1
Manajemen Rumah Sakit, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok, 16424
2
Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia, Depok, 16424
gggrace@gmail.com
Abstrak
CT Scan merupakan pemeriksaan yang sangat efektif dalam menegakkan diagnosa. Dengan peralatan yang
canggih, RS Kanker “Dharmais” menyediakan pula pemeriksaan MSCT Scan (Multi Slice Computed
Tomography Scanning) yang mana merupakan generasi terbaru dari CT Scan. Penelitian ini bertujuan untuk
menghitung waktu tunggu rata-rata pelayanan CT Scan serta factor-faktor yang mempengaruhinya.
Penghitungan waktu yang dilakukan dengan membagi menjadi 7 tahap, yaitu pengambilan nomor antrean,
registrasi pasien, persiapan pemeriksaan, pemeriksaan, pencetakkan foto, pembacaan foto, pengeluaran hasil
ekspertisi. Hasil penghitungan waktu tunggu rata-rata pelayanan CT Scan adalah 7 jam 50 menit.
Abstract
A CT scan is a highly effective examination in diagnosis. With advanced equipment, Cancer Hospital
"Dharmais" provides MSCT (Multi Slice Computed Tomography Scanning) Scan examiner which is the latest
generation of CT scans. This study aimed to calculate the average waiting time CT scan service as well as the
factors that influence it. The calculation is done by dividing the time into 7 stages, which is taking a queue
number, patient registration, examination preparation, examination, printing photograph, picture reading, and
spending expertise results. The results of the calculation of the average waiting time CT scan service is 7 hours
50 minutes.
Pendahuluan
Tinjauan Teoritis
Mutu pelayanan kesehatan adalah penampilan yang pantas atau sesuai (yang
berhubungan dengan standar-standar) dari suatu intervensi yang diketahui aman, yang dapat
memberikan hasil kepada masyarakat yang bersangkutan dan yang telah mempunyai
kemampuan untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan, ketidakmampuan dan
kekurangan gizi (Militon I Roemer dan C Montoya Aguilar, WHO, 1998 dalam Wijono,
1999).
Menurut Lori Di Prete Brown, et, al., dalam bukunya Quality Assurance of Health
Care in Developing Countries (dalam Wijono, 1999), kegiatan menjaga mutu dapat
menyangkut satu atau beberapa dimensi seperti berikut:
1. Kompetensi Teknis, terkait dengan keterampilan, kemampuan dan penampilan
petugas, manajer, dan staf pendukung.
2. Akses terhadap pelayanan. Akses berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak
terhalang oleh keadaan geografis, sosial, ekonomi, budaya, organisasi atau
hambatan bahasa.
3. Efektifitas. Kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektifitas yang
menyangkut norma pelayanan kesehatan dan petunjuk klinis sesuai standar yang
ada.
4. Hubungan antar manusia. Dimensi hubungan antar manusia berkaitan dengan
interaksi antara petugas kesehatan dan pasien, manajer dan petugas, dan antara tim
kesehatan dengan masyarakat.
5. Efisiensi. Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang optimal
daripada memaksimalkan pelayanan kepada pasien dan masyarakat.
6. Kelangsungan pelayanan, berarti klien akan menerima pelayanan yang lengkap
dibutuhkan (termasuk rujukan) tanpa interupsi, berhenti atau mengulangi prosedur
diagnosa dan terapi yang tidak perlu.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitaf dan kualitatif. Penelitian kuantitatif
yang digunakan bersifat deskriptif, yaitu mendeskripsikan atau menguraikan fenomena atau
situasi masalah di suatu tempat (Lapau, 2012) dimana dalam penelitian ini menggambarkan
mengenai waktu tunggu pelayanan CT Scan di Instalasi Radiodiagnostik Rumah Sakit
Kanker “Dharmais”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan,
wawancara mendalam, dan telaah dokumen dengan analisis data menggunakan uji statistik
dan triangulasi data.
Penelitian ini dilakukan di Instalasi Radiodiagnostik Rumah Sakit Kanker “Dharmais”, Jalan
Letjen. S. Parman Kav. 84 - 86, Slipi, Jakarta Barat. Penelitian dilakukan selama bulan Maret
– Juni 2014. Pengamatan dilakukan setiap hari Senin – Jumat dimulai pukul 07.30 – 16.30.
Analisis kuantitatif menggunakan teknik analisis univariat (analisis deskriptif) dengan SPSS
13. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik
masing-masing variabel yang diteliti (Hastono, 2008). Analisis univariat yang digunakan
bertujuan untuk melihat apakah distribusi datanya normal atau tidak. Bila data yang
terkumpul tidak menunjukkan adanya nilai ekstrim (distribusi normal), maka perhitungan
nilai mean dan standar deviasi merupakan cara analisis univariat yang tepat, sedangkan bila
dijumpai nilai ekstrim (distribusi data tidak normal), maka nilai median dan inter quartile
range (IQR) yang lebih tepat dibandingkan nilai mean. (Hastono, 2008).
Data hasil wawancara mendalam, hal pertama yang dilakukan adalah mendengarkan hasil
rekaman wawancara secara seksama. Peneliti kemudian membuat transkrip wawancara
tersebut sedetail mungkin dengan cara mengetik ulang hasil wawancara tersebut ke dalam
komputer. Hasil transkrip tersebut selanjutnya akan dibaca ulang, dipahami, dan diteliti untuk
Hasil Penelitian
1. Input
a. Sumber Daya Manusia
Instalasi Radiodiagnostik Rumah Sakit Kanker “Dharmais” memiliki SDM sebanyak
36 orang, yang terdiri dari SMF, radiografer, farmasi, perawat, administrasi. Waktu kerja
petugas dibagi menjadi 2, yaitu dinas pagi dari pukul 08.00 – 16.00 WIB dan shift malam
dari 16.00 – 08.00 WIB. Pembagian dinas pagi dan dinas malam berlaku hanya kepada
petugas pendaftaran dan sebagian radiografer. Untuk radiografer pada pemeriksaan CT Scan
dan MRI tidak ada pembagian dinas pagi dan malam. Untuk SMF (dokter) pada dinas malam
berlaku on call dan pada hari sabtu berlaku 1 dokter jaga.
b. Kebijakan
Berdasarkan telaah dokumen, Instalasi Radiodiagnostik sudah memiliki Standar
Prosedur Operasional untuk alur pelayanan pasien, antara lain:
1. Menerima pelayanan pasien Rawat Jalan/ Rujukkan dengan perjanjian (IRD/SPO
01/I/2014)
2. Menerima pelayanan pasien Rawat Inap dengan perjanjian
3. Menerima pelayanan pasien Rawat Jalan/ Rujukkan non perjanjian (IRD/SPO
02/I/2014)
4. Menerima pelayanan pasien Rawat Inap non perjanjian
5. Menerima pelayanan pasien untuk pasien Kritis/cito dari Instalasi Rawat Darurat
(IRD) / Rujukkan
6. Menerima pelayanan pasien untuk pasien Kritis/ cito dari Rawat Inap
Seiring dengan proses akreditasi paripurna yang sedang berlangsung, maka di
Instalasi Radiodiagnostik sedang melakukan perubahan dan pengembangan kebijakan.
Keenam SPO dan pedoman pelayanan radiologi yang sudah ada juga direvisi demi
menyesuaikan dengan pelayanan yang ada saat ini.
d. SIM RS
Penggunaan SIM RS sangat berperan penting dalam pelayanan radiologi. Di setiap
kegiatan, petugas radiologi menggunakan SIM RS, seperti pembuatan billing, label, hingga
pembuatan ekspertisi oleh dokter. Namun, SIM RS di bagian radiologi belum terhubung
dengan SIM RS Kanker “Dharmais” sehingga bagian radiologi menyediakan dua sistem
informasi RS.
Pada bagian pendaftaran terdapat 3 komputer, yang terdiri dari 2 komputer yang
terhubung dengan SIM RS Dharmais dan 1 komputer yang terhubung dengan sistem
informasi radiologi. Untuk registrasi pasien, petugas pendaftaran wajib memasukkan data
pasien ke dalam 2 komputer. Selain itu, terkadang komputer yang digunakan sering
mengalami error.
2. Proses
a. Pengambilan Nomor Antrean
Proses pengambilan nomor antrean dimulai dari pasien mengambil nomor antrean
sampai pasien dipanggil untuk melakukan registrasi. Penghitungan waktu dimulai dari saat
pasien mengambil nomor antrean sampai pasien dipanggil petugas pendaftaran untuk
melakukan registrasi.
No. Statistik Waktu (dalam menit)
1. Rata-Rata 00:23
2. Min 00:04
3. Max 00:53
b. Registrasi Pasien
Proses registrasi pasien dimulai dari petugas memanggil pasien, memeriksa
kelengkapan dokumen pendaftaran, menyiapkan lembar persetujuan tindakan & observasi
keperawatan, memasukkan data pasien ke dalam SIRS, membuat obat (bila diperlukan),
membuat billing dan mengarahkan pasien melakukan pembayaran untuk pasien umum, serta
membuat label tindakan.
No Statistik Waktu (dalam menit)
Rata-Rata 00:29
1
Min 00:05
2
Max 02:20
3
Rata-rata waktu yang dibutuhkan dalam proses registrasi pasien adalah 29 menit.
Proses tercepat yang dapat dilakukan adalah 5 menit dan terlama adalah 2 jam 20 menit.
Proses terlama yang dialami karena pasien tersebut merupakan pasien baru dan tidak
mengerti prosedur sehingga pasien tersebut harus bolak-balik untuk fotokopi dan periksa lab.
Pada saat registrasi, pasien wajib menyerahkan form permintaan pemeriksaan yang
asli dan copy-an form tersebut sebanyak 2 lembar serta copy-an SEP (Surat Egibilitas
Peserta) sebanyak 2 lembar. Kegiatan ini yang kadang menghambat cepatnya pelayanan
karena pasien yang tidak tahu prosedur tersebut harus memfotokopi form dan SEP. Belum
lagi tempat fotokopi di RS Kanker “Dharmais” yang sering penuh sehingga menambah
Rata-rata waktu yang dibutuhkan dalam proses registrasi pasien bagi pasien
umum/pribadi adalah 19 menit. Proses tercepat yang dapat dilakukan adalah 6 menit dan
terlama adalah 1 jam 18 menit.
Pada saat registrasi langsung, setelah pasien menyelesaikan administrasi yang
diperlukan, pasien dapat langsung diperiksa pada hari tersebut. Lain halnya ketika pasien
harus melakukan perjanjian untuk melakukan pemeriksaan pada hari berikutnya. Biasanya,
sistem perjanjian dilakukan jika ada kondisi-kondisi tertentu, seperti
Pada pemeriksaan CT Scan dengan kontras. Pasien diwajibkan untuk memeriksa
ureum dan creatinin untuk melihat fungsi ginjal apakah bekerja dengan baik. Bagi
pasien yang belum memeriksakannya, maka petugas radiologi akan merujuk
pasien untuk periksa lab dengan form pemeriksaan lab dari radiologi.
Pada pasien yang membutuhkan puasa minimal 6 jam, seperti pemeriksaan CT
Scan Abdomen, Pelvis, Abdomen Pelvis. Bagi pasien yang tidak mengetahui
diharuskannya puasa, maka mereka akan dijanjikan untuk datang keesokkan
harinya dalam keadaan puasa. Selain itu, pada pemeriksaan tersebut dibutuhkan
hasil lab, yaitu fungsi ginjal (ureum dan creatinin).
Pada pasien JKN, jika terdapat pemeriksaan CT Scan lebih dari 1 maka Instalasi
Jaminan RS Kanker “Dharmais” membatasi pemeriksaan hanya untuk 1 jenis
pemeriksaan. Sebagai contoh, seorang pasien JKN melakukan pemeriksaan CT
Scan Thorak dan Abdomen Pelvis. Petugas jaminan meng-acc Thorax terlebih
dahulu, kemudian Abdomen Pelvis keesokkan harinya.
Muninjaya (2011) menjelaskan pengguna jasa pelayanan akan merasakan bahwa
institusi penyedia pelayanan jasa, lokasi, jam kerja, dan sistemnya dirancang dengan baik
c. Persiapan Pemeriksaan
Proses persiapan pemeriksaan dimulai dari petugas pendaftaran mengantarkan form
pemeriksaan ke ruang operator, pasien menuju ruang tunggu khusus pemeriksaan CT Scan,
perawat memanggil pasien, pasien mengganti baju, dan pasien masuk ke dalam ruang
pemeriksaan. Setelah selesai registrasi, pasien diarahkan menuju ke pintu 5, yaitu ruang
tunggu sementara bagi pasien dan keluarganya sebelum dilakukan pemeriksaan. Dalam
menunggu antrean pemeriksaan, pasien rawat jalan juga harus menunggu giliran dengan
pasien rawat inap yang sudah dijadwalkan sebelumnya. Selain itu, ada juga pasien cito atau
pasien rujukkan yang langsung dibawa oleh petugas rumah sakit lain, maka pasien tersebut
akan diprioritaskan untuk diperiksa terlebih dahulu daripada pasien rawat jalan.
Dengan luasnya area radiologi juga membuat pasien yang menunggu di Loket V harus
diantarkan ke ruang pemeriksaan sehingga membuat petugas harus memanggil dan mencari
pasien, kemudian diantarkan secara bersama menuju ruang pemeriksaan.
Sebelum melakukan pemeriksaan, pada pasien CT Scan Abdomen, Pelvis, dan
Abdomen Pelvis mereka diharuskan puasa minimal 6 jam sebelum pendaftaran. Khusus bagi
pasien JKN yang akan disuntik kontras, mereka harus melampirkan hasil lab untuk fungsi
ginjal, yaitu ureum dan creatinin sehingga mereka harus melakukan pemeriksaan
laboratorium terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan CT Scan. Jika mereka datang
sudah dalam keadaan puasa dan membawa hasil lab maka petugas pendaftaran kemudian
membuatkan barium untuk diminum pasien dan pasien dapat dilakukan tindakan setelah 1 –
1,5 jam setelah meminum barium tersebut.
No. Statistik Waktu (dalam menit)
1. Rata-Rata 02:24
2. Min 00:05
3. Max 08:37
d. Pemeriksaan
Proses pemeriksaan berlangsung di dalam ruangan pemeriksaan CT Scan dimana alat
tersebut dioperasikan. Penghitungan waktu dimulai dari pasien masuk ke dalam ruang
pemeriksaan sampai pasien keluar dari ruang pemeriksaan.
No. Statistik Waktu (dalam menit)
1. Rata-Rata 00:10
2. Min 00:04
3. Max 00:27
Rata-rata waktu yang dibutuhkan dalam proses pemeriksaan adalah 10 menit. Proses
tercepat yang dapat dilakukan adalah 4 menit dan terlama adalah 27 menit. Proses terlama
yang dialami karena faktor kondisi pasien, seperti pasien yang bergerak dan juga faktor
penyuntikan kontras dalam mencari pembuluh darah.
e. Pencetakkan Foto
Proses pencetakkan foto dimulai dari pasien keluar ruang periksa, petugas
memasukkan data pasien ke dalam komputer, mencetak foto pemeriksaan, dan mengantarkan
ke petugas arsip. Pada dasarnya, proses pencetakkan foto dimulai dari radiografer menginput
identitas pasien ke dalam komputer yang terhubung dengan alat CT Scan, melakukan
pemeriksaan, mengatur foto, dan kemudian mencetak. Namun, secara teknis peneliti tidak
dapat mengikuti ke dalam proses pencetakkan untuk memudahkan proses penelitian yang
dilakukan sendiri oleh peneliti.
No. Statistik Waktu (dalam menit)
1. Median 00:10
2. Min 00:05
3. Max 03:53
f. Pembacaan Foto
Proses pembacaan foto dimulai dari petugas arsip menerima foto, menyiapkan amplop
foto, memasukkan foto ke dalam ruang dokter, dan mengeluarkan foto yang sudah dibaca.
No. Statistik Waktu (dalam menit)
1. Rata-Rata 02:39
2. Min 00:27
3. Max 09:38
Rata-rata waktu yang dibutuhkan dalam proses pembacaan foto adalah 3 jam 04
menit. Proses tercepat yang dapat dilakukan adalah 27 menit dan terlama adalah 9 jam 38
menit. Proses terlama yang dialami karena kemungkinan pasien yang datang sedang banyak
sehingga dokter pembaca baru dapat membaca foto tersebut pada keesokan harinya.
Pada dasarnya, setiap foto yang sudah selesai dicetak akan langsung dikirim ke
komputer yang ada di ruang dokter sehingga dokter sendiri dapat dengan mudah mengatur
cahaya dari foto apakah lebih gelap atau lebih terang. Pembacaan foto tersebut harus
didukung dengan klinis yang dibuat oleh dokter pengirim yang ada di form permintaan dan
form tersebut disisipkan dengan foto yang sudah dicetak.
1. Rata-Rata 01:23
2. Min 00:05
Rata-rata waktu yang dibutuhkan dalam proses pengeluaran hasil ekspertisi adalah 1
jam 23 menit. Proses tercepat yang dapat dilakukan adalah 5 menit dan terlama adalah 6 jam
38 menit. Proses terlama yang dialami karena menunggu tanda tangan dari dokter.
Pada proses ini, dokter dibantu oleh seorang asisten yang akan mengetikkan hasil
pembacaan foto. Ketika dokter telah membuat hasil analisanya dalam bentuk tulisan tangan
di selembar kertas, maka asisten dokter mengetikkan dan mencetak hasil analisa tersebut.
Kemudian dokter memeriksa apakah analisa tersebut sudah sesuai, jika sesuai kemudian
dokter tanda tangan di ekspertisi tersebut.
3. Output
Output (keluaran) dari penelitian ini adalah waktu tunggu pelayanan CT Scan. Waktu
tunggu pelayanan CT Scan adalah waktu yang dialami pasien dalam mendapatkan pelayanan
CT Scan yang dimulai sejak pasien datang ke pendaftaran hingga petugas mengeluarkan hasil
ekspertisi. Penghitungan waktu ini dilakukan dengan menjumlah waktu di setiap tahap.
Mutu pelayanan kesehatan adalah hasil akhir (output) dari interaksi dan
ketergantungan antara berbagai aspek, komponen, dan unsur organisasi pelayanan kesehatan
sebagai suatu sistem. Secara umum, kegiatan penilaian harus meliputi setidaknya tiga tahap.
Tahap pertama adalah menetapkan standar, tahap kedua menilai kinerja yang ada dan
membandingkan dengan standar yang sudah disepakati, serta tahap ketiga meliputi upaya
memperbaiki kinerja yang menyimpang dari standar yang sudah ditetapkan.
Kesimpulan
Rata-rata waktu tunggu pelayanan CT Scan adalah 7 jam 50 menit. Proses tercepat yang
dapat dilakukan adalah 3 jam 22 menit dan terlama adalah 15 jam 54 menit dengan 59%
pasien CT Scan menunggu kurang dari 7 jam 48 menit sampai hasil ekspertisi keluar dan
41% lainnya menunggu dengan waktu di bawah 7 jam 48 menit.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, saran yang dapat diberikan oleh peneliti, yaitu
1. Penambahan jumlah tenaga khususnya tenaga medis agar pasien yang datang setiap
harinya dapat dilayani. Hal ini dapat dilakukan setelah dilakukan analisa beban kerja
dalam Instalasi Radiologi Diagnostik sesuai dengan standar yang ada dan disesuaikan
juga dengan rencana strategis Instalasi Radiodiagnostik.
2. Penggunaan sistem elektronik nomor antrean dengan mesin pencetak nomor dan monitor
nomor antrean sehingga pasien dapat teratur dalam mengantri sehingga petugas dapat
menyelesaikan pekerjaannya dengan teratur dan segera.
3. Pelaksanaan jam kerja untuk 3 orang yang bekerja di pendaftaran secara intensif terutama
pada jam-jam sibuk sehingga tidak terlalu panjang antrean pasien untuk registrasi.
4. Melakukan pembenahan pada SIRS yang ada, yaitu dengan mengintegrasikan SIRS RS
Kanker “Dharmais” dengan SIRS di Instalasi Radiodiagnostik sehingga pelayanan yang
diberikan kepada pasien dapat lebih cepat. Dengan sistem yang baik, diharapkan seluruh
proses pelayanan dilakukan secara sistematis dan sinergis sehingga tidak dilakukan lagi
double entry.
Daftar Referensi
Adikoesoemo, Suparto. 1994. Manajemen Rumah Sakit. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Aditama, Tjandra Yoga. 2006. Manajemen Administrasi Rumah Sakit Edisi Kedua. Jakarta :
UI Press.
Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Dewan Jaminan Sosial Nasional. 2012. Peta Jalan Menuju Jaminan Kesehatan Nasional
2012 – 2019. Jakarta: Dewan Jaminan Sosial Nasional.
Bagian Pelayanan Pelanggan RSKD. 2012. Program Kerja Tahun 2013 (Triwulan I – IV)
Bagian Pelayanan Pelanggan. Jakarta: Rumah Sakit Kanker “Dharmais”
Fetter, Robert B. and Jhon D. Thompson. 1966. Patients’ Waiting Time and Doctor’s Idle
Timein the Outpatient Setting. Health Services Research.
Hastono, Sutanto Priyo. 2008. Analisis Data Kesehatan. Depok: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia
International Atomic Energy Agency. 2012. Quality Assurance Programme For Computed
Tomography: Diagnostic And Therapy Applications. Vienna: IAEA in Austria.
Kotler, Philip. 2009. Manajemen Pemasaran Edisi Ketiga Belas. Jakarta: PT Erlangga.
Lapau, Buchari. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Putri, Dhita Anggita S. 2012. Analisis Waktu Tunggu Pemberian Informasi Tagihan Pasien
Pulang Rawat Inap di RS Grha Permata Ibu Tahun 2012. Skripsi. Depok: FKM UI.
Rumah Sakit Kanker "Dharmais". 2011. Company Profile Rumah Sakit Kanker "Dharmais".
Jakarta: Rumah Sakit Kanker “Dharmais”.
Rumah Sakit Kanker "Dharmais". 2013. Laporan Semester I Tahun 2013 Rumah Sakit
Kanker "Dharmais". Jakarta: Rumah Sakit Kanker “Dharmais”.
Suharyanta, Dwi dan Qurrota A’yunin. 2012. Analisis Tingkat Kualitas Pelayanan Jasa
Menggunakan Metode Service Quality (Servqual) Fuzzy Di Instalasi Radiologi Rumah
Sakit Umum Daerah (Rsud) Panembahan Senopati Bantul Tahun 2012. Yogyakarta:
STIKES Surya Global Yogyakarta.
Wijono, Djoko. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Vol. 1. Surabaya: Airlangga
University Press.
Wijono, Djoko. 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan Vol. 2. Surabaya: Airlangga
University Press.
Zhu, Zecheng etc. 2010. Analysis of Factors Causing Long Patient Waiting Time and Clinic
Overtime in Outpatient Clinics. Springer