Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS WAKTU TUNGGU PELAYANAN CT SCAN DI INSTALASI

RADIODIAGNOSTIK TAHUN 2014

Grace Ega Mawarni1, Vetty Yulianty Permanasari2

1
Manajemen Rumah Sakit, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, 16424
2
Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia, Depok, 16424

gggrace@gmail.com

Abstrak

CT Scan merupakan pemeriksaan yang sangat efektif dalam menegakkan diagnosa. Dengan peralatan yang
canggih, RS Kanker “Dharmais” menyediakan pula pemeriksaan MSCT Scan (Multi Slice Computed
Tomography Scanning) yang mana merupakan generasi terbaru dari CT Scan. Penelitian ini bertujuan untuk
menghitung waktu tunggu rata-rata pelayanan CT Scan serta factor-faktor yang mempengaruhinya.
Penghitungan waktu yang dilakukan dengan membagi menjadi 7 tahap, yaitu pengambilan nomor antrean,
registrasi pasien, persiapan pemeriksaan, pemeriksaan, pencetakkan foto, pembacaan foto, pengeluaran hasil
ekspertisi. Hasil penghitungan waktu tunggu rata-rata pelayanan CT Scan adalah 7 jam 50 menit.

Kata kunci: radiologi; CT Scan; waktu tunggu

Analysis of Waiting Time of Patient's CT Scan Service in Radiodiagnostic Unit at


Dharmais Hospital in 2014

Abstract

A CT scan is a highly effective examination in diagnosis. With advanced equipment, Cancer Hospital
"Dharmais" provides MSCT (Multi Slice Computed Tomography Scanning) Scan examiner which is the latest
generation of CT scans. This study aimed to calculate the average waiting time CT scan service as well as the
factors that influence it. The calculation is done by dividing the time into 7 stages, which is taking a queue
number, patient registration, examination preparation, examination, printing photograph, picture reading, and
spending expertise results. The results of the calculation of the average waiting time CT scan service is 7 hours
50 minutes.

Keywords: radiology, CT scan, waiting time

Pendahuluan

Analisis waktu..., Grace Ega Mawarni, FKM UI, 2014


Indonesia telah memasuki zaman globalisasi dimana pada saat ini perkembangan teknologi
dan informasi semakin pesat. Penggunaan teknologi semakin diminati oleh setiap jenis
industri, termasuk industri kesehatan, salah satunya yaitu rumah sakit. Dengan pemanfaatan
teknologi, rumah sakit berlomba – lomba dalam memberikan pelayanan kesehatan yang
prima sehingga meningkatkan persaingan antar rumah sakit. Persaingan yang terjadi tidak
hanya pada sesama rumah sakit di dalam negeri, tetapi juga persaingan dengan rumah sakit di
luar negeri, khususnya terhadap negara tetangga (Azwar, 1996).
Kondisi sosial ekonomi serta pendidikan masyarakat yang semakin meningkat
menyebabkan masyarakat semakin sadar akan kualitas pelayanan kesehatan. Tuntutan akan
pelayanan kesehatan yang bermutu semakin terasa dengan banyaknya fasilitas dan jasa
pelayanan yang ditawarkan setiap rumah sakit. Masyarakat juga semakin cerdas dalam
memilih pelayanan kesehatan yang menurut mereka dapat memberikan pelayanan yang
memuaskan (Muninjaya, 2011).
Memasuki tahun 2014, pemerintah Indonesia membuat suatu sistem Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Jaminan Kesehatan Nasional adalah salah satu bentuk perlindungan sosial di bidang
kesehatan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan yang layak melalui
penerapan sistem kendali biaya dan kendali mutu, dan diselenggarakan berdasarkan prinsip
asuransi sosial dan ekuitas bagi seluruh penduduk di wilayah Republik Indonesia
(Kemenkes RI). Semua masyarakat Indonesia ditargetkan akan dijamin pembiayaan
kesehatan (universal health coverage) dengan adanya subsidi silang dari masyarakat
menengah ke atas. Sistem jaminan ini diintegrasikan menjadi suatu Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN), yang mana didalamnya terdapat program JKN, dan sudah disahkan oleh
DPR menjadi undang-undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Oleh karena itu, setiap rumah sakit diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan
yang optimal dan bermutu (Marisi, 2012).
RS Kanker “Dharmais” merupakan pusat kanker nasional dan menjadi rujukan rumah
sakit sebagai penyedia pelayanan kesehatan tingkat tersier. Sebagai rumah sakit khusus, RS
Kanker “Dharmais” memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit
tertentu, yaitu dalam menanggulangi penyakit kanker di Indonesia. RS Kanker “Dharmais
menyediakan pelayanan kesehatan, yaitu pelayanan rawat jalan, rawat inap, dan penunjang
baik medis maupun non medis. Pelayanan penunjang medis merupakan salah satu sumber
pemasukan bagi rumah sakit, seperti laboratorium, radiologi, dll (RSKD, 2011).

Analisis waktu..., Grace Ega Mawarni, FKM UI, 2014


Untuk dapat mengukur mutu pelayanan kesehatan, rumah sakit memerlukan tolok
ukur. Sebagai rumah sakit berbentuk Badan Layanan Umum, Rumah Sakit Kanker
“Dharmais” harus dapat memberikan kualitas pelayanan yang optimal kepada masyarakat.
Dalam Indikator Kinerja Mutu Pelayanan dan Manfaat bagi Masyarakat tersebut
menstandarkan waktu tunggu hasil radiologi dalam waktu ≤ 2 jam. Lama waktu tunggu
pasien mencerminkan bagaimana rumah sakit mengelola komponen pelayanan yang
disesuaikan dengan situasi dan harapan pasien (Depkes, 2007). Waktu tunggu dalam
pelayanan radiodiagnostik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi pasien
terhadap mutu pelayanan di RS Kanker “Dharmais”. Rumah sakit tidak hanya
mengunggulkan pelayanan rawat jalan ataupun rawat inap, tetapi rumah sakit tetap harus
memperhatikan pelayanan penunjang medis sebagai dasar penentuan diagnosa kepada pasien.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan khususnya bidang
radiologi, penggunaan radiasi sangat bermanfaat dalam pelayanan radiologi untuk
menegakkan diagnosa dan melakukan terapi. Instalasi Radiodiagnostik adalah Instalasi yang
memberikan pelayanan penunjang diagnosis dengan beberapa pemeriksaan, antara lain
pemeriksaan Konvensional (tanpa perjanjian), Ultrasonografi (USG), Fluoroscopy,
Gastroenterografi, Kedokteran Nuklir, CT SCAN, MS CT-SCAN, MRI, PET-SCAN,
Angiografi.

RS Kanker “Dharmais” melayani beberapa macam pemeriksaan radiodiagnostik,


salah satunya adalah pemeriksaan CT Scan (Computed Tomography Scanning). CT Scan
merupakan pemeriksaan yang sangat efektif dalam menegakkan diagnosa. CT Scan mampu
mendeteksi secara dini dan menunjukan lokasi tumor secara baik, serta dapat menentukan
ukuran tumor dengan akurat. Hal ini sangat membantu dalam evaluasi pasien yang menjalani
terapi atau operasi. Dokter akan menyarankan pasien untuk pemeriksaan Thorax PA, USG,
atau pemeriksaan konvensional lainnya. Dengan peralatan yang canggih, RS Kanker
“Dharmais” menyediakan pula pemeriksaan MSCT Scan (Multi Slice Computed Tomography
Scanning) yang mana merupakan generasi terbaru dari CT Scan. Alat ini mampu
menghasilkan gambar secara detail dari bagian tubuh manusia seperti kepala, pembuluh
darah, jantung, otak, perut, usus besar dan sebagainya sehingga penegakkan diagnosa dapat
lebih akurat. Selain konvensional dan USG, pemeriksaan CT Scan merupakan pemeriksaan
yang cukup sering digunakan. Pada tahun 2013, jumlah pemeriksaan CT Scan berjumlah
3.540 tindakan dimana sekitar 10% dari total tindakan pemeriksaan radiodiagnostik adalah
pemeriksaan CT Scan. Hal ini menggambarkan tingginya produktivitas kerja pada

Analisis waktu..., Grace Ega Mawarni, FKM UI, 2014


pemeriksaan CT Scan yang melibatkan berbagai komponen sumber daya. Pada proses
pelayanan radiodiagnostik, pasien melewati beberapa tahap. Tidak hanya berurusan dengan
Instalasi Radiodiagnostik, pasien juga berhubungan dengan instalasi lainnya sehingga
pelayanan kepada pasien melewati proses yang kompleks.

Tinjauan Teoritis

Mutu pelayanan kesehatan adalah penampilan yang pantas atau sesuai (yang
berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat
memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai
kemampuan untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan
kekurangan gizi (Militon I Roemer dan C Montoya Aguilar, WHO, 1998 dalam Wijono,
1999).
Menurut Lori Di Prete Brown, et, al., dalam bukunya Quality Assurance of Health
Care in Developing Countries (dalam Wijono, 1999), kegiatan menjaga mutu dapat
menyangkut satu atau beberapa dimensi seperti berikut:
1. Kompetensi Teknis, terkait dengan keterampilan, kemampuan dan penampilan
petugas, manajer, dan staf pendukung.
2. Akses terhadap pelayanan. Akses berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak
terhalang oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi, budaya, organisasi atau
hambatan bahasa.
3. Efektifitas. Kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektifitas yang
menyangkut norma pelayanan kesehatan dan petunjuk klinis sesuai standar yang
ada.
4. Hubungan antar manusia. Dimensi hubungan antar manusia berkaitan dengan
interaksi antara petugas kesehatan dan pasien, manajer dan petugas, dan antara tim
kesehatan dengan masyarakat.
5. Efisiensi. Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang optimal
daripada memaksimalkan pelayanan kepada pasien dan masyarakat.
6. Kelangsungan pelayanan, berarti klien akan menerima pelayanan yang lengkap
dibutuhkan (termasuk rujukan) tanpa interupsi, berhenti atau mengulangi prosedur
diagnosa dan terapi yang tidak perlu.

Analisis waktu..., Grace Ega Mawarni, FKM UI, 2014


7. Keamanan, berarti mengurangi risiko cedera, infeksi, efek samping, atau bahaya
lain yang berkaitan dengan pelayanan.

Kenyamanan, Kenikmatan. Keramahan/kenikmatan berkaitan dengan pelayanan kesehatan


yang tidak berhubungan langsung dengan efektifitas klinis, tetapi dapat mempengaruhi
kepuasan pasien dan bersedianya untuk kembali ke fasilitas kesehatan untuk memperoleh
pelayanan berikutnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitaf dan kualitatif. Penelitian kuantitatif
yang digunakan bersifat deskriptif, yaitu mendeskripsikan atau menguraikan fenomena atau
situasi masalah di suatu tempat (Lapau, 2012) dimana dalam penelitian ini menggambarkan
mengenai waktu tunggu pelayanan CT Scan di Instalasi Radiodiagnostik Rumah Sakit
Kanker “Dharmais”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan,
wawancara mendalam, dan telaah dokumen dengan analisis data menggunakan uji statistik
dan triangulasi data.

Penelitian ini dilakukan di Instalasi Radiodiagnostik Rumah Sakit Kanker “Dharmais”, Jalan
Letjen. S. Parman Kav. 84 - 86, Slipi, Jakarta Barat. Penelitian dilakukan selama bulan Maret
– Juni 2014. Pengamatan dilakukan setiap hari Senin – Jumat dimulai pukul 07.30 – 16.30.

Analisis kuantitatif menggunakan teknik analisis univariat (analisis deskriptif) dengan SPSS
13. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
masing-masing variabel yang diteliti (Hastono, 2008). Analisis univariat yang digunakan
bertujuan untuk melihat apakah distribusi datanya normal atau tidak. Bila data yang
terkumpul tidak menunjukkan adanya nilai ekstrim (distribusi normal), maka perhitungan
nilai mean dan standar deviasi merupakan cara analisis univariat yang tepat, sedangkan bila
dijumpai nilai ekstrim (distribusi data tidak normal), maka nilai median dan inter quartile
range (IQR) yang lebih tepat dibandingkan nilai mean. (Hastono, 2008).

Data hasil wawancara mendalam, hal pertama yang dilakukan adalah mendengarkan hasil
rekaman wawancara secara seksama. Peneliti kemudian membuat transkrip wawancara
tersebut sedetail mungkin dengan cara mengetik ulang hasil wawancara tersebut ke dalam
komputer. Hasil transkrip tersebut selanjutnya akan dibaca ulang, dipahami, dan diteliti untuk

Analisis waktu..., Grace Ega Mawarni, FKM UI, 2014


kemudian dibandingkan dengan pertanyaan penelitian. Ketika pertanyaan penelitian sudah
terjawab semua, peneliti akan merangkum wawancara tersebut sesuai dengan variabel
penelitian ke dalam matriks hasil wawancara mendalam.

Hasil Penelitian

1. Input
a. Sumber Daya Manusia
Instalasi Radiodiagnostik Rumah Sakit Kanker “Dharmais” memiliki SDM sebanyak
36 orang, yang terdiri dari SMF, radiografer, farmasi, perawat, administrasi. Waktu kerja
petugas dibagi menjadi 2, yaitu dinas pagi dari pukul 08.00 – 16.00 WIB dan shift malam
dari 16.00 – 08.00 WIB. Pembagian dinas pagi dan dinas malam berlaku hanya kepada
petugas pendaftaran dan sebagian radiografer. Untuk radiografer pada pemeriksaan CT Scan
dan MRI tidak ada pembagian dinas pagi dan malam. Untuk SMF (dokter) pada dinas malam
berlaku on call dan pada hari sabtu berlaku 1 dokter jaga.

b. Kebijakan
Berdasarkan telaah dokumen, Instalasi Radiodiagnostik sudah memiliki Standar
Prosedur Operasional untuk alur pelayanan pasien, antara lain:
1. Menerima pelayanan pasien Rawat Jalan/ Rujukkan dengan perjanjian (IRD/SPO
01/I/2014)
2. Menerima pelayanan pasien Rawat Inap dengan perjanjian
3. Menerima pelayanan pasien Rawat Jalan/ Rujukkan non perjanjian (IRD/SPO
02/I/2014)
4. Menerima pelayanan pasien Rawat Inap non perjanjian
5. Menerima pelayanan pasien untuk pasien Kritis/cito dari Instalasi Rawat Darurat
(IRD) / Rujukkan
6. Menerima pelayanan pasien untuk pasien Kritis/ cito dari Rawat Inap
Seiring dengan proses akreditasi paripurna yang sedang berlangsung, maka di
Instalasi Radiodiagnostik sedang melakukan perubahan dan pengembangan kebijakan.
Keenam SPO dan pedoman pelayanan radiologi yang sudah ada juga direvisi demi
menyesuaikan dengan pelayanan yang ada saat ini.

Analisis waktu..., Grace Ega Mawarni, FKM UI, 2014


c. Sarana dan Prasarana
Pada pemeriksaan CT Scan, alat yang digunakan adalah PET CT dengan MSCT Scan
16 Slice. Hal ini belum sesuai dengan standar pelayanan radiologi. Dalam Kepmenkes No.
1014 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi peralatan yang disediakan untuk
rumah sakit kelas A atau setara untuk pemeriksaan CT Scan adalah CT Multislice diatas 64
slice dengan injector, dilengkapi dengan work station, dicomp DICOM 3, printer, optional
sesuai kebutuhan.

d. SIM RS
Penggunaan SIM RS sangat berperan penting dalam pelayanan radiologi. Di setiap
kegiatan, petugas radiologi menggunakan SIM RS, seperti pembuatan billing, label, hingga
pembuatan ekspertisi oleh dokter. Namun, SIM RS di bagian radiologi belum terhubung
dengan SIM RS Kanker “Dharmais” sehingga bagian radiologi menyediakan dua sistem
informasi RS.
Pada bagian pendaftaran terdapat 3 komputer, yang terdiri dari 2 komputer yang
terhubung dengan SIM RS Dharmais dan 1 komputer yang terhubung dengan sistem
informasi radiologi. Untuk registrasi pasien, petugas pendaftaran wajib memasukkan data
pasien ke dalam 2 komputer. Selain itu, terkadang komputer yang digunakan sering
mengalami error.

2. Proses
a. Pengambilan Nomor Antrean
Proses pengambilan nomor antrean dimulai dari pasien mengambil nomor antrean
sampai pasien dipanggil untuk melakukan registrasi. Penghitungan waktu dimulai dari saat
pasien mengambil nomor antrean sampai pasien dipanggil petugas pendaftaran untuk
melakukan registrasi.
No. Statistik Waktu (dalam menit)

1. Rata-Rata 00:23

2. Min 00:04

3. Max 00:53

Analisis waktu..., Grace Ega Mawarni, FKM UI, 2014


Rata-rata waktu yang dibutuhkan dalam proses pengambilan nomor antrean adalah 23
menit. Proses tercepat yang dapat dilakukan adalah 4 menit dan terlama adalah 53 menit.
Proses terlama yang dialami dikarenakan pada saat itu pasien yang datang sedang banyak
sehingga hampir semua pasien menunggu lama. Pada proses ini masih kurang efisien karena
menurut hasil pengamatan sering terjadi ketidaktertiban antrean. Tidak adanya informasi
mengenai nomor urutan membuat pasien harus bertanya ke petugas sudah nomor berapa yang
dilayani. Terkadang, pasien tidak mengambil nomor antrean dan langsung bertanya-tanya
dengan petugas. Adapula, pasien yang mengambil nomor antrean terlebih dahulu, tetapi tidak
langsung registrasi di radiologi melainkan registrasi ke BPJS. Hal-hal tersebut dapat
menghambat kerja dari petugas karena petugas tidak menyelesaikan pekerjaannya dengan
tuntas.

b. Registrasi Pasien
Proses registrasi pasien dimulai dari petugas memanggil pasien, memeriksa
kelengkapan dokumen pendaftaran, menyiapkan lembar persetujuan tindakan & observasi
keperawatan, memasukkan data pasien ke dalam SIRS, membuat obat (bila diperlukan),
membuat billing dan mengarahkan pasien melakukan pembayaran untuk pasien umum, serta
membuat label tindakan.
No Statistik Waktu (dalam menit)
Rata-Rata 00:29
1
Min 00:05
2
Max 02:20
3

Rata-rata waktu yang dibutuhkan dalam proses registrasi pasien adalah 29 menit.
Proses tercepat yang dapat dilakukan adalah 5 menit dan terlama adalah 2 jam 20 menit.
Proses terlama yang dialami karena pasien tersebut merupakan pasien baru dan tidak
mengerti prosedur sehingga pasien tersebut harus bolak-balik untuk fotokopi dan periksa lab.
Pada saat registrasi, pasien wajib menyerahkan form permintaan pemeriksaan yang
asli dan copy-an form tersebut sebanyak 2 lembar serta copy-an SEP (Surat Egibilitas
Peserta) sebanyak 2 lembar. Kegiatan ini yang kadang menghambat cepatnya pelayanan
karena pasien yang tidak tahu prosedur tersebut harus memfotokopi form dan SEP. Belum
lagi tempat fotokopi di RS Kanker “Dharmais” yang sering penuh sehingga menambah

Analisis waktu..., Grace Ega Mawarni, FKM UI, 2014


panjang antrean. Kemudian, peserta mengisi persetujuan tindakan medis dan petugas
pendaftaran membuat billing dan label pemeriksaan.
Berbeda dengan pasien JKN, pasien umum/pribadi dapat langsung mendaftar di loket
khusus (Loket V) yang disediakan bagi pasien umum/pribadi, jaminan perusahaan dan
rujukkan sehingga pasien tidak perlu mengambil nomor antrean.
No Statistik Waktu (dalam menit)
Rata-Rata
1 0:19
Min
2 0:06
Max
3 1:18

Rata-rata waktu yang dibutuhkan dalam proses registrasi pasien bagi pasien
umum/pribadi adalah 19 menit. Proses tercepat yang dapat dilakukan adalah 6 menit dan
terlama adalah 1 jam 18 menit.
Pada saat registrasi langsung, setelah pasien menyelesaikan administrasi yang
diperlukan, pasien dapat langsung diperiksa pada hari tersebut. Lain halnya ketika pasien
harus melakukan perjanjian untuk melakukan pemeriksaan pada hari berikutnya. Biasanya,
sistem perjanjian dilakukan jika ada kondisi-kondisi tertentu, seperti
 Pada pemeriksaan CT Scan dengan kontras. Pasien diwajibkan untuk memeriksa
ureum dan creatinin untuk melihat fungsi ginjal apakah bekerja dengan baik. Bagi
pasien yang belum memeriksakannya, maka petugas radiologi akan merujuk
pasien untuk periksa lab dengan form pemeriksaan lab dari radiologi.
 Pada pasien yang membutuhkan puasa minimal 6 jam, seperti pemeriksaan CT
Scan Abdomen, Pelvis, Abdomen Pelvis. Bagi pasien yang tidak mengetahui
diharuskannya puasa, maka mereka akan dijanjikan untuk datang keesokkan
harinya dalam keadaan puasa. Selain itu, pada pemeriksaan tersebut dibutuhkan
hasil lab, yaitu fungsi ginjal (ureum dan creatinin).
 Pada pasien JKN, jika terdapat pemeriksaan CT Scan lebih dari 1 maka Instalasi
Jaminan RS Kanker “Dharmais” membatasi pemeriksaan hanya untuk 1 jenis
pemeriksaan. Sebagai contoh, seorang pasien JKN melakukan pemeriksaan CT
Scan Thorak dan Abdomen Pelvis. Petugas jaminan meng-acc Thorax terlebih
dahulu, kemudian Abdomen Pelvis keesokkan harinya.
Muninjaya (2011) menjelaskan pengguna jasa pelayanan akan merasakan bahwa
institusi penyedia pelayanan jasa, lokasi, jam kerja, dan sistemnya dirancang dengan baik

Analisis waktu..., Grace Ega Mawarni, FKM UI, 2014


untuk memudahkan para pengguna mengakses pelayanan sesuai dengan kondisi pengguna
jasa (fleksibilitas), yaitu disesuaikan dengan keadaan sakit pasien, jarak yang harus ditempuh,
tarif pelayanan, dan kemampuan ekonomi pasien atau keluarga untuk membayar tarif
pelayanan. Oleh karena itu, setiap pasien sama halnya dapat dilakukan tindakan pemeriksaan
pada saat yang bersamaan.

c. Persiapan Pemeriksaan
Proses persiapan pemeriksaan dimulai dari petugas pendaftaran mengantarkan form
pemeriksaan ke ruang operator, pasien menuju ruang tunggu khusus pemeriksaan CT Scan,
perawat memanggil pasien, pasien mengganti baju, dan pasien masuk ke dalam ruang
pemeriksaan. Setelah selesai registrasi, pasien diarahkan menuju ke pintu 5, yaitu ruang
tunggu sementara bagi pasien dan keluarganya sebelum dilakukan pemeriksaan. Dalam
menunggu antrean pemeriksaan, pasien rawat jalan juga harus menunggu giliran dengan
pasien rawat inap yang sudah dijadwalkan sebelumnya. Selain itu, ada juga pasien cito atau
pasien rujukkan yang langsung dibawa oleh petugas rumah sakit lain, maka pasien tersebut
akan diprioritaskan untuk diperiksa terlebih dahulu daripada pasien rawat jalan.
Dengan luasnya area radiologi juga membuat pasien yang menunggu di Loket V harus
diantarkan ke ruang pemeriksaan sehingga membuat petugas harus memanggil dan mencari
pasien, kemudian diantarkan secara bersama menuju ruang pemeriksaan.
Sebelum melakukan pemeriksaan, pada pasien CT Scan Abdomen, Pelvis, dan
Abdomen Pelvis mereka diharuskan puasa minimal 6 jam sebelum pendaftaran. Khusus bagi
pasien JKN yang akan disuntik kontras, mereka harus melampirkan hasil lab untuk fungsi
ginjal, yaitu ureum dan creatinin sehingga mereka harus melakukan pemeriksaan
laboratorium terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan CT Scan. Jika mereka datang
sudah dalam keadaan puasa dan membawa hasil lab maka petugas pendaftaran kemudian
membuatkan barium untuk diminum pasien dan pasien dapat dilakukan tindakan setelah 1 –
1,5 jam setelah meminum barium tersebut.
No. Statistik Waktu (dalam menit)

1. Rata-Rata 02:24

2. Min 00:05

3. Max 08:37

Analisis waktu..., Grace Ega Mawarni, FKM UI, 2014


Rata-rata waktu yang dibutuhkan dalam proses persiapan pemeriksaan adalah 2 jam
24 menit. Proses tercepat yang dapat dilakukan adalah 5 menit dan terlama adalah 8 jam 37
menit. Proses terlama yang ditunggu pasien karena pasien harus dijanjikan untuk dilakukan
oemeriksaan pada keesokan harinya.

d. Pemeriksaan
Proses pemeriksaan berlangsung di dalam ruangan pemeriksaan CT Scan dimana alat
tersebut dioperasikan. Penghitungan waktu dimulai dari pasien masuk ke dalam ruang
pemeriksaan sampai pasien keluar dari ruang pemeriksaan.
No. Statistik Waktu (dalam menit)

1. Rata-Rata 00:10

2. Min 00:04

3. Max 00:27

Rata-rata waktu yang dibutuhkan dalam proses pemeriksaan adalah 10 menit. Proses
tercepat yang dapat dilakukan adalah 4 menit dan terlama adalah 27 menit. Proses terlama
yang dialami karena faktor kondisi pasien, seperti pasien yang bergerak dan juga faktor
penyuntikan kontras dalam mencari pembuluh darah.

e. Pencetakkan Foto
Proses pencetakkan foto dimulai dari pasien keluar ruang periksa, petugas
memasukkan data pasien ke dalam komputer, mencetak foto pemeriksaan, dan mengantarkan
ke petugas arsip. Pada dasarnya, proses pencetakkan foto dimulai dari radiografer menginput
identitas pasien ke dalam komputer yang terhubung dengan alat CT Scan, melakukan
pemeriksaan, mengatur foto, dan kemudian mencetak. Namun, secara teknis peneliti tidak
dapat mengikuti ke dalam proses pencetakkan untuk memudahkan proses penelitian yang
dilakukan sendiri oleh peneliti.
No. Statistik Waktu (dalam menit)

1. Median 00:10

2. Min 00:05

3. Max 03:53

Analisis waktu..., Grace Ega Mawarni, FKM UI, 2014


Waktu tengah (median) dalam proses pencetakkan foto adalah 10 menit. Penggunaan
median dalam rangka mengatasi nilai ekstrim pada pencetakkan foto. Proses tercepat yang
dapat dilakukan adalah 5 menit dan terlama adalah 3 jam 53 menit. Proses terlama yang
dialami pasien karena pada saat itu terjadi kerusakan pada alat pencetakkan sehingga harus
menunggu perbaikan alat tersebut.

f. Pembacaan Foto
Proses pembacaan foto dimulai dari petugas arsip menerima foto, menyiapkan amplop
foto, memasukkan foto ke dalam ruang dokter, dan mengeluarkan foto yang sudah dibaca.
No. Statistik Waktu (dalam menit)

1. Rata-Rata 02:39

2. Min 00:27

3. Max 09:38

Rata-rata waktu yang dibutuhkan dalam proses pembacaan foto adalah 3 jam 04
menit. Proses tercepat yang dapat dilakukan adalah 27 menit dan terlama adalah 9 jam 38
menit. Proses terlama yang dialami karena kemungkinan pasien yang datang sedang banyak
sehingga dokter pembaca baru dapat membaca foto tersebut pada keesokan harinya.

Pada dasarnya, setiap foto yang sudah selesai dicetak akan langsung dikirim ke
komputer yang ada di ruang dokter sehingga dokter sendiri dapat dengan mudah mengatur
cahaya dari foto apakah lebih gelap atau lebih terang. Pembacaan foto tersebut harus
didukung dengan klinis yang dibuat oleh dokter pengirim yang ada di form permintaan dan
form tersebut disisipkan dengan foto yang sudah dicetak.

g. Pengeluaran Hasil Ekspertisi


Proses pengeluaran hasil ekspertisi dimulai dari petugas mengeluarkan foto, amplop,
dan form pendaftaran, melakukan pengetikkan hasil baca, pencetakkan hasil baca, dan
mengeluarkan hasil ekpertisi yang telah ditandatangani dokter.
No. Statistik Waktu (dalam menit)

1. Rata-Rata 01:23

2. Min 00:05

Analisis waktu..., Grace Ega Mawarni, FKM UI, 2014


3. Max 04:22

Rata-rata waktu yang dibutuhkan dalam proses pengeluaran hasil ekspertisi adalah 1
jam 23 menit. Proses tercepat yang dapat dilakukan adalah 5 menit dan terlama adalah 6 jam
38 menit. Proses terlama yang dialami karena menunggu tanda tangan dari dokter.
Pada proses ini, dokter dibantu oleh seorang asisten yang akan mengetikkan hasil
pembacaan foto. Ketika dokter telah membuat hasil analisanya dalam bentuk tulisan tangan
di selembar kertas, maka asisten dokter mengetikkan dan mencetak hasil analisa tersebut.
Kemudian dokter memeriksa apakah analisa tersebut sudah sesuai, jika sesuai kemudian
dokter tanda tangan di ekspertisi tersebut.

3. Output
Output (keluaran) dari penelitian ini adalah waktu tunggu pelayanan CT Scan. Waktu
tunggu pelayanan CT Scan adalah waktu yang dialami pasien dalam mendapatkan pelayanan
CT Scan yang dimulai sejak pasien datang ke pendaftaran hingga petugas mengeluarkan hasil
ekspertisi. Penghitungan waktu ini dilakukan dengan menjumlah waktu di setiap tahap.

Waktu Rata-Rata Setiap Proses Pelayanan CT Scan


Keterangan:

Analisis waktu..., Grace Ega Mawarni, FKM UI, 2014


a. Tahap 1: Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk proses pengambilan nomor antrean
adalah 23 menit bagi pasien JKN dan 14 menit bagi pasien umum.
b. Tahap 2: Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk proses registrasi pasien adalah 29
menit.
c. Tahap 3: Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk proses persiapan pemeriksaan
adalah 2 jam 24 menit
d. Tahap 4: Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk proses persiapan pemeriksaan
adalah 10 menit.
e. Tahap 5: Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk proses persiapan pemeriksaan
adalah 10 menit.
f. Tahap 6: Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk proses persiapan pemeriksaan
adalah 2 jam 45 menit.
g. Tahap 7: Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk proses persiapan pemeriksaan
adalah 1 jam 22 menit.

Mutu pelayanan kesehatan adalah hasil akhir (output) dari interaksi dan
ketergantungan antara berbagai aspek, komponen, dan unsur organisasi pelayanan kesehatan
sebagai suatu sistem. Secara umum, kegiatan penilaian harus meliputi setidaknya tiga tahap.
Tahap pertama adalah menetapkan standar, tahap kedua menilai kinerja yang ada dan
membandingkan dengan standar yang sudah disepakati, serta tahap ketiga meliputi upaya
memperbaiki kinerja yang menyimpang dari standar yang sudah ditetapkan.

Kesimpulan

Hasil penelitian mengenai waktu tunggu pelayanan CT Scan di Instalasi Radiodiagnostik


dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dari sisi input (masukan)
a. Sumber Daya Manusia
Dengan semakin banyaknya pasien, jumlah tenaga di radiologi belum mencukupi.
Kebutuhan tenaga tersebut terdapat pada petugas pendaftaran, perawat, dan dokter.
b. Kebijakan yang ada di Instalasi Radiodiagnostik sudah ada, seperti SOP dan uraian
tugas.

Analisis waktu..., Grace Ega Mawarni, FKM UI, 2014


c. Dari segi sarana dan prasarana sudah cukup memadai. Peralatan medis yang
digunakan juga cukup mutakhir. Namun, masih dada beberapa peralatan yang belum
mendukung, seperti printer yang mencetak label yang nempel.
d. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit masih kurang mendukung untuk
pelayanan. SIRS yang tidak terhubung dengan internal radiodiagnostik membuat
pemasukan data pasien dilakukan dua kali sehingga tidak efisien dalam pelayanan.

2. Dari sisi proses


a. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata waktu tunggu pada proses
pemeriksaan adalah 2 jam 01 menit. Pada proses pengambilan nomor antrean ini
masih kurang efisien karena menurut hasil pengamatan sering terjadi ketidaktertiban
antrean. Pasien tidak mengambil nomor antrean dan langsung bertanya dengan
petugas sehingga mengganggu petugas pendaftaran yang sedang memproses registrasi
pasien lain.
b. Prosedur administratif untuk registrasi pasien cukup rumit. Khusus pada pasien JKN
diharuskan fotokopi form dan SEP, tetapi tempat fotokopi yang ada penuh sehingga
memperlama pasien untuk dilakukan tindakan. Belum lagi jika ada pemeriksaan PET
Scan yang membatasi pemeriksaan CT Scan karena pemakaian alat yang sama.
c. Persiapan Pemeriksaan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata waktu tunggu pada proses
pemeriksaan adalah 2 jam 01 menit. Sebelum dilakukannya pemeriksaan, pasien
menunggu giliran masuk ke ruangan periksa. Untuk pasien CT Scan Abdomen dan
atau Pelvis harus menunggu sekitar 1 jam untuk dapat dilakukan pemeriksaan.
d. Pemeriksaan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata waktu tunggu pada proses
pemeriksaan adalah 10 menit. Hal ini bergantung kepada kondisi pasien karena setiap
pasien harus dalam keadaan diam ketika diperiksa.
e. Pencetakkan Foto
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata waktu tunggu pada proses
pencetakkan foto adalah 22 menit.
f. Pembacaan Foto
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata waktu tunggu pada proses pembacaan
foto adalah 3 jam 4 menit. Selain dalam bentuk foto, petugas radiografer juga

Analisis waktu..., Grace Ega Mawarni, FKM UI, 2014


mengirimkan dalam bentuk digital melalui jaringan komputer. Hal ini mempermudah
dokter untuk membaca foto dan mengatur hasil foto.
g. Pengeluaran Hasil Ekspertisi
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh rata-rata waktu tunggu pada proses
pemeriksaan adalah 1 jam 23 menit. Hal ini juga dipengaruhi oleh asisten dokter yang
membantu dalam pengetikan hasil ekspertisi.

3. Dari sisi output (keluaran)

Rata-rata waktu tunggu pelayanan CT Scan adalah 7 jam 50 menit. Proses tercepat yang
dapat dilakukan adalah 3 jam 22 menit dan terlama adalah 15 jam 54 menit dengan 59%
pasien CT Scan menunggu kurang dari 7 jam 48 menit sampai hasil ekspertisi keluar dan
41% lainnya menunggu dengan waktu di bawah 7 jam 48 menit.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, saran yang dapat diberikan oleh peneliti, yaitu
1. Penambahan jumlah tenaga khususnya tenaga medis agar pasien yang datang setiap
harinya dapat dilayani. Hal ini dapat dilakukan setelah dilakukan analisa beban kerja
dalam Instalasi Radiologi Diagnostik sesuai dengan standar yang ada dan disesuaikan
juga dengan rencana strategis Instalasi Radiodiagnostik.
2. Penggunaan sistem elektronik nomor antrean dengan mesin pencetak nomor dan monitor
nomor antrean sehingga pasien dapat teratur dalam mengantri sehingga petugas dapat
menyelesaikan pekerjaannya dengan teratur dan segera.
3. Pelaksanaan jam kerja untuk 3 orang yang bekerja di pendaftaran secara intensif terutama
pada jam-jam sibuk sehingga tidak terlalu panjang antrean pasien untuk registrasi.
4. Melakukan pembenahan pada SIRS yang ada, yaitu dengan mengintegrasikan SIRS RS
Kanker “Dharmais” dengan SIRS di Instalasi Radiodiagnostik sehingga pelayanan yang
diberikan kepada pasien dapat lebih cepat. Dengan sistem yang baik, diharapkan seluruh
proses pelayanan dilakukan secara sistematis dan sinergis sehingga tidak dilakukan lagi
double entry.

Analisis waktu..., Grace Ega Mawarni, FKM UI, 2014


5. Dalam menilai mutu pelayanan kesehatan, tentunya Instalasi Radiodiagnostik tidak lepas
dari menilai waktu pelayanan. Untuk meningkatkan mutu pelayanan radiologi dapat
dilakukan penyempurnaan standar dari standar yang ada, yaitu hasil pemeriksaan dengan
expertise dapat dikeluarkan < 7 jam dari pemeriksaan menjadi <5 jam.

Daftar Referensi

Abdullah, Mohammad H. 2005. “Study on Outpatients’ Waiting Time in Hospital University


Kebangsaan Malaysia”

Adikoesoemo, Suparto. 1994. Manajemen Rumah Sakit. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Aditama, Tjandra Yoga. 2006. Manajemen Administrasi Rumah Sakit Edisi Kedua. Jakarta :
UI Press.

Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta: Binarupa
Aksara.

Budyatmoko, Budiman. 2011. Standar Pelayanan Radiologi. Jakarta: Perhimpunan Dokter


Spesialis Radiologi Indonesia

Dewan Jaminan Sosial Nasional. 2012. Peta Jalan Menuju Jaminan Kesehatan Nasional
2012 – 2019. Jakarta: Dewan Jaminan Sosial Nasional.

Instalasi Radiodiagnostik. 2014. Pedoman Pelayanan Radiologi. Jakarta: Rumah Sakit


Kanker “Dharmais”.

Bagian Pelayanan Pelanggan RSKD. 2012. Program Kerja Tahun 2013 (Triwulan I – IV)
Bagian Pelayanan Pelanggan. Jakarta: Rumah Sakit Kanker “Dharmais”

Fetter, Robert B. and Jhon D. Thompson. 1966. Patients’ Waiting Time and Doctor’s Idle
Timein the Outpatient Setting. Health Services Research.

Hastono, Sutanto Priyo. 2008. Analisis Data Kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia

International Atomic Energy Agency. 2012. Quality Assurance Programme For Computed
Tomography: Diagnostic And Therapy Applications. Vienna: IAEA in Austria.

Analisis waktu..., Grace Ega Mawarni, FKM UI, 2014


Ilyas, Yaslis. 2011. Perencanaan SDM Rumah Sakit (Teori, Metoda dan Formula) Cetakan
Ketiga. Depok: FKM UI.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang


Standar Pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan.

Kotler, Philip. 2009. Manajemen Pemasaran Edisi Ketiga Belas. Jakarta: PT Erlangga.

Lapau, Buchari. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Muninjaya, A. A. Gde. 2011. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: EGC.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 780/MENKES/PER/VIII/2008 Tentang


Penyelenggaraan Pelayanan Radiologi

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 290/MENKES/PER/III/2008 Tentang


Persetujuan Tindakan Kedokteran

Putri, Dhita Anggita S. 2012. Analisis Waktu Tunggu Pemberian Informasi Tagihan Pasien
Pulang Rawat Inap di RS Grha Permata Ibu Tahun 2012. Skripsi. Depok: FKM UI.

Rumah Sakit Kanker "Dharmais". 2011. Company Profile Rumah Sakit Kanker "Dharmais".
Jakarta: Rumah Sakit Kanker “Dharmais”.

Rumah Sakit Kanker "Dharmais". 2013. Laporan Semester I Tahun 2013 Rumah Sakit
Kanker "Dharmais". Jakarta: Rumah Sakit Kanker “Dharmais”.

Suharyanta, Dwi dan Qurrota A’yunin. 2012. Analisis Tingkat Kualitas Pelayanan Jasa
Menggunakan Metode Service Quality (Servqual) Fuzzy Di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Umum Daerah (Rsud) Panembahan Senopati Bantul Tahun 2012. Yogyakarta:
STIKES Surya Global Yogyakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit

Wijono, Djoko. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Vol. 1. Surabaya: Airlangga
University Press.

Wijono, Djoko. 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Vol. 2. Surabaya: Airlangga
University Press.
Zhu, Zecheng etc. 2010. Analysis of Factors Causing Long Patient Waiting Time and Clinic
Overtime in Outpatient Clinics. Springer

Analisis waktu..., Grace Ega Mawarni, FKM UI, 2014


Yulianthy. 2012. Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Resep Pasien Umum di Farmasi Unit
Rawat Jalan Selatan Pelayanan Kesehatan Sint Carolus Tahun 2011. Tesis. Depok:
FKM UI.

Analisis waktu..., Grace Ega Mawarni, FKM UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai