Anda di halaman 1dari 27

“Pentingnya Pendidikan”

(oleh: Tia Herawati)

Berbicara tentang pendidikan, tentunya kita sebagai manusia yang hidup di masyarakat menyadari arti
penting dari pendidikan. Pendidikan merupakan segala bidang penghidupan, dalam memilih dan
membina hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Tentu dari pernyataan tersebut, kita
bisa mengambil kesimpulan bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting yang tidak bisa
dipisahkan dari kehidupan kita sebagai manusia.

Pendidikan dapat membedakan manusia dari segi kedudukannya di masyarakat. Orang yang
berpendidikan tinggi akan jauh lebih dihargai orang lain dalam masyarakat. Dari segi tingkat atau
kedudukan dalam pekerjaan, pendidikan juga sangat berpengaruh. Apalagi kalau sudah menyangkut
pada jabatan, tentu orang yang berpendidikan tinggi dapat diposisikan pada kedudukan yang lebih tinggi
pula. Sebaliknya, orang yang berpendidikan lebih renda akan diposisikan pada kedudukan atau jabatan
yang lebih rendah pula dalam pekerjaannya. Karena setiap bidang pekerjaan disesuaikan dengan
kemampuan seseorang, agar bisa melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Hal tersebut juga akan
menentukan pendapatan dari setiap pekerjaannya.

Pendidikan dasar dapat dilakukan oleh orang tua di rumah, karena keluarga merupakan lembaga
pendidikan dasar. Di sini jelas, peran orangtua sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak.
Namun dari waktu dan cara yang dilakukan di lembaga formal, misalnya sekolah, memang sudah diatur
sedemikian rupa agar bisa berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan oleh lembaga yang sesuai
dengan tingkat pendidikannya.

Selain memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan, lembaga pendidikan juga berfungsi sebagai
sarana, alat, atau cara untuk mengembangkan kepribadian, emosional, moral, dan sosial karena sangat
berguna bagi anak ketika memasuki dunia masyarakat, tidak lain agar komunikasi atau interaksi anak
dengan lingkungan sekitar dalam masyarakat berjalan dengan baik. Satu lagi, hal yang sangat penting
menyangkut perkembangan yang dijelaskan diatas, lembaga pendidikan juga dapat dijadikan sarana
peletakan atau penanaman nilai keagamaan seseorang. Ini akan memberi pengaruh besar terhadap
anak. Dengan mutu dan kualitas lembaga pendidikan yang baik, akan menghasilkan manusia-manusia
yang siap bersaing dengan orang lain.

Menjadi bangsa yang besar tentunya menjadi harapan dan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap
negara. Karena maju tidaknya suatu bangsa dapat diukur dari sumber daya manusia yang berkualitas
baik dari segi intelektual, spiritual, dan skill yamg dimiliki setiap bangsa. Bagi bangsa yang ingin maju,
pendidikan harus dipandang sebagai kebutuhan yang sangat penting.
Oleh karena itu, dengan kita menyadari bahwa pentingnya pendidikan, diharapkan mampu untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar bisa bersaing dengan bangsa lain. Semoga dengan
pendidikan, kehidupan kita kan menjadi lebih baik.

MAJU TERUS PENDIDIKAN INDONESIA !!!

[20/2 22.58] Renita: ARTIKEL - MENJAGA KESEHATAN TUBUH

PENTINGNYA MENJAGA KESEHATAN TUBUH

Menjaga kesehatan tubuh agar senantiasa tetap sehat, bugar dan fit merupakan hal yang penting
untuk kita lakukan. Kesehatan menjadi faktor utama kita untuk menunjang aktifitas-aktifitas kegiatan
pada setiap harinya. Sebab jika tubuh sedang sakit tentu saja akan mengganggu atau menghambat
aktifitas yang akan kita lakukan, karena sehat itu mahal. Jadi lebih baik mencegah dari pada mengobati.
Tentu kita menginginkan agar tubuh kita senantiasa sehat kan ? Lalu bagaimana sih cara untuk menjaga
kesehatan tubuh ? Sebenarnya banyak cara yang dapat kita lakukan dengan sederhana untuk menjaga
kesehatan tubuh, adapun caranya sebagai berikut :

Olahraga secara teratur. Usahakan kita melakukan olahraga secara teratur walaupun hanya sebentar.
Pilihlah olahraga ringan sesuai kesukaanmu. misalnya dengan melakukan gerakan ringan di pagi hari atau
jalan pagi, senam, lari dan lain sebagainya, dengan berolahraga berguna untuk melancarkan peredaran
darah dan mengendorkan otot yang kaku.

Mengkonsumsi makan-makanan yang sehat dan bergizi. Dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi,
mengandung banyak vitamin,protein seperti sayuran dan buah untuk mencukupi kebutuhan gizi bagi
tubuh agar tetap sehat.
Perbanyaklah minum air putih. Usahakan perbanyak minum air putih setiap hari, mulailah dari setelah
bangun tidur sebelum memulai beraktifitas. Air putih juga bermanfaat untuk menjaga tubuh agar tetap
sehat dan bugar.

Istirahat yang cukup. Setelah sekian banyaknya aktifitas kegiatan yang dilakukan setiap harinya, jangan
lupa untuk beristirahat, tubuh juga perlu istirahat dari berbagai macam kegiatan atau pekerjaan. Agar
tubuh tetap sehat dan bugar maka perlu istirahat yang cukup.

Nah, dari beberapa contoh ulasan diatas tentunya masih banyak lagi cara penting untuk menjaga
kesehatan tubuh yang kaya manfaatnya. Mulailah dari hal yang kecil untuk menjaga kesehatan tubuh
kita, agar terhindar dari berbagai penyakit.

[20/2 23.03] Renita: Kerusakan Lingkungan Akibat Proses Alam

Kerusakan lingkungan akibat proses alam adalah kerusakan terhadap lingkungan hidup yang disebabkan
oleh faktor alam. Kerusakan ini terjadi secara alami tanpa campur tangan atau peranan manusia.
Meskipun terkadang manusia pun bisa menjadi pemicu awal terjadi proses kerusakan lingkungan secara
tidak langsung.

Dalam artikel Alamendah’s Blog terdahulu telah diuraikan bahwa kerusakan lingkungan hidup adalah
proses deteriorasi atau penurunan mutu (kemunduran) lingkungan. Jika dilihat dari faktor penyebabnya,
kerusakan lingkungan dapat dikategorikan menjadi kerusakan yang diakibatkan oleh peristiwa alam dan
diakibatkan oleh manusia.

Kerusakan lingkungan hidup oleh faktor alam disebabkan terjadinya gejala atau peristiwa alam yang
terjadi secara hebat sehingga memengaruhi keseimbangan lingkungan hidup. Peristiwa-peristiwa
tersebut terjadi di luar pengaruh aktifitas manusia sehingga manusia tidak mampu mencegah terjadinya.

Beberapa peristiwa alam yang dapat memengaruhi kerusakan lingkungan, antara lain letusan gunung
berapi, gempa bumi, tanah longsor, banjir, badai dan angin topan, kemarau panjang (kekeringan), dan
tsunami.

Kerusakan Lingkungan Akibat Gunung Meletus


Keusakan lingkungan yang diakibatkan oleh gunung meletus

Keusakan lingkungan yang diakibatkan oleh gunung meletus

Gunung meletus adalah peristiwa keluarnya endapan magma dari perut bumi yang didorong oleh gas
bertekanan tinggi yang terjadi pada gunung-gunung berapi. Hasil letusan gunung berapi antara lain lava,
lahar, gas vulkanik, hujan abu, dan awan panas yang dapat mempengaruhi lingkungan di sekitarnya.
Bentuk kerusakan lingkungan yang dapat diakibatkan oleh meletusnya gunung berapi antara lain :

Material padat yang dilemparkan oleh gunung api berupa batuan, kerikil, dan pasir yang dapat merusak,
menimpa, bahkan menimbun lahan pertanian, hutan, perkebunan, hingga pemukiman penduduk dan
sumber air bersih.

Hujan abu vulkanik yang menyertai letusan gunung berapi menyebabkan gangguan pernafasan,
mempengaruhi jarak pandang dan intensitas cahaya matahari, menutup dan merusak tanaman
pertanian, mengganggu aktifitas transportasi, dan sebagainya sebagainya, sehingga akan mengurangi
produksi dan aktivitas manusia.

Lava panas (pijar) yang meleleh merusak daerah yang dilaluinya, baik berupa hutan, perkebunan, lahan
pertanian hingga pemukiman penduduk.

Awan panas dengan berbagai material yang dibawanya, bergerak dalam kecepatan tinggi dan suhu yang
mencapai ratusan derajat dapat menghanguskan wilayah yang diterjangnya termasuk menewaskan
manusia dan makhluk hidup lainnya.

Aliran lahar dapat menyebabkan pendangkalan sungai, atau menyebabkan terjadinya banjir bandang
saat musim penghujan.

Gas yang mengandung racun dapat mengancam keselamatan manusia, hewan, dan tumbuhan di
sekitarnya.

Kerusakan Lingkungan Akibat Gempa Bumi

Gempa bumi adalah peristiwa alam berupa getaran atau gerakan bergelombang pada kulit bumi yang
ditimbulkan oleh tenaga dari dalam secara tiba-tiba. Gempa bumi mengakibatkan kerusakan lingkungan
berupa :

Kerusakan bangunan.
Tanah longsor.

Perubahan struktur tanah dan batuan

Degradasi lahan dan kerusakan bentang lahan

Pencemaran udara

Krisis air bersih

Tsunami (gempa bumi di laut)

Jatuhnya korban baik manusia, hewan, maupun tumbuhan.

Kerusakan Lingkungan Akibat Tanah Longsor

Tanah longsor adalah peristiwa geologi yang diakibatkan oleh pergerakan masa batuan atau tanah
dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Tanah longsor
dapat diakibatkan oleh erosi karena gerusan air pada kaki lereng yang curam, melemahnya lereng dari
bebatuan dan tanah akibat saturasi yang diakibatkan hujan lebat, getaran dari gempa bumi, gunung
meletus, maupun mesin dan lalu lintas kendaraan, serta dipicu oleh minimnya pepohonan pada tebing-
tebing curam.

Tanah longsor mengakibatkan kerusakan lingkungan seperti kerusakan bangunan, kerusakan lahan
pertanian dan perkebunan, memutus jalur transportasi, krisis air bersih hingga jatuhnya korban.

Kerusakan Lingkungan Akibat Banjir

Banjir adalah peristiwa terendamnya daratan oleh air yang berlebihan. Banjir mengakibatkan kerusakan
mulai dari kerusakan fisik, terkontaminasinya air bersih, membunuh tumbuhan yang tidak tahan air dan
hewan, pencemaran lingkungan, penyebaran penyakit, hingga bencana susulan seperti longsor serta
jatuhnya korban.

Kerusakan Lingkungan Akibat Badai dan Angin Topan


Badai, angin topan, angin puting beliung, angin ribut, dan sejenisnya adalah bencana alam yang
disebabkan oleh pergerakan udara yang sangat kencang yang dipicu perbedaan tekanan udara. Bencana
ini mengakibatkan kerusakan lingkungan diantaranya robohnya (rusaknya) bangunan dan pepohonan,
rusaknya area pertanian dan perkebunan, dan tingginya ombak di laut.

Kerusakan Lingkungan Akibat Tsunami

Tsunami adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal
dengan tiba-tiba. Tsunami dapat diakibatkan oleh gempa bumi yang terjadi di laut, letusan gunung
berapi bawah laut, ataupun longsor di dasar laut. Tsunami meninggalkan kerusakan lingkungan di dalam
laut maupun di sekitar pantai. Kerusakan-kekrusakan tersebut diantaranya adalah rusaknya terumbu
karang dan lamun, kerusakan fisik di sekitar pantai, serta jatuhnya korban manusia.

Kerusakan Lingkungan Akibat Kekeringan

Kekeringan mengakibatkan kerusakan lingkungan

Kekeringan mengakibatkan kerusakan lingkungan

Kekeringan adalah kurangnya pasokan air pada suatu lokasi yang berlangsung berkepanjangan dan
umumnya terjadi pada musim kemarau. Kekeringan dapat menimbulkan kerusakan lingkungan berupa
kerusakan lahan pertanian dan perkebunan, menurunnya kualitas tanah, hingga matinya organisme.

Bencana-bencana alam yang menyebabkan kerusakan lingkungan sebagaimana tersebut di atas,


beberapa diantaranya murni karena proses alam. Sehingga terjadinya mutlak dipengaruhi faktor alam
tanpa campur tangan manusia. Namun pada beberapa peristiwa alam, sering kali, secara tidak langsung
terkait juga dengan aktifitas yang dilakukan manusia. Sebagai contoh bencana banjir dan tanah longsor
yang kerap kali menjadi imbas dari aktifitas manusia yang tidak ramah lingkungan. Pun pada bencana
alam kekeringan yang bisa dipicu aktifitas manusia yang menyebabkan kurangnya air yang terserap
sebagai cadangan air di dalam tanah.

[20/2 23.06] Renita: Perkembangan Iptek disamping bermanfaat untuk kemajuan hidup Indonesia juga
memberikan dampak negatif. Hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan IPTEK untuk menekan
dampaknya seminimal mungkin, antara lain :
1). Menjaga keserasian dan keseimbangan dengan lingkungan setempat.

2). Teknilogi yang akan diterapkan hendaknya betul-betul dapat mencegah timbulnya permasalahan di
tempat itu.

3). Memanfaatkan seoptimal mungkin segala sumber daya alam dan sumber daya manusia yang ada.

Dampaknya dalam:

a. Penyediaan Pangan

Perkembangan IPTEK dalam bidang pangan dimungkinkan karena adanya pendidikan, penelitian dan
pengembangan di bidang pertanian terutama dalam peningkatan produktivitas melalui penerapan
varitas unggul, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, pola tanaman dan pengairan. Namun di
sisi lain perkembangan tersebut berdampak fatal, misalkan saja penggunaan pestisida dalam
pemberantasan hama ternyata dapat menyebabkan penyakit dalam tubuh manusia.

b. Penyediaan Sandang

Pada awalnya bahan sandang dihasilkan dari serat alam seperti kapas, sutra, woll dan lain-lain

Perkembangan teknologi matrial polimer menghasilkan berbagai serat sintetis sebagai bahan sandang
seperti rayon, polyester, nilon, dakron, tetoron dan sebagainya

Kulit sintetik juga dapat dibuat dari polimer termoplastik sebagai bahan sepatu, tas dan lain-lain

Teknologi pewarnaan juga berkembang seperti penggunaan zat azo dan sebagainya.

c. Penyediaan Papan

Teknologi papan bersangkut paut dengan penyediaan lahan dan bidang perencanaan seperti city
planning, kota satelit, kawasan pemukiman dan sebagainya yang berkaitan dengan perkembangan
penduduk

Awalnya bahan pokok untuk papan adalah kayu selanjutnya dikembangkan teknologi matrial untuk
mengatasi kekurangan kayu

Untuk mengatasi kekurangan akan lahan dikembangkan teknologi gedung bertingkat, pembentukan
pulau-pulau baru, bahkan tidak menutup kemungkinan pemukiman ruang angkasa.
d. Peningkatan Kesehatan

Perkembangan Imu Kedeokteran seperti : ilmu badah dan lain-lain

Penemuan alat-alat kedokteran seperti : stetoskup, USG, dan lain-lain

Penemuan obat-obatan seperti anti biotik, vaksin dan lain-lain

Penemuan radio aktif untuk mendeteksi penyakit secara tepat seperti tumor dan lain-lain

Penelitian tentang kuman-kuman penyakit dan lain-lain.

e. Penyediaan Energi

Kebutuhan akan energi

Sumber-sumber energi

Sumber energi konvensional tak dapat diperbaharui

Sumber energi pengganti yang tak habis pakai

Konversi energi dari satu bentuk kebentuk yang lain.

[20/2 23.10] Renita: Masalah Sosial dan Solusinya

Masalah sosial merupakan permasalahan yang terjadi di masyarakat. Masalah sosial merupakan suatu
keadaan di masyarakat yang tidak normal atau tidak semestinya. Masalah sosial dapat terjadi pada
masyarakat di pedesaan maupun di perkotaan. Keadaan masyarakat di pedesaan dan di perkotaan tentu
berbeda. Pada umumnya masyarakat pedesaan masih memegang erat nilai-nilai kerukunan,
kebersamaan dan kepedulian. Sehingga tidak heran sering kita jumpai adanya kerja bakti, saling memberi
dan menolong. Sedangkan masyarakat di kota hidup dalam suasana egois, individu (sendiri-sendiri),
kurang akrab serta kurang rukun. Kehidupan semacam ini sebenarnya merupakan salah satu masalah
sosial di wilayah tersebut. Saat ini di negara kita masih banyak kita jumpai permasalahan sosial, antara
lain sebagai berikut:
1. Kebodohan

Salah satu akibat bila kita bodoh adalah mudah diperalat orang lain. Kita juga akan sulit meraih cita-cita
yang tinggi. Kebodohan terjadi karena tidak memiliki pendidikan atau pendidikannya rendah.

Di negara kita ternyata masih banyak orang yang pendidikannya rendah bahkan tidak pernah sekolah
sama sekali. Masih ada orang yang tidak bisa membaca atau buta huruf. Hal ini antara lain disebabkan
oleh kemalasan, biaya pendidikan yang tinggi dan tidak meratanya pendidikan di Indonesia. Kamu
mungkin beruntung bisa menikmati bangku sekolah dengan mudah. Sekolahnya mudah dijangkau dan
fasilitasnya lengkap. Saudara-saudara kalian ada yang tidak bisa sekolah karena tidak punya biaya.
Mereka bahkan harus bekerja membantu orang tuanya agar tetap bisa makan. Ada pula saudara kalian
yang kesulitan untuk bisa sekolah karena tempatnya yang jauh dan hanya bisa ditempuh dengan jalan
kaki. Itupun sekolahnya juga masih sangat sederhana. Fasilitasnya juga masih sangat terbatas.

2. Pengangguran

Pengangguran adalah orang dewasa yang tidak bekerja dan tidak mendapatkan penghasilan. Jumlah
pengangguran semakin banyak karena jumlah lulusan sekolah lebih banyak dari pada jumlah lapangan
pekerjaan. Selain itu para pengusaha dihadapkan pada persoalan kenaikan tarif listrik dan harga bahan
bakar minyak yang mahal. Hal itu menyebabkan banyaknya perusahaan yang tutup dan bangkrut, atau
setidaknya mengurangi jumlah karyawannya. Kamu bisa membayangkan jika orang tuamu tidak lagi
bekerja dan tidak punya penghasilan. Apa yang akan terjadi? Tentunya keluargamu akan kesulitan
memenuhi kebutuhan hidup baik makan, pakaian, biaya sekolah serta kebutuhan yang lainnya. Itulah
sebabnya pengangguran dapat menimbulkan permasalahan sosial lainnya. Seperti kemiskinan,
kejahatan, perjudian, kelaparan, kurang gizi bahkan meningkatnya angka bunuh diri.

3. Kemiskinan
Semakin banyak dan semakin lama orang menganggur menyebabkan kemiskinan. Di Indonesia jumlah
rakyat miskin masih cukup banyak, walaupun pemerintah telah berupaya mengatasinya. Orang yang
miskin tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya seperti pangan, sandang dan papan. Kemiskinan
dapat menyebabkan berbagai permasalahan sosial yang lain, seperti kejahatan, kelaparan, putus
sekolah, kurang gizi, rentan penyakit dan stress.

Apa penyebab dari kemiskinan? Kemiskinan bisa disebabkan oleh dua hal. Yakni dari dalam diri
seseorang (internal) dan faktor dari luar (eksternal). Faktor internal antara lain karena pendidikan yang
rendah, tidak memiliki keterampilan dan karena sifat malas. Sedangkan faktor eksternal antara lain
disebabkan oleh kondisi ekonomi negara yang buruk, hargaharga melambung tinggi dan kurangnya
perhatian pemerintah.

4. Kejahatan

Kejahatan sering disebut sebagai tindak kriminal atau perbuatan yang melanggar hukum. Pengangguran
dan kemiskinan dapat menyebabkan tindak kejahatan. Jika tidak dilandasi keimanan dan akal sehat,
penganggur mengambil jalan pintas untuk mengatasi kemiskinannya. Banyak cara keliru yang dijalani
misalnya melakukan judi, penipuan, pencurian, pencopetan, perampokan hingga pada pembunuhan.
Yang stress dan tidak kuat bisa kemudian minum-minuman keras atau memakai narkoba. Namun
ternyata kejahatan tidak hanya karena miskin. Banyak orangorang yang sebenarnya sudah mapan
hidupnya melakukan kejahatan. Kamu pernah mendengar istilah korupsi? Korupsi sebenarnya tak jauh
beda dengan

mencuri. Yakni mencuri sesuatu yang bukan haknya dengan cara-cara tertentu. Uang atau barang yang
telah dipercayakan untuk dikelola diambil

untuk kepentingan dirinya. Itulah korupsi. Contohnya adalah mengambil sebagian dana yang mestinya
untuk korban bencana alam. Korupsi biasanya dilakukan oleh para pegawai dan pejabat. Perbuatan
korupsi kadang sulit diketahui karena pelakunya sangat pintar menyembunyikan.

Negara kita termasuk negara yang paling tinggi tingkat korupsinya. Sungguh memprihatinkan sekali
bukan!
5. Pertikaian

Pertikaian bisa disebabkan banyak hal, antara lain karena salah paham, emosi yang tidak terkendali atau
karena memperebutkan sesuatu. Sesuatu yang diperebutkan dapat berupa suatu prinsip, seseorang atau
suatu barang. Pertikaian dapat terjadi di dalam suatu keluarga atau di masyarakat. Pertikaian yang tidak
segera diselesaikan bisa berakibat fatal. Suatu pertikaian bahkan dapat menimbulkan korban jiwa.
Masyarakat yang didalamnya terdapat pertikaian atau konflik menyebabkan suasana tidak aman dan
nyaman. Pertikaian yang terjadi di keluarga juga dapat menyebabkan suasana tidak tenang dan
tenteram.

6. Kenakalan remaja

Pernahkan kalian melihat sekelompok anak remaja yang kebutkebutan di jalan? Bagaimana perasaan
kalian ketika melihat hal itu? Kebutkebutan

bagi mereka sendiri sangat berbahaya yakni dapat menimbulkan kecelakaan. Di samping itu juga
mengganggu dan membahayakan orang lain. Kenakalan remaja dapat berbentuk lain seperti coret-coret
dinding di jalan, minum-minuman keras, berdandan yang tidak semestinya ataupun

menggunakan narkoba. Penyebab kenakalan remaja antara lain sebagai berikut :

a. Kurangnya perhatian dari orang tua

b. Pengaruh lingkungan pergaulan

c. Kurang mantapnya kepribadian diri

d. Jauh dari kehidupan beragama

Kamu sebagai anak yang akan menginjak remaja harus pandaipandai memilih teman bergaul. Tentunya
kamu tidak ingin disebut anak yang nakal bukan?
Bagaimana cara mengatasi masalah sosial?

Mengatasi masalah sosial bukanlah perkara yang mudah. Pemerintah selalu berusaha mengatasi
berbagai masalah sosial dengan melibatkan peran serta tokoh masyarakat, pengusaha, pemuka agama,
tetua adat, lembaga-lembaga sosial dan lain-lainya. Kamu pun sebenarnya dapat

berperan serta dalam mengatasi masalah sosial tersebut. Tentu saja sesuai dengan kemampuanmu
masing-masing. Berikut ini beberapa contoh upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah dalam
mengatasi permasalahan sosial:

1. Pemberian kartu askes

Kartu Askes (Asuransi Kesehatan) diberikan kepada keluarga miskin. Kartu Askes kadang disebut Askeskin
(Asuransi Kesehatan Keluarga Miskin). Dengan kartu Askes. keluarga miskin dapat berobat di rumah sakit
yang ditunjuk dengan biaya ringan atau gratis.

2. Pemberian beras untuk masyarakat miskin (Raskin)

Raskin merupakan program pemberian bantuan pangan dari pemerintah berupa beras dengan harga
yang sangat murah. Dengan raskin diharapkan masyarakat yang termasuk keluarga miskin dapat
memenuhi kebutuhan pangannya.

3. Pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

BOS diberikan kepada siswa-siswi sekolah mulai dari sekolah dasar sampai tingkat SLTA. Tujuannya untuk
meringankan biaya pendidikan. Sekarang juga sudah dilakukan program BOS buku. Yakni program
penyediaan buku pelajaran bagi siswa sekolah. Dengan BOS buku diharapkan orang tua tidak lagi
dibebani biaya membeli buku pelajaran untuk anaknya yang sekolah.

4. Sekolah terbuka

Sekolah terbuka merupakan sekolah yang waktu belajarnya tidak terlalu padat dan terikat. Sekolah
terbuka diperuntukkan bagai siswa yang kurang mampu. Dengan sekolah terbuka siswanya dapat sekolah
meskipun sudah bekerja.
5. Program pendidikan luar sekolah

Pendidikan luar sekolah biasanya berupa kursus-kursus seperti menjahit, perbengkelan ataupun
komputer. Pemerintah mengadakan program pendidikan luar sekolah agar anak-anak yang tidak sekolah
atau putus sekolah dapat tetap memiliki ilmu dan ketrampilan.

6. Pemberian Bantuan Tunai Langsung (BTL)

BTL diberikan kepada masyarakat miskin yang tidak berpenghasilan. BTL merupakan dana
kompensasi/pengganti kenaikan harga Bahan Bakar

Minyak (BBM).

7. Pemberian bantuan modal usaha

Bantuan modal usaha diberikan kepada masyarakat miskin yang akan mengembangkan atau memulai
suatu usaha. Biasanya untuk usaha kecil dan menengah. Bantuan modal usaha ini adalah dalam rangka
mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan. Selain berbagai bantuan dari pemerintah, ada juga
pihak-pihak lain yang juga turut membantu mengatasi masalah sosial, antara lain:

1. Menjadi orang tua asuh bagi anak sekolah yang kurang mampu.

2. Para tokoh agama memberikan penyuluhan tentang keimanan dan moral dalam menghadapi masalah
sosial.

3. Para pengusaha dan lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan lain memberikan bantuan, beasiswa,
modal usaha, penyuluhan, dan pendidikan.

4. Lembaga-lembaga dari PBB seperti UNESCO, UNICEF dan WHO memberikan bantuan kepada
pemerintah Indonesia untuk mengatasi masalah sosial.

5. Organisasi pemuda seperti karang taruna dan remaja masjid mendidik dan mengarahkan para pemuda
putus sekolah untuk berkarya. Sehingga ikut mengatasi masalah pengangguran.

6. Perguruan tinggi melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan memberikan berbagai


penyuluhan, bakti sosial ataupun melatih keterampilan

[20/2 23.17] Renita: Korupsi vs Nasionalisme Bangsa


Nasionalisme adalah satu paham atau ajaran yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan
sebuah negara mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok manusia dimana bahasa
dan budaya menjadi unsur pengikat dalam melakukan interaksi sosial. Unsur pengikat inilah yang
melahirkan kesadaran akan nasionalisme komunitas/rakyat Indonesia ketika berhadapan dengan
lingkungan luar yang mengganggu.

Dalam sejarah Indonesia khususnya, nasionalisme masih sangat penting akan keberadaannya, Pertama,
misalnya, sebagai ideologi pemersatu untuk melawan penjajah Belanda, atau Jepang, atau dalam
melawan hegemoni neo-kolonilalisme. Dulu, kalau orang-orang di kepulauan Nusantara ini tersebar
terus, tidak ada ideologi yang mempersatukan dan tentu dengan mudah Belanda menguasai kita. Sangat
mungkin orang-orang di kepulauan Nusantara justru saling berperang sendiri. Apalagi, ketika politik adu
domba Belanda terus menerus memompakan permusuhan dan konflik-konflik. Kedua, sebagai
konsekuensinya, ketika orang-orang di kepulauan Nusantara tadi berhasil memerdekakan dirinya,
nasionalisme paling tidak sebagai wacana ideologis untuk membangkitkan semangat mengisi
kemerdekaan Indonesia. walaupun kadang nasionalisme semacam ini disalahtafsirkan, dengan alasan
nasionalisme Indonesia kita menyimpan kecenderungan bermusuhan dengan bangsa lain.

Tapi, sisi positifnya tentu banyak, sebagai bangsa baru yang menemukan dirinya, kita berusaha tetap
kompak sehingga banyak konflik yang berpotensi mengancam persatuan Indonesia dapat diatasi atas
nama nasionalisme Indonesia. Ketiga, nasionalisme paling tidak dapat dipakai untuk memberikan
identitas keindonesiaan, agar Indonesia itu ada di dunia. Akan tetapi, apa yang dicatat dunia dengan
nasionalisme Indonesia. Mungkin tidak banyak. Waktu itu, terlepas dari konstruksi orientalisme, orang
lebih mengenal Indonesia sebagai bangsa yang cukup ramah, negara terbelakang dan miskin, negara
yang memiliki bahasa persatuan Indonesia, yang mengatasi lebih dari 600-an bahasa-bahasa lokal yang
hingga hari ini tetap bertahan.

Negara kita Indonesia jauh hari telah mencanangkan berbagai pemahaman Nasionalisme dalam konsep
Wawasan Nusantara yang dituangkan dalam satu kesatuan: Ideologi , Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya,
Agama, Pertahanan Keamanan Nasional ). Sebagai konsekuensinya setiap warganegara Indonesia,
apalagi ketika ia dicalonkan sebagai pemimpin di dalam struktur kekuasaan yang ada tentu harus
memiliki Wawasan Nusantara dimana yang bersangkutan harus punya kewajiban mutlak untuk ikut
mempertahankan satu kesatuan wilayah Indonesia dari sabang sampai merauke yang dituangkan dalam
konsep : Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, Agama, Pertahanan, Keamanan, Nasional
( IPOLEKSOSBUDAGHANKAMNAS ).
Sekarang ini dari hasil pengamatan para ahli tidak dapat dipungkiri, rasa nasionalisme bangsa kita
sangatlah menipis, bahkan terancam punah. Yang muncul adalah Ikatan Primordialisme, yang berkiblat
pada ikatan kesukuan, kedaerahan, keagamaan dan/atau antar golongan.

Sejarah membuktikan, selama 30 tahun terakhir Indonesia tercengkeram oleh satu model kekuasaan
yang otoritarian, yang biasa disebut rezim Orde Baru. Sebagai akibatnya, banyak masalah ketidaksukaan
dan ketidakpuasan bergolak di bawah permukaan. Yang paling menonjol saat itu adalah matinya
demokrasi, menjamurkan KKN, tidak adanya hukum yang berkeadilan, dan sebagainya. Akibat kondisi
terebut, potensi keretakan berubah menjadi bom waktu. Banyak orang mencoba memobilisasi agama,
atau etnisitas, atau bahkan mengusung wacana dunia seperti demokrasi dan keadilan universal untuk
melakukan konsolidasi resistensi. Dengan tergesa-gesa dan ceroboh, rezim menyelesaikan resistensi itu
dengan kekerasan terbuka atau tersembunyi. Kita tahu, pada waktu itu aparat militer sungguh berkuasa
dan menakutkan. Apakah militer melakukan itu dengan memegang semangat nasionalisme Indonesia.
Namun, strategi yang paling jitu untuk menangkal resistensi itu pemerintah Orde Baru memanfaatkan
nasionalisme untuk mengontrol dan menek potensial yang menghancurkan pemerintahan bahkan
negara. Dalam hal ini nasionalisme haruslah dibangun sedemikian rupa yang berkiblat pada bagaimana
mempertahankan pluralisme (Bhineka Tunggal Ika) agar kekecewaan-kekecewaan yang terjadi di lokal-
lokal dapat dipatahkan.

Nasionalisme Indonesia dikedepankan untuk menahan agar nasionalisme etnis, atau nasionalisme
agama, atau nasionalisme geografis tidak berkembang menjadi kekuatan yangal Ika) Negara Indonesia di
dalam wawasan nusantara, yang mengakomodir ketergantungan global.

Namun nasionalisme semacam itupun sangat sulit dibangun jika sistem sosial, sistem hukum dan sistem
pemerintahan telah terkontaminasi dengan budaya korup yang tidak dapat dicegah. Selama Orde Baru,
sistem politik atau struktur kekuasaan telah memungkinkan merajalelanya korupsi besar-besaran di
segala bidang.

Korupsi yang “membudaya” ini telah membikin kerusakan-kerusakan parah bahkan sampai kepada
budaya prilaku masyarakat lapisan bawah yang memandang korupsi sebagai bagian dari sistem sosial,
politik, ekonomi, hukum dan pemerintahan. Sekalipun dalam undang-undang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi mulai dari UU No.31 tahun 1999 Jo. UU No.20 tahun 2001 yang dalam pertimbangannya
telah menegaskan bahwa “akibat tindak pidana korupsi yang terjadi selama ini selain merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara, juga menghabat pertumbuhan dan kelangsungan
pembangunan nasional yang menuntut efisiensi tinggi”. Korupsi tidak hanya sekedar merusak keuangan
dan perekonomian negara, akan tetapi merusak seluruh sendi-sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan
negara yang berdaulat.

Menyambut hari “kebangkitan Nasional 20 Mei tahun ini, kita butuh faham nasionalisme yang baru atau
faham Nasionalisme yang ke-II, dimana Nasionalisme yang baru ini benar-benar berkiblat pada :
1). faham Bhineka Tunggal Ika, karena tidak mungkin ada persatuan jika masyarakatnya kita tidak mampu
menjadi orang yang berbeda dengan orang lain atau tidak mampu mengatasi perbedaannya ;

2). Terbangunnya sikap bersama bagaimana Korupsi Harus diberantas tuntas karena bertentangan
dengan pembangunan nasional disegala bidang ; dan

3). Terbangunnya sikap setiap warganegara Indonesia tentang keharusan mempertahankan keutuhan
bangsa dan negara Indonesia yang memahami wawasan nusantara sebagai satu kesatuan yang integral
dari : Ideologi, ekonomi, politik, sosial, budaya, agama, pertahanan dan keamanan nasional.

Nasionalisme tidak akan pernah dimiliki oleh seorang Koruptor, karena Koruptor adalah parasit negara
yang menyengsarakan kehidupan rakyat dan membangkrutkan negara menjadi hancur. Dari dahulu kita
sudah sama tahu bahwa penyebab utama terjadinya tindak pidana korupsi adalah :

1)Adanya unsur “Rangsangan” hal ini berkaitan dengan rendahnya iman dan taqwa yang dimiliki oleh
para penyelenggara negara dan pihak lain yang terlibat meguasai keuangan negara ;

2)Adanya unsur “Kesempatan”, hal ini berkaitan dengan rendahnya unsur “Pengawasan” dalam
managemen pengelolaan keuangan negara ;

Orang tidak mungkin mau korupsi jika ia tidak terangsang dan tidak ada kesempatan untuk itu. Obsesi
korupsi tentu disebabkan :

1. Gaya hidup yang senang pamer ;

2. Merasa banyak uang akan dihargai orang ;

3. Untuk membiayai proyek mencari kekuasaan ;

4. Untuk biaya gengsi sosial yang terlanjur tinggi ;

5. Untuk modal usaha sebagai jaminan hari tua ;

6. Terpaksa untuk membiayai kebutuhan pokok yang mendesak, seperti biaya sekolah anak, biaya
pengobatan keluarga yang sakit ;

7.Dll.

Masyarakat Indonesia yang boleh dikatakan telah menganut “ekonomi pasar bebas dan neo liberalisme”
tidak dapat menghindari terjangkitnya gaya hidup mewah yang memerlukan biaya yang tinggi,
sementara pendapatan dan daya belinya yang rendah, maka tidak dapat menghindari dari rangsangan
untuk korupsi, apalagi berdasarkan fakta telah terjadi dekadensi moral sekarang ini tentu Iman dan
Taqwa sebagian besar masyarakat kita sangat diragukan.

Melihat fenomena yang berkembang sekarang ini mau diberantas dari mana “korupsi” di negeri ini dan
mau dibangun dari mana “nasionalisme” generasi muda Indonesia, mana sikap keprihatinanmu wahai
petinggi2 para elite pemerintah dan elite politik di negeri ini…???!!

[20/2 23.31] Renita: Menimbang Kembali Pelaksanaan Pemilukada di Indonesia

Sistem negara demokrasi di Indonesia adalah pilihan rasional atas hipotesa fakta empiris dan sosiologis
terkait struktur dan tatanan masyarakat Indonesia saat ini. Ia tumbuh di atas metamorfosa pemikiran
yang membidani sebuah sistem politik untuk meletakkan masyarakat sebagai episentrum partisipatoris
akan quo vadis nasib bangsanya. Walaupun demokrasi bukanlah merupakan sistem politik dan
pemerintahan yang sempurna, namun saat ini barangkali kita sepakat bahwa pilihan demokrasi adalah
pilihan terbaik dari sistem lainnya. Sebut saja misalnya monarki, aristokrasi, otokrasi, plutokrasi,
gerontokrasi,dll.

Walaupun demikian, sistem demokrasi yang dipilih negara untuk mengorganisasikan tatanan kehidupan
bermayarakat, berbangsa dan bernegara bukanlah sebuah sistem sempurna dan tanpa cacat. Oleh
karenanya, sebuah sistem politik yang mengonstruksi sebuah negara, juga perlu menimbang berbagai
Implikasi serius yang timbul terkait ekses subyektif maupun obyektif dari penerapan sistem demokrasi.
Baik penerapannya melalui sistem perwakilan (melalui mekanisme pemilihan wakil rakyat DPR/DPRD),
maupun langsung (melalui mekanisme pemilu presiden dan pilkada).

Pemilihan Umum secara langsung dalam pilkada, sejatinya merupakan salah satu wujud demokrasi yang
saat ini tengah diterapkan di Indonesia. Perwujudan demokrasi tersebut, pada hakekatnya merupakan
upaya memberdayakan peran dan partisipasi masyakarat terkait pengejewantahan hak-hak politik dan
sosialnya, yang dijamin secara konstitusional. Medium demokrasi dan demokratisasi melalui mekanisme
politik partisipasi inilah yang diharapkan akan mampu memberikan multiplier effect. Bukan saja terkait
pada semakin besarnya tingkat pendewasaan berfikir masyarakat akan hak dan kewajiban politik-
konstitusionalnya, namun juga diharapkan melalui mekanisme dan sistem pemilihan langsung (baik
pilpres maupun pilkada). Posisi tawar masyarakat terkait kepentingannya menentukan masa depan yang
lebih baik semestinya menjadi keniscayaan.
Terkait hasil dan berbagai problem dalam pelaksanaan pilkada itulah, saat ini diperlukan kembali upaya
menakar ekses penerapan sistem pemilihan langsung (Pilkada). Saat ini berbagai bentuk wacana untuk
mengevaluasi kembali penerapan pilkada sangat penting untuk memberikan referensi bagi pengambil
kebijakan negeri ini untuk menimbang kembali implementasi pilkada secara konstruktif dan
proporsional, tanpa mencederai substansi peran partisipasi politik masyarakat. Analisis ini menjadi
catatan penting mengingat pelaksanaan pilkada selama ini. Secara empiris, akhirnya menyadarkan kita
akan perlunya kembali menelaah arah dan cita-cita politik masyarakat terkait bagaimana meletakkan
proses, pelaksanaan dan hasil pilkada dalam konstruksi pembangunan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan perspektif pemberitaan media massa tentang pelaksanaan pilkada di Indonesia, terdapat
beberapa keyword yang sangat penting sebagai ranah kajian bagi pengambil kebijakan negeri ini untuk
menempatkan kembali quo vadis pilkada dalam konteks yang lebih produktif bagi kemaslahatan
masyarakat. Keyword penting tersebut adalah sebagai berikut :

Pertama, Pilkada di daerah masih merupakan pilihan rasional yang masih diinginkan masyarakat untuk
menentukan pemimpinnya di daerah. Fakta opini masyarakat ini menjadi catatan penting pemerintah.
Mengingat, masyarakat kita secara sosiologis memandang bahwa pemilihan langsung untuk menunjuk
seorang pemimpin yang berasal dari putra daerah merupakan kebanggaan, Selain itu, juga masih
menganggap bahwa mekanisme pemikiran dan kepentingan masyarakat akan nilai keterwakilan
aspirasinya masih lebih besar terakomodir dengan baik. Ketimbang, asumsi bahwa pemimpin tersebut
merupakan titipan yang berasal dari pusat kekuasaan seperti yang terjadi di masa orde baru dulu.
Persepsi publik inilah yang kerap dijadikan oleh pemerintah untuk melegitimasi pencitraan politiknya
kepada dunia internasional, bahwa Indonesia adalah negara demokrasi yang sangat produktif melahirkan
struktur kehidupan bermasyarakat yang memiliki nilai-nilai demokratisasi dengan baik.

Persepsi publik masyarakat ini seharusnya perlu dikritisi agar masyarakat memahami dan cenderung
lebih penting mendudukkan kembali nilai-nilai objektifitas untuk mendefinisikan kembali secara personal
maupun kepemimpinan seorang kepala daerah. Sebab faktanya, pemimpin yang berasal dari putra
daerah tidak serta merta berkoefisien korelatif secara langsung dengan peningkatan kesejahteraan
masyarakat.

Perspektif kepemimpinan ini dikaitkan dengan struktur kekuasaan pemerintah daerah, yang di peroleh
oleh seorang kepala daerah dengan ongkos politik yang tidak murah. Biaya pilkada yang sangat mahal
inilah yang justru menyebabkan sistem demokrasi langsung di daerah berkembang secara tidak
proporsional dan obyektif. Terminologi yang tepat mendefinisikan maksud pernyataan ini adalah bahwa
proses pilkada yang mahal itu telah menyebabkan terjadinya kapitalisasi pilkada dengan kultur
kekuasaan yang ekonomistik, yang menempatkan kekuasaan politik kepala daerah hanya sebagai
investasi an sich dan melihat potensi daerah sebagai opportunity ekonomi bagi kepentingan pribadinya.

Implikasi politik terjadinya kapitalisasi pilkada inilah yang menyebabkan demokratisasi-partisipasi


masyarakat menjadi ter-negasi oleh paradigma tersebut. Artinya masyarakat hanya diletakkan sebagai
obyek politik massa ,yang dimanfaatkan calon kepala daerah hanya ketika proses pilkada itu berlangsung.
Masyarakat kemudian menjadi mahfum dengan terminologi kapitalisasi pilkada ini, karena proses pilkada
sarat dengan politik uang.

Masyarakat memang sejatinya mendapat “berkah” sesaat dari proses pelaksanaan pilkada. Setelah
pelaksanaan pilkada usai, maka kepala daerah terpilih, akan sibuk dengan upaya merekapitalisasi
kembali asset yang telah dikeluarkan selama proses “investasi” pemilihan itu berlangsung. Fakta ini bisa
dilihat dengan data 10 tahun terakhir terkait tingkat korupsi kepala daerah yang sangat tinggi. Termasuk
data yang dilansir oleh lembaga-lembaga survei bahwa saat ini saja 60 persen lebih, kepala daerah
dipimpin oleh seorang pemimpin berstatus tersangka.

Karena terjadinya pola kapitalisasi pilkada inilah, maka yang terjadi adalah siapa yang mempunyai modal
besar, dialah yang akan menjadi pemimpin. Karena kapitalisasi pilkada ini pulalah kemudian berimbas
bagi ketidakrelaan calon yang kalah dalam pilkada. Ketidakrelaan kekalahan ini kemudian
dimanifestasikan dalam upaya mempolitisasi hasil pilkada baik secara formal-konstitusional (melalui
gugatan ke MK), maupun mempolitisasi massa untuk tidak menerima calon pemimpin yang menang.
Sehingga, berimplikasi kepada timbulnya resistensi politik bagi kepemimpinan kepala daerah terpilih.
Lebih parah lagi, semakin diproduksinya eskalasi konflik politik dan konflik sosial dalam berbagai
spektrum kepentingan, oleh calon yang tidak berjiwa besar menerima kekalahan. Dalam konteks yang
demikian, maka kita kerap menyaksikan bahwa konflik politik dan sosial di daerah tidak pernah kunjung
usai dan terus terpelihara dengan baik walaupun pelaksanaan pilkada jauh telah usai.

Kedua, pilkada merupakan manifestasi reformasi birokrasi yang merubah mindset pengelolaan negara
yang tadinya bersifat sentralistik menjadi desentralistik.

Sebagai salah satu buah semangat reformasi adalah merubah tatanan struktur pengelolaan birokrasi
negara yang tadinya sentralistik menjadi desentralistik. Hal ini merupakan antitesa dari semangat
merubah tatanan dari orde baru menjadi sistem baru yang dikenal pasca reformasi sekarang ini. Namun
demikian, setelah 10 tahun lebih reformasi bergulir, semangat desentralisasi ini cenderung dimanfaatkan
oleh pemimpin daerah untuk “bebas” mengeksploitasi daerah sesuai dengan selera kekuasaannya.
Radikalisasi pengelolaan pemerintahan daerah inilah yang menyebabkan konstitusi negara yang diatur
dan dijalankan oleh pemerintah pusat terabaikan. Yang terlihat, justru munculnya raja-raja kecil yang
sangat “otonom” menguasai daerah.

Akibatnya, program-program nasional yang dicanangkan oleh pemerintah pusat menjadi terhambat.
Fakta terjadinya distorsi ini terlihat ketika presiden, sebagaimana dilansir berbagai media massa,
menyatakan salah satu gagalnya program-program berskala nasional, karena ulah arogansi sepihak
pimpinan daerah. Misalnya , masalah kebijakan ekonomi dan investasi, justru sebagian besar dihambat
pimpinan pemerintah daerah sekelas walikota dan bupati. Terhambatnya program-program tersebut,
bukan cuma terkait dengan arogansi pemimpin daerah, tapi juga disebabkan karena banyaknya regulasi
dalam bentuk perda dan kebijakan pemerintah daerah yang tidak inheren atau justru bertentangan
dengan kebijakan dan regulasi pemerintah pusat. ini menunjukkan absurditas hiraki pemerintahan.
Kebijakan pemerintah pusat menjadi gembos ketika masuk pada tataran pelaksanaan teknis di daerah.

Pemerintah memang kerap melakukan evaluasi terkait persoalan ini. Namun faktanya, hingga saat ini,
problem mendasar masalah regulasi dan kebijakan pemimpin daerah yang menghambat kebijakan
program nasional pemerintah pusat, masih kerap terjadi. Salah satu sebab mendasar yang menjadi
argumentasi pemerintah daerah adalah menyangkut persoalan intervensi pemerintah pusat, yang
dianggap melanggar sendi-sendi atau semangat otonomi daerah. Kesalah-kaprahan memaknai otonomi
daerah inilah yang menyebabkan pemerintah pusat sampai saat ini mengalami dispute dan seolah tidak
memiliki kekuasaan “memaksa”. Padahal, pemerintah pusat secara formal dan konstitusional punya
kewenangan untuk meluruskan kesalahpahaman pengelolaan daerah, karena terlalu sempit menafsirkan
konsep kepala daerah dipilih langsung oleh rakyatnya di daerah. Sehingga, pucuk pimpinan pemerintah
daerah “merasa” mempunyai kewenangan mutlak untuk melakukan kebijakan apapun.

Ketiga, Pemilukada telah meletakan sistem demokrasi di Indonesia baru sebatas demokrasi “theatrical“.
Yakni demokrasi yang diusung melalui jalan pemilihan umum, hanya sebatas kosmetika wajah suatu
bangsa yang seolah-olah menjalankan nilai demokrasi dalam pemilihan umum. Yaitu, langsung, umum,
bebas, jujur dan adil. Namun, dalam prakteknya hal tersebut sangat jauh dari nilai-nilai yang
sesungguhnya. Walaupun kita sibuk menjustifikasi bahwa demokrasi memerlukan proses. Tapi, faktanya
proses tersebut tetap haruslah bersinergi dengan faktor-faktor lain, yang mendasari terbentuknya
proses demokratisasi tersebut secara konstruktif.

Faktor-faktor tersebut antara lain dipengaruhi oleh wibawanya Pemerintah Pusat (Presiden dan DPR) dan
KPU/ KPUD dalam membuat aturan yang tegas terkait rule of the game pemilukada. Hal tersebut
penting, mengingat selama ini regulasi yang tegas hanya terkait pada proses dan mekanisme pemilhan.
Namun sangat tidak berbanding lurus dengan ketegasan membangun law enforcement bagi setiap
bentuk pelanggaran etika dan pelanggaran konstitusional aturan pemilukada. Sehingga inilah yang
dikatakan, demokrasi kita masih bersifat theatrical, bukan demokrasi substantif yang benar-benar
mengusung nilai-nilai demokratisasi dan hak-hak civil society dengan baik.

Terkait dengan masalah civil society ini, maka faktor yang mendorong berkembangnya proses demokrasi
sangat dipengaruhi juga oleh, bagaimana peran parpol dalam mencetak kader pemimpin di daerah.
Sebab selama ini proses pengkaderan dan lahirnya pemimpin melalui jalan mekanisme politik praktis,
khususnya di daerah masih sangat lemah. Kondisi ini yang menyebabkan hampir sebagian besar
pemimpin daerah lahir dari seorang pengusaha dan/ atau mereka yang hanya memliki modal kuat.
Sementara, parpol berfungsi hanya sebagai stempel yang menjadi kendaraan sekaligus supir yang
ditumpangi oleh calon kepala Daerah. Kondisi obyektif inilah yang menyebabkan hasil pemilukada secara
langsung tidak serta merta menghasilkan pemimpin yang berkualitas, kompeten dan memiliki integritas
serta peduli dengan rakyatnya.

Seperti yang telah diulas sebelumnya, karena persoalan melihat perspektif pemilukada sebagai sebuah
peluang ekonomis inilah maka yang terjadi praktek korupsi di daerah dan suburnya persoalan money
politics tak pernah kunjung usai dan sulit diberantas. Sinergitas dan kolaborasi efektif antara parpol dan
calon kepala daerah dalam konteks melihat begitu besarnya biaya pemilukada adalah dikarenakan antara
calon kepala daerah dengan parpol sama-sama memiliki persepsi dan mindset yang sama, yakni
memahami pilkada sebatas sebagai sebuah komoditas dan industri yang profitabilitasnya memadai untuk
tujuan-tujuan jangka pendek maupun jangka panjang kekuasaan-bukan kesejahteraan sosial masyarakat.

Keempat, Alasan kompatibilitas bahwa pemilihan langsung presiden juga harus dilakukan pula terhadap
gubernur, bupati dan walikota harus segera dievaluasi. Alasan kompabilitas sebagai implementasi UU
No.32 Tahun 2004, sebenarnya dimaksudkan agar arah pembangunan politik dan ekonomi bersinergi
serta terintegrasi dari pusat sampai ke daerah. Namun pada kenyataannya, kesamaan proses inilah yang
menjadi akar penyebab hirarki kepemimpinan dalam pemerintahan menjadi tersekat-sekat dan tidak
sejalan.

Sehingga, antara pemimpin pemerintahan di daerah dan pusat seolah masing-masing berdiri sendiri.
Implikasinya, baik pemerintah maupun pejabat di daerah bekerja secara parsial -tidak kontekstual sesuai
dengan arah dan visi negara. Dengan kondisi seperti ini, sebenarnya sama saja bangsa ini menerapkan
pseudo demokrasi. Hanya menjadikan pemimpin sekedar simbol kosong, yang tidak memiliki peran
strategis dalam memberdayakan rakyatnya. Dengan kata lain, kondisi ini menyebabkan ada atau tidaknya
pemimpin, pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di daerah khususnya, ditentukan sendiri oleh
kesanggupan dan nasib individu masyarakatnya. Padahal negara berperan melindungi segenap
masyarakat dan memajukan kesejahteraan masyarakat.

Empat kata kunci tentang implikasi dinamika pelaksanaan pilkada ini, seyogyanya mendorong pengambil
kebijakan negeri ini untuk menemukan formasi ideal dan proporsional terkait masa depan bangsa.
Khususnya, menyangkut masalah proses suksesi kepemimpinan melalui pemilukada. Sehingga dapat
menimbang dan menakar secara obyektif, antara konsep sistem pelaksanaan demokrasi di daerah
dengan ekses yang timbul selama penerapan pemilukada secara langsung di daerah. Proses ini
seharusnya menjadikan bangsa besar ini lebih peka terhadap berbagai akar persoalan baik secara
ideologis, sosiologis maupun filosofis yang kerap menjadi preseden yang tak pernah selesai, atau
minimal tereliminasi kualitas dan kuantitatsnya.

Seperti besarnya biaya politik pemilukada dan money politics selama proses pemilukada, yang berimbas
pada terjadinya korupsi pemimpin di daerah sebagai bentuk pengganti ongkos investasi menjadi
pemimpin. Selain itu, terjadinya resistensi pemimpin daerah kepada pemerintah pusat, yang
menyebabkan eksistensi pemerintah pusat justru tidak legitimate di mata pemerintah daerah terkait
dengan banyaknya program, kebijakan dan kebijakan berskala nasional yang tidak/ enggan dilaksanakan
oleh pemerintah daerah. Bahkan, tak jarang di tentang oleh pemerintah di daerah. Kemudian, lestarinya
konflik horizontal antar masyarakat akar rumput karena kerap dipicu oleh pemanfaatan politik massa
oleh calon pemimpin dan pemimpin yang berkuasa didaerah. Baik selama proses pemilukada maupun
sepanjang pemimpin tersebut memimpin daerah, yang konstelasi masalahnya kerap dipicu oleh calon
pemimpin daerah yang kalah dalam kompetisi pemilihan.

Pada akhirnya, setidaknya perlu evaluasi secara tepat, proporsional dan obyektif. Sangat logis, bilamana
mewacanakan kembali sistem pemilihan langsung hanya cukup sampai dengan presiden dan gubernur
saja. Dengan cara dan mekanisme yang tetap menjunjung tinggi peran dan partisipasi masyarakat, tanpa
mencederai hak dan kepentingan civil society masyarakat terhadap negara.

[20/2 23.33] Renita: ARTIKEL TENTANG KEBUDAYAAN ASLI INDONESIA SEPERTI BATIK, REOG DAN TARI
PENDET

Indonesia memiliki banyak beraneka ragam kebudayaan yaitu kebudayaan etnik dan kebudayaan asing,
sedangkan Kebudayaan Nasional Indonesia sejak sumpah Pemuda, atau sejak Indonesia merdeka,
sehingga kebudayaan yang ada sangat perlu dilestarikan dan dikembangkan oleh generasi muda saat ini,
agar kekayaan kebudayaan yang dimiliki Indonesia selalu terlihat dan dipandang oleh negara lain bahwa
betapa banyaknya kesenian budaya yang telah dilestarikan dan dibudayakan oleh bangsa kita.
Sebagai contoh dari adanya kebudayaan di Indonesia diantaranya seperti kesenian Batik, kesenian Reog,
dan kesenian Tari Pendet. Kebudayaan tersebut sangat khas dan terkenal di Indonesia. Bangsa yang maju
adalah bangsa yang menghargai dan bangga akan kebudayaannya sendiri. Dari kebudayaan suatu bangsa
dapat dilihat dari kemajuan dan Intelektualitas masyarakatnya. Indonesia sebagai bangsa yang plural
dengan ragam kebudayaannya mampu menarik perhatian dunia salah satu warisan budaya tersebut
adalah batik. Kesenian batik merupakan seni membuat motif desain berupa gambar di atas kain untuk
pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Batik yang
merupakan budaya asli bangsa Indonesia adalah salah satu kekayaan budaya bangsa yang harus
dilestarikan dan dikembangkan terus menerus yang menyimpan berbagai kearifan yang mengakar secara
substansial dari sisi ornamentasi keselarasan, proses pembuatannya, hingga cara mengapresiasikannya,
keunikan, motif, serta corak yang dihasilkan dari batik-batik di berbagai daerah merupakan kekuatan
yang sangat luar biasa khususnya bagi kekayaan seni budaya Indonesia dan belum ada di negara
manapun yang memiliki kekayaan rancangan motif yang unik pada batik seperti yang dimiliki bangsa
Indonesia.

Di Indonesia bahkan di dunia Internasional batik telah memiliki tempat dihati masyarakat. Yogyakarta
dan Jawa Tengah adalah daerah yang terkenal akan kerajinan produk batiknya. Hal ini disebabkan oleh
sejarah batik tersebut, yang merupakan budaya yang lahir dari keajaiban-keajaiban kuno di Jawa dan
berkembang pesat di daerah tersebut hingga sekarang. Seiring perkembangan waktu batik menjadi
tradisi turun-temurun. Jadi desain batik juga beragam begitu juga dengan model batik dan kini batik pun
telah beranjak dipakai oleh orang dari berbagai lapisan masyarakat.

Sejarah kesenian batik di Indonesia berhubungan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan
penyebaran ajaran Islam di tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, perkembangan batik banyak dilakukan
pada masa-masa kerajaan Mataram. Pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan
Solo dan Yogyakarta. Jadi kesenian batik di Indonesia ini telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit
dan terus berkembang pada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Yang lama kelamaan kesenian batik ini
ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah
tangganya untuk mengisi waktu senggang. Kemudian, batik yang sebelumnya hanya pakaian biasa
keluarga keraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari baik wanita maupun pria. Bahan kain
putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Adapun bahan-bahan pewarna yang
dipakai, yaitu terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang di buat sendiri diantaranya dari indigo,
tarum, nila, soga, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.
Oleh karena itu, begitu indahnya kebudayaan seperti batik yang dimiliki Indonesia dengan cara
pembuatan yang sangat sederhana dan menarik dengan buatan tangan sendiri.

Adapun kebudayaan lokal lain di Indonesia yaitu Reog. Pada dasarnya Reog adalah salah satu kesenian
budaya yang berasal dari Ponorogo, tepatnya di Jawa Timur yaitu sebagai kota asal Reog sebenarnya.
Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, yaitu sosok orang yang ikkut tampil pada
saat Reog ditampilkan. Reog juga salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental
dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.
Dalam pertunjukkan reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai “Singa
Barong” raja hutan, yang menjadi simbol untuk Ketabumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak
hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan cinanya yang mengatur
dari atas segala gerak-geriknya. Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi
warisan leluhur, mereka sebagai pewarisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya seni Reog
merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun-
temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam
untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. Oleh karena itu mereka menganut garis
keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.

Sedangkan Tari Pendet merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadah umat
Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini menyimbolkan prnyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia.
Seiring perkembangan zaman, para seniman Bali merubah Pendet menjadi “ucapan selamat datang”
walaupun masih tetap mengandung makna yang sacral religius.

Tarian ini sebenarnya merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara.
Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan Intensif, tarian ini diajarkan
dengan mengikuti gerakan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Pendet dapat ditarikan oleh semua
orang Bali, pria dan wanita, tua maupun yang muda. Para gadis muda mengikuti gerakan dari para
wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.

Contoh kebudayaan semua itulah yang menjadi salah satu kebudayan asli Indonesia yang dari dulu
hingga sekarang masih dilestarikan dan dikembangkan oleh banyak kalangan masyarakat. Dan tidak ada
salahnya kita sebagai warga Indonesia turut bangga , karena negara kita telah mempunyai begitu banyak
budaya yang beraneka ragam dan menarik

[20/2 23.37] Renita: PRESTASI OLAHRAGA INDONESIA

Oleh

Dr. Sumarno Sumoprawiro, M. Pd.

Abstrak

Prestasi olahraga Indonesia sedang berada di titik yang tidak diharapkan. Ironisnya, hal tersebut justru
diperparah dengan aksi saling tuding dan lempar tanggungjawab antara pihak-pihak terkait. Yang
diperlukan saat ini ahíla solusi, bukan hujat-menghujat sebagai efek dari kegagalan. Secara garis besar,
untuk mencapai prestasi olahraga yang diinginkan, dibutuhkan tujuh faktor yang harus dipenuhi. Faktor-
faktor tersebut digolongkan menjadi 2 yaitu faktor anternal dan faktor eksternal. Yang tergolong dalam
faktor internal antara lain sistem pembinaan dan sarana-prasarana olahraga. Sedangkan yang termasuk
kedalam faktor eksternal ialah faktor psikologis, rutinitas latihan, pelatih, keadaan fisik, serta teknik dan
skill yang dimiliki atlet. Bila semua faktor tersebu telah dapat dipenuhi, maka pastilah prestasi olahraga
Indonesia akan menjadi lebih baik.

Diakui atau tidak dewasa ini prestasi indonesia semakin terpuruk. Bahkan kini Indonesia hanya berada di
kisaran perigkat empat atau lima pada level asia tenggara. Hal ini sangat ironis mengingat Indonesia
adalah Negara dengan penduduk terbanyak di wilayah asia tenggara. Sebagai insane yang perduli
terhadap perkembangan olahraga nasional, maka sudah seharusnya kita bersama-sama mencari solusi
dan pemecahan atas masalah ini, bukan dengan cara saling menghujat dan menyalahkan satu sama lain.

Sebelum kita membahas tentang prestasi olahraga, sebaiknya kita ketahu terlebih dahulu pengertian
prestasi olahraga.

Kata prestasi dapat diartikan sebagai pencapaian akhir yang memuaskan oleh seseorang atau tim,
berdasarkan target awal yang dibebankan. Jadi prestasi tidak selalu identik dengan juara. Walaupun tidak
menjadi juara atau meraih kemenangan, tetapi bila itu sudah dapat memenuhi atau bahkan melampaui
target awal, maka itu sudah dapat dikatakan berprestasi.

Sementara kata olahraga mengandung makna segala kegiatan yang sistematis untuk mendorong,
membina, serta mengembangkan potensi jasmani, rohani, dan social dan biasanya berorientasi terhadap
pencapaian prestasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi olahraga adalah suatu pencapaian akhir yang memuaskan
berdasarkan target awal tim atau atlet, dalam lingkup dunia olahraga.

Selanjutnya mari kita telaah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi olahraga seorang atlet.
Secara garis besar, ada 7 faktor yang harus ada untuk meningkatkan Prestasi/menciptakan Prestasi di
Olahraga. Faktor-faktor tersebut antara lain:
Diagram faktor penentu prestasi olahraga

Selanjutnya mari kita kaji lebih dalam faktor-faktor Prestasi diatas

Faktor Prestasi dalam kotak adalah faktor Prestasi External artinya faktor Prestasi diluar diri atlet.

Faktor Eksternal yang menyangkut Sarana dan Peralatan Olahraga

Sebagai contoh yang paling riel adalah jumlah stadion dengan lintasan lari sintetik di Indonesia
dibandingkan dengan stadion dengan kwalitas yang sama di Malaysia. Kita (Indonesia) hanya punya
Stadion seperti itu dalam jumlah yang sangat sedikit :

- di Jakarta hanya ada 2 (dua) di Ragunan dan Stadion Madya Senayan

- di Puwokerto ada 1 (satu)

- di Solo ada 1 (satu)

- di Surabaya ada 1 (satu) di Sidoarjo

- di Indonesia Timur belum ada, satu juga ngga ada

- di Sumatera di Palembang ada 1 (satu)

- di Medan ada 1 (satu)

- di Kalimantan baru ada 1 (satu) yaitu di Stadion Madya Sempaja (Samarinda)

Total diseluruh Indonesia kita baru punya 8 buah Stadion dengan lintasan lari Sintetik. Kota Kuala Lumpur
punya lebih dari 8 buah Stadion dengan lintasan lari Sintetik yang lebih mengenaskan lagi Malaysia
punya lebih dari 40 Stadion seperti itu. Kalau mau sehat saja kita boleh puas dengan Ring Road Stadion
Utama Senayan, atau Jalan yang dipadati manusia di sekitar Gedung Sate Bandung atau Monas di
jantung Jakarta, mau Prestasi ya di Stadion.

Peralatan olahraga, sepatu olahraga yang enak dipakai dan punya kwalitas baik adalah barang mewah,
kalau latihan itu bisa berlangsung menyenangkan perlengkapan standarnya juga harus baik dan
memberikan ”Comfort” bagi pemakainya. Korea bisa jadi negara kuat di Panahan, demikian pula Jepang.
Mengapa? Mereka adalah negara produsen busur panah dan anak panah dengan standard kwalitas
Dunia. Semua peralatan olahraga adalah barang mewah, jadi harus mahal, kalau keadaaan seperti ini
berlanjut terus kapan kita dapat atlet yang biasa dengan peralatan pertandingan Internasional. Mau beli
lembing, tunggu sebulan, karena kalau toko olahraga beli lembing itu modal yang mati karena
pembelinya hanya 2 sampai 5 instansi dalam 4 tahun. (menjelang PON). Jadi rimbangan untuk
berprestasi di Indonesia diluar diri atlet adalah terbatasnya atau sangat kurang tersedianya sarana
olahraga dan peralatan olahraga. Siapa atau Instansi mana yang bertanggung jawab untuk menembus
kekuatan ini ?

Faktor Eksternal yang kedua adalah sistem pembinaan. Salah satu wujud pembinaan yan dilakukan
adalah dengan cara menggelar kompetisi intern secara reguler. Jangan diartikan secara sempit
pengertian keadaan kompetisi cabor di Indonesia. Sepak bola punya kompetisi yang diatur oleh PSSI,
Bola Volley ada liga Bola Volley, Bola Basket juga punya IBL. Bukan hanya kompetisi seperti Sepak Bola,
Bola Volley atau Bola Basket yang sudah dilakukan PSSI, atau Liga Bola Volley dan IBL. Yang dimaksud
dengan keadaan kompetisi cabang olahraga adalah system pembinaan yang terus menerus, berjenjang
dan berkesinambungan harus terjadi disemua cabang olahraga. Massa olahragawan harus diperbanyak
sebagai langkah pertama. Dari kompetisi antar klub atau kejuaraan kelompok umur yang terbatas (untuk
daerah domisili) sampai yang terbuka harus ada kalendernya. Mengapa Tenis Wimbledon selalu
dinantikan semua Petenis terbaik Dunia? Karena tradisi dan tanggal penyelenggaraan yang sudah pasti
dari tahun ke tahun. Demikian pula dengan kejuaraan-kejuaraan akbar lainnya, di Indonesia kejuaraan-
kejuaraan yang akbar untuk atlet Nasional dari berbagai kategori harus direncanakan dan dilaksanakan
secara tetap sehingga kita bisa mencari bakat/potensi-potensi besar yang belum terjaring untuk dibina
lebih lanjut. Kejuaraan-kejuaraan dengan sponsor selama 5 tahun harus dicari. Kalau perlu diperpanjang
lagi untuk 5 tahun berikutnya. Siapa yang melakukan fungsi ini di Indonesia KONIkah, PBkah,
MENEGPORA atau kita serahkan pada swasta yang bergerak di penyelenggaraan event-event
besar/terkenal?

Uraian diatas tidak lengkap untuk bisa menjelaskan peranan faktor prestasi external dari seorang atlet,
masih banyak uraian dan contoh yang bisa dijadikan indikator kedua faktor external dalam usaha
membina peningkatan Prestasi seorang atlet. Katakanlah Faktor lingkungan yang selalu tidak dapat
dipisahkan dari usaha seorang atlet atau sebuah tim dalam usahanya meraih prestasi. Faktor lingkungan
ini dapat berbentuk berbagai macam hal, seperti perhatian pemerintah, dukungan masyarakat, sarana
dan prasarana latihan, serta management olahraga yang baik.

Untuk faktor internal, faktor yang paling penting dan sering dilupakan adalah faktor psikologis dan
rutinitas latihan. Faktor psikologis sangat berperan karena dalam menghadapi suatu pertandingan atau
bahkan ketika sedang berlatih, seorang atlet membutuhkan rasa aman, percaya diri, disiplin, serta
motivasi, sementara faktor latihan rutin sangat penting, mengingat latihan yang rutin merupakan
menunjang persiapan menghadapi pertandingan atau juga dapat berfungsi sebagai media mengasah
kekompakan dan strategi untuk sebuah tim.

Faktor internal berikutnya ialah pelatih. Faktor pelatih merupakan tokoh sentral dalam kesuksesan
seorang atlet. Pelatih mempunyai peran pula dalam mengembangkan faktor internal prestasi olahraga
berikutnya, yaitu keterampilan teknik dan skill serta fisik atlet.

Jika kesemua faktor tersebut sudah dapat dipenuhi oleh Indonesia dalam melakukan pembinaan
terhadap atlet-atletnya, maka niscaya kita akan berada ditingkatan yang lebih terhormat dari pada saat
ini. Majulah olahraga, majulah Indonesiaku.

Anda mungkin juga menyukai