV terbukti dapat menghindarkan kaum wanita dari kanker serviks. Bahkan disebutkan
oleh National Cancer Institute, Amerika Serikat, bahwa vaksin HPV dapat mencegah 97 persen
kasus kanker serviks pada wanita.
Maka dari itu, sebaiknya segera lakukan vaksinasi HPV dengan mengunjungi pelayanan
kesehatan terdekat. Saat ini sudah banyak pelayanan kesehatan yang menyediakan fasilitas
vaksin HPV. Jangan lupa juga ajak anak Anda untuk mendapatkan vaksin HPV, pasalnya
vaksin ini justru lebih efektif ketika dilakukan pada anak yang berusia 9-10 tahun.
Baca Juga:
Kanker serviks adalah kanker yang muncul di leher rahim akibat perubahan sel yang tidak
normal pada serviks, yang 99% di antaranya disebabkan oleh virus HPV.
Ada sekitar lebih dari 100 tipe HPV, sebagian bersifat ganas atau bisa menimbulkan kanker,
seperti kanker bibir kemaluan dan kanker serviks. Ada juga yang bersifat tidak ganas,
umumnya menyebabkan kutil kelamin.
Penyakit kanker serviks sebagian besar disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18.
Tidak semua perempuan yang terinfeksi HPV akan menderita kanker serviks. Kekebalan tubuh
yang baik mampu membersihkan infeksi HPV. Namun, penelitian menunjukkan bahwa ternyata
hanya 50% perempuan yang memiliki kekebalan terhadap HPV dan kekebalan tersebut
ternyata tidak dapat melindungi terhadap infeksi berulang, sehingga dapat berkembang menjadi
kanker dalam kurun waktu beberapa tahun.
Selain adanya HPV, faktor lain seperti gaya hidup juga memegang peranan penting dalam
perkembangan kanker serviks.
Gejala kanker serviks yang lebih jelas terlihat baru akan muncul atau dirasakan jika sel kanker
sudah menyebar sampai ke bagian dalam jaringan serviks. Gejala-gejala tersebut muncul ketika
sel pra-kanker dibiarkan dan tidak ditangani sehingga berkembang menjadi kanker serviks yang
ganas.
Perdarahan yang terjadi di luar siklus menstruasi normal kita merupakan salah satu gejala
kanker serviks. Misalnya, tiba-tiba keluar darah dari vagina padahal Anda tidak sedang
menstruasi. Atau rasa sakit berlebihan dan keluar darah setelah melakukan hubungan seksual.
Pendarahan yang terjadi setelah Anda menopause juga dapat menjadi tanda adanya kanker
serviks.
Keluarnya darah dari vagina biasanya menjadi tanda pertama yang disadari pada penyakit
kanker serviks, tetapi cenderung tidak terlalu ditanggapi secara serius dan hanya dikira flek saja
oleh sebagian besar wanita.
Selain perdarahan, keluarnya cairan yang tidak normal dari vagina merupakan gejala lain dari
kanker serviks. Cairan yang keluar ini biasanya:
3. Gejala lanjutan
Perdarahan dan keluarnya cairan dari vagina merupakan gejala kanker serviks di awal. Jika
tidak tertangani, gejala yang lebih parah dapat muncul pada stadium kanker yang lebih tinggi.
Gejala-gejala tersebut seperti:
Tindakan pencegahan primer atau yang terpenting untuk mencegah terjadinya kanker serviks
adalah dengan melakukan vaksinasi HPV. Vaksinasi HPV membuat tubuh membentuk antibodi
terhadap virus HPV, sehingga virus yang masuk akan mati dan tidak sampai menimbulkan
kanker serviks.
Vaksinasi HPV dianjurkan untuk dilakukan sedini mungkin mulai usia 9 tahun, karena vaksin ini
paling baik diberikan sebelum berhubungan seksual. Selain itu pada usia anak dan remaja,
respon tubuh dalam membentuk antibodi adalah yang paling baik.
Tidak hanya perempuan saja, laki-laki juga dapat terkena infeksi HPV sehingga laki-laki juga
harus mempertimbangkan untuk menerima vaksin. Laki-laki dapat menderita penyakit yang
disebabkan oleh HPV seperti kanker anus, kanker penis, dan penyakit kutil kelamin (genital
warts).
Bagi wanita yang telah menikah, disarankan untuk melakukan pemeriksaan berkala atau
screening melalui tes pap smear dan IVA, Tes ini ditujukan untuk mengetahui sedini mungkin
ada/tidaknya ketidaknormalan pada serviks. Pada tahap awal kanker serviks maupun infeksi
HPV umumnya tidak menunjukkan gejala. Biasanya kanker baru terdeteksi ketika berada di
stadium lanjut di mana sel kanker sudah menyebar
Oleh karena itu, penting sekali untuk melakukan tes ini secara berkala sehingga kelainan
sekecil apapun di serviks dapat terdeteksi dan ditanggulangi sejak dini.
Apa Bedanya Pemeriksaan Pap Smear dan IVA?
Meski sama-sama digunakan sebagai alat deteksi dini kanker serviks, IVA dan Pap smear memiliki perbedaan.
Dalam dunia medis, ada dua metode yang umum digunakan untuk mendeteksi dini kanker serviks. Anda
mengenalnya sebagai Pap smear dan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat). Apa perbedaan keduanya?
Secara umum, baik Pap smear maupun IVA bisa mendeteksi kelainan pada serviks sebelum kanker yang
sesungguhnya tampak, atau disebut sebagai lesi prakanker. Meski bisa mendeteksi, kedua metode ini bukan
untuk menentukan diagnosis suatu penyakit. Karena itu, bila hasilnya abnormal, perlu dilakukan pemeriksaan
lanjut seperti teropong vagina (kolposkopi) dan biopsi untuk mengonfirmasinya.
Perbedaan mendasar Pap smear dan IVA terletak pada prinsip dan akurasi pemeriksaan.
Saat melakukan Pap smear atau IVA, dokter akan memasukkan spekulum (alat dengan bentuk serupa cocor
bebek) ke dalam liang vagina agar dapat melihat kondisi serviks.
Kemudian pada Pap smear, sampel sel serviks diambil menggunakan sikat halus. Sampel lalu dikirim ke
laboratorium untuk diperiksa dengan menggunakan mikroskop. Dari sini, bisa dilihat apakah sel-sel serviks
normal, adakah tanda-tanda infeksi, atau apakah tampak tanda-tanda perubahan sel atau yang mengarah
kepada kanker.
Sedangkan IVA, sesuai namanya, menggunakan asam asetat 5% yang dioleskan ke serviks selama 30-60 detik.
Setelah itu serviks dilihat secara kasat mata dengan bantuan lampu. Dengan penambahan asam asetat, serviks
yang normal tidak akan berubah warna. Namun bila ada kelainan, misalnya ada infeksi atau lesi prakanker,
akan tampak putih.
Perbedaan prinsip dasar ini berdampak pada akurasi pemeriksaan. Hasil Pap smear tentu lebih akurat karena
yang diperiksa ialah perubahan sel, yakni satuan terkecil dalam tubuh manusia. Karena itu, perubahan mikro
yang belum kasat mata sudah bisa terdeteksi. Sedangkan IVA memeriksa jaringan dengan mata telanjang,
sehingga yang bisa dilihat hanyalah perubahan makro.
Selain itu, hasil Pap smear yang bersifat spesifik bisa dijadikan sebagai dasar untuk memantau perkembangan
kondisi pasien. Sedangkan pada IVA, hasil pemeriksaan yang abnormal masih mungkin karena infeksi, trauma
serviks, atau lesi prakanker, sehingga tidak spesifik. Selain itu, hasilnya tidak terdokumentasi—tidak difoto—
sehingga tidak dapat dilakukan pemantauan.
Meski demikian, IVA memiliki keunggulan tersendiri. Hasil IVA bisa didapat saat itu juga. Dan bila hasilnya
negatif, pasien bisa segera diberitahu dan tak perlu melakukan kunjungan ulang. Tentunya ini sangat
memudahkan pasien di area dengan fasilitas kesehatan yang tergolong jauh atau sulit dijangkau.
Dari segi biaya, IVA pun jauh lebih murah ketimbang Pap smear. Pemeriksaan ini bisa dilakukan di
puskesmas hanya dengan mengeluarkan beberapa ribu rupiah saja. Sedangkan Pap smear biasanya tersedia di
laboratorium komersil, klinik dokter swasta, atau rumah sakit, dengan biaya paling sedikit Rp100.000.
Jadi, jika Anda mencari akurasi, Pap smear adalah pilihan terbaik karena merupakan standar baku untuk
mendeteksi dini kanker serviks. Namun, jika Anda berada di area yang sumber daya dan fasilitasnya terbatas,
IVA-lah pilihannya. Untuk melakukan IVA, tak perlu dokter, bidan atau perawat yang sudah terlatih pun bisa.
Walaupun hasilnya tidak spesifik dan kurang akurat, IVA tetap lebih baik daripada tidak melakukan deteksi
dini kanker serviks sama sekali.